It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
lanjutkan usahamu
Kpn nih ad scene junot jdi gantian jutek n gk suka sma arka lgi..????
hehehehe....
ditunggu lanjutannya....
Klo bisa mention aku ya klo uh done lanjutannya..
@faghag iya, udah dilanjut kok. Scroll aja ke bawah
@Adam08 kok Junot sih? Kenapa bukan gueh?
@pokemon ahaha, katanya Junot "terimakasih untuk dukungannya, aku padamuuhh!"
@AwanSiwon hehehe... maap yah, silakan diulangi lagi saja bacanya.
@dirpra Kenapa semua dukung Junot sih? Kasian Arka atuh... hahaha
@Sagida sebenernya nggak salah juga sih Junot kalo menurut gue. Dia kan nggak tau kalo Arka itu straight. Yang salah itu Rio karena dialah yang membuat Junot jadi kenal ama Arka. Hohoho
@DItyadrew2 planning gue sih mo cepet klimaks biar cepet selesai. Tapi waktu luang gw bener-bener nggak mendukung #sok.sibuk . Silakan dibaca lanjutannya...
@fahmy37 Ah? Apanya yang bikin bingung?
@rafevn maaf lamah... silakan dibaca lanjutannya di bawah...
@petertomasoa TIDAK BISA! Di sini nggak ada Junot yang gantian jutek ama Arka (mungkin). Karena gw suka menyiksa Junot, nyahaha~ #evil.smirk
@Dharma66 kamuh kenapah?
~~~~~
CONFUSE MODE:ON
Hah~
Aku menghela nafas panjang sambil menghempaskan tubuhku ke kasur. Pandanganku sempat berkunang-kunang selama beberapa saat, hingga akhirnya kembali normal. Sejak kelas 3 SD aku selali mengalami vertigo. Entahlah kenapa bisa begitu. Apalagi 2 tahun belakangan ini, vertigoku makin menjadi-jadi. Pandangan memutih beberapa lama, dengan disertai nyeri di bagian belakang kepala dan kedutan di bagian-bagian tubuhku. Aku tidak berani memeriksakan diri ke dokter. Ada banyak alasan. Pertama, aku takut, kalau ternyata aku menderita penyait tertentu yang bisa membahayakan nyawaku. Aku takut menerima kenyataan seandainya itu benar-benar terjadi. Kedua, aku adalah anak tunggal di keluargaku. Apa jadinya jika aku sakit? ku tidak mau membuat Bunda khawatir. Membahagiakan kedua orangtuaku saja aku belum pernah, malah mau membuatnya khawatir.
Selama ini aku masih bisa menahan rasa sakit di kepalaku yang selalu mendadak munculnya. Terlebih jika aku sedang bersama orang lain. Hanya kalau sedang bersama Rio saja atau kalau sedang sendirian, aku baru mengeluarkan ekspresi kesakitanku. Ya, Rio. Dari sekian banyak orang yang kukenal, hanya pada Rio aku baru berani mempercayainya. Walaupun berkali-kali pula Rio mendesakku untuk memeriksakan ke dokter, tapi sudah dijamin kalau dia tak akan melaporkan penyakitku ini ke orangtuaku. Aku sudah mengancamnya, jadi pasti dia tak akan berani.
Drrt! Drrt!
Handphoneku yang kutaruh di atas meja belajar bergetar. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, baru beranjak bangun untuk mengambilnya. Sempat limbung, tapi buru-buru aku menyangga tubuhku dengan kedua tanganku. Layarnya masih menyala. Ada SMS dari Junot.
|Klo udh nympe rumh bruan mndi trs mkan, jgn smpe tlat!|
Inilah kebiasaan Junot yang baru aku tahu, selalu SMS hal-hal yang nggak penting. Nggak perlu diberitahu, aku juga sudah tahu. Beda aku, beda juga Rio. Rio bilang, apa yang dilakukan Junot cukup 'sweet' untuk ukuran cowok. Walaupun hanya hal kecil, tapi setidaknya dia sudah berusaha perhatian padaku.
Pelan-pelan aku berjalan menuju balkon kamarku. Menikmati sunset mungkin bisa sedikit menenangkan pikiranku. Well, sunset di sini memang nggak seindah sunset di Kuta, settingnya saja hanya atap-atap rumah. Tapi lumayanlah. Rasanya otakku penuh memikirkan berbagai macam hal. Tugas-tugas yang bejibun, belum lagi ulah-ulah Junot yang terus-terusan berusaha menarik perhatianku. Kalau diingat-ingat, sudah seminggu berlalu sejak kejadian di kantin. Dan sejak hari itu Junot terus 'ngengkel' mengatakan kalau aku cemburu dengan Reza karena insiden 'jabat tangan dengan Reza'. Demi Tuhan, aku sendiri bahkan bingung kenapa Junot bisa kepikiran sampai ke situ. Aku menghentikan insiden (?) itu karena aku merasa risih. Just it!
Getaran dari handphone yang kugenggam mebuatku mengernyitkan kening. Siapa lagi yang SMS? Rio?
|Sob, gmna lu ma Anggri?|
Anggri? Ah cewek itu... mendadak aku jadi ingat pertemuanku dengannya lusa kemarin. Aku iseng mengajaknya jalan-jalan, dan ternyata dia tak menolak. Pertama ke toko buku, aku membeli beberapa komik, sedangkan dia sebuah buku tentang psikologi dan sebuah majalah artis Korea. Dasar cewek, mau model apapun ternyata tetap saja Korean Lovers. Dan ada yang kusuka dari Anggri. Waktu aku mengajaknya ke cafe untuk makan siang, dia menolak. Dia lebih memilih makan siomay pinggiran jalan daripada makan di cafe. Aneh kan? Alasannya, karena lebih afdol. Untuk masalah makanan, selera kita sama (Bilang aja kere!) Selain itu dia juga nggak materialistis. Siapa sih yang nggak seneng kalau ternyata gebetannya nggak matre? Hare gene kan nyari cewek gak matre susah.
Ah ya, aku lupa membalas SMS Rio!
|Udh da sdkit kmjuan dbnding kmren2. Klo mnrut gw mnding lo lngsng ksh tw Junot ja deh. Klmaan klo nnggu Anggri!|
Ya, akan butuh banyak waktu kalau harus menunggu aku jadian dengan Anggri. Aku hanya tak ingin terlalu banyak memberi harapan pada Junot. Dengan terus membiarkan ia mendekatiku seperti ini, itu terlihat seolah-olah aku telah memberikan harapan pada Junot, padahal nantinya aku juga akan mencampakkannya begitu saja. Sebenarnya bisa saja aku langsung jujur pada Junot kalau aku adalah cowok straight, dan aku tak bisa menerima perasaannya. Tapi mana mungkin? Bagaimana kalau Vino, yang notabene-nya adalah saudara Junot, marah padaku dan Rio karena mengira selama ini kami sudah bersekongkol mempermainkan perasaan Junot? Aku sih tidak masalah dibenci Vino dan Junot, tapi bagaimana dengan Rio? Aku mana tega menghancurkan hubungan Rio dengan Vino?
Aneh ya, kenapa aku harus mempedulikan Ro untuk hal ini? Padahal Rio sendiri malah dengan teganya menjodohkan aku dengan Junot, padahal jelas-jelas aku straight. Sebenarnya diam-diam aku sering menggerutu sendiri, kenapa sih ada orang bodoh macam Rio yang menjadi sahabatku? Sudah bagus aku tidak menjauhi dia begitu tahu orientasi seksnya melenceng, ee... malah aku ditarik juga. Tapi... begitu tahu karakter Rio, yang selalu punya cara berbeda untuk menunjukkan kalau dia perhatian pada orang lain, ya aku merasa bisa sedikit memahami.
Wajar saja kan, dia tahu sejak SMA ini aku tidak pernah pacaran atau dekat dengan cewek manapun. Mungkin dia bermaksud mencarikanku pacar? Tapi ayolah... aku nggak sejelek itu kok, aku tidak membutuhkan jasa mak comblang supaya bisa laku. Kata Ulfa, cewek sekretaris kelasku, aku termasuk ganteng di sekolah (nyehehe), hanya aku cukup pendiam untuk ukuran cowok, makanya hanya segelintir cewek seangkatan yang tahu namaku. Apa Rio kasihan melihatku yang selalu menghabiskan Malam Minggu sendirian di kamar? Sedangkan dia entah melakukan apa di rumah cowoknya?
Drrt! Drrt!
Aku sedikit tersentak ketika hapeku bergetar lagi. Aku baru sadar kalau aku sudah cukup lama melamun begitu melihat langit yang mulai menggelap. Junot mengirimiku SMS lagi.
|Oh ya, aq lpa. Bsok pulng skul maen bsket breng, kmu wjib kt. Da Reza jg|
Hah? Basket? Reza juga? Kenapa harus ngajakin Kuda Nil segala sih? Eh... tunggu! Junot ngajak Reza...
Kenapa mendadak feelingku nggak enak ya?
~~~~
A/N:
Nyahaha! Kenapa judulnya pake "Confuse"? Sebenernya yang confuse itu bukannya Arka, tapi authornya! Bingung mo pake judul paan, orang intinya ni chapter kemana-mana. Idenya loncat sana-sini. Gara-gara waktu ngetik ni sambil dengerin MP3 di hape yang acak. Abis lagu mellow, mendadak ngerock, terus K-POP, hadeeehh... pikiran jadi melanglang buana gak karuan. Saran gw, kalo ada author yang punya penyakit pikun kayak gw, jangan pernah nyari ide dengan dengerin MP3 yang di-shuffle. Kacau entar!
Nah... mau komen? Flame? Atau ada yang minta dimention lagi? Kali aja ada, ngarep gak papa kan? Silakaann...
Ah ya, segala bentuk copas, membajak, dan/atau merubah sebagian atau seluruh isi cerita ini sangat diilegalkan apabila tidak mempunyai izin dari gw. Belakangan ini gw banyak menjumpai cerita di BF yang dicopas di Gay Grup di Facebook yang sebagian isinya diubah. Dan gw sebagai penulis sangat prihatin (huahahaha, bahasa gw!!!) karena temen gw sesama penulis udah mengalaminya.
Akhirul kata, terimakasih, thank you, matursuwun, hatur nuhun, arigato, gomawo untuk yang sudah membaca ni cerita, terlebih yang sudah memberi komentar. Sampai jumpa di chapter depan1 Jaa~
#Semedi.lagi.cari.inspirasi
ngokngokngok...
Pdhl aku pngin tw ap reaksi si arka pas si junot gantian jdi dingin,jutek ke arka..
Part ini dikit banget