It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Saya sangat setuju dengan pendapat ini. I really sorry if my opinion seems to judge somebodie's else personality. Saya juga membaca beberapa gay novel yang ditulis oleh str8 person. Hal yang tersulit dalam menulis karya sastra adalah membuat orang yang membaca "melihat" apa yang ingin disampaikan oleh penulisnya. Contohnya ketika seorang penulis mendeskripsikan rasa " mangga yang manis", dia bisa membuat riset atau studi literatur, atau wawancara dengan narasumber tahu benar-benar deskripsi yang lengkap tentang mangga, rasa manis, dan mangga yang manis, tanpa si penulis harus benar-benar merasakan mangga apalagi mangga yang manis. Tetapi tulisan seperti ini lebih terasa seperti karya tulis ilmiah ketimbang karya sastra. Banyak karya sastra besar berhasil mempengaruhi dan "menyihir' khalayak karena karya ini memiliki "roh". Dan ini terjadi karena karya ini mengambil inspirasi dari dari pengalaman hidup penulisnya. Contoh yang bisa saya kemukakan di sini misalnya Ernest Hemmingway (Snow of Kilimanjaro, The Old Man and The Sea), dan Jean Paul Sartre(Le Mots, The Words), . Mereka adalah sastrawan pemenang nobel, dan karya mereka yang memenangkan hadiah nobel satra mengambil inspirasi dari pengalaman hidup mereka.
Maafkan saya kalau tulisan saya menjadi berpanjang-lebar. Tetapi saya mencoba menyampaikan di sini bahwa karya sastra dan karya ilmiah memiliki perbedaan yang mendasar. Sebagaimana yang saya kutip di atas "menulis tentang gay tidak harus seorang gay
menulis tentang perempuan tidak harus perempuan
menulis tentang diktator tidak harus jadi suharto" pandangan ini tepat kalau seseorang hendak menulis karya tulis ilmiah. Tetapi akan menghasilkan tulisan yang kering kalau diterapkan pada karya sastra. Sastrawan yang "steril" dari pengalaman hidup akan menghasilkan karya yang dangkal dan tidak membumi.