It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Bersetting di akhir tahun 1800-an (berbagi era dg serial Little House yang juga sama-sama bertema pioneer Amerika dalam menaklukan lahan liar), novel ini akan membawa kita pada nostalgia yang menyenangkan, sehingga kita berkhayal agar kita bisa hidup di era tsb; saat hidup masih bisa dijalani dengan cara sederhana, saat kebahagiaan dapat digapai dengan cara bersahaja.
Kekuatan novel ini adalah deskripsi yang kuat dan rinci, sehingga pembaca seolah langsung menyaksikan segala detail yang diceritakan dan membayangkannya dengan jelas. Ceritanya sendiri sebenarnya "tipis" dan sederhana. Tapi inilah yang menjadi kekuatan lainnya novel ini. Begitu kita terhanyut dan terbuai dg kekuatan deskriptifnya... boom... bahkan konflik sederhana akan menghancurkan hati pembaca sampai remuk redam.
genitalia and lack thereof.
Dibaca di pesawat yang cuma 3-4 jam durasi perjalanannya, dan langsung tamat. Sudah lama gak baca Murakami--dan era ransisi yang diisi banyak novel thriller dan fantasi--baca Murakami yang ini terasa kering dan hambar. Mungkin karena bukunya yang sangat tipis (apalagi banyak ilustrasinya). Tapi terutama, ceritanya sangat mengingatkan saya pada Bibbi Bokken's Magic Library-nya Jostein Gaarder dan Coraline-nya Neil Gaiman. Dengan kata lain, tidak membuat saya terkejut atau terpesona sama sekali.
Primates and Philosophers: How Morality Evolved (Frans de Waal)
Subjudulnya sudah menjelaskan semuanya. Bagaimana moralitas--yang dalam pandangan Aristoteles membuat kita berbeda dari hewan atau menurut Thomas Aquinas adalah anugerah dari Illahi--justru bisa dilacak dari kehidupan hewan, khususnya primata. Manusia, sebagai sama-sama produk evolusi, setara kedudukannya dengan hewan dan bersama telah mengalami perkembangan tak hanya rupa fisik tetapi juga perilaku yang pada akhirnya perubahan konsep moralitas. Sudut pandang naturalis ini, sebenarnya merupakan elaborasi lebih lanjut dari 'selfish gene'-nya Dawkins, tetapi menjadi lebih menarik karena de Waal membahasnya secara tuntas dan memuaskan ketika mencari mata rantai konsep moral antara manusia dan kerabat modern terdekat kita; kera.
Kak @wing dapet Selfish Gene dalam bentuk elektronik atau fisik?
Saya hampir tak bisa mengingat, kapan terakhir kali errr... menitikkan air mata... oops... saat membaca sebuah buku. Dan justru kisah ttg kelinci lah yang membuat saya tersadar bahwa aparatus lakrimalis saya masih bekerja. Sad sad sad.
Don't Sleep, There are Snakes: Life and Language in the Amazonian Jungle (Daniel L. Everett)
Dalam lebatnya hutan amazon, kisah-kisah tentang suku-suku eksotik telah menjadi legenda dan mitos yang dikukuhkan dg stigma menakutkan film-film grindhouse ala Cannibal series. Dalam buku antropologis ini, Everett menuangkan salah satu kisah suku terpencil ini (suku Pirahã) dengan komprehensif dan menarik. Dan mungkin terdengar klise, tetapi apa yang diutarakan Everett lewat buku asyik ini, menegaskan bahwa fakta bisa lebih aneh ketimbang fiksi.
Jujur saja, saya membaca buku ini karena covernya, yang bagi saya cukup provokatif. Tapi, hanya sebatas covernya saja yang menarik dari novel ini. Digarap secara pseudohistori (dan pseudosastra), novel ini menceritakan perkembangan sejarah pabrik rokok kretek dari zaman Belanda hingga era sekarang.
Bagian yang paling membosankan adalah penokohan karakter yang sangat generik dg dialog yang plastik dan gak reliable. Saya sebelumnya pernah membaca buku ttg sejarah industri rokok kretek--lupa judul, baca di salah satu perpustakaan--dan apa yang ditampilkan dalam novel ini lebih banyak fiktif khayalan sang penulis.
Dan pas halaman terakhir, saya baca biografi penulisnya... well.. penulis novel Tabula Rasa ternyata, novel dia lain yang saya baca berabad-abad lampau dan menimbulkan kesan, 'apaan sih ini?'
A Year Without Made in China: One Family's True Life Adventure in the Global Economy (Sara Bongiorni)
Jika buku sebelumnya dibaca karena tertarik cover, yang ini dibaca karena terarik judul. Dan kembali kecewa.
Buku (nonfiksi) ini bertutur ttg satu keluarga yang menghindari barang-barang buatan China selama setahun. Premisnya sangat menggoda, tetapi eksekusinya sangat buruk. Isinya hanya berupa kenarsisan betapa hebatnya keluarga ini terhindar dr efek globalisasi dan konsumerisme barang-barang China yang mewabah. Meh.
Introduction to Mineralogy (William D. Nesse)
Sebenarnya ini buku teksbuk kuliah, jadi bahasannya lumayan rinci dan mendalam. Tapi bagi orang awam macam saya, bisa mengikuti dg mudah bahasannya yang telaten--apalagi banyak gambar bagus didalamnya, haha. Baca ini buku ini membuat saya berfikir betapa ausnya pengetahuan stokiometri kimia saya. duh.
The Enigma of Arrival (VS Naipul)
Sebuah novel yang senyap, tentang seorang imigran dari negara Trinidad & Tobago dan pergulatannya untuk bisa bertahan sbg pendatang di Inggris. Naipul memamerkan kepiawaian sastra level nobel-nya, dalam jalinan kalimat-kalimat yg menghanyutkan. Novel ini, ajaibnya, alih-alih menceritakan kisah pergulatan sosial, malah menusuk ke dalam, saat kekecewaan mulai menggerogotinya ketika dengan perlahan mimpi dan imajinya kandas.