It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
LONELY
Siang itu matahari teramat terik. Pancaran sinar matahari dari sebelah barat terasa membakar kulit. Riyan berpindah posisi duduk dari bagian samping kiri ke posisi tengah jok belakang taxi yang mengantarkannya ke kantor salah satu klien di daerah Kuningan. Hembusan AC dalam taxi sedikit membantu gerahnya hari ini. Sesekali dilihatnya jalan yang membentang didepan, terlihat fotamorgana di atas jalan-jalan yang menandakan panasnya aspal yang menutup jalan tersebut.
Diambil handphone N73-nya yang diletakan di dalam tas kerja berwarna hitam. Dibacanya kembali beberapa sms yang diterima hari ini. Kini dibukanya menu Contact dan mencari satu nama yang baru disimpan kemarin malam.
Perasaan bingung menyelimuti hatinya, bagaimana cara untuk memulai percakapan dengan nama itu. Jika menelpon dia tidak tahu apa yang harus diucapkannya pertama kali, tidak mengerti bahan apa yang bisa dijadikan pembicaraan dan tentunya dia akan grogi setengah mati. Jika berkirim sms, tentunya tidak tahu harus menulis apa. Riyan merasakan dirinya tiba-tiba menjadi begitu bodoh, tak terarah dan tak bernyali sedikitpun.
Masih sangat membekas di ingatannya akan perkenalan singkat di ruang loker yang membuat hatinya berbunga-bunga hingga saat ini. Kini tanpa disadari satu nama itu sangat menyita pikirannya. Keinginannya untuk ngobrol dan mengetahui lebih banyak sosok nama itu sangat besar. Entah mengapa sejak semalam dirinya mulai memikirkan satu nama baru itu daripada proyek apapun yang sedang drencanakannya dengan klien-klien pemasang iklan di majalah tempatnya bekerja. Satu nama yang membuat dirinya tidak dapat berkonsentrasi kerja pada hari ini.
Tak kuasa menahan diri dan dengan ide yang tiba-tiba muncul dalam otaknya, diketiknya kalimat HI, BRO. THANKS BUAT JAKETNYA. Sebuah kalimat yang seharusnya tidak diperlukan lagi dikarenakan sudah diucapkan kemarin. Dengan keberanian lebih dipijitnya menu send. Beberapa detik kemudian muncul Delivered: Andree di layar handphonenya. Hatinya terasa plong dicampur deg-degan.
*
Andree melihat jam yang berada di meja kerjanya, jarum menunjukan angka dua. Tampak jelas sinar matahari yang menembus dari kisi-kisi jendela kaca ruangnya. Terasa diluar sana pasti sangat terik. Diambilnya gelas berisi air putih yang diletakan di kiri laptopnya, dengan mata masih menatap layar laptop, air putih itu diteguknya. Bahan presentasi program dan perhitungan budget untuk launching produk baru sudah harus selesai jam lima ini sebelum dipresentasikannya ke General Managernya. Hari ini adalah senin yang melelahkan.
Tiba-tiba handphone GSM yang diletakannya berdampingan dengan handphone tipe CDMA dan PDA bergetar dan mengeluarkan suara. Jelas ada sms yang masuk. Diambilnya handphone tersebut dengan tangan kiri kemudian ditekannya krusor yang terletak di tengah, diletakan kembali handphone itu begitu saja, tanpa membaca sms tersebut. Pikirannya focus dengan materi yang sedang dibuat.
*
Di ruang tunggu Riyan duduk di sofa yang memang disiapkan untuk para tamu perusahaan kosmetik cukup besar di Indonesia itu. Dilihatnya jam dinding yang menempel di dinding belakang resepsionis telah menunjukan angka tiga. Satu sms masuk ke handphonenya. Dengan perasaan girang handphone itu diambilnya dari dalam tas. Sms yang dikirimkannya satu jam lalu sudah mendapat balasan. Penantian yang tidak sia-sia. Semoga isinya menyenangkan, doanya dalam hati. Dibukanya sms tersebut dengan sedikit berdebar, ternyata sms itu berasal dari rekan kerjanya yang memberitahukan jika besok pagi akan dilakukan miting grup.
“Halo mas Riyan, apa kabar?” seorang wanita paruh baya menyambutnya dengan senyuman dan jabat tangan.
“Kabar baik, mbak.” Riyan sedikit terkejut, kemudian berdiri dan membalas jabat tangan wanita tersebut.
“Wah, maaf neh, bikin menunggu,” wanita itu mempersilahkan Riyan masuk ke ruangan selanjutnya sambil berjalan lebih didepan berapa puluh senti.
“Gak papa, mbak. Lagian saya juga dikit telat soalnya jalanan pada macet,” Riyan mengikuti perempuan itu dengan hape yang masih di tangan kirinya.
“Tunggu sebentar ya,” wanita itu mempersilahkan Riyan duduk di ruang miting tersebut.
“Ok, mbak,” Riyan duduk dan meletakan tasnya di kursi sebelah kanannya.
*
“Ah, sudah jam setengah empat,” Andree menatap jam mejanya kembali. Sudah dua setengah jam dia berkutat di depan laptop. Dia berdiri dan menuju ke jendela, diamatinya suasana jalan raya yang berada 15 tingkat dibawah tempatnya berdiri sekarang ini. Arus kendaraan cukup padat.
Kembali berjalan menuju mejanya, diambilnya handphonenya CDMA-nya untuk menelpon salah seorang temannya untuk sekedar bercanda gurau menghilangkan kepenatannya berpikir. Andree teringat akan sms yang masuk ke handphone GMS-nya. Diambilnya handphone itu dan dibacanya satu-satunya sms yang dia terima siang ini. Nomornya tidak dikenal namun provider yang dipakai sama dengan provider yang digunakannya. Sms itu berisi: HI, BRO. THANKS BUAT JAKETNYA. Sejenak Andree berpikir siapa yang mengirimkan sms asing tersebut, mungkin saja salah kirim. Sms itu direlpy-nya dengan isi: MAAF, SIAPA YA INI?
*
Di tengah presentasi program dengan kliennya, handphone Riyan berbunyi. Satu sms masuk ke handphonenya.
“Sorry,” Riyan mengambil handphonenya dan dibacanya dengan cepat isi sms dengan nama pengirim Andree tersebut, isinya sangat singkat: MAAF, SIAPA YA INI?. Sedikit perasaan kecewa ternyata Andree tidak menyimpan nomornya. Kemudian dipijitnya tombol silent dan melanjutkan presentasinya. Berharap presentasinya ini dapat segera selesai sehingga dia bisa membalas sms yang baru diterimanya itu.
*
Tidak mendapatkan jawaban, Andree mencoba untuk menghubungi nomor pengirim sms tersebut. Sekali dihubungi tidak diangkat juga. Diletakannya handphone itu kembali. Yang lebih penting adalah menyelesaikan materi presentasinya selekas mungkin.
*
Setelah selesai presentasi dan miting sore itu, Riyan langsung bergegas menuju ke kantornya kembali. Di dalam taxi dilihatnya handphone yang disilentkannya sejak tadi. Terdapat 1 miscall dari Andree. Dibukanya sms yang dibacanya tadi dan dibalasnya dengan isi: GW RIYAN MF (MF singkatan dari My Fitness) dengan salah tingkah dan hati yang berdebar.
*
Andree mengambil handphonenya, dibacanya sms baru dari nomer yang dicoba dihubunginya tadi: GW RIYAN MF. Andree tersenyum. Tiba-tiba dirinya menjadi segar kembali. Dibacanya sms itu sekali lagi. Entah apa yang harus dilakukannya lagi. Sejenak tak terpikir kalimat apa yang cocok untuk membalas sms tersebut. Langsung disimpannya nomor tersebut dengan nama RIYAN. Hatinya senang. Sosok lelaki itu kembali menyita pikirannya.
HI, YAN…APA KABAR BRO? balas Andree berusaha untuk tidak menyatakan jika dirinya lupa menyimpan nomor Riyan. Kartu nama yang diberikannya kemarin tertinggal di tas olahraga yang sering dibawanya saat fitness yang sekarang berada di belakang mobilnya. Kini konsentrasi materi presentasinya mulai sedikit terganggu.
KABAR BAIK. THANKS BUAT JAKETNYA. Balas Riyan bingung untuk mengarahkan pembicaraan.
SANTAI AJA. KBTULAN GW NEMUIN. SDG DIMANA, BRO? Andree memberanikan diri bertanya lebih. Diusahakannya untuk tetap mengendalikan diri kepada teman barunya ini. Dia tidak ingin merusak pertemanan yang baru terjalin karena perasaannya. Sangat ingin rasa dikirimkannya sms berisi: KANGEN KAMU NIH. Tapi itu tak mungkin baginya.
TAXI KE KNTOR LAGE. ABIS MITING DGN KLIEN. LO DMNA BRO? Riyan berbunga-bunga. Hatinya senang. Beberapa sms yang baru masuk itu seakan sangat berharga sekali baginya saat ini. Macetnya jalan raya yang dilaluinya sudah tidak dirasakannya. Pertanyaan LO DMNA BRO merupakan gambaran hatinya untuk mengetahui dimana Andree sekarang berada. Dirinya kangen dengan sosok Andree.
LGE DI KANTOR NEH. SUNTUK. NTAR GYM? Tanya Andree seakan-akan ingin menutup laptopnya dan menyelesaikan presentasinya seadanya dan segera menuju tempat fitness.
SUNTUK NAPA? YAP, NGEGYM. Riyan menyandarkan kepalanya ke jok sandaran taxi bagian belakang. Ingatannya kembali ke wajah sesosok lelaki yang bernama Andree. Kini dia dapat rasakan getaran di dalam hatinya.
BIASALAH, SENIN. MALES. HE HE HE. OK. GYM JUGA. Andree menjawabnya segera. Materi presentasinya mulai terbengkalai.
OK. CU DI GYM. Jawab Riyan. Taxi sudah berada di depan kantornya. Setelah membayar ongkos taxi, Riyan melangkah ke ruangan kerjanya. Hatinya begitu bahagia. Sesegera mungkin untuk menuju ke tempat fitness.
*
Pukul delapan tiga puluh Andree masih berada di ruang miting. Miting yang dimulai jam enam ini belum selesai juga. Sesekali matanya melihat ke jam dinding yang ada di ruang miting tersebut. Hatinya sudah tidak sabar lagi untuk sesegera mungkin menyelesaikan segala urusan di ruang itu, namun apa daya, acara launching akan dilakukan dua minggu lagi dan segala program sudah harus siap besok hari. Prediksi miting ini akan sampai larut.
Diambilnya handphonya dan mengirimkan sms dengan bunyi: BRO, SORRY, GW GA BISA NGEGYM MASIH MITING. SORRY. THANKS.
*
Di tempat fitness, Riyan mulai tidak berkonsentrasi dengan jadwal latihannya hari ini. Dia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan dibentuknya hari ini. Hanya satu, bertemu dan berbincang-bincang dengan Andree. Sudah hampir dua setengah jam dia menunggu. Setiap member yang menuju ke meja front desk dia berharap itu adalah sosok Andree.
Handphone yang biasa diletakannya di loker dibawanya mengikuti latihan. Sebuah sms masuk ke handphonenya, dibuka, dari Andree: BRO, SORRY, GW GA BISA NGEGYM MASIH MITING. SORRY. THANKS. Dibalasnya sms tersebut: OK, SANTAI AJA BRO. HAVE FUN. TKS. dengan perasaan tidak puas dan berbalik dengan keinginannya.
Riyan berjalan menuju ke ruang loker. Semangatnya langsung menurun. Entah kenapa, kini dirinya merasakan kesepian di fitness itu.
lanjut...