It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Chapter IV: Me, and my sweet dream
~Ikhsan's POV~
"Jawab aku, Chan. Kamu habis dari mana?"
Aku benar-benar tak bisa membalas pertanyaannya. Gawat, apa yang harus aku katakan? Lagipula kenapa Aldo bisa ada disini? Ini sudah tengah malam...
"Chan, please jawab pertanyaanku. Kamu habis dari mana? Siapa Pria tadi yang barusan mengantarmu pulang?" kedua bola mata Aldo yang hitam pekat sedang menatap kedua bola mataku yang coklat. Aku berpikir sejenak.. Apakah aku harus membohonginya? Atau aku harus jujur padanya? Aku takut kalau nantinya Aldo akan menjauhiku kalau dia tau pekerjaanku. Tapi kalau misalnya aku harus berbohong padanya? Aku nggak bisa...
"Masuk ke dalam dulu aja, Do. Biar aku jelaskan semuanya..." Aldo segera mengekoriku dari belakang. Ketika aku membuka pintu rumah, aku mempersilahkan Aldo untuk duduk di ruang tamu.
Aldo menatapku dengan tatapan yang cemas. Dan dengan satu tarikan nafas yang ku keluarkan, aku pun memulai menjelaskan semuanya pada Aldo. Dan sepertinya Aldo mendengarkan semua ceritaku dengan serius. Baru kali ini aku melihatnya serius seperti ini...! Mungkinkah Aldo sudah tak mau berteman denganku lagi begitu ia tahu kalau aku bekerja di tempat-tempat hiburan? Tapi aku tidak akan terjerumus! Disana aku hanya menari saja... Apakah salah?
"Kamu nggak salah kok, Chan. Tapi sebaiknya kamu berhenti dari pekerjaanmu itu... Kalau kamu ketauan pihak sekolah gimana?" tanya Aldo dengan nada khawatirnya. Aku hanya bisa terdiam sambil memainkan jari-jariku dengan gelisah. Berhenti? Bagaimana bisa? Kalau aku berhenti dari pekerjaan ini, aku harus bagaimana lagi untuk bertahan hidup? Kalau menjadi pelayan biasa gajinya tidak mencukupi biaya sekolahku perbulan. Tapi Aldo ada benarnya juga, aku selalu khawatir kalau pekerjaanku ini diketahui oleh pihak sekolah.
"Lantas, aku harus bagaimana, Do? Kalau aku berhenti, aku gak bisa memenuhi kebutuhan hidupku..." Aldo tampak berpikir sebentar. Dia menyenderkan bahunya di sofa sambil menghelakan nafas yang panjang.
"Ah! Aku punya ide!" seru Aldo dengan penuh semangat. "Besok aku bakal kasih tau ke kamu. Sekarang mendingan kamu istirahat dulu, ok?" aku menatap Aldo dengan bingun. Kira-kira ide apa ya yang sedang dia pikirkan?
"Oh ya, aku boleh nginep disini gak?" eh!? Aldo nginep disini? Ngapain ya? Aku sih seneng banget kalau dia nginep, tapi...
"Boleh aja sih, tapi kayaknya aku gak punya baju ganti yang pas buat kamu... Gimana dong?" Aldo tersenyum mendengar pertanyaanku, dan ia membuka tas ranselnya yang ia taruh dibawah sofa.
"Tenang, aku udah mempersiapkan semuanya kok!" ujarnya dengan senyum yang lebar. Wah, jadi dia sudah merencanakannya ya? Ternyata Aldo datang kerumahku hanya untuk sekedar menginap. Katanya dia masih kangen sama aku, hahaha, ada-ada aja dia.
"Yaudah, kamu dikamar bekas kakakku aja ya? Aku mau mandi dulu sebentar," aku langsung mendirikan tubuhku dari tempat duduk dan bergegas mengambil baju rumah dari lemari kamarku.
"Wah, ternyata Ichan-ku udah bisa tidur sendiri ya... Padahal pas waktu kecil dulu kamu kan yang selalu ngajakin aku buat tidur nemenin kamu..." mendengar kalimat Aldo membuat wajahku berubah menjadi merah padam, entah malu, entah marah. Hah, Aldo memang ngeselin!
"Itu kan dulu...! Woooo!" protesku yang sambil melempar bantal tidurku kemukanya si jelek (baca:Aldo). Sayangnya, Aldo berhasil menangkap lemparan bantalku! Argh, dia malah melempar balik ke aku... Hiks, sakit.
"Berani ngelawan nih anak!" ujarnya yang kini tengah berlari kearahku dan langsung ngelitikin aku. Huwaaa, ternyata dia masih inget kalau kelemahan aku tuh dikelitikin!
"Adududuh...huahahaha..udah do, stop please...gyahahaha!!" bukannya Aldo berhenti, tapi dia makin cepet ngelitikin akunya! Aduh, kasur aku jadi berantakan deh T.T
Setelah Aldo puas mengelitiku, akhirnya aku dan Aldo sama-sama terkapar lemas diatas tempat tidurku. "Makanya, jadi orang jangan sok! Kamu tuh butuh waktu 1000 tahun buat bisa ngalahin aku!" aku hanya terdiam sambil menatap Aldo dengan kesal. Hah, dia dari dulu memang gak pernah berubah. Tapi aku bersyukur juga sih, itu artinya persahabatan kami masih sama seperti yang dulu, gak ada yang berubah.
"Udah, kamu gak usah mandi. Nanti rematik lho, mending kita langsung tidur aja..." benar kata Aldo. Aku juga capek sih sebenernya, males banget buat berdiri. Apalagi tangannya Aldo sudah berada di atas leherku, aku makin susah untuk beranjak dari kasurku.
Sudah lama aku tak merasakan perasaan bahagia ini. Sebelum Aldo datang, aku hanya tidur sendirian di setiap malam. Jangankan tidur, makanpun aku sendirian, bahkan tak ada satupun orang yang datang menyambutku ketika aku memberikan salam pulang. Hanya dengan Aldo yang membuatku tak merasa sendirian lagi dirumah ini.
Dulu waktu SD, aku selalu memimpikan hal-hal yang buruk, mungkin waktu itu aku belum terbiasa untuk tidur sendirian. Makanya aku selalu meminta Aldo untuk menginap dirumahku, supaya aku bisa tenang dalam tidurku. Ternyata benar, semenjak Aldo menginap dirumahku, aku jadi tak pernah memimpikkan hal-hal yang buruk lagi.
Seperti sekarang ini, aku bermimpi tentang sesuatu yang indah.
Chapter V: Me, and my new job
~Ikhsan POV~
"Aldo... Serius nih tempatnya?" tanyaku dengan kedua mata yang terbuka lebar. Aldo hanya tersenyum sambil keluar dari mobilnya.
"Yoi, cozy banget kan tempatnya?" kini ia sudah mengunci mobilnya dan berjalan memasuki cafe tersebut. "Ayo masuk, kakak aku udah nunggu tuh..hehe,"
Gila, ini sih udah gak termasuk cozy lagi.. Tapi udah diatas mewah! Lihat saja dari penampilan depan cafe ini, tidak terlihat seperti cafe, melainkan seperti sebuah rumah ala-ala belanda. Apalagi dengan halaman yang luas dan asri, benar-benar terlihat mewah.
Bahkan baru selangkah saja aku memasuki cafe ini, rasanya tuh... Aku tak pantas untuk berada di tempat seperti ini T.T apalagi pakaianku biasa banget, jadi grogi nih aku.
"Aldo, kamu udah dateng?" tanya seorang wanita yang kini berada di hadapan aku dan Aldo. Wuah, cantiknya! Dia kakak kandungnya Aldo ya? Cantik banget.. Rambutnya panjang dan lurus, tubuhnya juga putih dan tinggi, seperti model! "Lho? Kamu Ikhsan ya? Sahabatnya Aldo waktu kecil?" tanya wanita itu dengan senyuman yang manis.
"A-ah, iya kak. Aku Ikhsan," ujarku malu-malu sambil mengulurkan tangan kananku kearahnya.
"Aku Reisha, kakaknya Aldo," balasnya dengan sangat ramah. Setelah itu, aku dan Aldo digiring oleh kak Reisha untuk memasuki sebuah ruangan. Dan setelah ruangan itu terbuka, terlihat seorang Pria tampan yang tengah menikmati secangkir kopi.
"Permisi, Pak Arya. Kedua lelaki ini yang pernah saya bicarakan ke Bapak. Mereka ingin bertemu dan mendiskusikan soal pekerjaannya ke Bapak.." ujar kak Reisha dengan sopan. Wah, dia terlihat beribawa sekali, gak beda jauh sama putri-putri bangsawan.
"Oh jadi kamu Ikhsan ya? Sama Aldo adiknya Reisha? Silahkan masuk! Silahkan duduk disini!" ternyata manager cafe ini ramah banget. Aku dan Aldo pun segera duduk dihadapannya, sedangkan kak Reisha keluar ruangan karena ingin melanjutkan pekerjaannya. Pak Arya menyambut kami dengan penuh semangat.
Yep, kali ini Aldo sedang berusaha untuk memberiku sebuah pekerjaan baru. Untungnya, kakaknya yang bernama Reisha bekerja disebuah cafe dan cafe tersebut sedang mencari penyanyi baru untu menyanyi di cafe itu.
Aldo pernah ingat kalau aku pintar menyanyi. Ya... Walaupun aku belum pernah menunjukkan bakatku itu di depan umum, tapi aku bisa menyanyi kok. Karena Pak Arya ragu dengan kemampuanku, aku disuruh Pak Arya untuk menyanyikan sebuah lagu dihadapannya. Dan akupun mulai bernyanyi didampingi oleh iringan gitar Aldo...
Remember when oleh Avril Lavigne, itulah lagu yang aku nyanyikan sekarang. Pak Arya tersenyum melihat penampilanku, dan setelah aku selesai bernyanyi, dia bergumam 'bagus, bagus' sambil menepuk kedua tangannya berkali-kali.
"Bagaimana kalau kalian membentuk duo?" tanya Pak Arya dengan cengiran khasnya. "Jadi begini, Ikhsan yang bernyanyi. Lalu ada Aldo yang bermain gitar dan menjadi background vocal, bagaimana?"
Tawaran Pak Arya langsung Aldo terima dengan senang hati. Akupun juga senang! Karena kalau sendirian dipanggung rasanya gimana gitu... Dan setelah kami menyetujuinya. Pak Arya memberikan tes yang kedua. Yaitu ketika pukul telah menunjukkan angka 7 malam, aku dan Aldo diberikan kesempatan untuk tampil perdana didepan para penonton. Dan jika ada 10 orang yang standing-applause melihat pertunjukkan kami, maka kami sudah resmi menjadi penyanyi cafe ini.
Alhamdulillah yah, aku gak ada penyakit demam panggung. Jadi aku nggak terlalu deg-degan buat tampil menyanyi di depan para pengunjung cafe ini. Aldo pun mempunyai rasa percaya diri yang sama sepertiku.
"Udah siap?" tanya Aldo dengan senyuman khasnya. Akupun membalas senyumannya dengan lebar. Tentu saja aku sudah siap!
Ketika sang MC sudah memberikan kami izin untuk maju keatas panggung, aku dan Aldo dengan santainya berjalan diatas panggung dan segera menempatkan diri ditempat masing-masing. Sebelum aku bernyanyi, aku menyapa para penonton... Dan langkah pertamapun sukses, karena para penonton menyambutku dengan sangat ramah. Lalu setelah suasana sudah diam kembali, Aldo mulai memainkan jemarinya di gitar kesayangannya. Dan dalam hitungan detik, aku segera melantunkan sebuah lagu....
Alangkah indahnya pelangi disana
Namun ia akan pergi
Termakan sang malam
Saat senja mulai tenggelam
Dia akan pergi
Tapi ku tak rela
Dia akan terbawa mimpi
Ingat aku yang kan setia menunggu
Setia mencarimu
Alangkah sejuknya memandang pelangi
Namun ia akan pergi
Seberkas cahaya perlahan memudar
Menghilang
Dia akan pergi
Tapi ku tak rela
Dia akan terbawa mimpi
Ingat aku yang kan setia menunggu
Setia mencari sosok indahmu
Pelangi, pelangi
Jangan kau menghilang
Pelangi, pelangi
Jangan kau tinggalkan aku
Tak'kan melupakanmu... Tak'kan pernah.... Sayang....
Lagu PELANGI oleh BLACKHEART sudah selesai kulantunkan. Tapi... Kenapa semuanya malah bengong melihatku? A-apa suaraku jelek ya!? Gimana ini? Apa segitu jeleknya suaraku sampai tidak ada satupun yang tepuk tangan?
Plok...plok....
Terdengar suara seseorang yang sedang menepuk kedua tangannya.
Plok! Plok! Plok! Plok! Plok!
Dan kini... Semua para pengunjung cafe berdiri dari tempat duduknya dan memberikan tepukan tangan yang sangat meriah.
"Encore! Encore! Encore!"
Kedua pipi putihku kini memerah karena teriakan para penonton. Aku langsung menoleh kearah Pak Arya dan kak Reysha yang sedang berdiri disamping panggung, mereka hanya tersenyum lebar dan memamerkan ibu jari mereka. Setelah itu aku menatap wajahnya Aldo, dia tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
Aku dan Aldo kembali melantunkan sebuah lagu di minggu malam yang indah ini. Sepertinya aku cocok dengan pekerjaanku yang sekarang, apalagi ditemani dengan Aldo. Yah... Walaupun pastinya aku bakal kangen banget sama para dancer dan Pak Heru.
Tapi aku berharap, semoga pekerjaan baruku ini dapat berjalan dengan lancar. Aku sangat menyukainya. Aldo memang sahabatku yang paling TOP deh! Hehehe!
Setelah sukses mementaskan pertunjukkan perdanaku dan Aldo, kami dipanggil kembali keruangan Pak Arya dan kami menandatangani sebuah kontrak, yang artinya kami telah diresmikan untuk menjadi penyanyi di cafe ini.
Aku, Aldo, dan kak Reisha terlihat senang sekali ketika kami keluar dari ruangan pak Arya. Tapi setelah keluar, terlihat ada seseorang yang tengah berdiri disebuah tembok, dan ia tersenyum ketika lelaki itu melihat sosokku.
"Ikhsan! Tadi aku udah liat penampilan kamu! Wah, ternyata kamu ini pinter nyanyi ya... Aku baru tau, hehe!" kak Reisha dan Aldo menatapku dan lelaki itu secara bergantian. Wah... Kenapa dia ada disini!?
"Wah, Yuda... Kenapa kamu ada disini? Tadi kamu liat aku? Wah, jadi malu...hehehe," gak nyangka ternyata Yuda juga salah satu pelanggan di cafe ini! "Eh ya, Yud! Ini kak Reisha, kakaknya temen aku... Dan yang main gitar bareng aku tadi namanya Aldo, sahabat kecilku!"
Kak Reisha menjabat tangan Yuda dengan ramah, dan ketika Yuda mengulurkan tangannya ke Aldo. Aldo tampak diam sebentar, menatap lelaki itu dengan tajam.
"Gue Aldo. Sahabatnya Ikhsan dari kecil, sampe sekarang." ujar Aldo dengan nada yang dingin. Waduh, kenapa dia!? Perasaan tadi dia senang-senang aja? Kenapa dia keliatan sensi banget ya sama Yuda?
To be continued~ :hihihi:
mulai konflik ni
Btw,spica mau enggak dengan tawaran aku itu??,mumpung blm ada yang ngisi,lho....!!!.
iya nih.. mulai konflik XD
@aries77: iya tuh..lol *lirik2 aldo*
Wah, gimana ya? Spica sih mau sebenernya, tapi Spica udah sibuk sama pemotretan sama casting getho....wkwkwk XD sok sibuk :P *digebukin*
Mau........ya........!!
So,lanjutannya kapan lagi ni??.aku udah cinta mati ama kamu,bukan....maksud aku cerita kamu loh....!
Jangan GR YA....heeheehee......!
ceritanya yang bagus dan dibungkus dengan gaya yang aduhai, overall, cerita ini menghibur sekali
lanjutkan!
mudah-mudahan ga putus di tengah jalan.
Ini sekarang lagi mau dilanjutin hehe, maaf lanjutannya lama
@awww5: wah, thanks banget buat bro awww5 yang udah mau baca cerita Spica
@dasrielaldo: sip, ini mau lanjut kok bro ^^ hehehe
@You_chan: arigatou gozaimas You-chan~ ^^
@Lu_chu: sip! hehe, Spica usahakan gak sampe terjadi ^^
Chapter VI: Me, and my mask
~Yuda's POV~
Suaranya yang indah kembali melantun di dalam pikiranku. Gak aku sangka, ternyata Ikhsan mempunyai bakat sebagai penyanyi yang handal! Aku benar-benar jatuh cinta dengan suaranya...
Tapi... Kenapa Ikhsan bisa betah ya sama gitaris itu? Uhm, siapa namanya? Al...hmm... Oh iya, Aldo! Kenapa dia jutek banget ya sama aku? Hah, gak taulah... Aku kan baru kenal sama dia, gak mungkin aku berbuat salah padanya. Well, hal itu sih gak terlalu aku pikirkan ya. Yang aku pikirkan sekarang cuman satu... Kenapa aku selalu mengingat sosok Ikhsan yang sedang menyanyi ya? Dari kemarin, bahkan sampai sekarang, aku terus mengingat moment itu.
Baru kali ini ada seseorang yang menyita pikiranku kecuali Yola. Tunggu sebentar, Ikhsan mampu mengalihkan pikiranku tentang Yola? Kenapa bisa? Nggak, ini normal-normal saja! Ya, ini wajar. Aku hanya mengagumi Ikhsan karena dia pintar menyanyi. Hanya itu saja...
"Ketuaaaa.....!!" tegur seseorang yang tengah berlari kearahku. Hah, si troublemaker muncul deh.
"Ketua! Ketua! Ketua! Denger-denger nanti ada murid pindahan ya? Dia dikelas mana? Kyaaaa jangan-jangan dia sekelas sama aku? Muridnya cowok kan? Gimana sih tampangnya? Terus, terus...." aku nggak tau apa yang diomongin sama bocah berisik ini. Ckck, pagi-pagi udah bikin ribut... Bikin bad mood aja.
Perempuan berisik ini namanya Adel, dia berasal dari kelas XI IPA 4. Sedangkan aku berasal dari XI IPA 1. Walaupun Adel ini berisik, tapi dia bisa menjaga rahasia terbesarku. Bisa dibilang dia salah satu sahabatku, dan dia juga merupakan wakil ketua osis, wakilku.
"Eh ya, tumben kamu gak ke parkiran mobil? Biasanya kamu selalu nyamperin Yola?" tanya Adel dengan suara cemprengnya. Aku terdiam sejenak... Oh iya ya, kenapa pagi ini aku gak nyamperin Yola ya? "Atau jangan-jangan udah ada penggantinya Yola? Cieee cieeee!"
Mukaku langsung memerah ketika mendengar kalimat Adel. Nggak! Nggak mungkin... Masa iya Ikhsan itu penggantinya Yola? Nggak, ini sebuah salah paham. Ini hanya kelengahanku saja!
"Tau ah! Aku mau ke kelas dulu ya, bye!" tanpa memperdulikan celotehnya Adel, aku langsung berlari menuju kelas dan menaruh tasku. Hah, gini deh yang gak punya temen sebangku... Gak ada temen ngobrolnya. Gak tau kenapa mereka semua menjaga jarak denganku. Karena apa? Karena aku ketua Osis? Karena aku berasal dari keluarga atas? Hei, aku masih manusia juga kan. Sama seperti mereka... Aku gak pernah habis mikir, kenapa mereka semua selalu memikirkan kata 'Gengsi'?
Ah, taulah. Yang penting sekarang adalah belajar. Kubuka tas ranselku dan mengambil buku paket dan buku tulis Fisika.
"Anak-anak, sebelum pelajaran dimulai... Bapak akan memperkenalkan murid baru ke kalian semua. Yak, silahkan masuk..." seisi kelas langsung terlihat heboh dan sangat antusias menerima murid baru itu. Jujur, aku juga penasaran sih. Kayak apa sih orangnya?
Tak lama, terlihatlah sesosok pemuda berparas tampan yang memasuki ruangan kelas XI IPA 1. Wait, sepertinya aku kenal dia... D-dia kan....!?
"Pagi, nama saya Aldo Widiansyah. Panggil saja saya Aldo, saya pindahan dari SMA X kota surabaya. Sebelumnya saya pernah tinggal disini waktu kecil. Oke, itu aja... Salam kenal semuanya!" udah kuduga... Dia Aldo! Ta-tapi kenapa sifatnya berubah 180 derajat ya? Perasaan kemarin dia orangnya jutek.
"Oke, Aldo... Kamu duduk disebelahnya Yuda ya. Kebetulan dia adalah ketua Osis disekolah ini, jadi kamu bisa sekalian tanya-tanya sama dia kalau kamu masih bingung sama tempat-tempat sekolah ini..." setelah mendengar perintah dari pak guru, Aldo berjalan sambil tetap tersenyum sampai akhirnya ia duduk disampingku.
"Haaaah, kenapa harus duduk sama lo ya? Gue kurang beruntung nih..." ujarnya dengan suara yang pelan tapi menusuk. Gila, orang ini bener-bener dendam sama gue... Emang salah apa sih gue?
Jam demi jam kulewatkan dengan perasaan canggung. Selama ini aku memang pengen mendapatkan teman sebangku, tapi gak gini juga kali... Ini mah lebih parah dari duduk sendirian!
"Woi, kelasnya Ikhsan dimana?" tanya Aldo dengan juteknya.
"Di IPA 4, beda 3 kelas dari sini. Lu ke kiri ya arahnya..." tanpa mengucapkan terima kasih, Aldo langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar kelas. Ckckck, kenapa sih semua orang pada benci sama aku? Padahal aku nggak ngelakuin kesalahan apa-apa sama mereka.
Hari ini tak jauh beda dengan hari-hari sebelumnya. Istirahat sendirian di kelas, pulangpun juga sendirian. Tapi seperti biasa, dari pulang sekolah... Aku nggak langsung pulang kerumah. Pertama, aku sengaja berada diruangan Osis sampai jam setengah tujuh malam. Setelah itu aku pergi kesuatu tempat.... Suatu tempat yang sangat terkenal dengan kabar buruknya. Sebuah tempat dimana aku bisa menjadi diriku sendiri, dan melakukan apapun yang aku suka tanpa ada kata larangan. Bisa dibilang, tempat ini adalah tempatku untuk melampiaskan hidupku.
"Woi, semua! Liat nih, brother kita udah dateng! Yuk ah, cabut sekarang!" aku tersenyum ketika mereka menyambutku dengan semangat. Yep, hanya disini aku bisa mendapatkan teman.
Tanpa embel-embel ketua Osis, nama keluarga, maupun sekolah. Inilah aku, seorang Yuda. Hanya Yuda saja. Aku tak membawa nama sekolah, keluarga, dan juga statusku. Dengan begini, mereka akan menganggapku sebagai manusia biasa.
"Rokok?" tawar salah satu temanku yang berambut coklat. Akupun menerima pemberian rokoknya. Sedangkan teman-temanku yang lainnya sedang menikmati minuman keras. Bahkan ada yang sampai mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
Hanya di wilayah ini aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Hanya disini aku bisa merasakan kebebasan! Inilah kehidupan yang aku mau...
BRUGH!
Ugh, sial! Apa-apaan sih tadi!? Bisa-bisanya ada orang yang berani menabrakku!
"Ooouw, sakit banget!" lirihku yang sengaja dilebih-lebihkan.
"Wah, parah tuh. Heh, bocah! Bayar uang kerugiannya nih!" temanku juga ikut-ikutan mengompori orang yang menabrakku tadi.
"Ma-maaf!! Aku nggak sengaja... Maafkan aku!" suara ini... Jangan bilang...!? Dengan cepat aku langsung membuka topiku agar bisa lebih jelas melihat wajah lelaki itu. Dia...
"Yu...Yuda....?" gumam lelaki itu setengah tak percaya ketika ia melihatku. Gawat... Kenapa Ikhsan bisa berada di wilayah seperti ini!? Ini kan daerah berbahaya!
"Guys, kalian jalan duluan aja. Gue ada urusan sama dia," meskipun mereka awalnya menolak perintahku, tapi akhirnya mereka mau jalan duluan dan meninggalkanku dengan Ikhsan.
"Hai, selamat malam, Ikhsan!" sapaku dengan nada yang ramah seperti biasanya. Ikhsan masih menatapku dengan tatapan takut, sekaligus bingung.
"Yuda, kenapa kamu seperti ini? Kenapa kamu bergaul sama anak-anak seperti mereka!? Dan lihat... Apa-apaan ini!? Kenapa kamu merokok!?" Ikhsan langsung mengambil rokokku dan membuangnya dijalanan, sekaligus diinjaknya. "Kenapa kamu jadi beda sekali?" tanya Ikhsan dengan nada khawatir. Aku hanya bisa tersenyum kecut mendengarnya.
"Ada masalah?" tanyaku ke Ikhsan.
"Yuda, kumohon... Jadilah Yuda yang seperti biasanya! Kalau kamu ada masalah, cerita aja ke aku. Siapa tau aku bisa bantu! Please, jangan kayak gini Yud..."
"Hahaha! Kamu ini lucu ya. Gak nyangka kalau kamu segitu polosnya..." Ikhsan terdiam ketika mendengar aku tertawa. "Dengar ya, Ikhsan. Justru inilah aku yang sebenarnya... Aku yang disekolah hanyalah topeng! Camkan itu baik-baik. Lebih baik sekarang kamu pulang sebelum bahaya dateng ke kamu... Disini rawan lho,"
Ikhsan masih tetap terdiam dan terus memandangiku. Karena gerah ditatap seperti itu, akupun langsung memunggunginya dan mulai melangkah meninggalkannya.
"Aku nggak akan pulang... Sebelum Yuda pulang!" gubragh! Ternyata Ikhsan itu orangnya keras kepala ya! Padahal sudah ku kasih tau kalau tempat ini adalah daerah yang rawan akan kejahatan! "Pokoknya aku bakal ngikutin Yuda terus!" ancamnya yang sambil berlari kecil kearahku. Sial, kalau udah begini sih... Mau gak mau aku harus mengalah.
"Baiklah, kita pulang. Tapi ikut aku ke club sebentar, soalnya baju seragam aku ditinggal disana."
Aku dan Ikhsan segera mengunjungi club yang aku sebut tadi. Sesampainya di depan club, kami disambut oleh wanita cantik yang tak lain adalah sang pemilik club.
Next Chapter VII: Me, and my new crush
Chapter VII: Me, and my new crush
~Yuda's POV~
"Jadi, nama kamu Ikhsan ya? Wah, kamu pasti teman dekatnya Yuda. Soalnya Yuda belum pernah mengajak teman sekolahnya kesini!"
Hah, mulai deh. Gak Adel, gak kakaknya, mereka sama-sama cerewet. Pemilik club ini adalah kakaknya Adel, namanya Aurel.
Dan ternyata... Alasan Ikhsan bisa berada diwilayah ini adalah karena dia nyasar. Begini, dia naik kereta untuk pulang kerumahnya, tapi karena ketiduran... Akhirnya dia nyasar sampai kesini, dan gak tau bagaimana jalan pulangnya. Katanya untung saja dia bisa bertemu denganku, kalau tidak, mungkin dia sudah tak bisa balik lagi.
Karena sudah mengobrol, mau gak mau aku juga ikut cerita tentang masalahku ke Ikhsan.
Mengatakan kalau aku tak betah berada disekolah, maupun dirumah. Dirumah aku terlalu capek untuk mendengarkan kedua orangtuaku yang kerjaannya hanya berantem, dan ayahku terus menerus memaksakku untuk meneruskan perusahaannya serta banyaknya peraturan yang harus aku jauhkan. Padahal aku gak mau meneruskannya, dan terlebih lagi... Aku gak mau kalau nantinya aku bakal dinikahkan oleh seorang wanita pilihan ayah. Aku gak mau hidup seperti ini... Gak mau terus menerus diatur. Aku hanya ingin bebas.
Dan disekolah... Jabatanku sebagai ketua Osis membuat orang-orang segan untuk mendekatiku. Maka dari itu aku tak mempunyai teman. Dan melarikan diri dari masalah-masalah hidupku dengan berada di wilayah ini. Hanya disini aku bisa merasa bebas.
"Apakah itu benar-benar kehidupan yang kau mau, Yuda?" aku terdiam sejenak mendengar pertanyaan Ikhsan. Akupun merenung sejenak, apakah ini benar-benar yang aku mau? Kehidupan yang bebas seperti ini yang aku mau?
"Oh ya, kamu bilang kalau kamu gak punya teman di sekolah? Lantas aku ini apa!? Huh, masa aku gak dianggep!" Ikhsan menjitak kepalaku dengan kecil. Sedangkan Aurel hanya bisa tertawa melihat kami.
"Pfft-phuahahaha" sial, aku jadi gak bisa menahan diri untuk tertawa juga. Benar juga ya apa katanya. Aku sangat berterima kasih ke Ikhsan.
Dalam perjalanan pulang, aku kembali merenungkan dunia yang aku dambakan. Setelah mendengar masalah keluarga yang Ikhsan ceritakan tadi, hal itu benar-benar membuatku malu. Kalau membandingkan masalahku dengan masalahnya, sudah pasti masalah Ikhsan jauh lebih berat dibandingkan denganku. Tapi kenapa Ikhsan bisa setegar itu menjalani hidup? Dia juga gak pernah melakukan hal yang macem-macem.
Keesokan harinya berjalan seperti biasa. Aldo yang jutek padaku, Adel yang talkative, Yola yang masih sensi ke aku, dan Ikhsan yang selalu menghiburku.
Malam inipun aku masih tetap berpergian ke wilayah rawan itu. Entah apa yang sedang aku pikirkan, tapi pertanyaan Ikhsan selalu berputar dalam ingatanku. Malam ini aku berencana untuk pergi ke club bersama teman-temanku, tapi sesampainya disana...
"Yuda! Akhirnya kau datang juga! Aku ingin menyampaikan sesuatu ke kamu! Ini penting!" Ikhsan berlari kecil kearahku. Teman-temanku memandangiku dengan bingung.
"Lho? Itu kan bocah yang kemarin. Lu kenal dia?" tanya salah satu dari mereka. Shit! Kenapa dia ada disini sih!? Dia kan tau kalau ini tempat yang rawan, harusnya dia gak melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya!
"Kamu gila, ya! Masih aja nekat kesini pakai seragam!! Dengar ya, tempat seperti ini gak pantes untuk kamu!" Ikhsan menatapku untuk sesaat, lalu dia menundukkan kepalanya. Aurel yang tadinya sedang meminum secangkir Wine, kini ia menghampiriku, Ikhsan, serta teman-temanku.
"Yuda, kamu keterlaluan banget sih. Jangan kasar dong!" ucap wanita itu sambil memegang bahu Ikhsan.
"W-wah, lihat tuh! Dia nangis, gara-gara lu sih!" bisik salah seorang temanku.arrrgh, kok langsung pada nyalahin aku sih!
"Tadi disekolah aku dengar diruangan guru, kalau ada salah satu anak yang dikeluarkan karena kepergok sedang berada di tempat hiburan. Aku gak mau kamu dikeluarin dari sekolah... Kamu harus berhenti berkeliaran diwilayah ini, sebelum guru-guru dari sekolahan kita memergokimu!" ucap Ikhsan dengan tegas dan kedua matanya menatap lurus kearah mataku.
Apa yang harus aku lakukan? Aku gak mau dikeluarkan dari sekolah... Tapi kalau harus meninggalkan tempat ini, aku...
"Wah, anak ini perhatian banget sama KAMU ya, Yud! Sesuatu banget..." ujar salah seorang temanku yang cewek.
"Iya ya, jangan-jangan... Bocah ini suka sama lo Yud? Hahaha!" tawa temanku disusul oleh tawa teman-temanku. Sial, kenapa jadi bahan tawaan seperti ini!!?
"Iya, kamu benar! Aku suka kok sama Yuda! Aku juga sayang sama dia!"
DEG!
Jantungku tiba-tiba saja berdetak dengan kencang. I-ikhsan... Suka sama aku? Kedua mataku terbuka lebar, juga sepasang mata teman-temanku terbuka dengan sangat lebar. Entah kenapa suasananya menjadi hening... Sepertinya Ikhsan sedang mengeluarkan jurus Freeze nya.
"Sebagai sahabat, aku gak mau sahabat yang aku sayangi dikeluarkan dari sekolah!" gubragh! Ternyata dia cuman menganggapku sebagai sahabat... Hah, kenapa aku mikirnya jauh-jauh ya?
"Udahlah, bro. Biarpun lu keluar, lu tetep jadi bagian dari kita kok. Ya gak, guys?" aku terdiam melihat teman-temanku yang mendukungku dengan semangat.
"Iya bener! Lo jangan sampe putus sekolah kayak kita, bro. Wujudkanlah cita-citamu, eh, maaf... Maksudnya wujudkanlah cita-cita kita!" satu persatu teman-temanku mengacak-ngacakin rambutku. Sial, kenapa jadi diperlakukan kayak anak kecil ya!? Tapi, syukurlah... Aku bisa mempunyai sahabat yang pengertian seperti mereka. Aku gak perduli dengan orang-orang yang mengatai mereka sampah, bagiku... Mereka adalah mutiaraku.
"Oh ya, gimana kalau malam ini kita membuat pesta? Kebetulan, Ikhsan orangnya pinter nyanyi lho! Pada mau denger gak?" pertanyaan Aurel disambut dengan antusias oleh teman-temanku. Sedangkan Ikhsannya sendiri hanya tersipu malu... Kasian dia, didorong-dorong sama Aurel untuk naik keatas panggung untuk menyanyi.
Ikhsan membawakan lagu yang berbeda! Judulnya sih Like a Good Boy, cuman nadanya itu lho... Pake nada Like a G-6! Liriknya gini nih:
Playing nice, tickle fight; with my sister
When I’m in a rush, don’t run with the scissors
Using scissors on my crafts, cus all my crafts give me joy
Now I’m following the rules, Like a Good Boy
Like a Good Boy, Like a Good Boy
Now, now now now now I’m following the rules Like a Good Boy.
Like a Good Boy, Like a Good Boy
Now, now now now now I’m following the rules Like a Good Boy.
Gimmie that Gimmie that dust pan
Gimmie that mop and broom broom
Bust out my vacuum, so that I can clean my room.
Get get get get, Get those bottles right now I can recycle those
Taking off my shirt so I can DONATE SOME CLOTHES!
HELL YEAH!
I don’t curse, no, I don’t drink.
No alcohol around me so you’ll never catch me drunk.
Never never catch me drunk, never never catch me drunk
No alcohol around me so you’ll never catch me drunk
Skipping on, skipping on my feet
Spotted a chick for me.
Girl imma treat you right, Helping you cross the street. (street)
This is how I live, I stay in every night.
Give me a controller and we’ll have a good time!
HECK YES!
I don’t curse, no, I don’t drink.
No alcohol around me so you’ll never catch me drunk.
Never never catch me drunk, never never catch me drunk
No alcohol around me so you’ll never catch me drunk
Yeah if you’re happy and you know it, you should
Put your hands up, you should put your hands up,
Put put put put your hands up
Yeah if you have a question for me, you should
Put your hands up, put your put your hands up,
Put put put put your hands up! “Can’t touch this!”
HECK YES
Now our hands are all up, yes our hands are all up, o o o our hands are all up
HECK YES
A a a all our hands are up” and “cuz your armpits really smell, so could you put your hands down?
Pesta telah selesai pukul 9 malam. Aku dan Ikhsanpun akhirnya berpamitan pulang. Dalam kereta tujuan terakhir ini, aku melihat wajahnya Ikhsan yang tengah tertidur pulas dibahuku.
Kalau lagi begini... Wajahnya terlihat polos banget ya. Siapa yang sangka kalau dibalik wajah polosnya ini, dia menyimpan begitu banyak masalah yang berat bagi sebagian besar orang.
Sepertinya perkataan Adel kemarin memang benar, bahwa ada seseorang yang mampu menggantikan sosok Yola. Aku tersenyum memandangi wajah yang telah menyita pikiranku akhir-akhir ini... Sepertinya bunga cinta mulai bermekaran dalam jiwaku.
To be continued~
tinggal nunggu acara rebut2an ikhsan