It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@kiki_h_n : status author tidak jelas. kalau dibilang single, ntar dibilang promosi, kalau dibilang Relationship, Brad Pitt nya belum mau ngaku ada hubungan dengan Author
ini cerita nyata ya?
@moccachino : Tanya sama @kiki_h_n, dia tau kok ini kisah nyata atau fiksi
@kiki_h_n : Urang mah teu ridho siah (
~Hendra Hargiana~
~Pov Oktaviandri~
Tanpa terasa beberapa tetes air mataku jatuh mengingat kejadian pada waktu awal kelas XII SMU. Sampai sekarang gw masih mengingat wejangan yang nyokap gw ucapkan sebelum beliau meninggalkan dunia fana ini.
”Hen….Makasih ya coklat CAP AYAM JAGO nya”
”Ihhh si Aa….meni sampe cirambay kitu”
(Cirambay = meneteskan air mata)
”Iya Hen….gw teringat kejadian waktu kita kelas XII SMU.”
”Aku mah sengaja bawa itu untuk ngingetin Aa…”
”Ngingetin gimana Hen…”
”Kayak wejangan yang waktu itu Tante Nur bilang.”
”Emang lo mau kasih wejangan apa ? Gw pengen denger”
”Wejangannya mau pake bahasa Sunda, atau bahasa Indonesia atau mau bahasa Walanda ?” Tanya Hendra. Agak terkesima juga Hendra akan memberikan wejangan. Tapi gw penasaran banget, apa wejangan yang akan di ucapkan Hendra.
”Terserah lo aja mau pake bahasa apa….”
”Ya udah wejangannya pake bahasa Sunda aja ya A…”
”Iya Hendra…..”
”Gini A, When we look at the rear view mirror, sometime make us happy, sometime make us sad,sometime can even us hurt. But we have still driving straightly. Be a good driver until our destination.”
(Ketika kita melihat spion, kadang membuat kita bahagia, kadang membuat kita sedih, bahkan bisa membuat hati kita terasa sakit. Tetapi kita harus tetap berjalan lurus kedepan. Jadilah pengemudi yang baik sampai tujuan kita masing-masing)
“Hen…gw kagum sama lo…Gw akan selalu ingat wejangan yang barusan.”
“Iya Aa ku sayang….aku juga sebenernya dikasih tau sama temenku. Hehehehehe…”
“Hedeeehhhh…dikira lo sendiri yang buat, tapi keren kata-katanya.”
“Aku lapar siah A….”
“Ya udah kita ke Winter land aja yuk. Disana banyak makanan tradisional khas Belanda.
”Siap A…Kita makan disana ya…”
Kami pun bergegas keluar kamar untuk segera pergi menuju WinterLand, pasar malam nya Belanda. Tidak jauh jaraknya dari hotel tempat kami menginap. Butuh waktu 15 menit dengan berjalan kaki.
“Hen…tuh ada yang jual Raclette. Katanya tadi mau keju cair panas.”
“Mana…mana….mana…..”
“Hedeeehhh…Itu didepan sebelah kiri.”
“Ooo itu ya A…Aku mau beli, Aa mau ngga ?”
“Mau Hen…”
“Aa…aku aja yang beliin ya…”
“Ok Hen…”
“Mam, kan ik twee stuks raclette ?” Tanya Hendra, gw sampe terkesima, ternyata dia bisa berbahasa Belanda.
(“Bu, bisakah saya membeli 2 raclette ?”)
“Natuurlijk…” Jawab penjual Raclette.
(“Tentu….”)
“Welke wil je, brood of aardappelen ?” Lanjutnya
(“Mau yang mana, roti atau kentang ?”)
“Aa…mau roti atau kentang ?”
“Roti Hen…” Jawab gw.
“Twee brood kunt je”
(“Dua roti ya…”)
“Ok, wacht een ogenblik geduld aub”
(“Ok, ditunggu sebentar ya”)
“Hen…lo kok bisa bahasa Belanda ?”
“Bisa atuh A, kan waktu Aa meninggalkan Indonesia, aku langsung belajar Bahasa Walanda, supaya ngga malu-maluin kalau mau ketemu Aa disini.”
“dit is uw raclette, dank je”
(“Ini raclette mu, terimakasih”)
“Dank Je…” Jawab Hendra..
(“Terimakasih…”)
“Aa….nih rotinya.”
“Makasih ya Hen…”
Kemudian kami menyantap raclette ini, roti dengan campuran lelehan keju panas. Benar-benar sangat lezat terasa di mulut. Apalagi dimakan pada musim dingin seperti ini. Tetapi Raclette tidak bisa kita jumpai pada saat musim panas.
“A….Meni enak pisan raclette teh…”
“Iya Hen…gw juga suka banget makan raclette, jarang-jarang nemu kalau di Belanda, kalau lo main ke Paris atau ke Swiss, pasti banyak makanan kayak gini.”
“Kapan atuh A, kita ke Paris ?”
“Lo maunya kapan ? Sebenarnya lebih dekat ke Paris dibanding kalau kita pergi ke Roma.”
“Emang ke Paris berapa jam dari sini A ?”
“Kalau pake kereta cepat TGV, ngga sampai 3 jam”
“A…cepet banget ya keretanya ? Kayak Prambanan express gitu ?”
(Prambanan Express : Kereta disel yang beroperasi dari Purworejo-Jogja-Klaten-Solo Jebres)
“Hedeehhh….Pramex kan keretanya pelan banget Hen, kalau ini kecepatannya sampai 300km/jam”
“Cepet banget A…aku mau naik itu”
“Tapi kalau ke Rome ngga ada TVG, adanya Eurail, itu juga berangkat jam 12 siang, nyampe sana jam 9 pagi. 21 jam dikereta. Mending pake pesawat aja Hen, lebih murah kok”
“Ya udah kita ke rome nya pake pesawat aja ya A…Ke Paris nya mah lain kali aja, kalau aku kesini lagi”
“Iya Hen, eh…lo mau hot wine ngga ?”
“Rasanya kayak gimana A….?”
“Minuman sari anggur yang masih panas, enak Hen…Ada bau cengkehnya”
“Mau A…”
Gw pun memesan 2 gelas hot red wine. Minuman ini juga tersedia pada saat musim dingin. Rasanya seperti stup jambu.
“Hen…mau kemana lagi ?”
“Pulang aja ya A…Aku pengen cepet-cepet dipeluk sama si Aa….”
Kami pun kemudian kembali ke hotel Ibis Amsterdam Centraal. Setelah tiba, gw dan Hendra mengganti baju casual yang tadi digunakan dengan baju tidur.
“Aa…Tidur yuk…Aku udah ngantuk.”
“Lo ngga mau mandi dulu ?”
“Ngga A…dari tadi juga ngga keringetan.”
“Ya udah tidur yuk….Gw juga udah ngantuk banget.”
“Aa…peluk aku atuh…”
“Kan sekarang lo udah punya anak, masa tidurnya masih pengen dipeluk.”
“Biarin aja atuh A, da aku mah pengennya dipeluk sama Aa, meni damai dan tentram kalau tidur dipelukan si Aa mah…”
“Iya Hendra….ya udah merem ya matanya” ucap gw sambil memeluk Hendra dari belakang tubuhnya.
“Aa…..”
“Kenapa lagi Hendra…”
“Ada yang keras-keras ngeganjel di pungguku siah A….”
“Gw lepas ya pelukannya ?”
“Jangan Atuh A….Aku udah lama ngga dipeluk sama Aa…”
“Iya Hen…Lo tidur ya…” ucap gw sambil mengecup keningnya Hendra.
Gw lihat Hendra sudah memasuki dunia mimpinya. Lama kelamaan gw pun ikut terlelap.
Entah sudah berapa jam gw tertidur, perlahan-lahan gw membuka mata, kulihat Hendra masih tertidur lelap didalam pelukan gw. Dengan berhati-hati gw bangkin dari kasur menuju kamar mandi, karena terasa air yang berada dalam kantong kemih sudah ingin dikeluarkan.
Sebelumnya gw lirik jam yang tertera pada Hp Iphone pemberian Hendra, ternyata sudah waktunya Shalat Subuh. Gw pun bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai mengambil air wudlu, gw pun melakukan ritual pagi yaitu Shalat Subuh.
“Hen…..Bangun ya…Shalat Subuh dulu sana.”
“Emmmmmm…….udah jam berapa sekarang A ?”
“Jam 6 pagi Hen…”
“Euleuh siah telat Subuh na”
“Ngga Hendra, disini kan keluar mataharinya baru jam 8 pagi.”
“Iya A, aku mau Shalat Subuh dulu kalau gitu.”
Gw lihat Hendra masuk ke dalam kamar mandi. Rasa sayang gw terhadapnya sampai detik ini tidak pernah luntur. Walaupun sekarang dia sudah mempunyai istri dan anak, tetapi sifat manja nya tidak pernah berubah. Itu yang membuat gw selalu sayang Hendra.
“Aa…mana tangan kanannya ?”
“Ini Hen…” ucap gw sambil menyodorkan tangan kanan, seperti biasa Hendra selalu mencium tangan gw setelah dia selesai Shalat.
“Hen…mandi dulu sana, setelah itu kita sarapan”
“Mandinya pengen bareng sama Aa….”
“Lo tu Hen, kan sekarang lo udah ada si ibu, kenapa masih minta mandi bareng.”
“Udah lama ngga liat burungnya Aa, masih berdiri ngga kalau liat aku telanjang.”
“Sepertinya masih Hen….”
“Aaahhh….pengen bukti, bukan omongan.”
“Iya Hendra…yuk mandi”
Kami pun langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
“Aa….dingin pisan euy….”
“Iya lah, namanya juga musim dingin, kan bentar lagi musim salju”
“Hahahahahaha……”Tiba-tiba terdengar Hendra tertawa
“Kenapa Hen..?”
“Itu burungnya si Aa meni tegak berdiri.”
“Lo tuh ya…sekarang protes, tadi kan gw udah bilang, kalau gw masih terangsang liat lo dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.”
“Berarti aku masih ganteng ya A…?”
“Iya Hendra…”
Setelah selesai mandi, gw dan Hendra siap-siap untuk sarapan.
“Hen…selesai sarapan kita langsung ke Rotterdam ya.”
“Kesananya pake apa A ?”
“Pake kereta aja Hen, cepet kok.”
“Siap A…”
Kemudian kami bergegas menuju restaurant yang berada di hotel ini, setelah selesai sarapan kami menuju station yang berada di samping hotel ini.
“Aa…kalau dari sini ke Rotterdam berapa lama ?”
“Tergantung keretanya Hen, kalau pake kereta biasa yang berhenti di beberapa station, sekitar 1 jam perjalanan. Tapi kalau pake kereta Fyra, cuma 30 menit aja sampai di Rotterdam.”
“Keretanya emang ngga berhenti ya A…”
“Berhentinya cuma di Schiphol aja Hen, itu juga cuma 1 menit aja. Disini keretanya on time terus Hen, banyak lagi.”
“Aa…aku pengen pake kereta fyra ya…”
“Iya Hen…tapi kalau pagi gini, gw ngga bisa dapat diskon pelajar. Agak sedikit mahal sih bayarnya. Lumayan beda 30 Eur kalau ngga didiskon.”
“Ngga apa-apa A…aku pengen cepet-cepet lihat Rotterdam.”
“Iya Hendra…gw beli tiket dulu ya…”
“Siap A….”
Setelah membayar sejumlah uang, kami pun menunggu di peron kereta. Tidak beberapa lama datang juga kereta Fyra yang akan mengantarkan kami menuju kota Rotterdam. Hanya perlu waktu 30 menit kami sudah sampai di Rotterdam.
“Ini teh Rotterdam ya A…?”
“Iya Hen…lo mau kroket ngga ? lebih enak dibanding di Bandung”
“Mau A…belinya dimana ?”
“Tuh beli dimesin makanan aja, tinggal masukkin duit koin, pilih deh salah satu makanannya.”
“Aku coba dulu ya A…”
“Eh ternyata masih panas A…ini baru dimasak kali ya ? Wuuaaa….rasanya enak pisan siah A..”
“Dimasaknya udah dari tadi pagi Hen, tapi emang mesinnya aja yang ada pemanasnya supaya makanannya tetep hangat”
“Aa ngga mau nyobain ?”
“Gw kan sering beli Hen…ntar aja, masih kenyang.”
“A…sekarang mau kemana dulu ?”
“Ke Musium Maritim aja dulu ya, kan lo nakhoda kapal, jadi bisa sekalian liat-liat kapal jamam dulu.”
“Mau…mau…mau…Aku suka liat kapal jaman dulu A.”
“Kesananya pake apa ? Taksi atau jalan kaki ?”
“Sebenernya jalan kaki juga bisa Hen, tapi lumayan dingin, anginnya lagi kenceng banget.”
“Iya A….aku aja menggigil terus dari tadi, untung aja barusan makan kroket, agak lumayan lah”
“Pake tram aja Hen…dari sini tinggal jalan kaki kesebelah kiri. Disitu ada halte pemberhentian Tram.”
“Aa….aku boleh ngerokok ngga disini ?”
“Boleh Hen…sambil jalan ke halte aja ya.”
“Siap A…”
Gw lihat Hendra menyalakan rokok Marlboro Light putih.
“Hen…disini rokok agak mahal loh ?”
“Berapa sebungkusnya A ?”
“Rata-rata 5 eur, sekitar 66ribu perak perbungkusnya.”
“Euleuh siah meni mahal gitu…..Untung aku tadi bawa 10 bungkus, lumayan buat persediaan.”
“Aa…kita pake tram yang kearah mana ? Barusan ada yang lewat, tapi kenapa ngga naik yang itu”
“Kita pake yang jalur no 8 Hen, jurusan Klieweg. Ntar kita turun di Beurs. Dari situ ngga jauh ke Musium Maritimnya”
“Berarti kita pake yang itu ya A…” ucap Hendra sambil menunjuk Tram jalur 8 jurusan Klieweg.
“Iya Hen…lo pake kartu gw aja ya, kebetulan gw punya 2 kartu. Sama seperti waktu kita ke Singapore dulu, pake kartu MRT untuk bayar omgkosnya.”
“Siap A…”
Kami pun naik tram menuju Beurs. Hanya butuh waktu beberapa menit saja, kami telah tiba di Beurs. Daerah ini merupakan pusat kota Rotterdam. Gw mengajak Hendra untuk masuk kedalam museum Maritm.
Gw teringat sewaktu dia memilih untuk kuliah di Institute Maritim, Pada waktu itu Hendra mengajak gw untuk ikut serta kuliah di Institute tersebut.
tambah pengen liat muka hendra.. trutama pas lg pundung. :-D
@?
Kapan acara comblanginnya Andri sama temennya Hendra..
Tetep ditunggu gan lanjutannya..
@kiki_h_n : Mukanya Hendra jelek banget kalau lagi pundung. Dan sangat menyebalkan. Hehehehe....
@andychrist : Pasti mukanya memelas dan mata nanar
@Adam08 : Terimakasi atas koreksinya.
Temennya Hendra akan muncul di next part ya...
@4ndh0 : Sabar ya, tunggu next part nya, nanti hendra akan menjadi makelar. Seperti yang dia bilang di Part 4