It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@alabatan lanjutin dong.... biar gak galaw
Sayang cerita bagus na teh ngegantung!
Part ini emang masih beretele-tele n belum adakonflik. Tapi insaya alloh, beberapa part lagi w munculin konflik n dilemanya. W tetep berusaha nampilin konflik yang ada di keseharian kita. Langsung we lah, jangan lupa dikiripik ya.
@igoigo, @Boyorg, @halaah, @firmanE, @jaydodi, @blueguy86, @mahardhyka, @ajied84, @urth, @tobleron, @dewo_dawamah, @dityadrew2, @yoedi16, @adinu, @redbox, @joe_senja, @alfaharu, @kiki_h_n, @jockoni, @habibi, @pria_apa_adanya, @zimad, @adam08, @dhie_adram, @boljug, @4ndh0, @aDvanTage, @autoredoks, @dollysipelly, @sly_mawt, @trinity93, @pokemon, @fansnyaAdele, @05nov1991, @the_jack19, @co_ca_co, @iamyogi96 @chocolate010185 @adacerita @prahara_sweet @rainbow_bdg
Setelah puas poto-poto, kami langsung nerusin jalan-jalan ke dalem. Dan di dalem aku Cuma bisa cengo aja ngeliat toko-toko yang ngejual barang-barang unyu, dari mulai baju harajuku, model retro, accessories dan pajangan dan masih banyak lagi.
Setelah puas cuci mata, eza ngajak istirahat sebentar sambil ngopi di Gigglebox. Katanya itu tempat favorit dia buat nongkrong tiap maen ke Bandung. Aku yang statusnya Cuma sebagai tamu, ya ngikut aja.
Baru naik tangga saja, aku dibuat tersenyum karena ngeliat dekorasinya yang keren. Suasana retronya kental sekali. Aku langsung memilih tempat disamping jendela yang langsung menghadap ke view jalan antara dua bangunan di ciwalk ini. Aku lantas duduk dan melihat keluar jendela. Beberapa pohon palm tampak tinggi sekali berbanjar dengan jarak yang teratur seperti memayungi kursi-kursi rastik di bawahnya tempat melepas penat sehabis berjalan-jalan menikmati suasana disini. Dan di kanan kirinya toko-toko baju dan juga souvenir, serta tempat-tempat makan semakin mengesankan kalo ini emang bener-bener tempat nongkrong yang asik.
Lalu datang seorang waiter sambil membawa daftar menu. Dengan ramahnya dia menyerahkan daftar menu itu pada kami. Dan aku dengan antusias membuka lembaran-lembaran buku menu itu.
“minum apa?” tanya eza.
“mmm..apa ya? lo minumnya apa?”
“malah balik nanya. Kalo orang jepang tuh kebanyakan minumnya teh ijo. Green tea gitu. Itu salah satu rahasia panjang umurnya orang jepang. Kandungan anti-oksidannya udah gak diraguin lagi. Disini juga ada green teanya. Mau nyoba?”
“boleh. Sama puding yang ini..terus apa lagi ya..lo pesen apa za?”
“gua minum aja deh.”
“lho kok? Pesen apa kek? Masa Cuma minum doank..”
“makan mah mending dirumah aja” kata dia lagi.
“emang tante bikin apaan?”
“tante? Bukannya tante, tapi elo. Elo ntar mau bikinin masakan apa buat makan malem gua?”
“hey, apa lo kata? Gua kan kesini buat hunting makanan enak. Lagian juga makanan diluar banyak kan yang lebih enak”
“hmm..males ah. Gua lebih suka masakan buatan lo..”
Hah? Dia lebih suka masakan buatanku? Aku jadi sedikit tersipu mendengar pengakuannya. Aku sedikit senang dia ngomong kayak gitu. Tapi aku masih berusaha mengontrol diri buat gak terlalu keliatan senang. Jangan-jangan ntar ujung-ujungnya dia ngeledekin lagi.
“kok?”
“ya..walaupun gak enak-enak amat, tapi kan lumayan, gua gak mesti ngeluarin duit. Hahaha”
“huh..dasar” kataku sambil melempar tisu.
Jiah..ujung-ujungnya gak ngenakin. Tapi gatau kenapa, kok aku seneng ya dengernnya. Walaupun dia bilang kayak gitu, tapi aku senang bisa bikinin dia makanan yang kadang suka dibilang gak enak. Dan dengan dia bilang dia lebih suka masakan buatanku daripada masakan luar, bikin dadaku melambung.
“udah? Gua panggilin pelayannya ya” kata eza membuyarkan pikiranku.
Dan setelah pelayan datang dan mencatat pesanan kami, aku hanya bisa senyum-senyum sendiri mengingat tingkah konyol kami berdua. Kutatap lagi wajahnya. Dalam keremangan lampu yang kekuningan, kulihat wajahnya tampak teduh sekali. Matanya yang tajam terlihat begitu..apa ya? Aku sendiri bingung ngejelasinnya kayak gimana. Ahh..kok aku jadi mengagumi dia sih? Apa jangan-jangan aku mulai suka sama dia? Argght…gak mungkin…aku cowok, dia juga cowok…
“hey, kenapa?” tanya eza.
“hah? Ng..ngak kok. Ga kenapa-kenapa.”
“gak kenapa-kenapa kok sambil ngacak-ngacak rambut gitu sih? Aneh”
“gatel..” kataku pura-pura.
Dia hanya melongo. Aduh, salah jawab nih. Masa aku bilang gatel, ntar pasti dia bakal ngeledekin aku terus.
“makanya, kalo mandi tuh sampoan, biar gak ketombean..ntar jangan deket-deket ya..” katanya sambil manyun-manyun.
Tuh kan...pasti ujung-ujungnya dia ngeledikin. Hmmm..aku mesti sanggah gimana ya?
“hey..bukan karena ketombean..tapi..tadi kena..mm..kena..”
“kena apa? Kenakalan remaja masa kini?”
“ah..yang pasti bukan karena ketombe.”kataku sambil manyun dan menyilangkan tangan di dadaku.
Dan untungnya pelayan tadi datang sambil membawa nampan berisi pesanan kami. Setelah menghidangkannya di meja, pelayan itu segera berlalu. Kulihat eza mulai menyedot minumannya. Kuambil gelasku dan kucoba.
“hmm..pait ya. Kayak daun?”
“yaiyalah..namanya juga green tea..kalo mao manis mah, pesen aja es doger”
Aku gak mau komentar. Sekarang dia menopangkan kedua tangannya diatas meja dan melihat kearah jendela. Aku terpaku ngeliatnya. Dia tersenyum. Tanpa sadar aku menopang daguku sambil menatapnya. Dan alunan musik jazz klasik yang mengalun pelan menambah suasana yang..romantis. What, romantis? Hmm..aku hanya melongo melihat dia berkedip. Pendaran lampu dibelakangnya memberi kesan dramatis ke wajahnya. Ada cahaya di pinggiran wajahnya membentuk siluet yang indah. Dan aku mulai mengagumi hidung mancungnya, bibir mungilnya, dagunya...
“hey..masih betah ngeliat ketampanan gua?” katanya tanpa melihat kearahku.
Aku baru tersadar dan langsung gelagapan. Lalu aku kembali minum minumanku. Hadudududuh..ketauan..malu banget…
“gua gak nyangka kita bisa disini. Dan gua gak nyangka, ternyata...gua gak bisa ngendaliin diri..” katanya pelan sekali
“hah? Maksud lo? Gua gak ngerti...”
Dia hanya tersenyum simple. Jujur, aku gak ngerti sama apa yang dia omongin. Dia gak bisa ngendaliin diri? aneh, pikirku.
“za, gua cobain pudingnya ya?!” kataku lagi.
Dan tanpa dia mengiyakan, aku langsung ngambil sendok dan ketika puding itu sampai ke mulutku, emmmhh...manteppp..
“gimana? Enak kan?”
“iya. Manisnya itu pas banget. gak berlebihan gitu. Apalagi dimaem saat dingin...dan rasa pait dari coklat bubuknya yang ditabur diatas creamnya itu loh, hmm..”
Dia hanya tersenyum merhatiin aku dengan matanya yang tajem itu. Tumben dia gak komentar apa-apa. Biasanya kalo aku sudah berkhotbah soal cita rasa makanan sampai kadang-kadang nyebutin apa aja bahan-bahannya, dia sering menye-menye.
“lo mau nyobain gak?”
“gak ah”
“cobain ya, ya ya ya. Nih” kataku sambil menyendokkan puding itu dan langsung mengarahkan ke mulutnya dan dia pun makan dari sendokku.
Aku langsung tersadar kaget, ternyata aku nyuapin dia.
Hadududuh...kulihat sekeliling, beberapa orang tampak merhatiin kami dan aku sedikit tersipu malu. Emakkk..kenapa kok tiba-tiba aku jadi nyuapin dia sih? Hadududuh.. Tapi masa bodo ah, aku gak kenal mereka ini.
“gimana za?”
Lagi-lagi dia Cuma senyum, gak ngasih komentar. Aku tahu dari ekspresi wajahnya, dia menyukainya. Dan sampai hampir jam sembilan, kami berdua mengobrol kesana kemari. Aku diliputi rasa bahagia yang sangat. Dan disela-sela tawa kami, aku lihat matanya yang berbinar. Dan satu hal yang bikin suasana malam ini terasa indah, dia tersenyum, dan terus saja tersenyum dan tertawa bersamaku.
******
Setelah puas ngobrol di GiggleBox, eza langsung ngajak cabut. Sebenarnya aku masih betah disini. tapi katanya dia mau ngajakin aku makan sesuatu yang udah lama pengen dia makan di Bandung. Tapi setelah menuruni tangga keluar GiggleBox, mataku menangkap sesuatu yang terlihat sangat lucu.
“bay, mau liat-liat dulu gak?” tanya dia menyadari aku lagi merhatiin apa yang kulihat.
Dia langsung menarik lenganku dan aku hanya nurut ketika dia melangkahkan kaki menuju gerai yang menjual merchandise. Kami berdua langsung melihat-lihat souvenir yang dipajang dan digelar diatas kotak kayu dan beberapa di gantung.
“wah..ini bagus..yang ini keren..yang ini unyu-unyu...hwaa...keren...ini..” kataku sambil memilih-milih.
“iya ya. Ni ada yang pake huruf katakana.”
“huruf katakana?” tanyaku penasaran. Huruf apa itu?
“iya. Jadi huruf di jepang itu ada tiga. hiragana buat kata-kata yang asli, katakana buat serapan asing, dan kanji buat kata-kata asli juga, tapi bacanya yang susah.”
“yang di film kartun itu?”
“iya. Suka ada tulisan yang njlimet kan, terus diatasnya suka ada tulisan kecil, itu kanji. Gak semua orang jepang bisa baca kanji lo, ada coret dikit aja lain lagi artinya.”
“kalo yang lo pegang itu, dibacanya apa?”
“PUREZENTO”
“purezento?”
“iya, ini kan pake katakana, berarti serapan dari bahasa asing”
“purezento, puresen..present?”
“widih..pinter juga lo”
“hahha. Bayu gitoloh. wah...gua beli ah buat isal...lo beli yang mana? Yang ini aja ya? Eh, yang itu aja. tapi yang ini juga bagus, hmm..yang ono deh...hwa...gua dilema...”
“hahaha. Dasar rempong...yang ini aja. yang ini unyu-unyu banget...omoshiroidee”
“eh za, gua beliin satu ya buat Isal. Dia kan suka banget sama yang beginian. Dia pasti seneng.”
Dan setelah menggondol beberapa present kecil berupa gantungan hape juga gantungan kunci, kami segera menuju parkiran. Tapi sepanjang jalan menuju parkiran, eza terus aja maksa aku buat berpose. Dan lagi-lagi kami berdua tertawa. Yap, bandung is the best...
*******
Aku makin mempererat pelukanku ke perutnya, eh, pinggangnya ding. Dan tanpa sadar aku mulai menempelkan daguku kebahunya. Sesekali kulihat wajahnya, meski yang terlihat Cuma hidung mancungnya. Tapi dia masih saja fokus ke depan.
Beberapa kali dia menyalibi kendaraan lain dengan lincahnya. Dan ketika kami ngelewati jembatan yang cukup panjang, eza menghentikan motornya di pinggir. Kulihat juga ada cukup banyak motor yang memarkirkan motornya di pinggir.
“mau foto-foto dulu gak?”
“mm...emang ini jembatan apa?”
“ini jembatan Pasopati”
“oh...langsung aja ah. Udah malem, lagian juga katanya kita mo makan dulu. Ntar kalo kemaleman, restonya udah tutup, ato misalnya udah keabisan, gimana?” Kataku.
“tumben lo” katanya” yakin nih,gak bakal nyesel?”
Aku Cuma geleng kepala. Aku sendiri gak tau, yang pasti aku masih pengen dibonceng sama dia, meluk dia dari belakang dan arrgght...aku gak tau dan gak bisa jelasin apa yang sebenernya aku rasain. Yang pasti aku .... hmm..aku kenapa ya? Emakk..anakmu ini kenapa mak..?
Diapun lantas melanjutkan perjalanan. Sekarang dia tampak exited nyeritain kota bandung. Tapi aku Cuma bisa nimpalin iya, wah, mmhh, masa, dan oh. Aku malah keasikan merhatiin lehernya dan juga rambut-rambut halus yang tumbuh liar di pinggiran rambutnya. Aku juga malah senyum-senyum sendiri waktu dia dengan antusiasnya menceritakan bangunan-bangunan di kota bandung. Bibirnya..hidungnya..dan matanya kadang mengerut tajam, kadang berbinar.
Dan gak jauh dari Gedung sate, eza markirin motornya.
“yuk” kata eza setelah markirin motornya.
Aku langsung turun. Aku perhatiin tempat kami berhenti. Dari nama dan dekorasinya kayaknya ini Restoran jepang.
“kita mo makan apa sih za. Bentar..Tokyo Connection? sushi?” tanyaku setelah membaca nama restorannya.
“yap” jawabnya singkat sambil terus masuk ke dalam.
“hmm..dulu kan udah nyobain..lagian juga waktu itu rasanya aneh banget..kenapa gak makan chicken aja? eh iya, lo kan gak suka fast food. Nyari combro ato cilok aja. eh, itu kan bukan makanan berat..”
“gua lagi kangen makan sushi nih...makanya lo belajar bikin sushi..jadi ntar kalo gua lagi pengen sushi, kan gampang, tinggal minta dibikinin sama lo”
“idih...apa lo kata? Lo kira gua babu apa?”
Dia hanya tersenyum. Lalu ketika kami berdua masuk, kami disambut oleh greater yang berseragam hitam-putih.
“irassai mase...selamat datang di Tokyo Connection untuk berapa orang?”
“dua aja. no smoking ya”
“oke tunggu sebentar...saya check dulu...oke, Di dalam masih ada. Silahkan.” Kata pelayan tadi sambil berjalan kedalam.
Kami berdua mengikutinya. Aku melihat sekeliling, suasananya temaram sekali. Lalu setelah sampai, dia mempersilahkan kami duduk.
Kami berdua lantas duduk. Aku liat sekeliling, tempatnya lebih terkesan bar bersuasana jepangnya. Mulai dari lukisan dinding yang menggambarkan seorang wanita jepang lengkap dengan kimono dan make up tebalnya, seperti seorang geisha. Dan ada beberapa kaligrafi jepang yang tentu aja aku gak tahu itu dibacanya apa. Lampunya temaram, musiknya jazz klasik. Dan kulihat tamunya pun kayaknya bukan orang biasa.
“ini menunya. Kalau sudah mau pesan, silahkan panggil saya.” Katanya lalu berlalu meninggalkan kami.
Aku lantas membolak-balikan daftar menunya. Huah...namanya aneh-aneh. Aku Cuma fokus sama gambar makanannya aja.
“makan apa nih?” tanya dia.
“hmmm..apa aja deh. Gua mah kagak ngarti yang beginian mah”
“okelah, gua yang pilihin yah. Gua pilihin Unagi sushi, salmon sushi sama sunrise sushi ya?”
“whatever lah. Tapi..kalo salmon sushi mah gua tau, salmon mentah ya? Huek..itu buat lo aja. terus sunrise sushi? Unagi? Apaan tuh?”
“unagi itu artinya belut. Kalo sunrise...liat aja ntar”
“oh..Minumnya gua apa yah..hmm..apa ini? Bean? Kacang merah? Nyobain ah…kayaknya enak”
“yaudah, gua jus sirsak aja sama es krim vanilla with bla bla bla”
Setelah selesai memilih menu, eza memanggil pelayannya lalu pelayan tadi dengan cekatan dan terlihat ramah sekali mencatat dan langsung pergi ke belakang, aku langsung nanya ke eza.
“za, gua boleleboh nanya kan?”
“apaan tuh boleleboh? Mulai deh rempongnya..”
“hehe. gua boleh nanya kan..?” kataku mengulang ucapanku.
“nanya ya nanya aja. lagian aneh-aneh aja deh”
“ya...soalnya ini masalah azam...”
Dia lantas diam.
“gua..bingung ngadepin dia za...dulu kayaknya sebelum gua putus sama Azka, dia keliatannya fine-fine aja tuh. Tapi sekarang..adudududuhh..super nyebelin banget tau gak? Ngeseliiin...banget. tiap hari tuh mukanya ditekuk terus kayak apa. Gua capek mesti bolak balik mulu, ngerjain ini, ngerjain itu. Lha, dia? dia cuman duduk di depan komputer, ngegame. Ih...Apa gua pindah grup aja kali ya.”
“ah itu mah perasaan lo aja kali Bay. Lagian juga kalo mo pindah grup, lo mau pindah ke grupnya siapa?”
“mm..ke grup lo aja. ntar gua ngomong sama foreman gua ya.”
“heh, kalo lo minta pindah grup, itu gak nyelesein masalah. Itu namanya lo lari dari masalah. Dan juga, gak enak sama bocah-bocah yang lain. Sekarang gini aja, lo tetep di grup lo,tapi kalo ada apa-apa, kayak lagi bingung follow up trouble apa, lo tinggal telpon gua, ntar gua bantuin lo.”
Aku hanya manyun. Jujur, aku pengen satu grup sama dia. Aku sering dilanda rasa kangen sama dia, meski ujung-ujungnya kita seringnya berantem, tapi...
“pesanannya sudah dateng. Silahkan dinikmati” kata pelayannya setelah menyajikan makanan yang kami pesan.
Dia lantas menata piringnya, memberikan sunrise sushi padaku, sedang unagi sama salmon sushinya ditaruh didepannya. Lalu ternyata dia mengangsurkan eskrimnya padaku.
“loh, kok? Bukannya elo yang pesen es krim?”
“udah, makan dulu sanah, jangan banyak bicara sanah. Pok pok pok pok” katanya menirukan gaya bicara yang di iklan mie sedap kaldu ayam itu.
Aku tertawa mendengarnya. Dan hatiku tersenyum. Dia memang tau aku suka banget sama yang namanya es krim vanila.
“ayamku? Ayamkuuu...hahaha. zaa, makasih ya” kataku tapi dia tak menjawab. Pura-pura gak denger.
“itadakimasu...” ucapnya sambil memegang sumpit.
“dakidakimasu...” kataku menirukan apa yang dia ucapin meski aku gak tau apa artinya.
“hahaha. Itadakimasu itu artinya selamat makan. Kalo daki-dakimas mas mah berarti mas mas berdaki donk. Idih..elo banget tuh”
“hehe. Kirain...pokoknya selamat makan...”
Dan akupun mulai mencicipi yang namanya sunrise sushi. Wah, yang ini rasanya enak juga. kalo salmon mentah dulu aku sempet nyoba tapi, huek, amis sangat.
“nih, cobain unaginya” katanya sambil mengambilnya dengan sumpitnya dan mengarahkannya ke mulutku.
Ragu sekali aku untuk makan disuapin sama dia.
“ayo cobain” katanya lagi.
Aku memandangi wajahnya yang tersenyum manis itu. Dan akupun memajukan mulutku dan...
“enak aja, ambil aja sendiri” katanya sambil menyuapkan sumpitnya ke mulutnya.
Beberapa detik aku hanya melongo. Hadududuh...aku jadi malu. Aku hanya merengut manyun dan dia tertawa geli kearahku.
“hahaha. Enak tau bay, sumpah. Cobain dah” katanya lagi tapi aku masih saja diam.
Aku ngerasa malu dan sedikit kesal karena dia mempermainkanku. Kulihat dia masih fine-fine aja tuh. Dasar...
“idih...marah nih ceritanya. Ya dah, yang ini mah beneran..” katanya sambil mengarahkan sumpit yang menjepit sushi kearah mulutku.
Aku yang masih kesal hanya diam saja. Lalu dia mengarahkan sumpitnya ke mulutku dan tangan kirinya menadah dibawah daguku. Tapi karena aku tak juga mau membuka mulutku, tiba-tiba dia memegang daguku dan membuka mulutku lalu memasukan sushinya ke mulutku dan menaik-turunkan daguku, mungkin maksudnya agar aku segera mengunyah makanan yang ada di mulutku. Aku yang ngerasa kagok langsung ngelepas tangannya dari daguku.
“nah gitu donk. Enyak kan?”
Aku hanya mengangguk. dan dia tersenyum lagi.
“lagian..manja banget si. Gitu aja udah marah”
Aku hanya cemberut sambil tetap mengunyah makananku.
“za...”
“hmmm?” katanya sambil mengunyah unagi sushinya.
“mmm...”
“mulai deh...mau ngomong apa si?”
“mm..gak jadi deh”
Hihihi. Sebenernya aku mau nanya, kok dia tadi nyuapin aku sih. Kesannya tuh gimana..gitu. tapi jujur, aku seneng banget waktu dia sampe megang daguku. Argghht..kacaw kacaw kacaw..
Dan sepanjang makan disini, aku lebih cenderung diam dan suka senyum-senyum sendiri. Aku bingung sama apa yang aku rasain sekarang. apa aku mulai suka sama dia? Hmm..enggak mungkin...tapi kok dia perhatian banget si...Emak...au ah, aku bingung.
******
Setelah selesai makan, eza melap mulutnya dan langsung ngajak pulang. Emang waktu kulihat jam tanganku, sekarang udah cukup larut. Dan lagi-lagi, aku terus saja mengaguminya. Aku jadi suka senyum-senyum sendiri.
Setelah membayar billnya, kami segera menuju ke parkiran.
“gimana, kenyang?” tanya eza tiba-tiba.
“lumayan lah. yuk ah, takutnya tante nungguin”
“ayo. Tapi ntar mampir dulu ya ke gasibu, mumpung ada festival masakan indonesia.
“sip..”
(waktu w ke bandung emang pas ada festival masakan indonesia by Indofood di lapangan gasibu)
Aku segera naik ke jok belakangnya dan belum juga dia melajukan motornya, aku sudah meluk dia dengan erat.
“woy, biasa aja kali meluknya..”
“hhh? Sorry..hehe. abisnya biasanya lo langsung ngebut gak bilang-bilang...”
“alibi. Bilang aja lo pengen meluk gua. Lagian juga gua kan suka bilang fast furious dulu..”
Aku hanya diam karena aku emang pengen meluk dia. Dan sepanjang perjalanan kami berdua hanya diam. Entah apa yang dia pikirin sekarang. Tapi yang pasti aku mulai bingung sama perasaanku sendiri. Tapi, kalo aku emang suka sama eza, apa itu salah? Yaiyalah salah...dia cowok, aku juga cowok..
“heh, udah sampe nih. Buruan turun”
“hah? Iy iya iya.” Kataku langsung turun.
Kubuka pintu pagarnya dan Eza lantas memasukkan motornya. Baru saja aku mau ngetuk pintu, kulihat tante membuka pintu dan tersenyum melihat kedatangan kami.
“uluh..yang jalan-jalan...ngeborong apa aja ini teh?”
“gak ngeborong kok tan, Cuma ngajak Bayu makan aja. ibu-ibu arisan yang satu ini kan hobinya gak jauh-jauh dari makanan”
“hehe. Iya tan. Tadi eza ngajak ke Ciwalk. Keren banget tan. Oh iya, tadi waktu di jalan, kebetulan ada Festival kuliner di Lapangan Gasibu, kita beli Cireng isi. Kata Eza, tante suka benget sama yang namanya cireng.”
“haduh? Mana atuh? Alah..iya. udah lama tante gak makan cireng. Kalo makan cireng teh suka keingetan si aa. Dia teh paling suka sama yang namanya cireng.”
“iya tan. Dulu juga waktu eza sama ibu maen ke bandung, di jalan pasti nyari cireng dulu buat ragil, baru dia mau keluar kamar. Kalo bayu masih sekolah di garut tan?”
Bayu?
“hey, gua kan disini”
“hahaha. Bukan bayu elo. bayu anaknya tante”
“dia udah gak sekolah lagi digarut. Dia sekarang di bandung. Sejak ragil gak tau kemana, teh ayu teh minta sekolah sambil mondok di xxx”
“oh. Pantesan gak keliatan. Yaudah atuh tan, kita istirahat dulu”
“sok atuh. Pasti kalian teh cape.”
“iya sih tan. Tapi beneran tan, bandung keren pisan lah”
Tante pun tersenyum. Lalu eza menggamit tanganku dan kami pun lantas naik ke atas. Dan ketika sampai di lantas atas, aku baru sadar kalo disni ada kucing. Langsung saja kuhampiri kucing itu. Sedang eza langsung ke kamar.
Aku ambil kucing itu dan kuusap-usap leher bawahnya. Dia tampak keasikan. Tapi melihat yang satu, kucing warna hitam itu hanya merengut.
“gak tidur bay?” tanya eza tiba-tiba.
“ntar dulu...aku masih mau maen-maen dulu sama kucing. Habisnya lutu-lutu kucingnya...”
“itu kucingnya ragil, anaknya tante.”
“ragil itu kabur?” tanyaku penasaran
Eza hanya menganggukkan kepalanya.
“kenapa, kok kabur?”
“gatau. Lagian juga gua gak mau terlalu ikut campur kok. Biar keluarga tante yang selsein. Tapi kalo sewaktu-waktu gua dibutuhin, gua siap bantu kok.”
Aku terdiam. dan ketika kulihat dinding di sampingku, aku melihat ada foto anak yang cukup manis menurutku.
“itu...ragil?”
“iya. Udah ah, udah malem, yuk tidur”
“mmm...tidur dimana?”
“di pos ronda. Ya dikamar tamu lah.”
“kita..sekamar?” tanyaku lagi.
Haduh, aku tidur sekamar sama eza? nah loh? Alamat gak bisa tidur nih
“hhh? Hahaha. Yaiyalah, emang kenapa? Masalah buat loh?”
“hhh...mmm..”
Kok aku jadi deg-degan ya mau tidur seranjang sama dia? Dulu kan sering waktu aku nginep di rumahnya. kok sekarang rasanya lain si. Kenapa aku jadi gak tenang gini...
“hey, ayo buruan...”
“iy..iya”
Dan kamipun lantas bergegas kekamar.
Setelah ritual rutin sebelum tidur, yaitu cuci wajah dengan facial foam, gosok gigi dan ganti baju, aku lantas berbaring. Kutengok orang yang sedang terbaring disampingku. Ternyata dia masih belum memejamkan mata.
“kenapa lo Za?”
“gapapa. Cuma agak pusing dikit.”
“mmm...ya pasti. Secara seharian ini kamu bawa motor terus. Lo pasti cape banget ya.”
Dia gak jawab. Dia lantas duduk dan menggerutukkan kepalanya. Terdengar bunyi ketika dia membalikan badannya ke belakang. Setelah seharian boncengin aku kesana-kemari, terus jalan sana jalan sini, badannya pasti pegal-pegal sekarang
“mau aku pijitin gak za?”
Dia menoleh sebentar dan menatapku heran.
“mmm..bapak pasti capek dan pegal-pegal. Ya...sebagai ucapan makasih dari saya, saya menawarkan diri, eh menawarkan tenaga buat mijit bapak, bagaimana pak?”
“hahaha. emang bisa?”
“ya...Cuma pencet-pencet doank mah bisa..”
“yakin..?”
Aku mengangguk.
“hmmm..jangan-jangan lo mau nyuri-nyuri kesempatan ya?”
“hah? Maksud lo? Idih..pikiran lo tuh yah, mesti disapuin dulu. Abis itu dipel deh pake karbol”
“haha. Yaudah, gua buka nih bajunya”
Aku hanya diam. Dan ketika dia membuka baju, adududuh...kok ada yang mendesir ya? Kulihat badannya ramping padat. Dia memang lebih kecil dari aku, tapi badannya padat sekali.
“ayo..katanya mau mijitin...” katanya sambil sambil tengkurap.
“iy iya iya. Gua ambil minyak angin dulu. Tapi gua lupa gak bawa. Pake hen body aja gapapa kan?”
“ya udah. Idih, nyebutnya hen bodi, lotion kali ah”
“hahaha. Udah kebiasaan sih.”
Aku lantas mengangsur ke sampingnya. Kutuangkan sedikit lotion itu ke telapak tanganku. Ragu sekali aku menyentuh punggungnya dan membalurkannya. Dan ketika tanganku menyentuh punggungnya, aduh gila, kok tanganku jadi gemeteran gini sih? Hadududuh...
“kenapa bay?”
“hmmm..ga kok, gapapa”
Aku lantas membalurkan lotion itu ke seluruh punggungnya. Dan mulai memijat punggungnya. Dia tampak nyaman sekali.
“lo jago mijit juga bay? Baru tau gua”
Aku hanya diam. Dan aku masih saja memijatnya. Entahlah apa yang kurasakan sekarang. yang pasti aku ingin menyenangkannya dan memberikan yang terbaik untuknya. Lalu pijitanku bergeser ke pinggangnya. Dan ketika aku menekan pinggangnya, dia menggelinjang geli dan terus bergerak-gerak.
“hahha. Udah ah. Geli...bay..udah..geli..hahaha”
Dan melihatnya seperti cacing kepanasan, aku semakin mengelitikinya. Dia meronta-ronta lalu terbangun.
“sialan lo bay.”
“hahhaha”
“heh, mau kemana?”
Aku hanya tersenyum ke arahnya lalu berjalan ke arah tas yang kusimpan dipojokan kamar dan mengambil sesuatu.
“nih” kataku sambil melemparkan susu kotak kearahnya.
Dia hanya melongo dan susu kotaknya jatuh di pahanya. Aku tau dia suka sekali sama yang namanya susu. Kalo dirumah biasanya juga sebelum tidur dia pasti bikin susu sendiri.
“paan nih?”
“udah..minum aja.” kataku sambil kembali duduk di ranjang dan mengambil bantal.
“jiah..tumben lo baik bay. Pasti ada maunya nih..jadi curiga gua”
“idih, pikiran lo. sini..” kataku sambil menepuk bantal yang kutaruh diatas pahaku.
Dia terlihat menimang, lalu merebahkan kepalanya dipahaku. Kupijat-pijat kepalanya. Dia mulai memejamkan matanya. Kulihat wajahnya terlihat aneh sekali. Raut mukanya tak bisa kuartikan. Ketika dia membuka matanya dan tatapan kami bertemu, dia lantas menutup mata lagi. kupandangi lagi hidungnya, bibirnya...argghht...
“bay?” kata dia tanpa membuka mata
“hhh?”
“makasih ya”
“kok? Mestinya gua yang bilang makasih sama lo. Lo seharian ini udah ngajak gua jalan-jalan. Lo udah beliin gua accesories, ngajak makan sushi...kenapa jadi lo yang berterima kasih ma gua..?”
Dia terdiam. lalu berusaha mengambil hapenya.
“gua boleh dengerin lagu gak?” tanya dia tiba-tiba.
“lagu apa?”
“lagu kenangan gua sama seseorang. Dia...udahlah” katanya.
Lalu dia tampak mencari sesuatu di hapenya lalu menyimpannya diatas bantal disamping kepalanya. Dia kembali terpejam. Wajahnya bergerak-gerak. Aku tak mengerti, dia kenapa.
Lalu terdengar alunan musik halus,
Mou daijoubu shinpai naito Naki sou na watashi no sobade
Itsumo kawaranai egaode Sasayaite kureta
Mada Mada Mada Yareru yo
Datte itsu demo kagayaiteru
Aku memang tak begitu faham artinya. Tapi dari suara dan musiknya, sepertinya ini tentang persahabatan.
Toki ni wa isoki sugite Miushinau koto mo aru yo shikatanai
Zutto mimamotte iru karatte egaode
Itsumo no you ni dakishimeta
Anata no egao ni nando tasukerareta darou
Arigatou Arigatou Best Friend
Konna ni takusan no shiawase kanjiru toki wa shunkande
Koko ni iru subete no nakama kara saikou no PUREZENTO
Mada Mada Mada Yareru yo
Datte itsu demo minna soba ni iru
Kitto ima kokode yaritokerareru koto
Donna koto mo chikara ni kawaru
Zutto mimamotte iru karatte egaode
Itsumo no you ni dakishimeta
Minna no egao ni nando tasukerareta darou
Arigatou Arigatou Best Friend
Aku tak mengerti lagu apa dan siapa, karena bahasanya tak kukenal.
“ini lagu siapa za?”
“ini lagu Kiroro, judulnya Besto Frend..”
“Best Friend? Teman terbaik? lagunya nyeritain apa?”
Dia tak menjawab. Dia hanya diam saja. dan aku kaget, karena aku melihat sudut matanya berair. Dia...menangis? eza menangis? Kenapa? Apa karena lagu ini? Apa lagu ini memiliki kenangan yang begitu dalam buat dia?
Toki ni wa isoki sugite Miushinau koto mo aru yo shikatanai
Zutto mimamotte iru karatte egaode
Itsumo no you ni dakishimeta
Anata no egao ni nando tasukerareta darou
Arigatou Arigatou Best Friend
zutto zutto zutto
Best Friend
Aku hanya diam, tak mau bertanya lebih sama eza. Aku hanya mengelus rambutnya. Entahlah, apa yang sebenarnya kurasakan sekarang. Rasanya dadaku sesak melihat orang yang sedang tidur dipahaku menangis. Apa aku sayang sama dia?
******