It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Haha...kayak forum tetangga aja.. Sundul sundul! Setelah berbasah2an di laut kemudian..?
lanjuuuttttttttt doooooonnnkkkkkk......
jangan kelamaan ngepostnya ya.... :roll: :roll: :roll:
smangat!!!!!!!!!
“Selamat juga ya Wan…” Kata semua teman sekelasku.
Aku bertambah bingung saja dengan senyum Ditya yang semakin lebar, serta ucapan selamat yang diberikan oleh semua teman sekelasku. Mereka seakan merayakan suatu kemenangan yang entah aku sendiri pun tidak mengetahui kemenangan apakah itu.
“Ini ada apa ya…? “ tanyaku pada semua orang
Berkali-kali aku tanya, namun tak seorang pun yang menjawab, mereka asik sendiri dengan sorak sorai kemenangan.
Lantas kupegang tangan Ditya dan menariknya keluar kelas sembari bertanya kepadanya.
“Ini ada apa sih Dit, jangan pada gila deh…?”
“Kenapa kamu senyum-senyum kaya orang gila, dan semua teman-teman mengucapkan selamat…?” Ada apa ini semua Ditya…?” Tanyaku pada Ditya.
Aditya kembali mengembangkan senyum manisnya, senyum yang selalu membuatku merasa nyaman untuk selalu dekat bersamanya. Senyum itu semakin mengembang hingga lesung pipinya terlihat dengan jelas menghiasi pipinya.
“Wan selamat ya…kamu terpilih menjadi KETUA OSIS periode ini” jawab Ditya
“What…? Kapan aku mendaftar Ditya, dan kapan pula aku membuat proposal visi dan misi untuk mencalonkan diri...? balasku dengan penuh tanda tanya.
“Aku yang daftarin kamu Wan…” jawab Ditya sembari mencubit kedua pipiku.
“Aku yang menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pencalonan KETOS atas nama kamu, dan aku pula yang membuat proposal itu” tambahnya dengan penuh keriangan.
“Dan usahaku ga sia-sia kan, orang yang aku sayangi bias jadi KETOS yang baru untuk periode ini”
“Dan kamu tahu siapa lawan kamu Wan…?” tanya Ditya
“Ya engga lah Dit, secara aku ga tahu menahu soal ini…” jawabku
“Kamu tahu Anggun kan…? Dia yang jadi lawan kamu kemarin. Ternyata dia mencalonkan diri sebagai KETOS Wan, dan suaranya pun cuma beda tipis sama kamu…” Jawabnya
“Hm…apa gara-gara itu kamu daftarin aku jadi KETOS? ” tanyaku dengan menekuk wajah
“Wan aku sayang kamu, apapun akan aku lakukan untuk membahagaiakan kamu. Aku tahu sudah sejak di tingat satu kamu menginginkan untuk menjadi KETOS, dan aku berusaha membantu kamu, walaupun keadaan saat itu tidak memungkinkan buat kamu Wan…Aku tak pernah menaruh hati dengan Anggun ataupun cewe lainnya. Aku sudah cukup bersamamu Wan”. jawab Ditya
“Maaf Dit, ga bermaksud…” belum selesai ucapku dengannya tiba-tiba sebuah kecupan hangat kurasakan di bibirku sembari berkata:
“I LOVE U Wan…”
Bel sekolah pun berbunyi, tanda dimulainya aktifitas belajar-mengajar. Aku pun berbegas untuk memasukin ruang kelas baruku. Ya aku sekarang sudah berada di tingkat dua. Aku memang baru saja masuk ke kelas ini, sejak ku tinggalkan karena aku sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
Ada anak-anak baru, anak-anak pilihan dari seluruh kelas di tingkat satu yang memiliki prestasi yang tinggi akan memasuki kelas berpredikat A ini. Namun tak banyak yang berubah, wajah-wajah lama masih mendominasi kelas ini. Hanya ada beberapa wajah baru yang kulihat. Mungkin hanya sekitar sepuluh siswa yang terlihat asing di mataku.
Sekilas ada pemandangan aneh yang tertangkap oleh mataku ini.
Ya… Ditya ada di kelas ini, ngapain dia ada disini pikirku. Aku pun berjalan dan menghampirinya. Beberapa pertanyaanku pun mulai meluncur dari mulutku ini.
“Loh Dit, ngapain kamu disini…? Bukannya balik kelas malah masih keluyuran aja kaya ayam….” tanyaku
Namun lagi-lagi hanya sebuah senyum manis yang ku dapatkan darinya, bukan jawaban atas pertanyaanku yang kudapatkan
“Dit, jangan mulai gila lagi ya…ngapain kamu disini?” tanyaku kembali
“Wan…kan Aditya sudah sekelas sama kita sekarang” jawab salah seorang siswa di samping bangkunya, yang aku sendiri tak tahu namanya.
“Baru sembuh dah amnesia kamu Wan, kamu lupa ya…di semester akhir kemarin kan aku dapat peringkat satu. Ya jelas dong aku masuk kelas ini…hehehe” imbuh Ditya disertai tawanya yang renyah.
“Ya ampun aku bena-benar lupa…” batinku
“Ya udah deh…maaf Dit…” balasku sambil menuju kembali ke arah tempat duduk ku.
Hari-hari ku mulai bertambah sibuk dengan kegiatan OSIS yang harus ku jalani.
Mondar-mandir ke ruang OSIS dan sibuk berkutat dengan berbagai kepanitian acara sekolah. “Huf…ternyata jadi KETOS gini ya… cape… Ya , apa boleh buat, ini keinginan dan ambisiku, ya jalani saja.’ keluhku dalam batin.
Aku mulai jarang bersama Ditya. Ditya pun sangat jarang untuk bertandang ke kamarku lagi. Ya mungkin ini akibat kesibukan ya teramat sangat hingga aku merasa tak punya waktu lagi bersamanya.
“Tapi kenapa harus seperti ini ?, bukannya kami sudah berada dalam kelas yang sama…? Atau memang sudah terlalu sibukkah aku hingga Ditya merasa selalu diacuhakan?” tanyaku dalam hati.
Aku mencoba mencari waktu senggang di tengah kepadatan jadwalku untuk bersama Ditya. Ya hari sabtu depan aku akan ikut bersamanya untuk pulang ke Jogja. Aditya memang berasal dari Jogja, dan sudah beberapa bulan ini aku lihat Ditya tak pernah lagi di jemput oleh Ayahnya yang seorang perwira angkatan darat.
Sore ini, aku langsung saja memberitahukan rencanaku kepada Ditya. Namun sulit sekali aku menemukan sosok nya tersebut. Dia seakan ditelan bumi, dan aku hanya bisa terduduk di teras baraknya dengan lemas. Namun tiba-tiba seseorang menepuk pundaku hingga aku terperanjat, dia tak lain adalah Ditya…
“Hallo sayang…” ucapnya sembari menepuk pundakku
“Ditya…” jawab ku dengan sedikit kaget
“Wah ada apa nih, bos bela-belain datang ke barak ku” Tanya Ditya
“Maksud kamu apa sih Dit ? “ tanyaku kembali
“Canda Awan sayang, gitu aja marah...” jawabnya sambil memelukku dari belakang.
Nyaman…sungguh nyaman. Ditya semakin erat memeluk tubuhku, seakan lama tak jumpa denganku, hingga semua rasanya ditumpahkan saat itu dengan memeluk erat tubuhku.
Lama Ditya mendekap erat tubuhku. Dan kami hanya terdiam seribu bahasa.
Prang… tiba-tiba kamu terkejut dengan bunyi yang entah berasal dari mana. Dan tiba-tiba seorang siswa muncul dan berkata kepada kami dengan tersengal.
“Aduh…mamaaaf ya, kalian jadi kaget” ucap siswa tersebut
Dan sontak kami pun merubah posisi kami, namun tetap saja cangung
“Enak ga Wan pijetan gw...” tiba-tiba Ditya bertanya itu kepadaku
“Eh apa Dit, eh iya, enak banget pijitan kamu Dit” jawabku dengan canggung
“Awan nih manja, masa baru jadi KETOS aja dah pegel linu kaya gini, gimana jadi presiden hehehe…” sambung Ditya yang kurasa malah menambah rasa canggung ini.
“Oh…gitu ya, maaf ya…model praktikum ku jatuh nih” ucap siswa itu lagi.
“Padahal mau di kumpulkan hari ini, selasa depan” imbunya lagi kepada kami.
“Ya udah , mau benerin dulu ya…”siswa itu berlalu dengan tergesa.
“Praktikum BIOLOGI…!!!! ” tiba-tiba Ditya bertetiak
“Kamu kenapa sih teriak kenceng banget, mana pake di kuping lagi” omelku
“Wah…mati aku Wan…” ucap Ditya
“Aku belum kerjain praktikum itu sama sekali…, aku lupa wan…” imbuhnya lagi.
“Lohhh itu kan sudah semingu yang lalu Dit, kenapa kamu belum kerjain juga Dit” tanyaku dengan nada yang semakin meninggi kepada Ditya
Ditya hanya menunduk…dan terdiam lesu, mendengar marahku.
“Sudah beberapa hari ini aku bantu bu Lastri untuk merangkai Janur di tempatnya, karena putrinya akan menikah minggu ini…” jawabnya lirih.
Aduh…kenapa aku harus marah sama Ditya…Lalu ku rangkul Ditya menuju baraknya dan kupeluk erat dirinya setelah berada di dalam. Ku beranikan diri untuk mencium bibirnya untuk mencairkan suasana.
‘Maafin aku ya Dit…kalo aku marah-marah sama kamu’ ucapku setelah mencium lembut bibirnya.
“Ya sudah cepat kamu kerjakan, dan nanti aku bantuin” ucapku lagi.
Dengan cepat aku menyeret Ditya ke meja belajarnya, ku buka semua catatan Ditya tentang tugas praktikum ini, dan tanpa sengaja ku temukan secarik kertas yang terjatuh dari dalam buku yang ku pegang. Ku perhatikan dengan seksama. Aku baca, aku teliti dengan cermat…ya ini sebuah puisi… puisi cinta rupanya
“
Mencintaimu setulus hati ini
Awan....
Jangan kau ragu akan cintaku...
Cintaku tulus dari dasar hati ini...
Dia tak mendua dan bercabang...
Dia ada yg memiliki.... yaitu Cintamu....
Awan....
Seandainya aku harus memilih...
Maka aku tak memiliki pilihan...
Aku hanya tunduk dan patuh kepada Sang Pemilik Cinta...
Ku berharap Cinta ini hanya milikmu semata..
Awan....
Aku mencintaimu Awan....
Aku tak ingin berkhianat.. .
Aku tak ingin yang lain...
Aku hanya ingin cintamu...
Aku rindu kasihmu...
Jangan kau tinggalkan aku...
Jangan biarkan aku sendiri....
Biarkan benci itu ada disana...
Jangan pernah benci itu ada diantara kita.....
Aku mencintai kamu.”
Awan…? aku kah yang Ditya maksud, aku kah awan yang ada di dalam puisi itu ? pertanyaan itu terbit begitu saja dalam pikiranku. Namun tak sempat aku tuk berfikir lama tentang semua itu, aku harus segera membereskan semua ini sebelum Ditya mengetahui ini semua. Sebetulnya masih ada beberapa carik kertas lagi yang berserakan namun aku tak ada waktu untuk membacanya satu persatu. Dia tak tahu bahwa aku mencecerkan kertas-kertas itu, karena kami saling membelakangi. Tak lama berselang Ditya sudah membalikkan tubuhnya dan memberikan buku materi praktikumnya. Kami pun bekerja keras menyelesaikan tugas tersebut hingga larut malam. Ini malam sabtu, dimana semua siswa taruna yang berdomisili di sekitar asrama diijinkan untuk pulang, sehingga kami bisa mengerjakan tugas hingga larut. Hanya tinggal Ditya yang tidak pulang ke Jogja karena harus mengerjakan tugasnya. Alhasil kami pun tertidur karena lelah…. Namun tak dapat mata ini terpejam erat. Untaian kata indah itu membayangiku. Ku coba lagi untuk memejamkan mata ini.
Hangat…, ku di peluknya lagi dalam tidur…aku di peluknya dengan erat. Berbantal lengan…, ya aku berbantal lengannya. Ku lepaskan kantuk ini diatas lengan Ditya yang diberikannya untuk menjadi pengganjal kepalaku.
Tak ingin ku lepas pelukan ini, aku ingin merasakan kehangatan peluknya di setiap tidurku. Ku ingin selalu berbantal lengannya, dan selalu mencium aroma tubuhnya.
Ditya, aku kah itu…, aku kah orang yang kau maksud dalam puisi indah tersebut…? Jika itu memang aku… Aku juga… mencintaimu Ditya.
Ku tatap wajah Ditya yang tertidur dengan lelap. Tampak keletihan menyelimuti tubuhnya. Matanya terpejam rapat…hela nafasnya dapat kurasakan dengan teratur…Ditya sungguh tertidur lelap…dengan tangan kanan yang masih erat memelukku, sedang tangan kirinya diberikan padaku sebagai bantal.
Ku dekatkan wajah ini menuju paras nya, perlahan…perlahan…aku tak ingin membuatnya terbangun karenaku. Ku belai rambutnya dengan tangan ini dan ku cium dahinya. Ku cium pula hidungnya…, pipinya…dan ku kecup pula bibirnya dengan sedikit lumatan kecil.
“Selamat tidur sayang…semoga aku ada dalam mimpimu…” bisikku pada telinga Ditya.
Aku terus mencoba untuk memejamkan mataku. Rasa kantuk kian membekam, namun entah kenapa mata ini tak kunjung terpejam. Ku hanya mampu menatap langit-langit barak Ditya. Ku hanya bisa termangu…diam tanpa kata, hingga terdengar alunan Adzan yang menandakan hari beranjak pagi.
Sudah subuh rupanya…
ditunggu ceritab berikutnya
dilanjut ya kang mas broanother good story
dilanjut ya kang mas bro