It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hehe, aq coba seimbanglah di cerita ini mas, pada akhirnya makna positif akan secara universal terbagi disini ^^
lah sutradaranya kan lu
hehe, kak pm in profil mu dunk, aq mw bikin cerita, kl boleh sihhh ^^ hahahaha ga usah di tanggepin kl konyol
di updatenya kapan lagi nih?
@renlyRain hehehe...boleh2...tp ga ngerti apa aja yg mau di PMin... kasih pertanyaan aja, apa yg ren mau tau.. ntar dijawab deh... hehehe
secepatnya deh ^_^
di message aja kak
“udah kamu pulangnya bareng aldo lah, kasihan dia kakinya masih sakit” ujar cheryl seraya merapikan alat-alat tulis dan laptopnya.
“tapi kan sayang, aku. . .”
“udah ah, nggak usah bawel, aku di anter supirku aja, udah di telpon kok tadi, bentar lagi dateng... nah tu baru di omongin udah nongol, aku duluan yah sayang” ujarnya seraya mencium sekilas pipiku.
“oh..eh.. yaudah, hati-hati di jalan yang”
“sipp, kamu ke aldo lah sekarang, udah nunggu pasti dia di lab sekarang”
“iya..”
Hmm.. aku harus apa ? rasanya duniaku jadi jauh lebih berwarna semenjak cheryl jadi pacarku. Apapun bisa kulakukan dengan jauh lebih bersemangat. Dia betul-betul jadi stimulant untukku menjalani hidup. Aku akan lakukan apapun asal dia bahagia dan nyaman denganku.
Sebulan sudah kami berpacaran, menjalani hari-hari baru dengan status sebagai pasangan kekasih .Tapi ada satu yang mengganjal di hatiku sekarang, ada perubahan yang cukup drastis dari aldo semenjak aku pacaran dengan cheryl, menurutku cara dia menjaga jarak ke kita itu sangat berlebihan. Masa untuk membantu kami mengerjakan tugas kuliah aja dia selalu punya sejuta alasan untuk menghindar dari kami. rasanya sesak menikmati kemesraan dengan cheryl sementara aldo jadi menjauh begitu. Aku jadi memikirkan sesuatu, tapi aku takut meyakininya, aku takut membayangkan kalau dugaanku ini benar. Aku harus menemuinya, meminta penjelasan darinya.
+++
Ku susuri koridor panjang menuju ruang laboratorium hidrolika di ujung koridor. Sekarang sudah jam 15.45, sudah setengah jam kuliah praktek aldo selesai. Aku mau ajak dia jalan-jalan,tenangin pikirannya sebelum aku tanya semuanya. Langkahku terhenti di depan ruang laboratorium, pintu agak terkuak sedikit, terlihat di dalam tinggal aldo yang masih belum keluar, ia tengah melepas baju praktikum yang sejak tadi ia pakai. Aku menunggu di luar, soalnya nggak sembarangan masuk ruangan ini. Terlihat ia meraih tongkatnya di sandaran meja, ia mulai beranjak keluar.
“HAAA !!! hehehe...”
“ish ! sialan kamu raf !” ia tersentak kaget.
“hehehe, sorry-sorry...”
“kok kamu belum pulang ? cheryl ?”
“di anter tadi sama supirnya, kamu udah selesai kan ?”
“udah sih, tapi masa cheryl di anter supirnya sih ? kan kamu pacarnya ?”
“udah ah nggak usah sewot, pokokna beres mah si cheryl, sekarang neng
ikut aa jalan yuk, neng mau kemana?”
“nang neng nang neng, sarap kamu ! udah ah aku mau pulang aja capek...”
“yahhh ayolah do... sekali ini aja, kita kan udah jarang banget jalan-jalan,
ayo dong do ?”
“aku capek banget raf..”
”do.. ”
”enggak raffa..”
”aldoo...”
“aku capek raffaaaa..”
“pliiiisss”
“errrggghh, yaudah deh... mang mau kemana ?” akhirnya menyerah juga.
“yee... gitu dong ! kemana ya, ah.. kau ikut aja deh, pasti suka, yuk...”
“hmm...”
+++
“duh.. meni lelet pisan jalannya eneng mah, yaudah sini aa gendong deh...” segerah ku merunduk hendak mengangkat tubuhnya.
“eh raf kamu apaan sih ? raffa !!!”
“udah, eneng mah kalem aja... hahahaha” ia agak menggeliat saat ku angkat tubuhnya
“raffa !!! ah parah kamu !”
“hehehe”
+++
“up..up..up.. yaahhh... eneng yang enak yah duduknya, aa tarik nih, brangkaaaat, hahahaha”
“nang..neng..nang..neng.. setres kamu !” umpatnya kesal.
"hahahaha"
Motorku melaju perlahan melewati jalanan sore yang lengang, setengah lima lewat sekarang, matahari sudah mulai bergegas masuk ke peraduannya. Jalan raya ini berbatasan langsung bibir pantai, jadi setiap sore pemandangan di sini cukup indah, terutama menjelang matahari terbenam. Aku tepikan motor berhenti di salah satu sudut jalan ini, ada tempat parkir yang cukup luas untung menampung kendaraan dari pengunjung mall yang letaknya tepat di samping jalan raya, juga sebelah utara berhadapan dengan laut lepas. Tujuanku bukan ke mall tentunya.
“yuk do ?”
“kemana raf ?”
“udah ikut aja.. yuk”
Kami pun berjalan menyelip di antara deretan mobil dan motor yang terbaris rapi di tempat parkir ini. Tepat sampai di sisi belakang mall kami bergerak menuju beberapa gundukan batu alam yang membatasi bibir pantai yang rendah dengan daratan di atas sini. Aku mengajak aldo duduk bersama di bukit kecil ini.
“yuk do, sini ?”
“yaelah raf, ngapain sih ke sini ?”
“udaaah naik aja bawel amat sih, apa perlu aa gendong lagi ?”
“wew, nggak, nggak, nggak ! aku bisa sendiri”
Akhirnya setelah susah payah berkutat dengan tongkatnya, bisa juga ia naik ke atas sini, kami duduk berdampingan memandangi langit sore yang kian temaram.
“mau ?” ku sodorkan sebungkus rokok marlboro ke hadapannya.
“...” tanpa suara diambilnya satu, lalu meminjam punyaku yang sudah menyala untuk menyulut rokoknya. Untuk beberapa saat kami merokok dalam keheningan, semua sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya suara debur ombak yang mengisi keheningan.
“kamu ngapain ajak aku kesini sih..” tiba-tiba ia bersuara, pandangannya
masih lurus kedepan, masih pula sibuk dengan rokoknya.
“yah, nggak kenapa-napa sih, cuman pengen ngadem aja, do..” sahutku berbohong.
Suasana sesaat kembali hening, ia tak menyahut lagi jawabanku tadi. Aku kini memberanikan diri menanyakan ini padanya. “ do, kamu jujur deh sama aku sekarang, kamu ada apa ? masa cuman gara-gara cewek yang kamu taksir ninggalin kamu, efeknya sampe separah ini ? sampe harus ngejauhin aku dan cheryl ? apa hubungan kita sama semua itu do” lepas sudah semua uneg-uneg itu dari mulutku, aku tak tahu lagi bagaimana cara terhalus untuk mengutarakannya pada aldo, ia diam, tadi sepertinya sedikit terhenyak dengan pertanyaanku.
“do ???”
“hmmphhh...” ia mendesis resah, ia tertunduk tak berani menatapku.
“aldo, aku mohon jangan begini... kamu sahabat aku dari kecil, aku paling tau kamu do... kamu paling nggak pinter bohong do, apalagi sama aku... ayolah do...”
“...” ia mendongak, sesaat menatapku dengan wajah sendunya, kemudian termenung lagi, sepertinya menyusun kalimat yang pas untuk menjawabku.
“raf... aku... aku sebenarnya, aku... aku suka... aku suka sama...”
+++
tuh udah ^^