Demokrasi dan Hak-hak Seksual
Diskusi ini ingin melanjutkan tema diskusi bulan lalu "Demokrasi ala
Feminis", demokrasi yang terus menjadi percakapan publik, demokrasi yang
tidak hanya mengakui hak-hak mayoritas, namun juga kepedulian dan pengakuan
terhadap minoritas. Demikian juga untuk hak-hak "seksual minoritas" yang
diperjuangkan oleh LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex dan
Queer). Bagaimana pandangan demokrasi--dari perspektif filsafat
politiknya-- terhadap hak-hak seksual ini? Dan apakah aturan-aturan di negeri
ini telah memberikan jaminan yang layak terhadap kelompok LGBTIQ. Ikuti
diskusinya
Kamis, 27 Maret 2008 pukul 15.00 di Kantor Yayasan Jurnal Perempuan Jl Tebet
Barat VIII No 27, Jakarta
Narasumber: Rocky Gerung (pengajar filsafat di FIB-UI)
Nursyahbani Katjasungkana (Anggota DPR RI)
Comments
Memang ini lelah dan butuh waktu yang sangat panjang untuk mendapat hak - hak seksualitaas.
Kamu bisa bayangkan gimana sulitnya itu, tapi jangan kamu pikir bahwa diluar negeri juga tidak mengalami hal yang sama dulu. Ingat sejarah Hitler di Jerman terhadap kelompok LGBTIQ.
Jadi memang perjuangan itu tidak mudah dan harus butuh perjuangan, saya tahu bahwa apa yang saya lakukan dengan teman - teman bukan saya yang menikmati.
Tapi minimal saya sudah melakukan hal yang kecil untuk bisa diteruskan oleh teman - teman generasi LGBTIQ. Kalau kita tidak mulai hal yang kecil perubahan besar tidak akan terjadi sobat.
Ingat bahwa perubahan pasti itu ada walau sedikit, jangan terlalu berharap banyak. Sedikit demi sedikit perubahan pasti akan menjadi besar.
Buktinya gay sekarang kan beda dengan gay jaman 10 tahun lalu. Sekarang orang sudah lebih berani kan, ini yang namanya perubahan.
Salam
Toyo
sama aja kale..
emanknya bandung bkn indo ya???