It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku masih duduk di kursi panjang ini. Ya, aku memutuskan untuk masuk hari ini karena kalau aku diam saja di kostan, aku pasti hanya akan meratapi diri. mataku masih tampak merah membengkak waktu kulihat di cermin. Tak apalah, toh aku tinggal bilang aku lagi sakit mata, terlepas dari mereka percaya ato enggak, aku gak peduli. Lagipula aku harus menyibukan diri walaupun sebenarnya kepalaku terasa pusing sekali. Kulihat orang-orang tampak sibuk, lebih tepatnya menyibukkan diri. Lalu tiba-tiba Bayu datang menghampiriku.
“sal, lo sakit?”
“hah?”
“muka lo pucet sal. Mata lo juga bengkak. Lo ke klinik dulu aja” kata bayu.
Aku mencoba tersenyum ke arahnya.
“gak kok bay, gua gapapa. Cuma kurang istirahat aja. tiduran habis maksi juga bakal mendingan” kataku.
Dia hanya diam. Kualihkan pembicaraan kami dengan melihat tangannya yang beberapa hari yang lalu kena cutter.
“tangan lo gapapa?”
“hhh? Gak kok, Cuma kegores aja. beberapa hari lagi juga bakal normal kok.”
“ati-ati ya. Tapi benar kan gak ada...” kataku terpotong.
Entahlah, dia ngerti atau enggak apa yang kumaksudkan, tapi dia hanya tersenyum. Senyum yang tak menjelaskan sedikitpun apa yang sebenarnya terjadi kemarin.
Lalu kulihat Azam, teman satu shiftnya Bayu datang menghampiriku. Entahlah, dia datang menghampiriku atau menghampiri bayu. Yang kutahu, Azam dan bayu itu tak terlalu akur. Desas-desus kecelakaan kerja yang dialami Bayu kemarin itu karena Azam. Tapi entahlah, aku tak mau berburuk sangka.
“eh, gua duluan ya” kata bayu tiba-tiba sambil berlalu meninggalkanku.
Kulihat Azam tampak merengut sambil melihat kearah Bayu. Lalu pandangannya beralih kepadaku.
“lo gapapa sal?” tanyanya sambil mencoba tersenyum.
“hah?”
“lo gak lagi sakit kan?”
“mmm..Cuma kurang enak badan aja. Zam, gua boleh nanya gak?”
“ya?”
“lo sama Bayu fine-fine aja kan?” kataku ragu.
Sebenarnya aku ragu untuk menanyakan hal itu. Tapi aku penasaran apa yang sedang terjadi antara mereka. Jujur, aku merasa pandangan Azam ke bayu itu bukan pandangan biasa. Dan pandangan itu sulit kuartikan.
“lo percaya sama berita itu?”
“mmm..maksud gua..”
“ya, posisi gua emang salah. Gua emang gak terlalu deket sama bayu. Dan kecelakaan kemarin semakin ngesanin gua kalo gua benci sama dia. Tapi setiap orang punya hak buat nilai kok.”
“gua gak nuduh lo zam. Bayu itu temen gua. Gua Cuma gak mau aja kalian jadi makin jauh.”
Kulihat pandangannya kosong sekarang. Dia menerawang dan sekarang kulihat matanya mengikuti kemana arah bayu berjalan. Ada rasa bersalah yang sangat yang kulihat dari raut wajahnya. Dia lalu menghela nafas dalam-dalam. Lalu tersenyum ke arahku.
Aku masih sedikit berbincang-bincang hal-hal ringan dengan Azam. Dan ternyata dia tuh orangnya asik juga. gak seperti yang dibicarain sama orang. Mereka bilang Azam itu orangnya dingin dan kasar. Dan kesan itu tak sedikitpun kulihat dari dia.
Dan ketika kami membahas modifikasi mesin Tien Jin kemarin, aku dikagetkan sama foreman ku yang tiba-tiba menghampiriku.
“sal, ada yang nyari kamu” katanya sebentar lalu berlalu ke arah rak buku.
Hah, ada orang yang nyari aku? Siapa?
“siapa pak?”
“gak tau. Dari seragamnya sih kayaknya orang produksi. Mungkin orang shift kali” jawabnya sambil berjalan ke arah rak besi mencari-cari RIS (Request and Issue Slip = surat pengajuan barang/spare part ke gudang)
“mau apa katanya?”
“katanya sih mau balikin apa gitu. Samperin aja dulu, orangnya ada diluar kerangkeng kok”
Orang produksi shift nyariin aku? Aneh, tak seperti biasanya. Dan rasanya juga aku gak minjemin sesuatu ke orang produksi. Aku lantas bergegas keluar kerangkeng dan ketika kubuka pintu kerangkeng, aku tersentak kaget. Aku tak percaya dengan apa yang kulihat.
“nabil? Lo...”
“maboy..aku..”
“lo ... ngapain kesini?” tanyaku kaget.
Sedang apa nabil di pabrikku? Dan dia mengenakan seragam pabrikku? Sebenarnya aku tak heran bagaimana dia bisa masuk ke pabrikku, dengan seragam dan ID card. Tapi senekad itukah dia?
“aku mau minta maaf maboy..”
Maboy? Gila. Ini tempat umum dan dia memanggilku dengan sebutan maboy?
“maboy..”
“lo gila bil...” kataku sambil menengok kanan-kiri takut ada yang melihat kami berdua dan mendengar dia memenggilku dengan sebutan itu.
“aku Cuma mau balikan hape kamu. itu aja” katanya.
Itu aja? Gak lebih? Tapi kenapa hati kecilku mengatakan aku mengharap dia datang kesini untuk memohon maaf padaku dan memberi penjelasan. Aku mengharapkan dia datang dengan sebuah kejutan indah yang bisa meluluhkan hatiku. Kenapa aku rindu dia? Setelah apa yang dia lakukan, kenapa aku begitu tolol dengan merindukan kejutan darinya?
Dia lantas menyerahkan hepeku. Aku menatap tajam kerahnya. Pandangannya tak fokus. Aku mencari-cari apa yang sebenarnya dia rasakan. Dan tatapan matanya kali ini tak bisa kuartikan. Dengan ragu kuambil dan dia segera berjalan cepat-cepat meninggalkanku.
Aku masih memandang punggungnya yang semakin menjauh. Dia datang kemari, hanya untuk mengembalikan hapeku? Hanya untuk itu? Kenapa kamu gak minta maaf bil? Kenapa kamu gak jelasin segalanya? Kenapa kamu gak minta aku kembali sama kamu?
*******
12.15 wib
Aku masih menalikan tali sepatuku sehabis sholat dzuhur di mushola. Lalu aku merasa ada yang memegang pundakku. Kutengok, bayu. Dia tersenyum ke arahku.
“mau langsung makan?”
Aku hanya mengangguk.
“lo yakin lo gapapa? Muka lo pucet banget. Abis makan langsung ke klinik aja ya, gua anterin deh. Ntar gua yang mintain izin ke foreman lo.”
“...”
“lo jangan terlalu mamporsir fisik lo. Kasian, fisik lo juga butuh istirahat. Kalo lo sakit kan lo sendiri yang repot. Tapi keluarga lo kan disini ya? Ah...pokoknya lo mesti istirahat yang banyak ya.” Katanya lagi.
Aku hanya tersenyum. Dia memang kalau sudah ngomong suka sesah direm. Orang-orang manggil dia dan juga beberapa orang mekanik yang memiliki sifat hampir sama dengannya dengan sebutan M2R, Mekanik-Mekanik Rempong. Cukup aneh, sifat mereka sangat kontradiktif dengan kerjaan yang mereka geluti. Tapi sejauh ini mereka dan hasil kerjanya masih fine-fine saja.
Tapi orangnya benar-benar setia kawan. Aku masih ingat dulu dia yang menjemputku di pasimal cikarang baru waktu aku dilabrak arif. Dia memang sedikit cablak, tapi ketika melihatku sedang sedih, dia bisa menjaga sikap.
“yuk,” ajakku.
Lantas kami berdua segera menuju ke kantin.
Sepanjang perjalanan dia terus saja membicarakan ini itu. Aku hanya tersenyum dan sesekali menimpali. Kami cuci tangan sebentar lalu segera naik ke tangga karena di pabrikku, kantin itu adanya di lantai dua. Setelah berbelok dan melewati ruang training, kami langsung masuk ke kantin. Baru masuk aku mendapati suasana yang hingar bingar. Terlebih lagi sekarang di kantinku difasilitasi oleh beberapa buah TV LCD. Dulu kukira itu untuk hiburan selagi makan, tapi ternyata hanya menayangkan acara-acara yang berhubungan dengan pabrikku, ya semacam propaganda untuk lebih meningkatkan pengetahuan tentang prodak perusahaan sekaligus agar kami lebih bangga terhadap perusahaan kami.
Kami masih mengantri dan melihat menu yang dihidangkan, aku tak terlalu antusias. Kuperhatikan yang lain juga sama, terutama bayu. Yang kutahu dia itu penggila kuliner. Dan setiap aku makan di dekatnya, dia pasti akan berkomentar tentang rasa, dan juga perbandingan dengan rasa yang pernah dicicipinya di luaran sana.
Setelah kuambil tray berisi potongan ayam, tempe dan sayur, serta buah, aku lantas mengambil nasi, hanya secentong. Dengan malas aku berjalan ke arah meja dan aku duduk sambil sesekali memerhatikan yang lain. Kupandangi tray makananku, aku tersennyum kecut. Tak nafsu sama sekali. Aku hanya mengaduk-aduknya dan kulihat juga ketika bayu mencicipinya dia bergidik tanda apa yang dimakannya sama sekali tak masuk ke kriterianya.
“hmmm..terlalu asin. Sayurnya juga udah gak seger. Dan mestinya bla bla bla bla..”
Kuperhatikan bayu masih saja mengoceh ini itu. Aku hanya sesekali tersenyum.
Lalu tiba-tiba semua TV LCD yang ada dikantin berhenti menayangkan acara tentang perusahaan. Dan sebuah musik yang sudah sangat kukenal kini menggema diseluruh kantin. Semua orang tampak tercenung mendengarnya, sebagian masih meresapi liriknya, sebagian tampak serius memerhatikan videonya, dan sebagian besar kembali ke makanannya.
Musik ini..melemparkanku ke beberapa waktu yang lalu di sebuah pagi.
****
akh,gw sebel ma nabil,kn pulang t naek mtr.sedih tbrakan koit d.
blik lg k abng item..
item lope2 u pull..
Aku masih mengayuh sepedaku sambil terengah-engah. Ya, sekarang aku akan membeli sebuah sepeda. Tentu saja karena nabil yang memaksaku untuk membeli sebuah sepeda. Dengan terpaksa dan berat hati kubobol isi tabunganku untuk membelinya. Dia sendiri yang mengantarku membeli sepeda di daerah Tuparev Karawang, dekat Stasiun Karawang. Awalnya aku ingin membeli sepeda vixie warna kuning, tapi nabil melarang keras.
“hey, vixie itu kan lagi trend. Warna cerahnya, cocok banget kan buat aku” kataku sedikit membela pilihanku.
“aku gak setuju” katanya sedikit melotot.
“kenapa? Yang beli kan aku. Yang make juga aku. Ya seterah aku donk mau beli sepeda kayak gimana” jawabku ketus.
Dia hanya diam dan sambil lalu melengos pergi.
“ya udah, seterah lo. Beli aja sepeda yang lo suka”
Aku melongo.
“my man..mau kemana? Tunggu..”
Dia masih tak mengindahkanku. Kukejar dia dan kupegang pundaknya.
“tunggu..” kataku swedikit merengut.
“aku Cuma mau ngajak kamu sepedahan ke kampung-kampung. Kita jelajahin jalan-jalan tikus di jababeka. Kita ke kampung-kampung, kita liat pemandangan yang belum pernah kita liat, balapan sepeda sama anak-anak kampung, lewatin jalan becek berbatu, naik turun tanjakan..tapi ya udahlah..” katanya lirih.
Aku terdiam dan sedikt merengut. Ternyata dia ingin aku membeli sepeda itu bukan hanya biar aku sehat, tapi karena untuk kebersamaan kami, untuk menikmati romansa cinta terlarang ini. Juga untuk mengenalkan aku pada esensi hidup. Melintasi jalan batu yang becek, balapan dengan anak-anak kampung, lewatin jalan kecil, bukankah itu terdengar romantis?
Dan ketika aku melihat sepeda hybrid warna putih, aku langsung bilang ke penjualnya.
“mang, yang ini bungkus” kataku.
Si mamang penjualnya menghampiriku dan menyebutkan harganya.
“hah? Gak bisa kurang mang?”
“aduh, ini teh udah dikurangin kang. Da saya ge gak ngambil banyak.”
“atulah mang..uang akunya gak cukup.” Kataku merengut.
“emang akang bawa berapa?”
“segini mang. Nih liat, dompet aku juga gak ada pisan”
“halah. Ya udah atuh. Penglaris. Gak sekalian sama lampu helmnya? Lampu depan sama belakang? Yang CATEYE murah kang. Yang depan tujuhlas lima yang belakang enembelas”
“hah? Jadi kalo beli depan belakang jadi tiga puluh tiga trebu mang?”
“hhh?” si mamang terlihat mikir.
“heh, dikira cireng apa? Maksud si mamang tuh SERATUS TUJUH PULUH LIMA RIBU RUPIAH sama SERATUS ENAM PULUH RIBU RUPIAH...” kata nabil dengan nada gemas.
What? Lampu kayak apa harganya segitu? Emang bikinnya dari emas? Aku menceng-menceng gak jelas. mahal banget..T_T
“ya udah kapan-kapan aja..” kataku manyun.
Si mamangnya hanya tersenyum. Mungkin dia berkata dalam hati, mangkanya kalo gak punya duit jangan belanja..
“helmnya gak sekalian..? helm tuh penting loh. Septi “
“septi? Septiteng mang?” tanyaku konyol.
“hahaha. Safety maksudnya si mamang teh. Dasar orang sunda. Saya ge orang sunda, tapi SUMFAH , sayah bisa nyebut F.” Kata nabil.
“hahaha. Jadi gimana ini teh? Helmnya sekalian aja. biar langsung dipake...”
Aku menimang-nimang. Ya pengennya sih sekalian, biar langsung kupake, tapi uangnya gak cukup. Tinggal nyisa dua puluh ribu lagi. Kutengok nabil, dia mengalihkan pandangannya. Dasar pelit, huh.
“sayah kurangin deh, seratus mapuluh aja..warnanya putih juga nih..nyocok pisan lah sama warna sepedanya. Dan kalo misalna besok belinya, harganya harga normal, inimah karena sekalian beli sama sepedahnya ajah, jadi we dapet korting. Lagian juga besok belum tentu masih ada..”
Halah..si mamang emang paling bisa bikin dilema. Aku merengut dan memasang puppy eyes (benar tak nulisnya?) ke arah nabil. Dan akhirnya dia membuang nafas.
“yaudah, nih mang. Bungkus” kata nabil sambil mengeluarkan uang seratusan dua lembar.
Yess, kataku dalam hati.
“gitu donk..sama pacar tuh jangan pelit-pelit, hihi”
“hhohh, besok bayar. Awas kalo enggak.”
“hah? Masa mesti bayar. Pelit amat si ama pacar teh?”
“ssst..jangan kenceng-kenceng.”
“heheh, maap maap”
“iya, besok kamu mesti bayar, tapi gak usah pake duit” katanya setengah berbisik dengan gerakan mata dan bibir yang nakal.
“hah? Pakae apa?” tanyaku penasaran.
Dia lantas memanyun-manyunkan bibirnya dan memainkan matanya kemudian memelet-memutarkan lidahnya (imajianasikan sendiri aja) dengan nakalnya.
“hahaha, dasar ih” kataku sambil mencubit pinggangnya dan dia tertawa lepas.
Setelah membayarnya, aku lantas menuntun sepedaku dengan sangat hati-hati. Maklum, sepeda baru. Dan sepeda ini kan dari tabunganku sendiri. Ahsek..akhirnya aku punya sepeda dan helm baru...
“kok senyum-senyum sendiri sih? Aneh deh.”
“biarin. Wee..” jawabku sambil melet-meletkan lidahku.
“ngapain sih di tuntun-tuntun. Yang namanya sepeda tuh buat dinaikin. Sini, kamu didepan, biar aku yang bonceng” katanya.
What, dia mau bonceng aku?hwaaa...romantis..kayak di pilm-pilm...kalau di pilm kan diboncengnya pake sepeda ontel, si ceweknya duduk di sadel belakang sambil meluk pinggang cowoknya. Tapi sekarang udah zamannya internet, gak zaman cowok boncengin cewek. Sekarang tuh zamannya cowok bonceng cowok, hwahwahwa. Dan aku bakal duduk didepan, dan dia bakal meluk aku?
Haduh..kebayang rasanya...
“hey, malah ketawa-ketiwi sendiri..ngelamun jorok ya..? hayo ngaku hayo ngaku..”
“mm..nggak kok. Udah buruan ah, keburu panas..” kataku malu-malu. Kalau ngaca pasti mukaku agak merah merona.
“bukan keburu panas, tapi udah kebelet pengen dipeyuk..hahah”
“aaahhh...my man...”
Dia lantas memegang sepedaku lalu naik ke joknya dan aku segera duduk di batangnya, maksudnya batang sepedanya. Aku pegangan ke handle dan dia melingkupi tubuhku. Sebenarnya gak terlalu nyaman kamrea pantat kita duduk diatas satu batang besi yang keras. Tapi pelukan lengannya itu membutaku merasa nyaman...aku senyum-senyum sendiri. Dia lalu mengayuh sepedanya.
Sepanjang perjalanan aku hanya senyum-senyum. Sesekali dia menggodaku dan aku terbahak-bahak ketika dia menceritakan sesuatu. Sebenarnya tak terlalu lucu, tapi bagi orang yang sedang jatuh cinta, tetangga yang lagi nyapu dan tanpa sengaja kejedot tiang pun terdengar sangat lucu dan membuatku terbahak-bahak. Benar kata orang, cinta dan gila itu samar.
Dan ketika melewati Pengadilan Negeri Karawang, dia menghentikan sepedanya.
“kamu tunggu dulu ya”
“hah? Mau kemana?”
Tapi dia tak mengindahkan panggilanku. Aku lantas turun dan berdiri, dia kemudian turun lalu masuk ke bangunan yang tampak seperti kos-kosan. Lalu tak lama dia datang sambil menuntun sepeda. Hah, itu kan sepedahnya? Kok bisa ada disini?
“my man, kok?”
“yuk, kita balapan”
“hey, tunggu..” kataku sambil berusaha mengayuh dengan cepat karena ternyata dia meninggalkanku sambil tertawa-tawa.
*****
Golf – Tropicana, Cikarang Baru, Minggu pagi, 09.00 wib
Kami berdua masih mengayuh sepeda di jogging track. Kebetulan di jababeka sepanjang jalan dari golf ke Tropicana ada biking track, jalur khusus sepeda. Tempatnya sejuk karena pohon-pohonnya rindang sekali.
“maboy, kamu capek?”
Aku masih terengah-engah sambil melap keringatku.
“hah? Enggak kok, hah hah hoh.”
Tentu aja aku capek. Tapi aku malu bilang jujur, aku gak mau dianggap lemah olehnya. Sebenarnya wajar juga kalo lelah, toh aku gowes dari karawang sampai jababeka, jaraknya sekitar 30 kiloan lah. gemporr..
Dan ketika kami melewati jalan dari komplek tropicana, aku menghentikan sepedanya.
“eskrimm..” teriakku girang.
“hah, mana?”
“itu, di depan, di samping sungai itu..”
“hey, baru keringetan jangan makan yang dingin-dingin...gak bagus..”
“ah...pokoknya aku mau eskrim..” kataku lalu turun dan segera berjalan menuju ke tukang eskrim itu.
“maboy..”
Aku melotot ke arahnya dan akhirnya dia luluh juga. Dia tahu aku paling suka sama yang namanya es krim. Malam-malam pun aku sanggup menghabiskan eskrim box 700 ml, sendirian.
“mang, eskrimnya dua, gak pake duren ya. Pake con aja” kataku.
Aku memang suka eskrim, tapi gak suka duren. Wanginya itu terlalu menyengat. Orang bilang duren itu buah paling enak sedunia, tapi buatku, huwek. Dari baunya saja sudah bikin pening, tapi anehnya aku paling suka es krim durian dibandingin magnum sekalipun, tentu saja gak pake buah durennya.
Lalu si mamangnya menyerahkan dua cup eskrimnya ke arahku. Aku senyum kegirangan dan kulihat nabil mengulurkan tangannya kerahku.
“apa maksudnya?” tanyaku datar.
“hah? Sini satu” katanya sambil melotot.
“katany gak bagus buat kesehatan anak anda?”
“....” masih namprak (mengulurkan tangan) dengan mulut menceng-menceng.
“gak baik loh panas-panas gini makan yang dingin-dingin. Bisa kena tipes, lambung dan lain-lain” kataku menyindirnya.
Dia lalu menarik tangannya kembali sambil manyun.
Aku tertawa puas sekali menggodanya. Lalu aku menjilat eskrimnya dan kupasang ekspresi yang begitu menikmati dingin, lembut dan manisnya eskrim ini.
“hhmmm, anyep banget...”
Dia tampak melirik ke arahku. Kulihat jakunnya naik turun.
“hhmmm...yakin gak mau..?”
“...”
“es krimnya lembut banget..halah, kena lidah langsung lumer..waktu kena tenggorkan..nyes...swegerrr...”
“..”
“yakin...masih ada satu loh..”
Dan dengan secepat kilat dia mengambil satu cup dari tangan kananku. Aku terbahak-bahak melihatnya. Akhirnya dia nyerah juga.
“dasar tidak konsisiten”
“nanan ah” katanya lalu mulai menjilatinya.
“eh maboy, tau gak cara makan eskrim yang baik dan benar?” tanya dia geje.
“hah? Makan eskrim juga ada mannernya?” tanyaku.
Aneh, setahuku cara makan eskrim Cuma ada dua, pake sendok, dan dijilat dan dijilatpun gak pake manner.
“gini nih” katanya.
Dia lantas menaikan con-nya lalu memiringkan kepalanya dan menjilati dari pinggir. Aku memicingkan mata. Hah? Kok cara makannya aneh? Lebih terlihat seperti menjilat SESUATU. Lalu dia membuka mulutnya dan memasukkan con-nya dan memeju-mundurkannya sambil memasang wajah mesum dengan mata merem-melek. Hwaa...itu kan kayak lagi itu..maksudku anu..maksudku..argghht..my man..
“my man..jorok banget si...”
“hahaha. Jadi gitu maboy. Kalo makan eskim tuh (dia nyebut eskrim tuh dengan eskim, nyebutnya gak mesti ribet pake R katanya) eskimnya yang diem. Kepala kita yang harus kerja”
“e..emangnya kenapa?”
“ntar kan kalo kebanyakan miring kanan miring kiri eskimnya, ntar meleleh..”
“kalo meleleh kenapa?”
“hmmm..sebenarnya sih enakan yang udah meleleh, dijilatnya teh gurih pisaannn..hahaha”
“aahhh...my man..”
“kenapa..pengen ya..hahaha”
Mukaku merah, dan aku merasa celanaku menyempit, mungkin ada yang menyusup masuk ke celana dalamku. Hihihi.
Dia lalu mendekat padaku dan berbisik diteelingaku.
“ntar dirumah kita makan eskim yuk?” katanya lagi. Hembusan nafas dan bibirnya yang menempel ke kupingku membuatku bergidik, dan sedikit rasa gak nyaman di celanaku.
“...”
“hey, itu kok ada tenda” katanya sambil menunjuk ke celanaku.
Aku merengut dan semakin malu. Dan aku hanya diam saja, sedang dia semakin menjadi-jadi menggodaku dengan kata-kata dan tingkah nakalnya.
Setelah habis kami lantas duduk-duduk dan dia tampak sedang memesang head set ke telinganya lalu memainkan ipodnya.
“eh, kita mau kemana?”
Dia tak mengindahkanku. Lalu kuambil headsetnya.
“hey..dengerin lagu apa sih?”
“ini lagu favoritku. Lagu yang mempresentasikan perasaanku.”
Lagu favoritnya? Lagu yang mempresentasikan perasaannya? Lagu apa punya siapa itu? Kuambil dan kupasang ditelingaku.
Musiknya, liriknya, karakter suaranya...terdengar menyayat sekali.
“ini laguku. Lagu yang paling aku suka. Karakter suaranya yang berat, musiknya yang terdengar lirih, dan liriknya yang dalem, bikin aku speechless.”
“hhmm..iya, aku setuju. Tapi sejauh ini, aku belum pernah denger kamu nyanyiin lagu ini buat aku..” kataku sedikit merengut.
Pasti dia pernah nyanyiin lagu ini buat nadia. Dia mau ngelakuin apapun buat nadia. Dan aku sedikit cemburu.
“kamu kenapa?”
Aku hanya diam saja, lalu kupandang dia yang masih tersenyum.
“kamu..pernah nyanyiin ini buat nadia?”
Dia melongo menatapku lalu tersenyum sebentar.
“belum. Aku belum pernah nyanyiin lagu ini buat siapapun, termasuk Nadia. Lagu ini bakal aku nyanyiin kalo aku benar-benar mesti nyanyiin. Dan itu bukan untuk sembarang orang” katanya.
Aku hanya diam tak bekomentar. Untuk nadia saja belum, terlalu berlebihan kalau aku mengharapnya menyanyikannya untukku. Dia tersenyum lagi kerahku, senyum manis yang membuatku bersyukur memilikinya.
*****
Darahku mendesir, dadaku mulai sesak. Lagu ini..gak mungkin. Gak mungkin dia disini. harusnya dia sudah pulang tadi, tapi...Tidak, ini hanya kebetulan. Ini hanya kebetulan, variasi acara saja agar yang menyimak acara produk perusahaan tak bosan.Tapi kenapa semua LCD menayangkan lagu ini? Kenapa lagu ini? Ini sebuah kebetulan yang gila.
If you want a lover
I'll do anything you ask me to
And if you want another kind of love
I'll wear a mask for you
If you want a partner
Take my hand
Or if you want to strike me down in anger
Here I stand
I'm your man
If you want a boxer
I will step into the ring for you
And if you want a doctor
I'll examine every inch of you
If you want a driver
Climb inside
Or if you want to take me for a ride
You know you can
I'm your man
Kulihat bayu tampak tercenung lalu tersenyum ke arahku.
“lagunya..menyayat hati banget ya sal. Liriknya itu dalem banget.halah..” katanya sambil geleng-geleng.
Benar, lirik ini sangat dalam. Tapi yang aku pikirkan sekarang adalah kenapa lagu ini bisa diputar disini, sekarang? nabil, pasti dia yang memutar lagu ini. Terlepas dari bagaimana caranya memutar lagu ini, aku yakin dia yang melakukannya. Bila dia mampu masuk kesini dengan seragam lengkap dan ID card, aku yakin dia mampu melakukan ini.
Ah, the moons too bright
The chains too tight
The beast won't go to sleep
I've been running through these promises to you
That I made and I could not keep
Ah but a man never got a woman back
Not by begging on his knees
Or I'd crawl to you baby
And I'd fall at your feet
And I'd howl at your beauty
Like a dog in heat
And I'd claw at your heart
And I'd tear at your sheet
I'd say please, please
I'm your man
Perasaanku campur sekarang. Ada perasaan sedih, sakit, ingin marah, ingin menangis, rindu yang sangat dan..senang. Apakah aku merasa senang karena dia berusaha menunjukkan rasa bersalahnya? Apakah dia ingin meminta maaf lewat kejutan-kejutannya? Apakah lagu ini membuktikan bahwa akulah yang benar-benar dia sayang? Tapi..kamu dimana bil? Kamu dimana sekarang?
Aku mengedarkan pandanganku seluaruh kantin tapi tak melihat dia disini. dimana kamu bil? Hatiku mengatakan bahwa dia disini, ya, dia disini.
And if you've got to sleep
A moment on the road
I will steer for you
And if you want to work the street alone
I'll disappear for you
If you want a father for your child
Or only want to walk with me a while
Across the sand
I'm your man
If you want a lover
I'll do anything you ask me to
And if you want another kind of love
I'll wear a mask for you
I'm your man
I'm your man
Aku lantas berdiri dan mengambil tray makananku yang belum sedikitpun kumakan. Lagu I’m your man-nya Michael Buble itu mengingatkanku akan kenangan sama nabil.
“mo kemana sal?” tanya bayu mendongak kerahku.
“mmm..gua duluan ya.” Kataku gelagapan.
Aku gak mau disini lama-lama, aku pasti akan menangis kalau lama-lama mendengar lagu ini. Liriknya terlalu sakit. Musiknya membuat sesak, dan kenangannya membuatku tak mampu bernafas.
“mo kemana? Yaudah, gua juga udahan. Taste-nya parah” katanya lalu berdiri sambil membawa tray-nya.
Aku segera berjalan dengan cepat hendak menyimpan tray makananku dan bayu tampak kewalahan mengejarku.
Pikiranku hanya satu, aku harus segera meninggalkan kantin ini. Harus. Kudengar bayu masih memanggilku tapi tak kuhiraukan. Aku semakin berjalan cepat keluar. ya, aku harus segera meninggalkan tempat ini.
******
akh,ad bayu d stu..
btw @alabatan kpan crita yg nt lnjut lg? hee.
Aku masih berjalan dari toko ke toko mencari sesuatu. Lebih tepatnya melihat-lihat barang-barang yang dipajang ditoko. Dari gadget, baju, accesories sampai makanan tak ada yang menarik buatku. Mungkin karena memang perasaanku sedang tak bagus.
Dari toko ke toko, bayangan kebersamaanku sama nabil kembali terbayang. Dulu dia memang sering mengajakku jalan-jalan ke MLC (Mall Lippo Cikarang), hanya untuk sekedar nonton, atau nyari makan. Aku hanya tersenyum kecut mengingat dia yang sering mencandaiku dengan tingkah dan kata-kata konyolnya. Udah lah sal, itu hanya masa lalu, pikirku.
Dan ketika aku masuk ke toko yang menjual boneka, tiba-tiba aku mendengar sebuah lagu yang sedang diputar. Entah kenapa mendengar intronya saja hatiku terasa seperti tertusuk.
If you want a lover
I'll do anything you ask me to
And if you want another kind of love
I'll wear a mask for you
If you want a partner
Take my hand
Or if you want to strike me down in anger
Here I stand
I'm your man
Lagu ini...lagu ini yang dulu diputar di ipodnya nabil ketika kami sedang sepedahan di tropicana. Lagu yang paling dia suka. Lagu yang mempresentasikan perasaannya.
If you want a boxer
I will step into the ring for you
And if you want a doctor
I'll examine every inch of you
If you want a driver
Climb inside
Or if you want to take me for a ride
You know you can
I'm your man
Kupandangi boneka winny the pooh berbentuk bantal bulat ini. Jantungku terasa bergemuruh. Tanganku bergetar. Entah aku dapat bisikan dari mana, yang pasti aku merasa bahwa dia ada disini. Ya, nabil ada disini. Aku bisa merasakannya. Pasti dia yang memutarkan lagu ini. Entah bagaimana caranya, pasti dia yang memutarkan lagu ini. My man, apakah lewat lagu ini kamu mau bilang that you are my man? Aku edarkan mataku dan aku segera keluar toko ini tapi tetap saja aku tak mendapatinya. Aku hembuskan nafas kecewaku. Kupandangi bonekanya lagi. Kenapa aku tiba-tiba merasa dia ada disini? Apa karena aku sedih karena dia? Apa karena rasa rinduku sama nabil terlalu besar? Aku lantas taruh kembali boneka itu dan segera keluar.
Kulangkahkan kakiku ke arah Pizza hut. Tempat dulu kami makan. Aku masuk dan segera di sambut oleh seorang greater.
“selamat datang di Pizza Hut mas. Sendiri?”
“ya” jawabku singkat.
“smoking, no smoking?”
“no smoking.”
“oke, sebelah sini kosong mas”
“di pojok situ kosong?” tanyaku sambil menunjuk kearah kursi yang ada di pojok, tempat aku dan nabil makan disini. entahlah, aku ingin mengulang kembali momen-momen itu.
“oh kosong mas. silahkan”
Aku lantas segera menuju ke kursi paling pojok. Dulu kalau kami kesini memang sering memilih kursi paling pojok karena semua view tempat ini terlihat. Aku bisa melihat waiter-waiter yang tampan, barista yang seksi, dan pengunjung-pengunjung yang tentu sja enak dipandang. Sedang dia lebih sering menggoda gadis-gadis yang berbaju kurang bahan dan kadang sering membuatku kesal karena ujung-ujungnya mereka tukeran nomer hape atau pin BB, didepanku.
Tapi sekarang, aku hanya sendiri. Ya, aku memang sendiri, tapi setidaknya aku masih bisa menikmati wajah-wajah rupawan di depanku. Tapi kenapa aku tak merasa ada yang membuatku senyum-senyum sendiri? Ya, tak ada nabil disini. Tak ada yang meledeku karena aku memesan es krim dua buah. Tak ada yang meledekku karena aku tak suka pasta yang rasanya tampak aneh buatku, tak ada senyum nakalnya, tak ada kerlingan matanya, tak ada yang membuatku misuh-misuh karena cemburu melihatnya menggoda pengunjung lain.
Ya, aku rindu dia, aku rindu nabil. Aku ridu mahluk brengsek yang kusayang itu. Kamu dimana bil? Kamu dimana? Aku kangen sama kamu.
Dan akhirnya aku hanya memesan dua cup eskrim. Ya, aku ingin eskrim untuk kembali merasakan manisnya senyum nabil. Sejuknya tatapan matanya. Putih giginya, lembut lidahnya, halus bibirnya.
Setelah membayar bill-nya aku memutuskan untuk pulang. Ya, aku harus pulang. Aku segera bergegas ke parkiran dan dari jauh aku melihat seperti ada kantong ukuran sedang diatas jok motorku. Segera kuhampiri dan kulihat.
Kuambil dan kulihat, apa ini? Bukankah ini boneka winnie the pooh yang tadi kupegang waktu di toko boneka itu? Tapi punya siapa ini? Kenapa bisa ada diatas jok motorku? Dan ketika aku akan memasukannya ke dalam tas itu, aku melihat ada sebuah kertas dengan tulisan tangan.
“i’m your man, my baby boy...”
Deg. Ini...dari nabil? Jadi benar dia tadi disini? dia yang menyetel lagu tadi di mall? Badanku bergetar, jantungku berdetak kencang. Kuedarkan mataku dan aku menangkap ada sebuah ninja baru saja keluar dari pos dan aku tau, itu adalah plat nomer nabil. Aku lantas naik ke motor matic-ku dan berusaha mengejarnya.
Sial, masih ada beberapa motor didepanku. Dan setelah kubayar aku lantas melajukan motorku dengan kecepatan tinggi berusaha mengejarnya. Aku masih mengedarkan mataku mencari-cari kemana ninja yang dikendarai nabil itu melaju. Dan setelah mataku menangkap motornya aku lantas mengejarnya dengan kecepatan maksimal yang mampu dicapai matic-ku.
Aku masih menyalibi kendaraan-kendaraan lain. Entahlah dia tahu atau tidak aku sedang mengejarnya. Kupotong jalurnya da dia merem motornya. Aku merapatkan mataku karena ngeri membayangkan bila ninja dengan kecepatan tingginya menabrak matic-ku. Dan ninjanya berhenti dan hanya berjarak satu senti saja dari matic-ku. Kubuka mataku dan helmku lalu kutatap dia. Dia lantas membuka halmnya dan menatapku. pandangan kami bertemu, kulihat matanya berkaca-kaca.
“maboy..”ucapnya lirih.
Aku masih menatapnya mencari-cari apa yang sebenarnya dia rasakan. Kenapa dia melakukan ini?
“bil...” kataku lirih.
Sebenarnya banyak kata-kata yang ingin kusemburkan kepadanya. Kenapa dia melakukan ini? Kenapa dia menyetelkan lagu tadi di kantin dan di MLC? Kenapa dia selingkuh dengan arif? Dan kenapa dia tak menjelaskan apa yang terjadi dan memintaku kembali?
Aku masih menatapnya, dan dia lantas berjalan ke arah halte lalu duduk. Aku mengikutinya. Aku duduk disampingnya dengan perasaan bergemuruh. Berada didekatnya aku kembali merasakan perasaan aneh. Desah nafasnya mengatakan dia ingin dimengerti.tatapan matanya mengatakan dia ingin dimaafkan. Dan detak jantungnya mengatakan dia sayang sama aku. Aku tahu dia sulit menjelaskan apa yang terjadi.
Dia menunduk, nafasnya tak teratur. Rambutnya acak-acakan, dan wajahnya kuyu. Dia bukan nabil yang kemarin bersamaku. Bukan, dia tampak begitu tertekan.
“kamu..kenapa bil?” tanyaku lirih.
Dia masih menunduk tak menjawab.
“aku gak mau ngehakimin. Aku Cuma butuh penjelasan, itu aja. terlepas dari benar dan salah, aku Cuma mau dengar penjelasan dari kamu..”
Dia masih diam. Kulihat mulutnya hendak bicara, tapi tertahan oleh sesuatu.
“aku..aku..” katanya sambil berusaha melihat ke arahku.
“kamu..kenapa..?” kataku sambil memegang pundaknya.
Dia memcoba memaksakan senyum kearahku. Dan ketika dia tersenyum, aku melihat ada motor yang berhenti di depanku. Dan pengendara motor itu membonceng seseorang dan itu...arif? nabil menatap arif tak percaya dan arif menatap kami dengan tatapan nanar. Lalu kulihat mereka kembali melajukan motornya dan nabi langsung menuju ke ninjanya hendak mengejar mereka berdua. Aku hanya bengong. biarlah nabil mengejarnya. Toh aku memang tak berarti apa-apa buat nabil. Sakit memang, tapi ya sudahlah. Aku sudah terlalu kadung merasakan sakit.
Tapi jauh di dalam pikiranku, aku masih dilanda rasa penasaran yang sangat. Apa yang sebenarnya terjadi? Hari ini arif memutarkan lagu itu, lagu yang katanya belum pernah dia putarkan untuk orang lain, termasuk nadia sekalipun. Tapi setalah melihat arif, kenapa dia kembali tampak ketakutan? Apakah dia sangat mencintai arif? Entahlah, aku tak tahu.
Apa aku harus mengejar mereka? tidak. Buat apa aku mengejar mereka? aku pasti akan merasa sakit waktu melihat mereka berdua dengan romansanya. Tapi, bukankah aku telah kadung merasakan sakit?
Kuputuskan untuk mengejar mereka. aku bergegas naik ke matic-ku dan langsung melajukannya berusaha mengejar mereka. mataku mencari-cari dimana mereka. masih kulajukan motorku. Ah, mereka tak nampak. Kecepatan motor mereka jauh diatas kecepatan maksimal matic-ku. Sudahlah, aku lebih baik pulang saja.
Aku lalu melajukan motorku dan dan mataku menangkap ada motor diparkirkan di atas fly over yang diwahnya melintang jalan tol. Bentar, itu kan...ninjanya nabil? Ku lajukan dengan kecepatan rendah dan benar saja, di depan kulihat nabil seperti sedang menarik-nerik tangan seseorang yang terlihat akan meloncat dari atas pagar pembatas dan orang itu...arif?
Kudengar arif berteriak-teriak dan nabil serta temannya masih memegangi tangan dan pinggangnya. Badanku gemetar dan aku masih mengambil jarak. Aku tak mau memperkeruh suasana.
“rif, plis..turun rif..turun..”
“gua gak mau. Kenapa lo masih aja hubungan sama dia? Kenapa bil?”
“rif, plis...turun dulu rif..biar gua jelasin dulu..”
“gak. Lo pembohong. Lo pembohong..gua lebih baik mati sekarang. udah, lepasin gua. Gua mau mati sekarang. lepasin gua..lepasin gua..” katanya teriak-teriak.
Arif mencoba bunuh diri? dia mencoba loncat dari atas jembatan ini? Jadi ini alasan nabil tak bisa membelaku dalu waktu dilabrak arif? Alasan ini yang membuat dia tak bisa meninggalkan dia? Badanku bergetar dan kulihat nabil tampak begitu ketakutan.
“rif, plis..gua anji rif..gua janji..”
Arif memandangnya lalu turun dan memeluknya. Kulihat temanya juga tampak syok dan masih memegangi arif yang sekarang memeluk nabil. Arif menangis dan nabil masih tampak syok. Aku hanya memutup mulutku melihat apa yang terjadi. Sedramatis inikah? Senekat itukah arif?
Kulihat nabil duduk berselonjor sambil bersandar kepagar pembatas dengan pandangan kosong dan tampak syok. arif masih menangis dan temannya tampak menenangkannya. Lalu nabil menatap arif dengan lesu.
“kita pulang rif..” katanya lirih.
Lalu kulihat nabil menaiki ninjanya. Pandangan kami bertemu, dan dia tampak kalah. Bibirnya bergetar, dan matanya mulai menitikan air mata. Nabil...
Aku tak tau harus berbuat apa. Ingin sekali rasanya aku menghampiri lalu memeluknya dan mengusap air matanya. Ada rasa yang meluap-luap untuk memnenangkannya. Tapi aku hanya diam, dan dia juga diam, lalu dia menaiki ninjanya dan arif naik ke jok belakangnya dan memeluknya erat. Kulihat temannya membantu arif naik lalu setelah ninjanya nabil melaju, temannya pun bergegas melajukan motornya.
Aku masih diam mencerna apa yang terjadi. Arif mencoba bunuh diri dengan loncat dari jembatan ini? Apakah ini yang sering dia lakukan untuk mengendalikan nabil? Aku baru sadar bahwa semuanya tampak rumit. Ya, semuanya rumit dan dramatis. Pikiranku berkecamuk. Aku lantas menaiki matic-ku dan kulajukn motorku, entah kemana. Tadinya aku hendak pulang ke kostanku. Tapi perasaanku membawaku ke kostan nabil. Aku tak akan masuk. Toh mereka pasti akan menenangkan diri setelah kejadian tadi.
Aku Cuma ingin melihatnya. Aku ingin menengakannya. Aku hanya ingin berada dekat dengannya, walau Cuma memandang kamarnya saja.
Aku parkirkan motorku cukup jauh dari kamar kostnya. Aku lantas turun dan kulihat lampu kamarnya sudah mati. Ragu aku untuk mendekati kamarnya. Tapi ada rasa yang membuncah yang menggerakkan kakiku ke kamarnya. Aku melangkahkan kakiku dengan ragu dan mengendap-endap. Aku sudah menyiapkan diri kalau-kalau mereka sedang melakukan itu sekarang, walaupun aku tahu, aku pasti akan merasakan sakit itu.
Pelan-pelan aku buka pagarnya dan aku mendekati kamarnya. Kutengok dari jendela, arif tampak berbaring dan nabil sedang mengusap-usap rambutnya. Samar-samar kudengar nabil seperti sedang menenangkan arif.
“sekarang kamu tidur dulu rif..”
“tapi kamu mesti janji...jangan temuin dia lagi..”
Nabil diam tak menjawab. Kuperhatikan dari samping dia tampak kuyu sekali.
“kamu mesti tingalin dia. Kalau aku melihat kamu sedang sama dia, aku lebih baik mati..”kata arif sambil meneteskan air mata.
Nabil lalu mencium kening arif. Ada air mata yang jatuh dari matanya. Air mata kesakitan, air mata dilema, dan air mata dengan sejuta rasa. Nabil lantas mengelus-elus rambutnya. Cukup lama sampai arif memejamkan mata. Nabil masih memandangi wajahnya dan tersenyum kecut. Dia lantas berdiri dan mengmbil sesuatu dari lemari lalu berjalan ke pintu belakang.
Kudengar pintu belakang dibuka. Aku bergeser dan berjalan mendekati pintu belakang, tapi masih sembunyi. Kudengar dia seperti sedang menyalakan pemantik dan sekarang tercium bau rokok. Nabil..merokok? untuk pertama kalinya seorang nabil yang dulu mengajarkan padanya betapa pentingnya go green dan kampanye anti rokonya, sekarang merokok. Kuintip sedikit, dia kuyu sekali, sesekali mengusap pipinya. Dia menangis, nabil menangis. Dia tampak tertekan sekali.
“maboy...” katanya lirih tanpa melihat ke arahku.
Aku sedikit tersentak. Dia tahu aku disini? aku lantas mendekatinya. Sebenarnya aku sedikit takut, takut tiba-tiba arif terbangun dan memergoki kami berdua, semuanya akan semakin runyam. Tapi aku ingin sekali menenangkannya sekarang. dia tampak tertekan sekali.
“maboy..maaf aku gak bisa jelasin apa yang terjadi..aku..”
“sssttt..aku ngerti...” kataku setengah berbisik.
Sebenarnya banyak kata yang ingin kuucapkan, tapi rasanya mulutku terkunci. Melihat kejadian tadi saja aku sudah cukup syok. Apalagi nabil? Aku tak mampu membayangkan bagaimana perasaannya sekarang.
“maboy...aku takut..aku takut..” katanya lalu menghisap dalam-dalam asap rokoknya dan kini air matanya tumpah.
Dia sesenggukan.
Kupegang pundaknya dan kudekapkan ke dadaku. Sesak sekali rasanya dadaku. Orang yang sangat kusayangi ini sekarang tampak lemah. Dia sesenggukan. Air matanya telah menjelaskan apa yang terjadi. Sesenggukannya telah mengucapkan kata maaf dan getar tubuhnya mampu merobohkan hatiku.
“maaf aku gak bisa nenangin kamu disaat-saat sulit ini my man..aku..gak tau kondisinya serumit ini. Aku gak tahu dilemanya kamu. aku..”
Dia masih sesenggukan dan terasa sekali air mataku jatuh dari sudut mataku. Dadaku semakin sesak mendengar nabil sesenggukan. Dia tak pernah seperti ini sebelumnya.
“aku..aku..gak bisa jelasin kondisiku sekarang. aku sayang kamu, aku cinta sama kamu..tapi melihat bekas goresan di tangannya, ingat kejadian dia mencoba minum cairan pembersih lantai, menenggelamkan diri di bak, membuatku kalut. Aku..aku..” katanya sambil sesenggukan.
“ssttt..udah..aku ngerti..”
Dia makin sesenggukan. Dan sesekali dia menjelaskan apa yang terjadi. Awalnya arif dititipkan oleh nadia untuk mengawasi nabil. Tapi lama-lama arif mulai bersikap aneh. Dia suka marah-marah kalao melihat ada teman nabil yang main ke kamar kostnya. Dan lambat-laut tingkahnya semakin gila. Dia mengancam hendak bunuh diri kalau nabil tidak memenuhi keinginannya. Ariflah yang menjerumuskan nabil ke dunia hitam ini. Dunia yang membuatnya tertekan, dunia yang membuatnya dilema, menangis mengharu bitu seperti ini.
“aku mesti gimana maboy..?”
Aku hanya diam. Apa yang harus aku katakan? Aku sendiri bingung. Dan dia pati jauh lebih bingung.
“nadia..tau?”
“nggak. Kalau di rumah arif bersikap biasa. dia seorang playboy. Setiap ketemu seorang gadis, dia pasti bisa mendapatkan kegadisannya. Tapi dia...dia..”
Aku hanya diam mendengarkan.
“dia rapuh...aku bingung harus gimana. Aku takut, kalau dia bunuh diri, aku yang disalahkan. Perasaan bersalah itu pasti akan menghantuiku selamanya. Aku..”
Tuhan...serumit inikah? Serumit inikah hidupnya? Serumit inikah kisah cintanya? Aku tak tahu bil, aku tak tau harus gimana dan berbuat apa sekarang. Maaf karena aku tak bisa lakukan apa-apa buat kamu. Maaf karena aku tak mampu membantumu menjalani hidup. Maafkan aku My man...
mungkin reader pada bingung, kok ada bayu sama azam di sini. kan udah w bilang, ketiga cerita w itu saling keterkaitan antara tokoh dan setingan tempatnya. emang sengaja w seting seperti itu. kalo nyimak dari awal dengan jeli pasti ngeh kok.
okelah, diantos kiripikna.
tos diapdet tuh
haha.teranseletingnya ada dibawah ya
halah, nyakitu we baruleud
item tetep juara lah, hahaha
cemburu membawa duka tah, duka saha duka timana duka iraha
kanjuuuttt