It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@autoredoks yup yup yup bro
@rivmhd wah kagak tau juga tuh Bellini Resto-nya. Setau gw dining doank. Cuma skali doank ksna pas dinner aja
@adam08 iya ya bro, td nya gw jg cukup bimbang karena ga melewati proses editing lg #tsahhh.. Apa yg ada dipikiran gw dan gw kembangkan jd cerita.. Tp ke depan dikoreksi dehh.. Thanks masukannya
@mahardhyka teknik apa bro? Teknik pasang taji ya? Wkwkwkw
Episode 7
Aku tertegun kaget, kemudian menatapnya. Dia kemudian menatapku lalu tersenyum dan kembali menatap ke depan. Sesekali ku lihat dia tersenyum tipis dengan pandangan yang kosong. Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Kemudian aku memberanikan diri untuk perlahan merangkul pundaknya, mencoba untuk mengusap2 lengannya yang kokoh itu. Berharap bisa membuat dia merasa nyaman.
“Aku turut berduka ya, kak!” Kataku masih dengan mengusap2 bahu kirinya dengan tangan kiriku
Markiey tersenyum. Terlihat matanya berkaca2 walaupun malam itu cukup gelap.
“Makasih ya, Dek..” Balas Markiey seraya menghela nafas panjang.
“Ketika lagi sendiri, Aku selalu mengingatnya. Masih terasa seperti dia masih ada saat aku melihatmu..”Lanjut Markiey sambil menatapku
Aku diam saja. Mencoba menelaah perkataan Markiey. Kemudian dia mulai bercerita.
“Namanya Marco, dek. Yahh, udah seusia kamu jika dia masih hidup..” Sambung Markiey.
Kemudian aku menatapnya sambil tersenyum. Kemudian berkata,” Kakak bisa cerita ke aku. Mungkin kakak ingin berbagi cerita tentang dia kepadaku..” Kataku berharap dia bisa menceritakan atau paling nggak aku bisa membuat dia tidak merasa sedih.
“Emang kamu mau dengerin cerita aku, dek?” Balas Markiey
Sambil mengangguk kemudian aku berkata,” Kenapa nggak?” Balasku kemudian sambil tersenyum
Markiey terdiam. Akupun terdiam. Terdengar beberapa kali dia menghela nafas panjang. Keliatannya beban yang dia tanggung berat banget. Sesaat aku berpikir, kematian Marco, adiknya membuat dia benar2 merasa sangat terpukul. Dalam kebisuan, akhirnya Markiey mulai bercerita tentang Marco.
“Marco anak yang sangat periang, dek. Kakak bersaudara 3 orang. Kakak anak ke-2, Marco anak Bungsu dan kakak punya kakak cewek namanya Maria. Maria sekarang di Singapore sama mama papa. Sejak kematian Marco mama papa dan kak Maria pindah ke Singapore. Dulu kami tinggal di Jakarta” Markiey Mulai menjelaskan kisah keluarganya.
“Mungkin karena anak bungsu, Marco jadi sedikit manja. Dia selalu dimanjakan sama mama dan papa. Tapi itu yang terkadang membuat kakak jadi sedikit sebel dek sama dia. Bukan karena dia selalu dimanja, tapi kakak ingin dia itu bisa lebih dewasa dan gak manja. Apalagi dia itu anak cowok kan?” terang Markiey
Aku masih terdiam sambil mengangguk2 pelan dan menyimak dengan baik kata demi kata yang keluar dari bibir tipisnya.
“Karena hal itu makanya kakak jadi tidak perhatian sama Marco. Mungkin ada rasa iri juga karena papa mama selalu membeda-bedakan antara kakak dengan Marco. Kakak akui prestasi akademik Marco lebih baik jika dibanding dengan kakak waktu seusia dia. Dan ini selalu dan sering terjadi hingga kakak usia dewasa. Terus terang kakak nggak suka diperlakukan seperti ini. Suasana rumah jadi gak kondusif lagi. Kakak menjadi anak yang nggak patuh sama orang tua. Tapi kakak pendam sendiri apa yang kakak rasain. Sampai akhirnya kakak merasa harus mengatakan ini semua pada mama papa. Mama papa Cuma diam. Bertahun2 kakak dibanding2in seperti itu kakak menjadi benci sama Marco. Benci sekali. Kakak jadi gak memperdulikan dia sama sekali saking bencinya..” Markiey menjelaskan dengan menggebu2. Terlihat sekali rasa emosi yang besar. Tapi dia tetap memperlihatkan ketenangannya. Hanya tangan kanannya dikepal dan berkali2 memukul2 pahanya.
Markiey mulai terdiam. Mungkin mengatur emosi dan mengatur nafas yang terengah2 karena emosi yang tercipta ketika dia meningat masa lalunya. Kemudian dia melanjutkan bercerita..
“mungkin karena rasa frustasi, akhirnya kakak jadi anak yang liar dek.. kehidupan malam menjadi teman setia kakak. Pada saat itu kakak masih kuliah dulu. Kakak menjadi orang yang sangat egois. Hingga pada suatu saat Marco mendatangiku. Hal yang tak pernah terjadi selama beberapa lama. Walaupun kami tinggal serumah tapi jarang banget ketemu. Terlebih karena kakak juga jarang pulang ke rumah..”Sambung Markiey. Kemudian dia mulai menceritakan lagi kondisi yang terjadi pada saat Marco mendatangi Markiey. Antara Markiey dan Marco terjadi percakapan.
***
*flashback ke beberapa tahun silam*
Saat itu aku sedang duduk merokok didalam kamar. Pintu kamarnya terbuka. Kemudian Marco berdiri didepan pintu. Sambil menunduk dan kemudian dia mulai berkata,”Maaf kak, Marco boleh masuk?” Tanya Marco
Aku diam saja menanggapi Marco yang berdiri didepan kamarku. Karena tidak ada tanggapan dariku, akhirnya Marco memberanikan diri masuk ke kamarku.
“Siapa yang suruh kamu masuk?”Bentak Markiey
Marco Cuma terdiam. Markiey menyadari adiknya itu terlihat kaget dengan bentakan itu. Terlebih lagi aku melotot-kan mataku ke dia. Akhirnya Marco berani mengangkatkan kepala melihat mataku. Matanya merah. Terlihat seperti berkaca-kaca. Tapi aku gak peduli. Anak kecil yang membuatku menjadi ‘anak tiri’ di rumah ini. Kemudian Marco beranikan duduk di depanku. Matanya masih merah berkaca-kaca.
“Apa yang harus Marco lakukan supaya kakak gak benci lagi sama Marco?” Kata Marco dengan tangisan yang tak bisa dibendung lagi. Marco tetap menahan tangisnya tapi dia tidak cukup kuat untuk itu. Aku diam. Dalam hati aku cukup tergerak untuk bisa menerima dia tapi ego ku sangat kuat saat itu. Derita bathin masa lalu bertahun2 membuat hatiku tak bisa lagi diajak kompromi.
“kamu mau tahu?” Jawab aku dengan senyum sinis sambil mematikan rokok yang aku hisap sedari tadi.
Raut wajah Marco memperlihat senyum diwajahnya. Aku bahkan tidak pernah memperhatikan Marco tersenyum. Aku bahkan tak pernah memperhatikan Marco sudah tumbuh menjadi pria yang tampan. Tapi itu nggak lagi menjadi perhatianku. Seketika diubah segalanya menjadi benci. Yang terlihat didepanku hanyalah seorang anak kecil yang sangat ku benci.
“Aku gak akan benci lagi sama kamu jika kamu juga pergi dari kehidupanku. Pergi dari rumah ini dan pergi dari dunia ini. OK!” Bentak Markiey kepada adik yang sangat dibencinya itu. Dengan wajah yang merah karena murka dan emosi yang meluap2.
Marco kaget mendengar perkataan kakaknya. Kakak yang sesungguhnya dia sayangi. Kakak yang selalu dia harap akan berubah dan menerimanya sebagai adik dan memperoleh kasih sayang sebagaimana kakak kepada adiknya. Markiey tidak mengerti dan tidak tahu kalau sesungguhnya Marco sangat menyayangi kakaknya. Markiey tidak tahu kalau dibelakangnya, Marco selalu membelanya dihadapan orang tuanya. Marco yang selalu membereskan kamar kakaknya ketika Markiey tidak pulang ke rumah. Dan Marco yang selalu menunggu kakaknya pulang dengan mengintip dari kamarnya saja. Marco selalu menangis ketika orang tuanya memarahi Markiey. Selama bertahun2 pula, Marco memendamnya. Tiada yang tahu kalau orang yang paling menderita adalah Marco.
Marco mencoba menahan sekuat tenaga tangisan yang sebentar lagi akan tumpah. Matanya memerah dan tetap memandang kakak yang sangat dia sayangi. Dan itu menjadi pandangan terakhir dari Marco yang Markiey lihat.
***
Setelah menceritakan semua itu, Markiey menangis sejadi2nya didepanku. Didepan hamparan keheningan malam. Anging mammiri masih bertiup dengan kencangnya. Markiey menutup wajahnya dan masih terdengar suara tangisan didalamnya. Tanpa terasa airmataku mulai menetes membasahi pipiku. Aku rasa markiey butuh pelukan. Aku memeluknya. Kencang. Dia membalas pelukanku. Dia masih tetap menangis didalam pelukanku. Aku gak berkata2 lagi. Mungkin hanya dengan pelukanku dia bisa mengerti apa yang dia rasakan aku juga bisa merasakan. Semakin kuat dia memelukku. Kuusapkan perlahan tangan kananku ke kepala hingga ke punggungnya berulang kali. Berharap dia bisa menjadi lebih tenang dan bisa lebih membaik. Markiey merenggangkan pelukannya dan menatapku sambil berterima kasih lalu tersenyum kemudian dia memelukku lagi.
Aku tahu rasa penyesalan yang begitu mendalam dirasakan Markiey. Penyesalan yang tak ada guna nya lagi. Penyesalan yang membuat dia merasa bersalah seumur hidup. Bahkan sampai harus ‘dibuang’ oleh orang tuanya sendiri.
NOTE: Markiey tidak pernah menceritakan kepadaku seperti apa Marco meninggal. Mungkin itu kenyataan pahit yang terlalu berat untuk dia ungkit lagi. Setelah kejadian itu, orang tuanya menjauhinya dan meninggalkannya untuk tinggal di Singapore sekarang.
NEXT: Berawal dari ini-lah kedekatanku dimulai. Ada intrik yang akan muncul antara Mitha dan Markiey. Dan akan ada orang ke-4 dalam cerita ini bernama Lidya
Seperti biasa, gw sangat mengharapkan komentar dan koreksinya ya.. mohon maaf dan semoga menghibur
saya ga bs koment/ngasih mskkan ttg gaya pnlisan, biar rekan2 yg lain yg mengomentari.. *soalnya sy g bs nulis hee
smga terus dpt mood buat nulis mas @Tyo_rama biar apdet tiap hari,