It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ehem, mengaku sbg fans Urasawa tapi belum baca semua karyanya, haha.
Yap, karya ini jelas lebih inferior ketimbang karya Urasawa lain seperti Monster atau 20th Century Boy atau Pluto. Tapi, tetap Urasawa adalah master dari story-plot yg jelimet dan kejutan dimana-mana. Meski untuk yang serial ini, beberapa dugaan saya banyak terbukti benar.
Ketika saya membaca buku ini di area publik, saya harus menutup rapat-rapat sampul bukunya. Jangan sampai orang yang melihat judul buku ini menganggap saya sedang membaca buku porno. Apalagi ini bulan puasa. Bisa-bisa saya diciduk orang-orang yang tak mengerti dan menilai dari judulnya saja. Haha.
Bahkan, ketika saya hampir tersedak menahan gelak, kedua tangan saya bekerja menutupi margin atas halaman buku yang memuat judul novel ini. Alhasil, sementara tubuh saya terguncang-guncang menahan ledakan tawa, orang di kiri-kanan saya penasaran ingin melihat judul buku yg saya baca. Bahkan seseorang secara terang-terangan melirik halaman buku yg saya baca setiap 5 detik sekali saking penasarannya. Haha.
Diantara berbagai buku yg ditulis oleh pemenang Nobel Sastra, nama penulis Mo Yan adalah yg termasuk baru sy sentuh bukunya. Dan sepertinya, dia terasuk yang "paling beda" juga.
Gaya bahasa Mo Yan nyaris tanpa kiasan atau gaya bahasa berbunga-bunga dan meliuk-liuk. Lugas, tegas, dan nyaris lugu, bahasa Mo Yan mengingatkan saya pada gaya bahasanya pemenang Nobel Sastra lainnya, VS Naipul.
Meski karyanya Mo Yan memiliki alegori satir juga, tetapi lebih ke arah protes kejadian historis masa lampau, ketimbang protes thp sistem totalitarian di China-nya sendiri.
Itu kenapa Mo Yan dipuja-puji oleh negaranya, tetapi dibenci kalangan revolusioner karena dianggap "menjilat pemerintah" dan tidak mendukung kebebasan bersuara di negaranya. Dan ini sebabnya karya Mo Yan tersebar luas di China. Nasib yg berbeda yg dialami oleh pemenang Nobel Sastra asal China lainnya Gao Xingjian. yang karena kritik dan sindirannya, karyanya dilarang beredar dan harus pindah kewarganegaraan.
Terlepas dari kontroversi yang melingkupi Mo Yan, karya-karyanya memang layak mendapat apresiasi tinggi. Seperti buku ini. Dengan humor tragic-satir, benar-benar semua komedi yang bisa sangat luar biasa menghibur sekaligus potret yang gelap.
Cerita Big Breasts and Wide Hips mengingatkan saya pada novel One Hundred Years of Solitude, baik dr segi tema maupun penokohan. Gaya magis-realismenya juga kental, dengan humor yang berjejalan di tiap halaman. Luar biasa lucu dan menghibur.
Tapi, mungkin karena gaya narasi yang lebih kering, saya menganggap novel tsb gak selevel dengan One Hundred Years of Solitude--lagian, di dunia ini, hanya ada beberapa saja novel yg bisa selevel dg One Hundred Years of Solitude, gak ada yg bisa melampaui.
Big Breasts and Wide Hips adalah sebuah novel yang nakal, genit, blak-blakan, dan tanpa tedeng aling-aling membongkar kemunafikan tanpa rasa malu. Dan lucu. Sangat lucu.
Masih melanjutkan program 1 karya pemenang Nobel per minggu.
Novel terpenting dan terkenal dari Asturias tak hanya sangat penting bagi karir dia yang melontarkan namanya menjadi pemenang Nobel Sastra 1967, tetapi juga sangat penting bagi dunia literasi global.
Begitu saya menutup buku ini, saya masih tercenung takjub, seolah merasakan bahwa keajaiban masih terjadi dan berkelindan di sekitar saya. Sensasi yang sama persis saat saya selesai membaca bukunya Rushdie dan Marquez.
Mencampuradukkan antara mitos peradaban bangsa Maya dengan politik kontemporer Amerika Latin yang berdarah-darah, saya rasa tak seorang pun bisa mengaduk kedua topik ini semengagumkan dan semencengangkan Asturias. Hasilnya? Sebuah kritik tajam menusuk-nusuk yang gak akan dikenali oleh para politikus pandir. Jenius. Jenius. Jenius.
Larung oleh Ayu Utami
dan sekarang sedang menghabiskan buku tentang sejarah Rusia.
FYI:
bagi yang penasaran novel Lelaki Terindah yang fenomenal itu, sudah tersedia cetakan ulangnya dengan cover yang baru.
hahahaha.
Buku ini bikin saya melanggar janji untuk baca novel sastra Nobel, hehe. Biar kalian memaklumi pelanggaran janji tsb, saya berikan sedikit bocoran isi buku ajaib ini;
Kematian Gwen Stacy adalah salah satu kontroversi terbesar dalam sejarah dunia perkomikan, dan seorang profesor fisikalah yang akhirnya menuntaskannya.
Di serial Spider-Man no. 121 (Juni 1973), Gwen, pacar Peter Parker (Spider-Man), diceritakan diculik oleh Green Goblin dan dibawa ke atas Jembatan George Washington. Gwen dijatuhkan dari atas, dan dg jaring laba-labanya Spider-Man berhasil menolong Gwen sebelum tercebur ke air. Namun saat ia menarik ke atas, Gwen sudah meninggal. Green Goblin bilang jatuh dari ketinggian segitu memang akan membunuh orang sebelum mencapai ke tanah. Di sini kontroversinya: apakah Gwen mati karena jatuh dari ketinggian, atau sebelum dijatuhkan ia terlebih dahulu dibunuh oleh Goblin?
Hampir 30 tahun sesudah debat ini, fisikawan James Kakalios dari Universitas Minnesota datang dengan simpulan mengejutkan. Dengan asumsi berat Gwen 50 kg, ia menghitung impuls jatuhnya Gwen, percepatan dan stop mendadak akibat jaring Spider-Man, dan menemukan bahwa dalam rentang setengah detik, gaya yg dibutuhkan untuk menghentikan jatuhnya Gwen setara 10x gaya gravitasi. Tak ada orang normal yang bisa menahan gaya sebesar itu. Jadi Gwen mati justru karena penghentian mendadak oleh jaring Spider-Man!
Bagaimana mungkin Peter Parker si anak kutu buku malah membunuh pacarnya karena dia gagal memahami sains?
Kakalios mengumumkan temuannya ini di majalah Wizard pada tahun 2000, dan Marvel Comics pun akhirnya mengubah pendekatannya dalam Spider-Man. Karena itulah di versi film tahun 2002nya Sam Raimi kita saksikan, saat menyelamatkan Mary Jane yg jatuh, Spider-Man tidak langsung menangkapnya dengan jaring, tapi berayun dulu ke bawahnya, menangkapnya, baru menyemburkan jaring lagi buat berayun ke atas.
Tetapi di versi film Spider-Man 2014 nya Mark Webb, Kematian Gwen sengaja menggunakan versi komik orisinal, sehingga meninggalkan ambiguitas, apakah Spiderman terlibat dalam pembunuhan Gwen.
Tunggu, terus kalian pasti berfikir, bagaimana dengan bungee jumping? Bukan kah si jumper dihentikan secara mendadak oleh tali pengikat, mengapa si jumper tidak meninggal juga? Aha, untuk penjelasan tsb, saya tak akan menuliskannya di sini. Kalian harus membacanya sendiri di buku ini. Haha. #ditimpuk
Selain Spiderman, tentu saja banyak superhero yang dibahas di buku ini, selain superhero kelas 'A', banyak superhero kelas B juga yang dibahas. Karena dari sudut pandang fisika, sudah pasti melibatkan rumus. Tapi tenang saja, rumus dan penjelasan yang digunakan sederhana banget kok. Gampang diikutin bahkan oleh mereka yang tidak berlatar pendidikan sains fisika.
Ngomong-ngomong, membaca buku ini semakin meyakinkan saya bahwa pilihan saya untuk berpihak pada DC ketimbang Marvel adalah pilihan yang sudah tepat, haha. #dijitak marvel fanboys
Oya, cara ngusulin terjemahan buku ke penerbit gimana sih? Sehabis baca buku ini, saya tergoda untuk menjadi penerjemah, setidaknya untuk buku ini. Buku seperti ini harus dibaca banyak orang Indonesia, karena akan meningkatkan minat sains dengan cara asyik. Dan juga, kayaknya bakal asyik banget nerjemahin buku ini, karena membahas dua tema yang menarik minat saya: sains dan superhero.
@foursquare Kapan?
@foursquare Kapan?
mulai tgl 27 Juli - 3 agustus.
di Parkir Timur Senayan.
tahun ini Jakarta Book Fair banyak berbeda.
selain lokasinya yang tak lagi di Istora Senayan - dan kini pun jadi outdoor, tahun ini transaksinya menggunakan uang elektronik dari bank DKI, jakcard. mirip foodcourt eat&eat gitu. wkwkwwkw
selain itu tahun ini, Jakarta book fair kemungkinan banyak didatangi pelajar, karena adanya kebijakan Ahok mengenai KJP.
#fyi