It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Prolog
Jadikan apa yang kau sukai sebagai mata pencaharianmu, maka kau akan hidup bahagia. Kira-kira begitulah pesan guru-guruku di SMP. Tapi ternyata kadang hidup tak seperti apa yang kita harapkan. Ayah selalu bilang bahwa hidup adalah perjuangan. Bila kau lemah, kau akan hidup dibawah kangkangan orang. Hemh, mungkin ayah benar. Tapi hidup adalah pilihan. Bahkan ketika kau salah memilih, kau masih punya banyak pilihan, kembali, atau jalani pilihanmu dengan segala konsekuensinya.
Part 1
Aku merebahkan badanku di sofa. Rasanya capek sekali setelah seharian menghabiskan waktu di pabrik. Kusetel lagu-lagu Michael Buble. Lagu-lagu itulah yang mampu menenangkan pikiranku sekaligus menghilangkan rasa capekku. Aku mulai merenungi semuanya. Aku melihat seragam yang kukenakan dan tersenyum kecut. Dekil, penuh oli, bau keringat. Tak pernah sedikitpun terbayang dalam pikiranku waktu aku masih kecil dulu untuk menjadi seperti ini. Profesi yang sebenarnya sangat diinginkan oleh banyak pria dan idaman para ibu-ibu. Ya, aku adalah seorang engineering mekanik. Terdengar sangat laki dan macho. Sudah banyak sekali para bapak-ibu yang menawarkan anaknya. Tapi aku tak tak terlalu merespon. Aku selalu beralasan masih ingin membahagiakan orangtuaku dulu. Klasik.
Ku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aih, aku belum mandi. Tak nyaman sekali sekali rasanya. Bergegas aku ke kamar mandi dan melucuti semua seragam dekilku lalu kulempar ke keranjang cucian. Kunyalakan keran dan kubilas sekujur tubuhku. Ah, adem sekali. Tak peduli larangan tak boleh mandi malam, yang penting aku bisa tidur dengan nyaman. Kebiasaan mandiku cukup lama, karena saat mandi inilah aku merasa tenang. Rasanya semua beban hanyut bersama air yang kuguyurkan, apalagi ditemani lagu Michael Buble.
Selesai mandi aku memandangi cermin. Dan aku merasa kaget karena aku yang sekarang sudah berbeda jauh dengan aku yang dulu. Aku yang dulu putih, sekarang terlihat kumal kecoklatan. Sekarang aku bercambang, berkumis dan rambut agak gondrong. Dan jujur saja, aku merasa lima tahun lebih tua. Tapi ini aku sengaja. Aku menyadari bahwa hormon dalam diriku tidak seperti kebanyakan orang. Ada jiwa feminim yang terlihat kontras dengan pekerjaanku. Dan aku berusaha sekuat tenaga mengontrol diriku agar sifat feminimku tidak nampak. Ya, aku terus berpura-pura menjadi orang lain.
********
Ketika aku menyimpan tas di loker aku melihat papan pengumuman bahwa hari ini aku ada training Engineering System. Ada sepuluh orang yang ikut training. Syukurlah, setidaknya hari ini aku tak berkutat dengan keringat.
Jam 9 aku menuju ruang training dan ternyata yang lain sudah hadir semua kecuali trainernya. Aku memasang senyum dipaksakan tapi yang lain masih saja kaku. Aku mengedarkan mataku mencari bangku kosong. Ternyata yang tersisa ada di belakang. Dan disana sudah duduk seorang lelaki yang terlihat kecil perawakannya. Tangannya didekap didadanya. Dan ups, dia lagi tidur. Aku langsung saja duduk. Lalu tiba-tiba pintu terbuka cukup keras dan sontak dia terbangun. Pas menoleh ke arahku dia kaget. Agak lama dia memperhatikaku seperti mengingat seseorang. Aku cuma tersenyum saja.
Trainer mulai mengoceh tentang fungsi engineering dalam sistem produksi, manfaat Preventive Maintenance, Scheduling, Check Sheet dan bla-bla bla. Aku memperhatikan dengan bosan. Dan ternyata dia pun tak memperhatikan. Dia hanya memainkan pensilnya dengan malas. Sepertinya dia sedang memikirkan banyak hal. Kuperhatikan dia terlihat sangat bosan. Bibir ikalnya manyun, mata sipitnya sendu. Dan rambut ikalnya berantakan. Secara umum wajahnya terlihat lucu. Dan tiba-tiba dia menoleh ke arahku. Aku kaget dan langsung mengalihkan pandangan. Dia mengamatiku. Aku menoleh dan memasang senyum yang kupaksakan. Lalu aku menulis di block note (buku catatan kecil)-ku,
“keliatannya sendu banget. Mikirin apa sih Bang?”. Kuserahkan padannya.
Dia baca dan langsung menulis sesuatu dan menyerahkannya padaku.
“Mau tau aja lo. Emang gw abang lo apa?”.
Aku balas, “hahaha. Daripada kupanggil Mpok. Jangan marah-marah, hasil riset membuktikan orang yang cepat marah lebih beresiko kena stroke dan jantung loh. Hayo?” kuserahkan sambil cekikikan.
Dia membaca dan tersenyum sinis.
“Au ah...perhatiin tuh trainer, kasian dan berbusa-busa gak lo perhatiin...”.
Aku baca dengan menahan tawa.
Ku balas,”iya iya...Abang mekanik mana?” tanyaku.
“Bawel ah...” balasnya.
Tiba-tiba...
“Eza..bukannya memperhatikan malah ngobrol. Coba, apa tujuan PM (Preventive Maintenace)? “ tanya trainer.
Aku jadi merasa gak enak. Oh, namanya Eza. Dengan mantap tapi agak malas-malasan dia menjawab,
”Mengembalikan mesin ke kondisi standar dan mencegah terjadinya kerusakan besar yang akan membuat down time yang banyak.” Singkat, padat dan jelas.
Seseorang yang duduk didepan kami menoleh ke belakang dan melihat coretan-coretan di buku catatanku lalu kembali memerhatikan si trainer.
“Untung kamu bisa jawab. Kalo tidak.... Yang di sebelah kamu..” katanya tegas.
Aku kaget.”Saya Pak? ...”aduh, mati aku
“Ya, kamu..Scheduling PM itu berdasarkan apa?”
“hah? Eu...gbhytgkjhgg...” gumamku gak jelas
Semua orang melongo.
“kata Bayu, ‘jenis dan ketahanan bahan, besarnya beban yang diderita, termasuk beban kalor’” kata Eza menegaskan.
Sebenarnya bukan menegaskan, karena aku tak menjawab seperti itu. Aku malu semalu-malunya. Kalau misalnya aku ngaca, pasti mukaku semerah saga. Kulirik Eza sebentar, orangnya cuek-cuek aja, bahkan dia sempat melirikku sambil menatapku miris.
Begitulah, setengah perjalanan training, aku yang memang paling gak ngeh sama hal-hal berbau mesin, cuma manggut-manggut konyol. Aku memang masih newbi alias baru di engineering. Sebelum dipindah ke engineering (dengan sangat sangat sangat terpaksa dan berat hati) aku ditempatkan di bagian Quality Assurance, jelas bertolak belakang. Dulu aku selalu mengajukan complain ke pihak engineering karena prodak yang tidak standar yang disebabkan gangguan mesin tanpa perlu tau kerusakannya seperti apa. Sekarang, seperti senjata makan tuan, aku yang di-complain. Roda emang berputar.
“Bang, makasih ya” kusodorkan block note-ku.
“????”
“Yang tadi. Dah nyelametin aku. ^_^”
“Idih...parah bangt si lo. Gtu aja gak tau”
Deg, saklek banger ni orang, sialan. Lalu aku gak bales lagi karena agak kesal sama dia.tapi tiba-tiba dia menarik block note-ku lalu menuliskan sesuatu.
“Lo lulusan SMEA ato SMKK mana?”
Wanjesss...sialan, menohok banget itu sindiran. Kalo diluar udah gua geplak tuh muka dia. Aku cuma diam. Kulihat dari sudut mataku dia tersenyum sinis. Argh..menyebalkan. walhasil, sepanjang perjalanan training, mukaku kutekuk. Kesellll banget.
:-\" :-((
“Oke, kita lanjut besok. Besok kita bahas cara menghitung break down berdasarkan down time mesin” kata trainer sambil membereskan laptop dan paroyektornya.
Akupun lalu memasukkan block note-ku lalu memasukkannya kesaku bajuku. Lalu bergegas meninggalkan ruang training tanpa pamitan sama mahluk di sebelahku. Aku memang masih kesal sama dia, belum kenal aja sudah senga. Ah kampret tuh orang, bawaannya jadi pengen uring-uringan mulu.
Setelah keluar dari ruang training, aku bergegas ke kantin yang terletak di pojok pabrik. Sesampainya di kantin, kursinya telah penuh. Fyuhhh...gini nih, sebagian besar karyawan ke kantin sepuluh menit sebelum bel, antisipasi katanya. Benar saja, aku yang kesini setelah bel, tak dapat satu kursipun yang kosong. Setelah memegang tray (rantang nasi)mataku menyisir setiap inchi ruangan. Dan akhirnya mataku menangkap ada seseorang yang sudah selesai dan ketika aku sudah sedemikian dekat, tiba-tiba aku diserobot oleh seseorang hingga tray-ku hampir jatuh. Sialan, kataku dalam hati. Ketika aku membetulkan posisi makanan dalam trayku, aku melihat orang yang menyerobotku itu adalah Eza. aku geram sekali. Di depannya kulihat seorang lelaki yang kalau tidak salah, dia adalah peserta training yang duduk didepanku tadi. Dia terlihat senang sekali. Aku lalu hendak melengos pergi tapi orang yang duduk disebelah Eza telah selesai dan berdiri hendak meninggalkan kursi. Aku kembali mengedarkan mataku. Tapi tetap penih kecuali kursi disamping mahluk keriting menyebalkan ini. Hwa...aku malas sekali tapi Cuma ini kursi yang kosong. Aku ragu-ragu tapi kalau nanti diserobot lagi, kapan aku makannya? Masak aku berdiri terus kayak orang bego? Akhirnya dengan berat hati aku menaruh tray di meja dan duduk. Selera makanku lenyap entah kemana. Dengan malas aku mengaduk-aduk makananku.
Kulihat ke samping, Eza makan dengan rakusnya. Idih, makan kayak orang kesetanan tapi badannya se’ehe begitu. Tingginya mungkin gak nyampe 165, dan beratnya palingan setengan kwintal doank. Tiba-tiba dia melirikku.
“Gak makan?” katanya sambil samutut (mulutnya penuh makanan)
Aku melihatnya dengan pandangan miris.
“Gak nafsu” kataku singkat.
Tiba-tiba dia mencomot ayam dan pearku. Aku Cuma cengo (bengong).
“daripada mubazir” katanya.
Sial...ternyata aaku salah tempat. Arrggght...aku ambil lagi pear, juga pear punya dia.
“enak aja.” Kataku ketus.
“Nah lo, katanya gak nafsu..” katanya mencibir.
“nanan (masa bodo) ah.”
“eh, pear gua tuh..” katanya.
“Pan barter ma ayam..” balasku sengit.
“Ayam tuh sepotong di KFC ja paling murah goceng. pear paling 2 rebu, masih surplus kan?!” kataku makin sengit.
Kulihat beberapa orang memerhatikan kami. Aku langsung diam.
“Idih, geje banget. balikin pear gua..” katanya katanya sambil tangannya menyosor ke trayku.
Aku berusaha mempertahankannya. Orang lain semakin banyak yang memperhatikan kami dan tiba-tiba...byur..gelasnya tersenggol dari tumpah membasahi meja serta celanaku. Siallll..celana sebelah kiriku basah, bahkan sepatuku juga ikutan basah. Aku masih dongkol aja. Tapi kulihat mukanya watados alias wajah tanpa dosa,lempeng-lempeng aja.
Aku langsung menggigit pear yang dua-duanya lalu ku taruh di trayku.
“Masih mau?” kataku sinis.
Dengan cueknya dia mengambil pear itu.
“Eh, gatau apa kalo misalnya lo makan bekas gua, ntar lo bisa apet (nurut, nempel terus) sama gua?” kataku mencoba memperingatkannya. Itu memang mitos di kampungku. Makanya para ibu biasanya memasukkan dulu makanan sebelum menyuapi anak-anaknya. Tapi ternyata dia malah menye-menye dan langsung memakannya, tepat di bekas gigitanku. Aku bergidik dan memandangnya jijik. Dia lempeng-lempeng aja kayaknya. Aku lalu mengambil trayku lalu meninggalkan meja itu.
*****
“Napa lo?” tanyanya.
Aku memandangnya kuyu. Tamam adalah warga pribumi. Sudah jadi rahasia umum kalo pribumi itu dapat jatah.
“Laper..” kataku lirih.
“Mang tadi kagak makan?”
Aku jawab dengan gelengan kepala.
“Dulu-dulu (sebentar). Rasanya gua masih punya satu roti.” Katanya sambil menganbil tasnya dan mengaduk-aduk isinya. Setelah ketemu dia langsung menyerahkannya padaku.
“wah..maksih Mam..” kataku.
“Jangan panggil gue mam ah, emangnya mami. Panggil aja Tam” katanya.
“Okeh. Mang lo ntar sore gak laper jatah roti lo buat gua?” tanyaku
“ya ora lah..” katanya ramah.
Warga sekitar sini memang hetero, campuran berbagai suku. Makanya bahasnya pun campuran, seperti ora ngarti (gak ngerti), kagak pisan, iya ge, nanan, ora danta, de el el.
Akupun lalu melahapnya hingga tak tersisa.
Lalu tiba-tiba bel beerbunyi. Satu per satu engineering mekanik dan electrik masik ke kerangkeng. Lalu tiba-tiba Section Head kami datang bersama beberapa orang. Kuperhatikan satu-satu.bukankah anak-anak itu yang tadi ikut training? Dan itu...Eza? oh noo...akhirnya beliau mengumpulkan semuanya.
“Oke, rekan-rekan, hari ini kita kedatangan personil baru lagi pindahan dari Plant yang ada di kawasan MM2100. Jadi buat para senior, tolong diajarin yang bener. Trus yang baru, jangan malu-malu buat nanya. Perkenalannya nanti saja di lapangan. Truh liat, di monitor udah banyak request perbaikan mesin. Go go go” kata beliau lalu meninggalkan kami.
Lalu pak Edi, senior kami menunjukku.
“Kamu, ikut Pak Tri ke mesin G5.”
Pak tri terlihat menimang sesuatu. “kayaknya saya butuh seorang lagi Pak.”
Pak Edi melihat-lihat ke arah anak baru lalu menunjuk ke arah Eza.
“Kamu, yang pake kaos biru ikut pak tri”
Aku mengernyit. Mimpi apa aku semalam. Sial, sialll kayaknya hari ini aku akan terus dilanda bad mood.
Aku dan Eza masih mengekor Pak Pak Tri ke mesin yang diinstruksikan Pak Edi. Aku hanya diam, malas saja kalau aku harus basa-basi dengan anak ini.
Lanjut bro...!!!
minta kripik, eh kritiknya ya..
suka angka3 ya,, suka donk ama trio macan??
(nyanyi) "iwak peyek, iwak peyek nsi jagung".hehe
ih da saya ge resep maen dua an mun tiluan mah gandeng #tambah ngaco
hahaha.awon kitu ih cariosanana.moal ameng ah.
Mamah,a kiki mah cunihin..hahaha
ya,kadang" suka bingung jg sh.yg item sbnry agak" melo,tp karena bkiny bareng jd agk" kcmpur gt.yg laen jg..tp w ttp give my all n do dbest di msing" crita.