It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“my man, udah malem mau kemana sih..?” tanyaku penasaran.
Dia masih tersenyum dengan alis terangkat sebelah. Huh, dasar. Tapi setiap kali dia mengajakku jalan-jalan malam, aku pulangnya pasti senyum-senyum sendiri. Kenapa? Karena dia selalu saja membawaku ke tempat yang belum pernah kukunjingi. Dan kali ni, aku masih menerka-nerka kemana dia akan membawaku.
Aku lalu naik ke motornya dan langsung memeluknya. Dia melirik kearahku lalu tersenyum. Untung besok aku libur, jadi sekarang main sampai pagi pun rasanya gak maslah.
Sepanjang perjalanan aku tersenyum. Ya, aku semakin yakin dengan pilihanku. Aku akan tetap bersama Nabil. Ya, ini pilihanku.
Orang bilang, otak manusia itu dibagi tiga. otak emosi, otak logika dan otak fisik. Otak emosi memerintahkan kita mengambil tindakan berdasarkan perasaan tanpa mengindahkan baik dan benarnya. Sedang otak logika itu mungkin terkesan mengenyampingkan nilai rasa, tapi sangat real dan tidak muluk-muluk meski terkesan idealis. Sedang otak fisik itu memberikan pertimbangan berdasarkan fisik serta visualisasi. Dan nabil? Dia telah meliputi semuanya. Secara fisik dan visual, dia selalu membuat jantungku berdegup kencang. Secara emosi, dia begitu pandai mempermainkan emosiku, emosi yang menyenangkan dan mendebarkan. Dan secara logika, tak ada yang bisa kusangsikan lagi.
Dia mengajarkan aku bertindak sesuai logikaku. Perasaanku mungkin kemarin mengatakan bahwa aku ingin bersama si item, tak peduli apa yang akan terjadi serta apa yang dirasakan oleh orang lain. Tapi logikaku yang sekarang kupegang. Logika manapun akan mengatakan bahwa aku akan menjadi orang paling jahat bila membuka hati untuk si item. Ya, aku memilih nabil, karena aku tahu, dibalik setiap tingkahnya yang tak terduga, dia sayang sama aku. Ya, dia telah menyentuh bahkan telah melingkupi titik nyamanku. dia dan cara pandang serta cara berpikirnya membuatku tak bisa berhenti berdecak kagum.
Dia masih melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Aku semakin memeluk erat tubuhnya dan meletakan pipiku di pundakya. Aku memejamkan mataku. Nyaman sekali. Lalu tiba-tiba dia menghentikan motornya. Aku lalu mengangkat kepalaku. Dia lalu menyetandarkan motornya dan turun ke arah tukang gorengan. Kemudia kembali dengan kantong kresek lalu menyerahkannya padaku.
“my man. Aku mau nanya boleh gak?”
“hmm?”
“cewek kamu orangnya kayak gimana sih?” tanyaku penasaran.
Cewek macam apa sih yang udah bikin nabil tak mau berpaling ke cewek lain? Padahal aku yakin, dia mampu menaklukan cewek macam apapun. Dia punya segala hal yang disukai cewek. Fisik oke. Tongkrongan mantap. Orangnya asik.
“ya, yang pasti spesial deh.” Jawabnya simple. Tapi sespesial apakah gadis itu? Aku mulai merasa cemburu.
“kring..kring..” nada panggilan masuk ke hape nabil. Dia memang gak ribet milih ring tone. Hanya bunyi telepon klasik, dan aku cukup suka.
Dia lalu mengangkatnya.
“halo ayang. Iyya..lagi di cikarang baru...”
“apa? Sama temen lah. Heeh. Kamu teh lagi apa sih ay...aku kangen banget tau...”
Aku hanya diam mendengarkan. Kira-kira, bagaimana perasaanku mendengarnya bertelepon ria dengan mesranya dan jarakku dengannya hanya satu meter? Mukaku mulai panas. Aku dilanda rasa cemburu yang sangat. Aku alihkan pandanganku dan mencoba memikirkan yang lain.
Aku alihkan perhatianku agar aku tak mendengar candaan mereka yang membuatku semakin panas. Tapi dasar bodoh, mana mungkin? jarakku dan dia hanya semeter. Nafasku mulai mendengus-dengus. Dan anehnya kata-kata yang ditujuan pada nadia semakin mesra.
“iya yang...aku juga kangen...ntar kalo kamu balik aku ajakin kamu kemanapun yang kamu mau. Ke trans studio bandung mau kan?”
Dia Cuma gombal sal...dia tuh sayangnya sama lo..kataku pada diriku sendiri.
“iya...kamu masih ingat kan waktu aku ajak kamu ke bukit alamanda? Heeh, ciuman kamu juga masih terasa kok..heheh..ah..kamu tuh yah..”
Shit. Aku terus saja mengumpat dalam hati. Aku gak rela bil, aku benar-benar gak rela. Kamu tuh Cuma milik aku doank. Yang lain sama sekali gak boleh nyentuh kamu.
“yadah...jangan lupa makan vitamin..awas aja kalo pake make upnya ketebelan. Aku gak suka. Ciumnya mana?” katanya manja.
“eemmmmuah...love you honey..” katanya dan langsung menutup teleponnya.
Dadaku dan mukaku masih terasa panas. Aku tak bisa diam. Pandanganku tak bisa fokus. Sialan, aku cemburu...
“sal, kok diem aja?” katanya datar seolah tak terjadi apa-apa.
Aku hanya diam tak menjawab. Aku kesal sekali. Kenapa dia tega banget nelpon sama ceweknya didepanku?
“yadah, gorengannya gua makan ya..” katanya.
Aku melongo. What? Tanpa rasa bersalah sedikitpun? Sumpah, aku gak percaya apa yang terjadi. Dia dengan santainya makan dan tanpa sedikitpun berempati pada perasaanku? Aku marah. Aku lalu berdiri dan melihatnya. Dia mendongak dan menatapku heran.
“kamu mau kemana?” tanya dia.
Mau kemana? Mustinya kan dia nanya kamu kenapa?
“kamu marah?” katanya.
Apa aku harus jawab, tidak, aku senang sekali dengar kamu mesra dengan pacar kamu?
“....”
“kenapa kamu marah?”
Hah? Dia masih nanya kenapa aku marah?
“may baby boy..dengar. kamu harus mulai belajar untuk mengerti apa itu cinta. Apakah dengan kondisi sekarang ini aku harus abaikan yang lain? Gak. Kita masih hidup didunia nyata. Aku gak mau karena kamu sayang sama aku, aku jadi mengabaikan yang lain. Aku gak berharap kamu jadi tergantung sama aku. Cinta itu menguatkan,bukan melemahkan. “
Aku tertegun dan masih belum bisa menangkap apa maksudnya. Dia lalu memegang pundakku sambil menatapku dengan pandangan menenangkan.
“sekarang kamu duduk dulu.”
“...”
“kamu tahu kan aku sudah punya pacar? Dan aku harus bilang ke kamu kalo aku sayang sama nadia”
Aku masih diam dengan muka kutekuk. Oh, namanya Nadia..
“aku gak bisa bilang sama kamu kalo aku hanya sayang sama kamu. Itu gak adil donk buat aku. Juga gak adil buat nadia. Dia juga sayang sama aku? Lantas karena sekarang kamu pacaran sama aku, dia gak boleh sayang sama aku?”
Iya, gak ada yang boleh sayang sama kamu selain aku my man.
“aku mau nanya sama kamu dan ini akan nentuin arah hubungan kita.”
Aku mengantisipasi.
“kamu mau aku putusin nadia? Kamu mau Aku mutusin cewek yang udah begitu banyak nolong hdup aku tanpa pamrih?”
“...”
“menurut kamu itu adil?”
“...”
“maboy...kalo kamu bilang iya, aku mau kita pisah sekarang. kenapa? Karena percuma aja. aku jahat banget karena mutusin dia. Dan yang bikin aku jadi jahat itu kamu..”
“sekarang kamu yang mutusin. Mau udahan aja atau kita jalanin apa adanya kayak gini tanpa harus ngorbanin orang yang gak salah demi kebahagiaan kita?”
“...”
“maboy?”
“mm..maaf my man..aku Cuma cemburu..”
“makasih ya, kamu udah ngertiin aku. Sekarang kamu gak usah mikir macem-macem. Kita mau kemana?”
“seterah kamu aja. kemanapun asal aku sama kamu, aku mau kok”
“yadah, kita ke kuburan cina aja ya, kan sepi..”
“aahhh..my man..”
“hahaha”
Motornya melaju pelan ke arah Bundaran President University. Dia melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Aku sebenarnya masih dilanda cemburu. Pengorbanan apa sih yang udah dilakuin cewek bernama Nadia itu ke nabil? Bahkan ntar nabil mau ngajak ke Bukit Alamanda yang gak tau dimana itu. Dan ciuman itu..arght...
“my man, kamu sama pacar kamu...” kataku ragu. Apa aku harus tanya ke dia?
“apa?” tanya dia sambil masih fokus ke depan.
“kamu..”
“hmmm..kamu mau nanya apa sih..?.”
“kamu sama pacar kamu pernah...” kataku sambil menunduk.
“hahaha..pernah apa sih...”
“....”
“kira-kira?”
Argght...jangan bikin aku jadi tambah cemburu...bilang kalo kamu Cuma pegangan tangan aja...
“kamu pernah ciuman sama dia kan?”
“yap. Tadi kan aku dah bilang...”
“pegangan yang lain?”
“apa....?”
“Arght...gak perlu aku tegesin kan...”
“hahaha. Kamu tuh ya..”
“my man...” kataku lalu mencium rambut belakangnya. Aku suka baunya. Dia memang tak mengenakan helm tadi. Aku juga. aku cukup malas kalau harus memakai helm, karena aku tak bisa memeluknya dengan leluasa. Aku tak bisa menempelkan wajahku ke punggungnya atau ke pundaknya.
“hahaha” tawa itu membuat aku semakin frustasi.
Argght...atau jangan-jangan dia pernah gituan lagi...oh no...aku gak rela...sumpah, aku gak rela...aku lalu memeluknya erat sekali. Aku yang sedang dilanda rasa cemburu jadi tak bisa berpikir rasional. Aku lalu menelusupkan tanganku kedalam kaos yang dia gunakan. Aku merabanya dada bahkan nipplenya dan aku merasakan motor yang dilajukan nabil jadi tak seimbang. Nafasnya mulai memburu dan badannya tersa menghangat. Bukan, bukan hangat, tapi memanas dan sedikit gemetar. Aku lalu mencondongkan badanku dan sekarang sekarang wajahku tepat berada di leher nabil. Aku kuatkan nafasku dan kuhembuskan di lehernya. Dia tampak bergidik dan semakin tak konsen saja. aku tertawa kecil. Apa begini reaksi orang yang pernah melakukan ‘itu’? hmm..aku semakin iseng. Kutengok kiri kanan jalanan cukup sepi. Kucium tengkuknya agak lama dan sedikit kulumat sampai belakang telinganya.
Dia lalu menghentikan motornya.
“sal...”
“hmmm?”
“Ke tempat yang agak gelapan yukk..”
“hah? Ngapain?” ta nyaku pura-pura bego.
“ya yayaa..”
“gak mau ah”
“ke..kenapa?”
“aku mau kamu nyium aku disini..”
“hah? Gila aja..ini kan jalan umum...”
“yah...masa gak berani..si item aja berani dulu...” kataku sambil menopangkan pipikuku diatas pundak kanannya sambil memandangin rambut halus di lehernya.
Dia diam sesaat, lalu kepalanya menoleh ke kanan dan bibirnya mengecup bibirku. Aku hanya melongo. Aku mulai memejamkan mata dan membuka mulutku dan lidahnya menelusup ke dalam mulutku. Ya, aku merasakan sensasi baru dalam berciuman. Kami berciuman diatas motor yang sedang melaju. Perasaanku campur aduk, antara takut, senang, deg-degan, was-was. Oh..aku tak merasakan takut motor kami menabrak sesuatau. Aku bahkan mungkinn rela mati seperti ini. Dia dengan beraninya menciumku sambil melajukan motornya. Aku...semakin jatuh cinta padanya. Love you my man...
******
Aku yang masih deg-degan dilanda rasa masih bingung. Kulihat ada cukup banyak muda-mudi yang sedang duduk di rumput-rumput yang sengaja dibuat sebagai tempat nongkrong. Lebarnya sekitar 8 meter. Aku lalu turun dan berdiri disamping Nabil.
“mas, susu jahe anget dua.” Sambil mengmabil piring plastik kecil lalu mengambil nasi kucing, dan beberapa potong gorengan serta beberapa tusuk usus, telor puyuh dan jeroan.
“sal, ayo..”
Aku lalu mengambil piring plastik kecil, sebungkus nasi kucing dan beberapa tusuk usus dan jeroan. Kami lalu ambil susu jahenya kemudian menyebrang jalan dan memilih tempat duduk yang dekat dengan pohon palem.
“kamu sering kesini?” tanyaku.
“ya..kadang-kadang sih kalo temen ngajakin. Mang kamu gak pernah?” tanya dia sambil membuka bungkus nasi kucingnya.
Aku hanya menggeleng. Sebenarnya dulu si Item sering ngajak aku makan di lesehan yang ada di Harapan Idah, tapi angkringan solo ataupun sega kucing sih belum.
“kamu mesti sering-sering keluar. Kenapa? Karena manusia itu mahluk yang sudah fitrahnya untuk bersosialisasi. Kamu mesti membuka diri untuk dunia yang nyata. Makanya aku ngajak kamu kesini biar kamu gak Cuma hidup di dunia kamu aja.” katanya sambil tersenyum tipis.
Aku memandangnya lama. Memang, aku hanya sibuk dengan duniaku saja cenderung menutup diri. aku cenderung introvert. Ketika orang sedang asik-asiknya bahkan tertawa terbahak-bahak dengan temannya, aku cenderung menjauh atau atau asik dengan buku atau apa saja yang kupegang. Aku merasa tak nyaman. Dan itulah yang kulihat dari si item. Dia cenderung sama denganku. Dan mungkin karena kesamaan itulah kami merasa nyaman dan saling terikat.
Dan sekarang, orang yang sangat kusayang ini telah sedikit demi sedikit membuka mata dan pikranku. Baik, aku akan coba membuka diri.
Tiba-tiba aku aku dikagetkan oleh beberapa orang yang menghampiri kami dan menepak pundak nabil.
“widih...berdua aja ini teh?” tanya seorang cowok berambut mohawk.
“yagitu. Lo gua sms dari tadi juga..” balas nabil sambil mengunyah sate ususnya.
“ya tau ndri lah jababeka jam segini. Pamer pisan lah cu..” jawabnya lagi
(cu, akhiran atau kata sapaan yang digunakan dalam komunikasi di daerah priangan timur. Artinya hampir sama dengan brow)
“sal, kenalin, ni temen-temen gua. Yang junkies ini abuy, yang tambun Obos, yang kayak cina ini Iday” kata nabil.
Mereka pun bergantian menyalamiku.
“lo satu pt sama si kunyuk ini?” tanya cowok yang kayak cina itu.
“gak kita beda pt” jawabku.
“kok bisa kenal?” tanya cowok junkies yang namanya abuy.
“ya elah..emangnya kita temenan ma orang se-pt doank..” jawab nabil.
“kirain pacar baru lo cluk” kata Obos.
“sialan lo” jawab nabil
Apa? Pacar baru? Apa mereka tau kalau nabil itu gay? Aku jadi salting.
“cewek lo gimana sekarang?” tanya iday.
Aku sontak melihat nabil. Nabil memang belum menceritakan secara spesifik bagaimana gadis itu. Nabil juga melirik ke arahku sebentar lalu kembali ke iday.
“cewek gua masih. barusan dia telpon, katanya gak jadi ke cikarang.” Jawabnya
“hmmm..lo gak kesepian apa? Masa hubungan jarak jauh mulu. Ketemuan paling sebulan sekali doank ya?”
Nabil hanya mengangguk.
“hahah. Kasian banget si lo. Terus kalo lo lagi pengen, hayo..ke widuri ya? Hahah” kata obos
(widuri, warung pijat tradisional, sudah tak perlu dijelaskan lagi lah)
“sialan lo. “ katanya sambil melempar telor puyuh ke arah obos yang langsung ditangkap lalu dimasukkan ke mulutnya.
“lo gak nyari spare aja di disini cluk?” tanya Abuy.
“spare? Lo kata onderdil..” katanya.
“ya..seenggaknya kalo lo lagi pengen kan..”
“hus, ngawur lo ah” kata nabil.
“hahah..kan becanda cluk. Kalo lo, dah punya cewek sal?” tanya abuy.
“belum, cariin donk” jawabku sambil senyum.
“masa blum punya cewek? Gak percaya gua” katanya
“heh, lo gak liat apa mukanya alim begitu? Mang elo, muka mesum” timpal iday.
“sialan lo. Eh, gua lupa, si Roni nitip martabak sama kartu remi. Cluk, kita duluan ya. Biasa, barang baru..”kata abuy dengan muka mesumnya.
“yah..baru ge nyampe..yadah, ntar w pinjem ya. Indonesia?” tanya nabil.
“yap, katanya sih sma. Yang sd juga ada. Mau?”
“sialan lo. Gua laporin kak seto lo.” Kata nabil.
“yadah, kita cabs ya..”kata mereka lalu mereka pergi.
Aku lalu memandang nabil cukup lama. Benar, aku terlalu naif.aku tak boleh menutup mata sama dunia luar yang sudah bobrok ini.
“kok ngeliatin aku kayak gitu?” tanya nabil
“gak kok my man. Aku cuman salut aja sama kamu. Makasih buat semuanya. Aku memang mesti mulai membuka pikiranku. Tapi..”
“tapi apa?”
“gajadi deh”
“ kamu ini.”
Lalu tampak seorang pemuda membawa gitar datang menghampiri kami berdua. Dia lalu meletakan akua gelas dihadapan kami. Lalu mulai membawakan sebuah lagu. Tapi nabil langsung memintanya berhenti. Aku mengantisipasi. Apa lagi yang akan dia lakukan? Apa dia akan protes karena suara pengamen itu sumbang?
“kang, request lagunya Once yang Aku Mau donk..” katanya sambil senyum.
Lalu si pengamen tadi senyum dan mulai menyanyikan lagunya.
Kau boleh acuhkan diriku
Dan anggap ku tak ada
Tapi takkan merubah perasaanku
Kepadamu
Kuyakin pasti suatu saat
Semua kan terjadi
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada
Aku dibuat tertegun olehnya. Aku merasa pundakku dirangkul. Aku menoleh dan dia tersenyum. Kupandangi wajahnya, dia tersenyum sangat manis, manis sekali. Apa dia tahu aku masih belum bias lupakan si item?
Kau boleh jauhi diriku
Namun kupercaya
Kau kan mencintaiku
Dan tak akan pernah melepasku
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Selalu bersedia bahagiakanmu
Apapun terjadi
Kujanjikan aku ada
Aku mau mendampingi dirimu
Aku mau cintai kekuranganmu
Aku yang rela terluka
Untukmu selalu
Setelah lagunya selesai, nabil mengmbil uang sepuluh ribuan lalu memasukkan kedalam akua gelas itu. Si musisi jalanan itu kaget dan tersenyum senang sekali. Setelah mengangguk dan berterima kasih, dia mengambil akua gelasnya lalu berlalu.
“lagi nongkrong nih?” tanya dia ramah sambil tersenyum. Aku balas senyum.
“iya. Lagi pengen nongkrong aja.” jawabku
“oh..”
Kutengok wajah nabil, dia terlihat gelisah dan salah tingkah. Lalu teman-teman arif menghampiri kami dan duduk di samping nabil dan terlihat tertawa-tawa.
“eh, cluk, kirain lo tadi ikut nonton bokep”
Nabil hanya diam saja, dia menatapku dengan pandangan yang sulit kuartikan. Aku merasa dia seperti sedang mengkhawairkanku. Lalu pandangannya tertuju ke arif. Mereka tampak saling pandang. Jujur, aku gak ngerti, tapi rasanya pandangan mereka berdua tuh aneh.
“cluk, ke situ dulu bentar yuk?” kata buluk.
Lalu dengan enggan nabil mengikuti yang lain. Tapi dia sempat melihat ke arahku sebelum meninggalkanku dengan arif.
“kamu kayaknya deket banget ma nabil ya belakangan ini?” tanya arif.
“masa sih? Ah biasa aja deh. Kenapa emangnya?”
“gapapa. Jangan-jangan kalian pacaran ya?”
“ma..maksud kamu apa?” jawabku gelagapan.
“udah deh, lo gak usah pura-pura. Lo pacaran kan sama nabil?” katanya dengan nada tinggi.
Aku kaget sekaligus bingung.
“JAWAB, LO PACARAN KAN SAMA NABIL?” kali ini matanya tak lagi ramah. Dia menatapku dengan penuh kebencian. Kulihat pengunjung lain melihat ke arah kami. Aku gelagapan.
Aku mencari-cari nabil, dia sekarang sedang dikerubungi teman-teman arif. Tak mungkin dia tak mendengar arif yang berteriak. Tapi kenapa dia hanya diam aja? aku menatapnya, tapi nabil malah mengalihkan pandangan.
“JAWAB” kata Arif berteriak.”LO MESTINYA NYADAR, NABIL ITU UDAH PUNYA PACAR. DAN LO MASIH MAU PACARAN SAMA DIA? LO JADI PERUSAK HUBUNGAN ORANG...”
“....”
“COBA LO BAYANGIN GIMANA RASANYA KALO PACARNYA NYAMPE TAU, HEH. PASTI SAKIT. SAKIT BANGET”
Aku mencari-cari nabil, aku gak bisa jelasin ke arif. Biar dia yang menjelaskan apa yang terjadi. Tapi kenapa dari tadi nabil diem aja? aku coba manatapnya tapi dia selalu tak mau menatap mataku. Kenapa? Lalu kenapa arif yang begitu marah kalau nabil selingkuh? Apa jangan-jangan dia ada hubungannya sama nadia?
“LO DENGER GAK SIH. LO JANGAN JADI PERUSAK HUBUNGAN ORANG”
“nadia?”
“YA. COBA LO BAYANGIN GIMANA PERASAAN DIA.”
“a..aku..” aku kembali menatap nabil memintaku membelaku. Tapi dia hanya diam saja. kamu kenapa bil? Kenapa kamu cuma diam disana? Please, bantu aku jawab semuanya..Tapi dia cuman diam saja dan terlihat semakin gelisah.
“sekarang, gua minta sama lo. Tinggalin nabil, tinggalin dia..” kata arif lirih.
“ke..kenapa?”
“karena Nadia itu kakak gue”
Jadi Arif itu adiknya Nadia? Aku..pantas saja dia marah. Arif memang pantas marah karena aku telah melukai kakanya. Akupun kalo tau sodaraku disakiti akan ngelakuin hal yang sama. Tapi kenapa nabil gak sedikitpun ngebela aku? Kenapa dia cuman diem aja? kenapa dia begitu pengecut sekarang?
Aku kembali menatap ke arah nabil, tapi dia masih saja tak mau melihatku.
“bil..” kataku lirih. Aku butuh pembelaan kamu,bil. Aku butuh kamu biar aku gak terlalu ngerasa bersalah.
Tapi dia hanya menatapku lirih. Aku kecewa bil, aku kecewa sama kamu. Ternyata kamu gak bisa lindungin aku. Jangankan dari penjahat, kamu bahkan gak bisa lindungin aku dari adiknya nadia sekalipun. Kamu jahat bil, kamu jahat. Kamu pengecut.
Aku menatapnya marah, aku kecewa. Aku benci kamu bil, aku benci.
Aku berlalu meninggalkan mereka. Kepalaku terasa pusing sekali. Mataku mulai terasa pedih. Pandanganku mulai tak jelas oleh air mata yang menggenangi mataku tapi kutahan biar tak jatuh. Stop crying sal, jangan nangis lagi bodoh... Aku tak menghiraukan orang-orang yang melihatku. Aku bahkan menabraki mereka karena otakku serasa berputar. Kutengok ke belakang, mataku dan mata nabil bertemu, tapi dia tak mengejarku. Ya, dia tak mengejarku hanya untuk memberikan satu kata untuk menjelaskan apa yang terjadi. Ya, dia terlalu pengecut untuk menjadi seorang pecinta. Apa rasa takut kehilangan Nadia membuat aku tak ada artinya buat kamu, bil?
Aku lalu berlari tak karuan dan baru berhenti di belokan mattel. Aku meringkuk dan memeluk lututku. Aku lantas menelpon temanku dan memintanya menjemputku. Aku merasa air mataku menetes dari sudut mataku lalu aku mengusapnya. Aku tak peduli orang-orang yang lewat memerhatikanku. Aku tak peduli.
*****
Depan Mattel, 00.30 wib
“kamu..kenapa sal?” kata bayu sambil memegang pundakku.
“....” aku hanya diam menundukkan kepalaku.
“kamu bisa cerita ke aku kok..”
“....”
“yaudah. Kamu mau kemana sekarang?”
“pabrik. Motorku disana”jawabku singkat tanpa menoleh ke arahnya.
“kamu yakin?”
“aku butuh waktu buat sendiri. Plis..”
“tapi kamu..”
“plis..aku mohon kamu ngertiin aku. Aku Cuma mau nenangin diri aku.”
“yaudah. Yuk anter kamu ke pabrik” katanya sambil berdiri. Aku lantas ikut berdiri dan langsung naik ke jok belakangnya.
Dia lantas melajukan motornya lalu berbelok dan terus melajukan motornya sampai ke depan pabrikku. Aku lantas turun dan hanya tersenyum ke arahnya. Dia sendu menatapku. maaf kawan, aku belum bisa cerita sekarang.
“makasih Bay..”
“kamu tau mesti ngehubungin siapa kalo butuh sesuatu” katanya, lalu dia melajukan motornya meninggalkanku. Aku segera menuju ke parkiran untuk mengambil motorku. Ya, aku harus menenangkan diriku sekarang.
****
Aku masih melajukan motorku dengan kecepatan tinggi. Apalagi kodisi jalan yang cukup lengang karena sekarang sudah malam sekali. Aku tak tau harus kemana sekarang. yang pasti aku harus pergi, pergi dari sini. Aku harus kemana sekarang? aku harus kemana?
Aku masih tak tahu harus kemana. Aku hanya menjalankan motorku dan aku baru sadar bahw aku sekarang sudah sampai di bekasi. Apa aku harus menemui si item? Tapi..sudahlah, mungkin dia bisa nenangin aku sekarang, seperti dulu setiap kali aku sedih, aku pasti nemuin dia. Tapi apa aku salah? Kondisinya sekarang sudah lain. Dia sudah menikah sama Sabrina, meskipun katanya Sabrina masih di Bandung. Tapi tak sepantasnya aku menemui si item lagi. Tapi aku tak tahu harus menemui siapa.
Aku menghentikan motorku saat sudah sampai di depan kostnya. Kata Ragiel kemarin dia masih tinggal disitu. Tapi aku gak tau, apa Sabrina masih di bandung atau sudah disini lagi. Apa aku harus mengetuk pintunya?
Aku hanya memandangi pintu kamar kostnya tanpa berani mengetuknya. Lagipula sekarang sudah larut sekali. Pasti dia sedang tidur.
Aku lantas duduk di kursi kayu panjang di depan kostnya. Aku menaikkan kedua kakiku dan kemudian memeluk lututku. Aku lalu memejamkan mataku, dan tampak wajah si item. Aku lantas menyebut namanya, terus, terus menyebut namanya.
“item..item..” kepalaku terasa berat sekali. Pikiranku kacaw. Mataku pun kini terasa berat. Dan akupun tertidur.
Mataku masih terasa berat, dan aku masih merasa malas sekali untuk membuka mata. Tapi suara adzan itu terasa cukup dekat. Aih ternyata sudah subuh. Tapi udaranya masih terasa dingin. Lalu aku menarik selimut yang terasa sudah turun dan tak lagi menyelimuti badanku. Tapi, kenapa aku berselimut? Aku lantas terbangun dan langsung terlonjak kaget. Kulihat aku sudah diselimuti dan aku sedang tidur diatas benda yang rasanya cukup empuk. Dan aku tersadar bahwa aku tertidur diatas paha seseorang. Kutatap wajahnya yang masih terlelap.
“item..” bisikku lirih.
Lalu orang itu tampak mengucek matanya dan setelah melihatku dia tersenyum.
“udah bangun?” katanya sambil tersenyum tipis.
Aku masih diliputi rasa heran. Aku lantas duduk dan menunduk. Aku tak berani menatap wajahnya.
“sejak kapan lo..”
Dia hanya tersenyum.
“lo tuh jahat sekarang ya?” katanya.
“...”
“kenapa malem gak bangunin gua?”
“a..aku..”
“kenapa sal? Apa gua gak sekarang gak ada artinya buat lo? Bahkan untuk menjadi sahabat lo sekalipun?”
“maaf tem..gua..”
“gua masih sahabat lo kan?”
“i..iya. tapi...sejak kapan lo tidur disini?”
“tadi malem gua terbangun karena mimpi buruk. Gua mimpi si panda di kejar sama singa” katanya sambil senyum.” Makanya gua keluar nyari angin. Tahunya..lo lagi tidur disini..”
Aku hanya diam. Apa dia terbangun karena aku menyebut namanya, meskipun pelan? Apakah dia tahu aku sedang sedih?
“jangan panggil gua sahabat lo kalo gua bukan orang pertama yang lo hubungin kalau lo lagi sedih, kalo lo masih sungkn bahkan Cuma bilang kalo lo lagi sedih, hapus gua dari daftar sahabt lo..”
Aku menatap matanya dan merasa tertohok sekali.
“maaf tem, gua gak maksud buat..”
“sssttt...udah, gak usah dippikirin. Sekarng kita sholat shubuh dulu. Key?” katanya sambil berdiri.
Aku lalu mengikutinya dan segera menjemput panggilan illahi. Ya, seenggaknya aku bisa mengadu sama tuhan. Aku bisa mengeluhkan bahwa aku sedang sedih, aku kalut dan aku merasa kalah.
*****
mudah"an apdetan segitu bisa gantiin hari-hari kemaren yang ga smpet apdet. ditunggu pisan lah kripiknya. pelis, itu penting banget buat penulis. yang laen nyusul dah. dah keburu setres gara-gara lemotnya gak ketulungan ni warnet.
pict'y nysul aja dah
makanya jangan pacaan ma cowok yang udah punya cewek, menderita
Makasih udah dimantion Kang..
Gak ada kripikan ceritanya mah bagus pisan euy...