It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
†αρɪ kok ga ada cerita esex2nya sih???
gituu loh pemirsaa ceritanyaa hehehee
@adithyaputra woww gak ada bakat buat bikin esek2! free an "XXX" area
@kurokuro aminnn....
@herdi_daeng hahhaa nunggu si toni sakit dulu yah baru matii...
@trinity93 hahahaa komenin si "polteng" aja bby.. wara wiri di infotainment #eeh
@autoredoks hmmmm --a
@Yuriz_Rizky @4ndh0 sippdaahh
ganteng enggak, gagah juga enggak. Mending Rega deh, oiya gue suka tuh bagian penggambaran fisiknya Rega. *akhirnya nemu bahan buat dikomentarin*
BERFIKIR
MARIO SIDE
Sudah tiga hari aku di rumah sakit ini. Di temani dua sahabat ku yang baru-baru ini mengetahui siapa aku sebenarnya dan mereka menerima serta memaaafkanku, bahkan setelah apa yang aku perbuat kepada mereka. Hal ini sungguh merupakan obat paling mujarab dalam sejarah sakitku. Ingin sebenarnya aku lebih lama lagi di rumah sakit ini, tapi banyak tugas sudah menumpuk di luar sana yang harus segera aku gugurkan satu persatu. Dari mulai bahan pelajaran yang semakin menumpuk, siaran radio, sampai Dina. Selama tiga hari kemarin Dina sebagai pacarku, hanya menjengukku satu hari saja, itu juga hanya sebentar! Aku mulai takut dia akan meninggalkanku seperti Lydia meninggalkan Toni. Kalau sampai itu terjadi, entah aku masih bisa melawan semua penyimpangan di diriku atau aku akan kalah dan mengikuti insting, menjalani semuanya secara “normal” mengikuti hati. Rasanya wajar jika aku mempunyai rasa takut berlebihan seperti itu, yah karena jujur saja. Hanya Dina saat ini, wanita yang mampu membuat aku jatuh cinta, sama seperti aku jatuh cinta kepada Rega dulu.
Berikutnya yang menjadi fikiranku saat ini dan ingin segera menuntaskannya adalah siaran radio ku. Sudah dua kali aku gak ikut siaran, yang pertama adalah ketika aku harus membuat laporan untuk presentasi atas nama mading sekolah, akibat mengikuti perjalanan akhir tahun Repelam untuk meliput. Dan yang kedua adalah karena aku tiga hari kemarin terbaring di ranjang ini. Rasanya sudah gak sabar ingin bercuap-cuap kembali di depan mik orange itu. Yah, selain ini menjadi beban fikiran ku, hal ini juga yang membuat aku semangat, tak sabar ingin keluar dari rumah sakit sore nanti. Hmmm... mungkin aku akan mencoba mengangkat topik tentang persahabatan, lebih spesifik mungkin tentang cara mereka menyelesaikan setiap permasalahan atau bagaimana suatu konflik di antara mereka dapat di selesaikan dan berujung damai. Dengan begitu aku juga bisa membanggakan sikap kedua sahabatku ini yang telah memaafkanku. Hehehe. Eitss,,, bukan berarti nanti aku akan ngaku di radio terang-terangan atau “coming out” tentang kebelokan ini. Hal itu bakal berakhir seperti bom atom amerika di Hirosima dan Nagasaki pastinya. Yaah,, intinya mereka memaafkan kesalahan aku yang mungkin jika mereka berdua adalah seseorang yang lain, tidak akan memaafkannya. Itu yang akan aku usahakan untuk para pendengar nantinya dapatkan. Emang sedikit sentimentil sih, tapi mau gimana lagi, pembahasan topik remaja seusia ku gak jauh-jauh soal asmara dan persahabatan kan?
Yang ketiga sebenarnya gak terlalu aku fikirkan. Itu adalah urusan pelajaranku yang sudah tertinggal satu atau dua bab sepertinya. Bukannya menyepelekan urusan ini. Untuk urusan ku ini aku sudah mendapatkan bantuan dari Toni, dia rajin sekali membawa kopi catatan dari teman sekelasku. Gak hanya sekedar kasih kopi terus selesai, dia juga sabar banget ajarin aku yang otaknya mulai kaku karena obat dan bau rumah sakit. Pokoknya He is the best part deh kalo soal urusan sekolah.
TONI SIDE
Sudah tiga hari ini aku nemenin Mario di rumah sakit. Berdua sih ama Rega. Sempat khawatir sama keadaan dia. Waktu aku nginep di rumah sakit dua hari yang lalu, badannya panas banget, apalagi dokter juga sempet bilang kalau itu karena infeksi luka di kakinya. Entah dia kena apa di jalan sampai infeksi kaya gitu. Untungnya sekarang keadaan dia sudah jauh lebih baik. Sebenarnya ada untungnya juga Mario sampai jatuh sakit kaya gini, bukannya ingin yang terburuk buat sahabat aku sendiri, tapi inilah yang aku alami sendiri.
Ada dua hal kebaikan yang aku dapat dari jatuh sakitnya Mario saat ini. Yang pertama aku jadi melupakan sejenak luka akibat baru di khianati Lydia. Sekarang aku malah sepertinya sudah tidak peduli lagi, dia mau pacaran sama siapa kek!! Itu bukan urusanku lagi. Yah semoga saja dia mendapat yang lebih baik dari pada aku. Walaupun aku tetap yang terbaik untuk dia, hehhee. Kenapa bisa aku melupakan luka hatiku secepat ini?? Satu-satunya jawaban yang aku dapat ketika mempertanyakan hal ini pada hatiku adalah karena rasa sakit yang aku alami tidak lebih besar dari rasa takut aku kehilangan Mario saat dia kritis dua hari lalu.
Hal yang kedua adalah berbaikannya Rega dengan Mario, tentu saja ini membuat aku bahagia. Aku gak perlu lagi sering keluar rumah hanya untuk bermain dengan mereka secara bergantian. Sekarang pastinya kami akan keluar bermain bersama. Tidak sabar rasanya menunggu saat itu. Keluar bersama dua orang sahabatku. Saat ini aku gak mau memprioritaskan lagi untuk membuat komitmen ke seseorang. Mereka berdua sudah cukup memberikan ku kebahagiaan.
Sayang aku hari ini gak bisa ke Rumah sakit, padahal hari ini Mario pulang dari rumah sakit. Katanya sih sekitar jam empat sore dia keluar rumah sakit nanti. Sedangkan aku latihan wall climbing sampai jam enam sore!! Sebenarnya sih aku masih bisa mangkir latihan hari ini, toh lomba wall climbing seDKI baru akan di mulai April nanti, itu artinyasekitar enam bulan dari sekarang. Tapi kan aku perlu latihan ekstra, supaya gak gugur di babak penyisihan. Tapi sebenarmya satu-satunya alasan kenapa aku ngotot untuk datang latihan hari ini adalah sekedar menunjukkan ke Lydia kalo aku gak pernah bermasalah putus sama dia, dan gak peduli lagi ama siapa dia pacaran. Entahlah kenapa rasa gengsi ku besar sekali, padahal Mario tadi meminta ku datang ke rumah sakit untuk menemani dia menunggu tante sofie jemput buat pulang dari rumah sakit.
Rasanya hari ini hingga sore nanti kedua telapak tanganku akan penuh dengan bubuk magnesium karena wall climbing. Rega menantangku untuk memenangkan pertandingan wall climbing seDKI ini. Sebagai balasannya dia juga aku tantang untuk menjuarai pertandingan tae kwondo tingkat propinsi yang akan di adakan sekitar bulan April juga. Taruhannya siapa yang memenangkannya, permintaannya harus di kabulkan. Taruhannya sih sudah setengah di tetapkan tadi. Jelasnya hanya aku yang baru mengajukan permintaan ke dia jika aku menang, sedangkan dia masih memikirkannya katanya. Taruhan yang aku ajukan itu simpel saja. Aku meminta Rega untuk mencoba menjalani hubungan personal dengan seorang wanita. Yah, hanya mencoba tidak ada salahnya kan?? Toh aku gak pernah minta buat dia memaksakannya. Kalau pas pedekate dia sudah menyerah, tidak bisa melanjutkan, itu gak apa-apa. Namanya juga yang aku ajukan adalah “Mencoba”.
Mario belum tahu tentang taruhan konyol berdua kami. Karena hal ini memang baru kami putuskan tadi sewaktu istirahat. Entah apa tanggapannya kalau dia tahu yang sedang kami lakukan. Yang pasti aku yakin dia akan mendukung taruhanku. Dia juga dengan Dina bisa berpacaran kan karena Mario mau mencoba membuka hatinya. Dan kenyataannya adalah Mario ternyata berhasil mencintai Dina. Itulah hal yang aku ingin Rega melakukannya juga. Sebenarnya sampai saat ini batin aku belum tenang, karena Rega masih belum menentukan taruhannya. Dasar Rega, awas saja nanti kalau sampai taruhannya menyiksaku.
REGA SIDE
Ah, lega sekali rasanya terbebas dari rasa penasaran dan kekecewaan. Yah, dulu aku kecewa kenapa Toni tiba-tiba seakan menjauh dari diriku, padahal jauh sebelumnya kan dia sudah tau tentang penyimpanganku dari mengutak-atik dokumen yang ada di komputer kamarku. Sekaligus penasaran apa yang menyebabkan dia menjauhiku. Yah, ternyata hanya kesalahpahaman. Dia fikir, aku tidak menerima penolakan Mario terhadap diriku. Padahal kan justru Mario yang membuat aku seperti ini. Membuat aku lebih nyaman di perhatikan oleh pria yang memperlakukanku seperti pria, bukan perhatian dari seorang wanita yang memperlakukanku seperti anaknya saja.
Aku tahu dia pasti bingung apa yang harus dilakukannya ketika kebenaran ini akhirnya terungkap, makanya aku langsung mengambil tindakan agar dia tidak menjauhi Mario seperti dia menjauhiku dulu. Bertengkar dan menjauh itu sungguh tidak enak. Ternyata memaafkan kan lebih indah, seperti saat ini, kami bertiga lebih perhatian satu sama lain. Menyenangkan bukan?? berdamai dengan hati yang luka untuk dapat mengobatinya. Jujur tahun ini adalah tahun terbaikku dari pada tahun-tahun yang telah aku lewati dulu. Di tahun ini pula banyak langkah yang akan aku tetapkan untuk aku tapaki selanjutnya. Ini adalah tahun kedua aku berada di SMA, artinya aku satu tahun lagi disini. Target aku tahun ini adalah menjadi atlet nasional Tae kwondo, untuk itu aku harus berlatih lebih keras. Target berikutnya adalah masuk perguruan tinggi negeri, entah yang ini tercapai atau tidak, semoga saja ada keajaiban, aku mendapat PMDK di bidang olahraga. Karena itulah satu-satunya harapan yang pasti dan mempunyai misinya yang jelas di depanku. Dan selanjutnya yang menjadi langkahku di tahun ini tetapi tidak berani menargetkannya akan berhasil adalah taruhan dari Toni, tentang mencoba hubungan normal dengan seorang gadis. Jujur saja sampai saat ini belum satupun seorang gadis yang dapat mencuri perhatianku dari perhatian ku kepada seorang pria secara diam-diam.
Aku masih bingung bagaimana aku harus memulai pendekatan dengan seorang gadis, dan siapa targetnya. Yang jelas Toni tidak memaksaku untuk bisa jadian, dia hanya memintaku mencoba membuka hati untuk gadis itu, dan menggunakan lebih banyak akal sehatku ketimbang mengikuti perasaan hati. Tapi bagaimana hal ini akan bekerja dengan baik, jika aku saat ini saja, aku masih mendapatkan perhatian dari seseorang dan dia telah menempati posisi yang seharusnya aku berikan ke si gadis itu nantinya. Entahlah ini apa namanya. Aku sendiri masih bingung untuk menyebutnya apa?? Cinta ke pujaan hati?? Apakah itu suatu kenormalan pribadi seperti aku?? Mencintai orang yang berasal dari gender yang sama. Entahlah aku harus menyebutnya apa? Aku sendiri masih canggung untuk mengakui jika hal yang sudah ada di hatiku ini, aku sebut cinta ke pujaan hati. Kebingunganku selanjutnya adalah masalah taruhan yang aku akan ajukan ke Toni. Aku masih bingung untuk memberikan taruhan apa!! Belum ada yang setimpal dengan taruhan yang dia ajukan!!
Hari ini Mario pulang dari rumah sakit, semoga saja besok dia sudah bisa masuk seperti biasanya. Dia terlalu banyak ketinggalan pelajaran, dan yang pasti aku sudah pusing dengan sepupuku Dina, yang tiap hari kerjanya bertanya keadaan Mario, tapi menjenguk saja ogah!! Pacar apa itu namanya. Mending aku aja yang macarin Mario. Eh... gak boleh, itu gak boleh terjadi lagi!! Bisa-bisa Toni ngamuk kalo tahu hal ini ada di otakku.
DESEMBER 2003
Sudah sekitar satu bulan lebih Mario keluar dari rumah sakit, banyak yang berubah tentang di persahabatan kami. Yang pertama, aku menjadi lebih dekat dengan Rega dan Mario. Dan yang kedua dan paling aku syukuri dan favoritkan di tahun ini adalah kami bertiga akhirnya bisa bersahabat tanpa ada api dendam seperti bulan-bulan yag lalu. Rasanya menyenangkan bisa kemana-mana bertiga, menjadi pusat perhatian orang banyak ketika di tempat umum. Yah, bagaimana gak menarik perhatian!! Jarang-jarang ada tiga cowo ABG yang ketiga-tiganya tampan keluar hang out bareng di malem minggu tanpa ada seorang gadispun yang beridentitaskan seorang pacar. Pacar?? Aku rasa saat ini gak penting lagi, yang terpenting sekarang adalah Rega dan Mario. Mereka dua sahabat terbaikku.
“Ton... kemana nih kita new year eve??” Kata Rega memecah kesunyian di tengah pelajaran Pak Sahid, Guru Kimia yang terkenal Killer di sekolah.
“Kemana yah enaknya Ga?? Tar aja kita rapatin ama Mario” kataku mengusulkan
“Boleh!! Tapi lu bilang ama dia yah... Jangan bawa pacarnya!! Biar kita bertiga bisa gila-gilaan!!”
“Hahaha!!! Curiga lu cemburu ama Dina??” kataku sambil megerutkan dahi menggodanya.
“Emang lu rela kalo gw pacaran ama cowo?? Jadi, udah boleh nih gw hunting-hunting cowo di Mal??” balas Rega menggoda, sambil menyikut dadaku dengan sikut kanannya.
“Enak aja!!! Kalo kaya gitu apa kabar ama taruhan gw nanti!!! Awas aja kalo tiba-tiba ketauan!!” kata ku sambil mengacungkan tinju ke depan mukanya.
“TONI!!!! REGA!!! KALIAN DARI TADI BAPAK PERHATIKAN NGOBROL TERUS!!! COBA KERJAKAN HALAMAN 73 NOMER 5 DI DEPAN” Tiba-tiba suara Pak Sahid menggelegar memecah kesunyian kelas ini.
“Mampuss kita Ga!!! Gw belom paham soalnya” Kataku memandang Wajah Rega yang bertambah khawatir
Kelas Pak Sahid hari ini berakhir dengan memberatkan keadaan kami berdua. Akibat gak bisa menjawab pertanyaan yang di berikan beliau, alhasil kami berdua di suruh membuat tabel unsur kimia, dan menghafalnya dalam waktu seminggu. Andai saja penyakit lupa Pak Mansur menular ke Pak Sahid, tentunya aku bahagia. Pak Mansur selalu lupa sudah memberikan tugas ke murid-muridnya. Minggu ini memberikan tugas, minggu depannya tidak pernah di minta, begitu terus siklusnya hingga jika sesekali beliau ingat, membuat hampir satu kelas kehilangan nilai tugas, karena jarang ada yang mengerjakannya.
Di kantin sudah ada Mario menunggu aku dan Rega di tempat duduk biasa. Sudah hampir dua bulan ini, sepulang Mario dari Rumah Sakit dan kembali bersekolah, kami bertiga duduk di tempat duduk yang cukup nyaman. Sebuah meja kayu bekas kelas yang tak terpakai, lengkap dengan tiga kursi. Ditempatkan di bawah pohon Mangga, sekitar dua meter ke arah kiri dari warung paling pojok kiri yang ada di kantin. Untuk mendapatkan posisi duduk yang cukup nyaman ini, kami menggunakan taktik, seperti sedang berperang memperebutkan wilayah, tentu kita jika ingin mendapatkannya harus lebih dulu tiba kan?? Untuk itu kami bertiga bergiliran, keluar kelas 3 menit sebelum istirahat untuk mendahului anak yang lainnya.
“Lama banget sih kalian??” Kata Mario
“Sorry Yoo.. tadi abis dapet hukuman dulu dari Pak Sahid?” Rega menjelaskan
“Hah!!! Kalian dapet hukuman dari Pak Sahid?? Hukuman apaan?? Kok bisa??” Tanya Mario
“Nohh... gara-gara Toni, ngacungin tinjunya ke gw, jadi ketauan deh ngobrol!!” Kata Rega menjelaskan
“eh,, enak aja.. kan lu duluan yang nyikut-nyikut gw!!” Sengitku tak mau kalah
“Hahahaa... yodah lah nikmatin aja hukumannya!!! Itung-itung nambah jam terbang duet kalian!!” Kata Mario sambil tertawa
Di meja kantin kini sudah terhidang dua porsi siomay, dan satu porsi soto ayam pesananku. Aku lupa tadi pagi sarapan, jadi istirahat pertama harus di isi nasi, supaya gak kelaperan nanti. Beda ama mereka berdua, yang ngakunya diet makan siomay, tapi nyatanya usut punya usut, tadi pagi sarapan di warung nasi uduk yang ada di belakang sekolah. Yah, memang sejak mereka berdua baikan, Mario dan Rega selalu ke sekolah bareng.
“Eh, Yoo.. kita kemana ni tahun baru??” tanyaku
“Hmmmm... kemana yahh?? Gw juga bingung!! Emang kalian gak ada ide??” Tanya Mario
“Baru satu sih idenya!!” Kata Rega menyela ketika aku ingin bicara
“Apaan tuh??” Kata Mario penasaran
“Idenya... tahun baruan nanti lu di larang bawa pacar!! Cuma ada gw, lu, ama Rega!!!” “HAHAHA” Kata ku sengit, disusul tertawa renyah aku dan Rega, karena berhasil merubah mimik mukanya menjadi masam.
“Ahh!!! Gw kira ide tempatnya,, nyesel gw nanya tadi!!!”
“Hahahaa... bodo!! Eh, tapi itu beneran loh Yo,, lu gak boleh bawa pacar!!” kata ku menegaskan
“Iyah iyaa... Lagian kan emang Dina susah di ajak keluar malem, mana bisa dia tahun baruan!!” Kata Mario sedikit kecewa. “Kalo gitu gimana kalo kita ke anyer?? Pasti seru taun baruan di pantai!!” Lanjut Mario mengusulkan.
“Boleh tuh Yo... kebetulan tetangga gw, si Rahman, bapaknya punya satu cottage di Anyer.. gw bisa minta harga tetangga!!” Kata ku mengusulkan
“Boleh tuh Ton!! Tapi emang dia gak di pake buat taun baruan juga??” Tanya Rega
“Soal itu tar gw tanya dulu nanti pas pulang sekolah!!” Tukas ku
Malam tahun baru di pantai anyer pasti akan menyenangkan, apalagi aku akan menghabiskannya bersama dua sahabatku. Tidak seperti tahun baru lalu. Saat itu Mario menghabiskannya bersama Dina, dan aku bersama dengan Rega dan Lydia. Lucu memang dulu kalau di ingat-ingat. Setiap aku pacaran pasti selalu ada Rega, dia sudah kaya bodyguard kami berdua. Setiap di suruh cari kenalan cewe biar gak ngitilin terus selalu jawabnya “cari pacar tuh kaya lamar pekerjaan full time, kalo belom siap terikat waktunya, mending gak usah ngelamar!!”.
Sepulang sekolah aku langsung berkunjung ke rumah Rahman, teman satu komplek. Kami kenal karena dari TK, SD, dan SMP selalu bareng dia, hanya saja tidak akrab di sekolah, hanya sebatas mengenal kalau dia adalah tetanggaku. “Permisi... Selamat Sore” sapa ku sore itu di teras si Rahman tetanggaku. Gak lama kemudian muncul Ibu paruh baya mengenakan kebaya berwarna ungu khas Jawa. “Ehh, nak Toni.... cari Rahman yah?? Tunggu sebentar yah Ibu panggilin dulu” Kata Ibu Dibyo, yang tak lain adalah Ibunya Rahman lalu ku jawab dengan tersenyum menganggukkan kepala tanda setuju. Gak lama kemudian muncul seorang anak Lelaki mengenakan celana dengkul biru yang selaras warna dengan kaos birunya, serta mengenakan kacamata berwarna hitam dengan bentuk kotak seperti yang sedang trend saat ini. Itulah Rahman tetanggaku, dia dan keluarganya selalu tampil rapih setiap saat, terlebih lagi Rahman yang selalu tampil modis sesuai dengan tuntutan style pergaulan yang paling update.
“Eh Ton,,, ada apa yah??” Tanya Rahman keheranan melihat aku tiba-tiba berkunjung ke rumahnya
“Gini loh Man.. Keluarga lu masih punya cottage di Anyer kan??” Tanyaku memastikan terlebih dahulu
“Masiih sih Ton! Emang kenapa??” Kata Rahman menanyakan lebih lanjut maksudku
“Hmmm... di pake gak Man tahun baru nanti? Rencananya mau gw sewa buat tahun baruan di sana ama temen sekolah gw!” Kataku
“Bisa sih Ton.. Tapi Bokap gw biasanya gak mau kalo buat acara yang rame-rame gitu!!” tukas Rahman
“Gak rame-rame kok Man, Cuma gw ama dua temen gw, jadi Cuma bertigaan aja!!” Kataku menjelaskan
“Oohh,, Yodah nanti pas bokap balik kantor, gw tanyain deh!! Tar gw telpon ke rumah lu aja yah!!” Tukas Rahman
Setelah mendapat sedikit kepastian dari Rahman tentang penyewaan cottage keluarganya, aku pamit pulang. Sekarang tinggal menunggu kabar dari Rahman, tentang bisa atau gaknya cottage keluarganya kami sewa. Sesampai di kamar, segera ku kirim pesan singkat ke Rega dan Mario yang isinya “Gw udah ke rumahnya tadi, katanya tar di tanya dulu ama bokapnya pas pulang kantor,,, Kalo buruknya gak bisa gimana dong??” Pesan singkat yang aku harap dapat segera menjawab keraguan akan tetap berlangsungnya acara malam tahun baruan kami.
“Kalo gak bisa di cottage dia, yaudah kita sewa aja cottage yang lain, besok kita cari info!! Jangan kaya orang susah ngarepin diskon tetangga!! Hahahaa... Pokoknya harus jadi!! Titik!!!” msg received from Rega.
“Kalo gak bisa biar Rega yang turun tangan ngerayu si Rahman!! Hahhahhaa” msg received from Mario.
Dua balasan yang sama sekali memberikan jalan keluar. Yang satu si Rega ngomong udah kaya orang ngigo. Tadi siang dia yang bilang sendiri gak ada budget lebih buat malam tahun baruan yang mahal-mahal, ngotot mesti bisa dapet sewa yang permalamnya 300 ribu, biar urunannya lebih kecil, biar ada dana lebih buat bikin barbekuan. Kalo gak ama tetangga, mana ada yang mau kasih harga segitu pas malam tahun baru!!. Yang satunya lagi si Mario juga geblek!! Kalo si Rahman suka cowo, kan bisa berabe kalo mereka berdua saling nyantol!!!
“Toni... ada telepon dari Rahman” Kata Ibu seperti biasa dengan suara berdesibel tinggi membuat aku yang ada di dalam kamar tertutup saja bisa mendengarnya dengan jelas. Segera ku susuri anak tangga di rumahku untuk meraih telepon yang sudah aku tunggu sejak dua jam yang lalu. Rahman mengabarkan kalau aku bisa menggunakan cottagenya, tetapi sebelumnya aku di suruh berbicara langsung ke Ayahnya, untuk memastikan kalau aku hanya menggunakannya bertiga dengan temanku. Soal harga aku bisa membicarakan langsung dengan Ayahnya. Semoga saja aku mendapat harga super tetangga!!.
Tidak berapa lama dari menutup telepon. Sekarang aku sedang berhadapan dengan seorang lawan bicara yang lebih Tua dari ku. Lebih tepatnya seumur dengan Ayahku, yang membedakannya adalah pria ini mempunyai kumis yang tebal, berbeda dengan Ayahku yang kumis dan janggutnya selalu terlihat licin, yang membuat kesan lebih muda dari umur yang sebenarnya. Dalam percakapan ini, tidak banyak terjadi negosiasi soal harga, karena Ayahnya Rahman langsung menyetujui ketika aku membuka harga 200 ribu permalam, asal aku benar-benar hanya bertiga dan gak merusak furniture yang ada disana. Aku rasa Ayahnya Rahman tidak mempermasalahkan soal harga, karena aku sebagai tetangganya sejak lama. Dia hanya ingin menegaskan dan memastikan bahwa aku dan teman-temanku dapat menjaga keindahan cottage-nya. Menyesal aku membuka harga 200 ribu!!! Hahhaa. Untuk menghargai kebaikan Ayahnya Rahman, Aku menawari Rahman agar turut serta dalam acaraku. Lagi-lagi untungnya dia gak bisa karena sudah ada rencana dengan teman-teman sekolahnya.
Hal ini yang menggembirakan ini segera aku kabarkan ke Rega dan Mario lewat pesan singkat dari handphone milikku. “Dear Mario, Rega,, gw berhasil dealing dengan sang pemilik,,, and you know soal harganya??? Dia langsung setuju gw bilang 200 ribu semalam... Kita menang banyakkk boyy!!!” Sms itu segera aku kirim ke dua nomor handphone yang sudah aku sangat hafal kombinasi ke 12 angkanya. Gak perlu menunggu lama untuk mendapatkan jawaban mereka. Karena aku yakin saat ini mereka berdua sedang menunggu-nunggu kabar baik dari ku.
“Alhamdulillah!! Akhirnya celengan gw gak jadi di bongkar buat tambahan biaya kita!!! ” msg received from Rega
“Serius lu Ton dapet harga segitu!! Akhirnya kita jadi holiday murah berkualitas!!! hahahaha ” msg received from Mario
Dasar Rega, kalo udah maunya gak bisa di tolak!! Sampe-sampe punya niat buat bongkar celengan rupanya buat tambal biayanya kalo-kalo dapet cottage yang mahal. Terus aku gak heran sih kalo Mario bilang gitu. Liburan terakhirnya saat bersamaku ke Gunung Ceremai, memang jauh dari kata Holiday berkualitas.
Bersambung...