It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
(Inspired by a true event)
Pilot Episode
Episode 1 : Tamu Di Sore Hari
Gua baru aja bangun dari tidur siang ketika adek gue yang cantik itu menggedor pintu dengan cukup keras.
“Woy banguuun, ada tamu! Disuruh mama bangun! Cepetan!”
Cukup bingung juga gue ngeliat adek gue itu. wajahnya emang cantik dan badannya mungil, tapi suaranya itu loh, yang kalo teriak bisa bikin cowok-cowok il’fill. Gua akhirnya memaksakan diri untuk bangun dari kasur empuk gua yang sebenarnya masih pengen gue terus tiduri. Bagaimana enggak, gerimis dan suhu dingin yang menyusup masuk dari jendela kamar gua yang terbuka membuat tidur gua rasanya lebih nikmat.
Gua keluar dari kamar dengan hanya mengenakan celana boxer hitam saja. Ehem... badan bagus sih jadi seneng show off.
“Norak deh lo. Gak usah pamer-pamer badan disini deh. Badan bagus percuma kalo nggak ada yang nyantol.” Adek gue pernah berkata pada suatu hari, karena risih melihat kelakuan gua.
“Biarin.” Gua membalasnya.
Gua hendak saja masuk keruang tamu ketika nyokap gua muncul seketika dan melihat penampilan gua.
“Aduh Iga, kamu ini gimana sih. Pake baju ah. Malu-maluin aja.” Kata nyokap gue seraya memutar badan gua.
“Tamu siapa sih. cewek apa cowok?” tanya gua karena males make baju.
“Tamunya laki-laki, tapi kamu harusnya sopan dong.” Kata nyokap gue. “Mama mau ambil minum. Pokoknya kamu harus sudah berpakaian yang benar saat mama liat kamu lagi.”
Akhirnya gue dengan malas kembali ke kamar dan mengambil kaos hitam dan mengenakannya. Setelah itu langsung aja gue ke ruang tamu. Iya, memang benar tamunya cowok. Umurnya kira-kira udah 25 tahunan. Saat pertama gua liat sih. Gila, nih cowok kece bener. Dia mengenakan kemeja hitam lengan panjang hitam polos dengan lengan digulung. Kemudian ia mengenakan celana bahan hitam yang keren banget. Kulitnya putih kecokelatan dan kalo dari hasil terawangan gua dia sekasta juga sama gua. Punya badan bagus. Mukannya masih ada unsur bataknya namun sudah terkontaminasi dengan orang barat. Ya karena ayahnya yang merupakan orang batak dan ibunya yang keturunan Kanada.
“Nah ini dia jagoan Uda nih.” Kata bokap gua. (Uda artinya paman. Dalam adat batak memiliki paman yang lebih muda dipanggilnya Uda. Maaf gua kurang ngerti adat batak, gua batak Murtad hehehe...)
Gua menyunggingkan senyum tanpa gosok gigi sambil mengulurkan tangan.
“Waaah... ganteng ya anak uda.” Kata tamu itu setelah kita selesai berjabat tangan. “Banyak kali pacarnya ya.”
“Dia sih bilangnya belum ada. Tau deh, ada yang salah kali sama dia.” sang bokap berkata. Wedew... bokap gua, what is the maksud tuh.
“Eh, cewek, lo bantuin mama sana ambil minuman.” Kata gua ke adek gua yang dari tadi tentram duduk di sofa sebelah gua.
“Pegel gua capek.” Kata adek gua menolak. Sebenarnya ia menikmati berada diantara cowok-cowok ganteng disana. Gua sudah tau sifat lo wahai adik.
“Nah Ga, kau manggil dia abang. Dia abang kamu ini. Oke!” kata bokap gue.
“Iyaaaa...” kata gua.
Setelah mengobrol banyak akhirnya gua tau. Tuh cowok namanya Jhosua. Dia kerja sabagai salah satu eksekutif muda di sebuah perusahaan terkenal. Dia tinggal disebuah apartermen sendirian, dan maksud kedatangannya adalah untuk mengantarkan undangan. Dari pagi dia udah nyebar undangan dan kebetulan rumah kita yang dapet terakhir. Niatnya sih pengen langsung pulang namun hujan semakin deras dan roman-romannya pengen banjir. Belum lagi bokap gua yang memaksa buat nginap, akhirnya si Jhosua setuju aja.
“Iga, nanti kamu kalo tidur kaki jangan kemana-mana. sekarang ada orang disebelah kamu. Jadi jaga kaki, jaga tangan!” kata bokap gua. Emang bener, gua kalo tidur kaki dan tangan gua senantisa aktif. Terkadang gua tidur dengan posisi kepala sisi satu dan bangun mendapati kepala gua sudah berada disisi berlawanan.
***
Hujan ternyata masih saja mengguyur sampai malam, ketika akhirnya gua merasa ngantuk dan siap untuk tidur. Dari ruang tv gua berjalan sambil melepas kaos dan masuk ke kamar. Biasa sebelum tidur gua menjalankan ritual yang diajarkan orang tua gua sejak kecil. Cuci muka dan gosok gigi. Gua masih senang melakukannya sampai sekarang. Di kamar mandi gua yang berada didalam dikamar gue, gua mencuci muka pake Men’s Biore Whitening lalu menggosok gigi dengan Pepsodent Whitening. Saat sikat gigi gua mendengar suara pintu kamar terbuka dan masuklah si jhosua itu. Gua menyelesaikan sikat gigi gua dan mengelap muka.
“Ada kaos nggak, Ga?” tanyanya sambil duduk di kasur.
“Ada sih banyak, tapi yang ukuran elo nggak ada deh.” Kata gua. “Kalo mau maksaain sih bisa, tapi nanti elo nyesek.”
Badan gua sama dia sih sama-sama berotot namun badan dia sedikit lebih besar dari gua.
“Terus gimana dong?” tanya Jhosua agak kecewa.
“Elo kaya gua aja. Tidur pake daleman. Gua kalo tidur emang suka begini. Kadang gua malah telanjang kalo tidur. Biar bebas bergerak.” Kata gue cuek.
Si Jhosua lalu meng-O panjang. Setelah itu ia mulai menanggalkan pakaiannya. Gua memperhatikannya karena dia membelakangi gua. Saat kemeja dibuka ukiran otot dibadannya langsung terlihat. Dia memang berbadan bagus. Kemudian ia suara gesper terbuka gua denger, berikut suara resleting dan selanjutnya ia menurunkan celana. Dengan posisi membelakangi gua, pantat montoknya langsung say hai sama gua. Gua terpaku saat itu juga. Benar-benar badan yang Indah. Kini ia hanya menggenakan celana dalam aja. Baju dan celannya ia sampirkan di kursi.
“Ada handuk nggak?” tanyanya, seraya berbalik. “Gua mau mandi dulu.”
“Pake aja handuk gua. Ada di kamar mandi.” Kata gua, langsung menatap mukanya.
“Oh, oke.” Kata dia. Joshua kemudian berjalan menuju kamar mandi. Sejenak gua menyaksikan indahnya tubuh cowok itu. tipe gue banget. Gue emang suka sama cowok yang lebih tua dari gue. Ditambah berbadan bagus dan berwajah tampan. Paket A+ deh.
Lima belas menit kemudian si Jhosua keluar. Tampak segar dan bersih. Dia kembali dengan kancut yang sama. Gua sempat memperhatikan kancutnya. Ada tonjolan yang besar disana. Waduuuh... pastinya batang gede nih. Ia kemudian naik ketempat tidur dan bersiap untuk tidur. Namun sebelumnya gua sempat terlibat obrolan singkat dan minim intelektualitas dengannya. Kira-kira sabagai berikut.
“Kerja lo enak ya. Jadi eksmud.” Kata gua.
“Biasa aja lagi.” Katanya. “Elo, kelas berapa, Ga?”
“Kelas tiga.” Jawab gua. “Lagi nunggu hasil UAN nih.”
“Wah, gimana nih. Yakin lulus nggak elo?” tanyanya.
“Enggak tau. Tapi waktu ujian satu kelas kerja sama semua. Moga-moga aja lulus.”
“Amiiin... elo lulus pasti.”
“Udah ada calon, bang?” gua mengalihkan pembicaraan. “Calon istri maksud gua.”
“Belom... masih nyari.” Katanya. “Elo?”
“Masih nyari juga.”
“Wah, sama dong. Hahaha...”
“Iya...”
Lima menit kemudian kita berdua memutuskan untuk mulai tidur. Karena udara semakin dingin dan hujan pun belum menunjukan tanda-tanda berhenti. Gua matikan lampu dan siap tidur. Berharap aja kaki gua nggak kemana-mana entar.
***
Pagi hari gua terbangun. Tuh bener kan kaki gua masih kemana-mana. Namun yang gua cukup kaget kaki gua mendarat didekat penis si Jhosua. Dan lebih terkejut lagi saat itu penisnya sedang mengeras. Biasa lah kalo pagi-pagi, pasti ada aja yang nonjol. Benar kata gua, kalo sepupu gua ini memiliki penis yang besar. terbukti saat ini kuatnya tegangan penisnya sanggup menarik bagian atas celana dalamnya. Sehingga gua dapat melihat bulu-bulunya dan sedikit siluet penisnya dengan jelas. Jantung gua berdebar dan penis gua yang dari awal sudah keras tambah keras lagi. Gilaaa... pagi-pagi gua udah dapet pemandangan gratis aja.
Untuk sejenak gua mengocok-ngocok benda pusaka gua sambil menikmati pemandangan gratis tersebut. Hanya sebentar karena gua nggak mau nembak pagi-pagi. Gua juga teringat kalo Jhosua minta dibangunkan pagi-pagi. Akhirnya gua bangunkan sepupu gua dengan menggoyang-goyangkan badannya. Perlu semenit bagi gua untuk membangunkannya. Dan saat ia terbangun dia cukup kaget dan setengah malu karena mendapati dirinya sedang dalam penampilan yang kalo didepan cewek bisa merubah cewek menjadi mesin pemerkosa yang aktif. Apa lagi kalo didepan cowok gay. Wah, nggak tau deh.
“Nggak usah malu, bang. Gua juga suka tegang kalo pagi-pagi. Biasalah kalo cowok.” Kata gua menenangkan.
“Hahaha...” Dia tertawa garing. “Ya udah, gua mandi dulu ya. Pinjem handuk lo lagi, ya!”
“Oke!”
Sepupu gua itupun kemudian beranjak dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi. Mata gua masih saja terpaku sama pantat montoknya itu. Kapan ya, gua bisa ngelus-ngelus tuh pantat. Bikin gemes aja.
Menjelang siang sepupu gua itu pamit pulang setelah mengucapkan berkali-kali terima kasih atas tumpa-ngannya. Dan setelah itu hari-hari berjalan seperti biasa. Walaupun terkadang gua masih teringat sama si montok itu. Kapan ya gua bisa ketemuan lagi sama dia. belum apa-apa udah kangen.
***
Sudah dua bulan berlalu. Gua sudah bersiap-siap masuk kuliah. NEM gua ternyata bagus. Ya jelas. Orang jawaban UAN kelas gua berpatokan pada Paham “Satu Untuk Semua”. Makannya nilainya pada nggak jauh beda dan nggak jauh-jauh dari bagus.
Oh ya, sebelum berpisah dengan teman-teman SMU gua. Gua melakukan beberapa Acara Perpisahan dengan teman-teman cowok gua secara privat. Maksudnya nggak rame-rame. Cuma gua berlima aja. Di Sekolah gua punya satu teman Homo yang sama-sama ganteng cuma bedannya dia bukan anggota fitnes. Jadi badannya ala kadarnya aja. Setelah acara perpisahan selesai dan ketiga temen gua pergi. Gua dan temen spesial gua itu memutuskan untuk melakukan seks perpisahan. Dan ya gua dapatkan pada malam hari dirumahnya adalah sebuah pengalaman seks hebat yang nggak bisa gua lupakan. Gua bermain sangat liar malam itu. sama-sama ganas, sama-sama penuh nafsu. Semuanya berakhir saat kami saling berciuman sambil melakukan jerk-off dengan tangan lawan. Luar biasa...
Tiga hari berikutnya gua melakukan seks pelepasan dengan temen cewek yang udah jadi patner senang-senang gua. Nindy Fransiska Binti Trash Bin. Heheehe... Binti Trash Bin-nya sih gua yang nambahin. Gua sama dia sih nggak pacaran. Cuma dia pernah bilang ke gua; “Kalo elo nafsu dan butuh pelampiasan, ke gua aja.”
Dan beberapa hari kedepan dia akan kuliah di luar negeri dan meminta gua untuk ‘bermain’ untuk yang terakhir kalinya. Gua yang sudah menyiapkan pasokan tenaga dan sperma sudah siap pada malam harinya. Kita melakukannya di mobil disebuah perbukitan pada malam hari. Sang cewek senantiasa berteriak-teriak dan mendesah. Menaikan gairah gua. Hebat-hebat deh pokoknya...
Dari dua peristiwa diatas kalian pasti sudah tau kalo gua. Aiga Dunnovan adalah seorang Biseksual. Dan gua sangat nyaman dengan keadaan gua. Walaupun keluarga gua belum tahu. Tapi, it’s oke lah.
Oke, sekarang masalah berikutnya adalah, rumah gua dengan kampus, walaupun jaraknya cuma dari Bekasi ke Jakarta, tapi malesnya jalannya itu ribet. Gua paling males kalo begitu. Bokap gua nyuruh nge kost. Tapi nyokap gua ngelarang. Katanya takut gua jadi hancur. Lah, dia nggak tau kalo anaknya udah ancur dari sananya, Wuakakak...! nyokap yang lugu. Dari perundingan kita bertiga akhirnya bokap memutuskan akan membelikan motor Honda CBR buat gua. Senangnyaaaaa... namun tiba-tiba nyokap gua menginterupsi. Gua mengira nyokap bakalan berkata sama kaya sebelumnya. Takut gua jadi hancur. Hancur secara harafiah. Secara gua seneng kebut-kebutan. Namun dia mengatakan sesuatu yang membuat seluruh perundingan ini menjadi tidak berguna.
“Kampus kamu kan cukup deket sama apartermenya si Jhosua.”
Ting-ting-ting....! Ahaaaa....!
Emang nih nyokap gua paling inget deh sama cowok cakep. Sama si Jhosua inget aja.
“Betul banget ma! Iga tinggal disana aja. Nggak pake bayar, nggak pake hancur! Betul kan!” gua berkata dengan samangat. Gairah akan ketemu sisepupu montok mulai tidak terkendali. Gua nggak kebayang bakalan menghabiskan hidup gua selama 4 tahun bersama si montok pengundang birahi itu nanti.
“Betul-betul!” nyokap gua juga seneng. Karena pilihan yang sangat ekonomis tersebut. “Entar mama coba telepon si Jhosua ya.”
“Jadi, motornya nggak jadi ya!” kata bokap gua juga senang. Uang puluhan juta nggak jadi dikeluarkan.
“Iya-iya-iya, nggak perlu. Ngapai naik motor. Naik Kopaja juga bisa.” Kata gua. “Kalo Iga mau olah raga, Iga bisa juga jalan.”
“Uuuuh, lebih ekonomis tuh.” Kata nyokap gua semakin berbibar-binar. Dasar tukang ngirit! Hehehe... “Mama coba telepon dulu.”
Berikutnya gua mendengar percakapan nyokap gua dengan si Jhosua.
“Halo, Jhosua ya... ini inanguda, sayang. Jhos, si Iga boleh tinggal disitu ya... ooh, bukan, soalnya kampusnya deket sama apartermen kamu. Ya daripada ngekost, inanguda takutnya dia ancur karena pergaulan bebas. (Gua tersenyum geli. Masih lugu diaaa... hahaha... *Ketawa setan*) Boleh nggak?... apa? boleh! Yang bener! Oooh... bagus lah kalau begitu. Makasih ya sayang.... iya-iya... eh nggak usah. Biar si Iga aja yang bawa barang sendiri. Kan udah besar dia. Oke, ya-ya... makasih amang ya...” dan telepon ditutup.
“Horeeee...!” gua beteriak senang.
“Oke, siapin lah barang-barang kau. Biar kesana kau tinggal.” Kata bokap gua.
Dengan senang hati, papa. Gua langsung aja pergi ke kamar untuk menyiapkan pakaian. Wooohoooouuu....! senangnya.... Si montok bakalan menemani gua. Diapartermenya! Berdua! Senangnyaaa...! Penasaran... apa aja yang bakal terjadi selama 4 tahun nanti.
Bersambung Ke Episode 2.
Glosarium.
Inanguda: Adalah sebutan untuk bibi yang lebih muda.
Amang : Sebenarnya sebutan untuk memanggil bapak. Bapak orang lain. Namun biasanya orang yang lebih tua memanggil keponakan cowok atau anak cowoknya dengan sebutan amang sebagai rasa sayang.
di tunggu lanjutannya
yg cepet ga pake lama
Masih gua kerjain... soalnya gua nulisnya 2-3 halaman jadi nggak bisa cepet....
Sabar ya...
Ditunggu ya lanjutannya, gak pakai lama ya.
Episode 2 : Tinggal Dengan Sepupu
Melelahkan juga mencari apartermen sepupu gua itu, setelah turun dari bus dengan membawa koper yang besar (Sialan, nyokap gue pelit banget, sih. Masa gua nggak boleh naik taksi.) gua harus berjalan sejauh 200 meter agar bisa tiba di apartermen sepupu gua. Setelah sampai didepan gedung apartermen gua langsung saja salah tingkah dan makin malu aja. Beneran deh nyokap gue. Coba kalo gua naik taksi dan turun didepan gedung dengan dibukain pintu, Ada prestisenya dikit. Ini gua kesannya kaya orang kampung aja. Bawa-bawa tas gede. Bokap gua lagi, pelit banget nggak mau nganter. Martabat gua dalam seketika langsung luluh lantak ketika orang-orang yang berada disekeliling gua memperhatikan gua. Beberapa kemungkinan yang gua dapat:
“Ih, ini orang kampung apa alien?”
“Yak ampun, bawa-bawa tas segede gaban mau kemana tuh orang. Nggak mungkin kayanya dia tinggal disini.”
“Wah ada teroris nih.”
Gua dengan kepedean yang dipaksakan berjalan memasuki lobi apartermen tanpa mempedulikan tatapan orang-orang. Aduuuh, malunya gue.
Singkat cerita gua sudah tiba dilantai 17. Mencari-cari untuk sementara waktu sebelum gua berhasil menemukan apartermen yang dimaksud. Gua mengetuk beberapa kali sampai pintu dibukakan. Si pantat montok yang membukakan. Dengan hanya mengenakan handuk yang dililit dipinggang dia mempersilahkan gua untuk masuk.
Apatermennya nyaman banget, luas dan keren. Ada jendela besar yang menjulang dari lantai sama langit-langit membuat seolah tidak ada benda yang menghalangi. Ada sofa-sofa yang nyaman dengan sebuah karpet lembut ditengahnya dan dipenuni bantal-bantal. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik yang paling up to date. Apartermen yang bagus... kapaaaaan ya gua punya yang kaya beginian.
“Naik apaan lo kesini, ga?” sepupu gua sambil melepas lilitan handuknya dan menyisakan celana dalam putihnya. Handuknya ia gunakan untuk mengeringkan kepala.
“Bus.” Jawab gua sambil membantingkan badan gue ke sofa empuknya. Dalam sekejap gua langsung suka tuh sofa. Pokoknya harus jadi hak milik.
“Bus?”
“Iya, bus!”
“Gila, panas-panas gini, bawa tas segede apaan tau, naik bus! Hebat banget lo!” Jhosua berkata sambil cekikikan.
“Nyokap gue pelit. Bokap gue make mobil ke pesta. Sumpah ya, diluar panas mampus. Neraka bocor tuh!” kata gua, mengutuki global warming. Ayo lah go green!
“Ah kaya gini mah nanti malemnya pasti ujan deras.” Kata Jhosua, ia berkata dari dalam kamarnya. Sepertinya ia sedang berpakaian. “Bersyukur lo gua punya AC. Jadinya badan lo langsung sejuk kan.”
“Iya sih, bener.” Sahut gue sambil nyengir masih menikmati sofa dan dinginnya AC.
Tak lama kemudian Jhosua keluar sudah dengan pakaian rapih. Sepertinya ia akan pergi ke acara formal, terlihat dari kemeja, Jas dan celana yang benar-benar membuat dia sangat tampan dan keren.
“Ga, sini, ga!” dia memanggil gua.
Gua bangkit dan menghampirinya. Ternyata ia menunjukan kamar yang akan gua tinggali nanti. Wow, kamar yang nyaman. Walaupun ada nilai minusnya, tidak ada jendela. Tapi semua oke-oke aja. Lagian gua sadar diri kali. Udah dikasih kamar, malah minta jendela. Tempat tidurnya besar yang muat untuk dua orang pemain basket NBA tidur. Ada AC (yes!) dan peralatan eletronik seperti LCD TV, DVD dan komputer. Wow, enak banget gue ya. Nginep gratis plus fasiltas tingkat eksklusif, gila beneeer. Ajiib dah...!
“Elo di kamar sini. Kamar sebelah tuh kamar gue. Nih kamar udah lengkap nih ama asesorisnya, jadi jangan di rusak ya. Oke!”
“Oke bos! Tenang aja ama gue. Gua mah orangnya bersahabat ama teknologi.” Kata gua masih nyengir-nyengir kuda. Duuuh, kampungan bener dah gua.
“Udah, elo taruh dah baju-baju lo di lemari.” Katanya. “Gue mau pergi ke pesta kawinan.”
“Lah, bukannya masih lama kawinan kakak lo?” tanya gue dengan begonya.
“Bukan yang itu o’on.” Kata Joshua sambil terkekeh. “Ya itu mah masih lama. Ini kawinan temen gua. Oh ya, dikulkas nggak ada makan. Yang ada nugget. Elo kalo laper masak nugget aja. Gua belum belanja soalnya. Kalo bosen lo internetan aja, atau mau game. Oke, sob. Gua pergi dulu.”
“Oke.”
Dan Sepupu gua itupun pergi meninggalkan gua sendirian diapatermennya. Setelah terdengar bunyi pintu tertutup gua menuju lemari. Lemarinya kosong, ya iya lah. Gua mulai memasukan baju-baju gua kedalam lemari. Lalu setelah itu sepatu-sepatu yang gua bawa. Setelah selesai gua langsung naik ketempat tidur. Merebahkan diri menikmati empuknya tempat tidur. Gua akhirnya tinggal disini. Berdua! Sama si pantat montok! Wuakakak... senangnya gua. Pasti dah dalam 4 tahun udah berhasil ngubek-ngubek dalemannya si Jhosua.
Btw, sekarang gua lagi sendirian. Mau makan, masih kenyang, nyokap masaknya tadi enak banget. Aha... gua tau sekarang. Gua bangkit dari tempat tidur dan menuju keluar kamar. Hahaha... waktunya tur apartermen. Waktunya gua acak-acak apartermen.
***
Ruangan pertama yang gua jelajahi adalah ruang santai. Ruang santainya ini berada disudut. Ruangan yang sangat nyaman dan keren banget. Ada dua sofa super nyaman dan empuk diatas sebuah karpet bulu yang lembut. Di salah satu tembok menggantung LCD tv ukuran gede... nonton videonya Sean Cody disini pas di zoom penisnya segede apa ya? Wuakakak... dasar pikiran nista! Dibawahnya terdapat pemutar film blue-ray, lalu terdapat sebuah rak yang (wow!) memuat banyak sekali film-film. Mulai dari DVD sampai Blue-ray film. Dari indo sampai mancanegara. Banyak bener! Gue cek satu-satu, walaupun nggak semuanya sih. Gila aja. Emang bener, semua kasetnya asli. Waah... sepupu gua kurang ekonomis ya. Di rumah gua DVD kebanyakan yang bajakan version. Tapi gambarnya setara qualitas asli. Secara gua memiliki insting yang kuat dalam memilih kaset DVD yang baik.
Speaker 7.1 dipasang sesuai dengan aturannya. Pastinya kalo nonton Pirates of Carribean seru banget suaranya. Dalam sekejap gua langsung jatuh cinta sama ruangan ini. I Love Movie, dan sekarang gua berada dalam ruangan yang sangat mendukung kecintaan gua sama film. Keren banget dah.
Ruangan berikutnya adalah ruang makan. Meja makan modelnya sederhana tapi indah. Dapurnya juga sederhana tapi penuh dengan teknologi pendukung. Sepupu gua emang maniak teknologi nih. Gua buka kulkas, emang bener. Kulkasnya tinggal dikit isinya. Ya sudah, cukup sampai disini aja. Gua pindah ketempat lain.
Setelah beberapa ruangan gua jelejahi akhirnya gua menuju ruangan akhir. Kamar si Jhosua. Pintu kamarnya nggak ke kunci. Gua bukan pintunya perlahan-lahan dan masuk. Gile beneeer... kamarnya keren banget. Lebih keren dari kamar gue. Ada jendelanya lagi. Sebuah tempat tidur besar yang diselimuti sprei putih, sebuah meja dengan seperangkat komputer, lampu kerja dan beberapa peralatan lainnya terdepat disalah satu sisi. TV LCD menggantung disisi yang lain. Ada kamar mandi yang sepertinya menjadi penghubung kamar gua dengan dia. Ada sebuah sofa untuk satu orang, ada walking closet, pokoknya kamar sepupu gue keren banget.
Gue menuju salah satu lemari kecil yang berada disamping meja kerjanya dan menggeser pintunya. Hahaha... benar dugaan gua. Lemari itu adalah harta bokep. Ada bertupuk-tumpuk majalah impor pria dewasa, ada bertumpuk-tumpuk DVD-DVD bokep, ada beberapa kotak kondom. Wuakakaka... jadi geli sendiri gua. Sepertinya lemari ini emang lemari bokep, soalnya penuh dengan barang-barang maksiat.
***
Malam hari gua sedang menonton acara tv sambil tidur-tiduran di sofa. Trans TV sedang menayangkan film The Matrix Revolution, ah ngapain ditonton, DVDnya ada disini. Beralih ke RCTI, Wadooooh... sinetron muluuuu... gila lama-lama gue. Udah kenyang dari jam 6 sore sinetron mulu. Akhirnya gua berlabuh di Metro TV, nonton berita aja dah. Lebih berguna.
Terdengar suara pintu terbuka, gua melihat sepupu gua sudah pulang. Mungkin karena mendengar suara tv dia langsung menuju ke ruang santai.
“Lama banget lo baliknya?” tanya gua ketika dia duduk disofa seberang.
“Ngumpul-ngumpul dooong, rajin banget gua langsung pulang.” Jawabnya seraya duduk dan melepaskan sepatu kulit hitamnya.
Kemudian si Jhosua pergi sebentar lalu kembali lagi sambil membawa segelas air minum.
“Ga, ada yang gua perlu kasih tau nih.” Kata Jhosua, ia duduk dan meletakan gelasnya.
“Apaan?” gua menanggapi serius. Elo gay ya? Atau paling enggak bi. Iya kan! Ngaku aja deh biar gue seneng.
“Jadi begini. Kebiasan gua kalo diapartermen adalah Cuma make daleman aja.” Katanya seraya mulai melepaskan kancing kemejanya. “Senin sampai jumat biasanya gua Cuma pake celana dalam aja. Sabtu dan minggu gua tanpa busana.”
“Haaaaahkk...!” gua terkejut. “Yang bener lu!” (Yes-Yes-Yes!)
“Iya bener, gua serius.” Kata Jhosua. Kini ia mulai melepaskan celananya. Celana dalam putihnya langsung terlihat dan tonjolan yang sangat gua suka itu juga terlihat. “Jadi selama didalam apartermen, selama Cuma kita aja. Kita harus begitu. Senin sampai jumat, underwear only, sabtu minggu, full naked. Tapi kalo elo mau seminggu berbugil ria sih nggak masalah. Tapi sabtu minggu tuh wajib.”
“Tar kalo tiba-tiba ada tamu dateng?” Tanya gua.
“Ya pake baju lah.” Jawab Jhosua. “Beberapa temen cowok gua juga udah tau dengan kebiasaan gua ini. Sering malah mereka ikutan.”
“Temen cewek?”
“Iya, beberapa dari mereka juga suka ikutan kalo mampir ke sini.” Kata Jhosua. “Jadi, elo harus ikutin semua aturan itu.”
Gua diam sejenak. Aturan yang aneh. Tapi biarin juga sih. Toh gua juga demen bershirtless ria kalo dirumah. Disini Cuma tambah extra nakednya aja. Melakukan berbagai kegiatan dengan telanjang kaya asik juga sih. Merasa sangat bebas dan seru. Ya udah kalo gitu. Gak masalah. Gua malahan seneng.
“Gak masalah.” Kata gua sambil tersenyum.
“Oke kalo gitu.” Jhosua kini sudah kembali duduk hanya dengan celana dalam saja. Dia sekarang malah bersantai di sofa seberang sambil ikutan nonton. “Sekarang lepas baju lo!”
“Oh iya, ya.” Gua baru sadar kalo gua masih berpakaian lengkap. Lepasin didepan dia, duh belum biasa nih. Tapi gua bodo ah. Gua lepas aja kaos gua lalu menurunkan celana pendek gua. Menyisakan celana dalam gua aja.
“Wah putih juga nih punya lo. Susah nih tar bedainnya.” Kata sepupu gua.
“Biarin aja lah. Campur jadi satu.”
“Elo nggak penyakitan kan?”
“Ya enggak lah, ‘Joni’ gua mah sehat selalu.”
Jhosua tampak diam sebentar sebelum akhirnya mengangguk-angguk dan kembali nonton. Ia setuju. Kita berdua kemudian meneruskan menonton dalam kesemitelanjangan kita. Namun semuanya tampak biasa aja. Seakan gua sudah melakukannya bertahun-tahun yang lalu.
***
Gua terbangun sekitar pukul 9 pagi. Tidur yang menyenangkan dan sehat barusan. Gua bergerak-gerak di tempat tidur untuk merenggangkan otot-otot gua. Setelah itu gua duduk bersender sambil menyalakan tv pake remote. Acara yang gua saksikan sekarang adalah masak-memasak. Hari apa ini... kok ada acara masak-memasak jam segini. Gua ganti chanel ke metro TV. Wah acara properti nih. Si Fenny Rose lagi berbicang-bincang di helikopter. Ini berarti... hari sabtu.
“Naked Saturday!” kata gua langsung teringat. Gua melihat kedalam selimut gua. Gua masih mengenakan celana dalam. Gua harus melepaskannya. Maka tangan gua secara perlahan menyusup kedalam selimut dan melepaskan celana dalam gua. Menariknya keluar sambil memandangnya.
“Hallo, Mr. Calvin Klein. Kamu bebas tugas untuk hari ini.”
Gua kemudian melempar kancut gua itu kesembarang tempat. Gak peduli mendarat dimana. Gua kembali menonton tv dengan bertelanjang ria.
Pukul setengah sepuluh gua mendengar suara musik dari luar kamar. Si pantat montok udah bangun kayanya. Hahaha... pasti dia telanjang deh sekarang. Penasaraaaaan...! gara-gara adat istiadat aneh itu akhirnya gua bisa dengan mudah melihat dia telanjang. Nggak perlu ngintip!
Gua bangkit dari tempat tidur dan dengan bertelanjang ria gua dengan pedenya keluar kamar. Celingak-celinguk sebentar mencari keberadaan mahluk Tuhan paling seksi itu. Ternyata dia berada didekat jendela besar. Gua melihat itu! Melihat pantat montok. Pantat yang sudah lama ingin ku lihat. Jhosua sedang berstreching ria menghadap jendela. Gua terhipnotis... betapa seksinya dia saat melakukannya. Tubuhnya yang kencang, pantatnya yang seksi dan berisi. Otot-otot yang menghiasi badannya. Oh Tuhaaan... keren banget sih. Pengen banget gua remas-remas pantasnya. Pengen juga melihat bagian depannya.
Ayo balik badan-ayo balik badan!
“Ga, udah bangun lo!” katanya seraya membalikan badan. YES!
HOREEEEEEEEEE...! GUA MELIHATNYAAAAA! LUAR BIASA! Bener kan dugaan gua. Penis dia gede. Dalam kondisi tidur aja cukup panjang. Apa lagi pada mode siap tempur. Kira-kira 19 centi kali ya. Orang Indo emang keren.
“Udah dari jam 9 gua bangun.” Jawab gua seraya beralih ke wajahnya.
Jhosua menatap gua sambil tersenyum. Sepertinya senyuman seorang guru yang berhasil menangkap basah murid sedang nyontak.
“Ngeliatin apaan lo?” tanya Jhosua menggoda. “Demen lo sama peler gue?”
“Ah, enggak. Cuma kagum. Gede juga punya lo.”
Jhosua mendekati gua dengan bangga. Bangga ada yang kagum sama senjata andalannya. “Iya, dong. Keren kan! Punya lo emang segede apa sih?” ia berkata sambil memegang-megang penisnya. Mau pamer ama gua. Dasar! Hati-hati Jhos, bisa-bisa gua sosor tuh peler.
“Gede juga laaaah...” kata gua gengsi.
“Hahaha... tapi masih kalah sama punya gua.” Katanya. “Lo kapan mulai masuk kuliah?”
“Senen besok. Elo nggak ada acara hari ini?”
“Nggak ada.”
“Oooh... terus kita ngapain dong enaknya?” tanya gua.
“Nggak tau.”
“Oooh... ya udah...” gua berkata seraya berbalik. “Gua mandi ah... biar seger...”
“Eh, bareng dong.” Tiba-tiba Jhosua berkata. Ia kemudian mengekor dibelakang gua. Dua orang pria ganteng dan keren berjalan telanjang menuju kamar mandi. Berikutnya kita berdua bersama-sama masuk ke kamar mandi... Ooooh, i love saturday...
Bersambung ke Episode-3.
Episode 3-nya mungkin gua Upload antara hari rabu sama kamis. Rencananya untuk Season 1 mau gua bikin antara 15 sampai 17 Episode. Moga-moga aja kesampaian ya...
Gw ga terlalu percaya, tapi gw suka.. Haha,.
Terusin bro, lumayan buat bahan coli..
Haha,
Terkadang kita kalo gak ada acara kluar, abis mandi ya udah tinggal lepas handuk gak pake baju.
Kan namanya aja inspired by true story.
BTW gw suka bgt ur story
lanjutkan ceritamu Nak
Love it!