It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Café Smokey Club
“Wat wilt u drinken ?” Tanya seorang pelayan wanita kepadaku.
(“Minuman apa yang akan anda pesan ?”)
“Een glas koffie alstublieft” Jawab ku
(“Segelas kopi ya”)
“Zwart of melk ?”
(“Kopi hitam atau pakai susu ?”)
“Doe maar zwart”
(“Hitam saja”)
“nog iets anders meneer ?”
(“Ada yang lain pak ?”)
“Nee, dank je wel” Jawabku. Sambil menunggu segelas kopi hitam pesananku, aku keluarkan rokok Marlboro Light putih.
(“Sudah cukup, terimakasih banyak”)
Aku menunggu seseorang yang sangat berarti dalam hidupku di Cafe Club Smokey. Cafe ini selain menyediakan berbagai macam minuman, juga menyediakan marihuana (ganja). Lokasinya persis disebelah Pelangi Resto yang menyediakan masakan Indonesia yang berada di Keverstraat dekat dengan pusat perbelanjaan Amsterdam. (Gambar terlampir di Facebook)
Sambil menyalakan rokok, kulihat lapangan besar yang sedang digunakan sebagai pasar malam dadakan layaknya di Indonesia. Terdapat beraneka ragam stand-stand kecil yang menjajakan makanan dan barang tradisional khas Belanda. Terlihat juga gapura yang bertuliskan “WINTER LAND AMSTERDAM” sebagai gerbang masuk ke dalam lapangan tersebut. Tulisan tersebut diapi oleh tulisan vertical XXX berwarna merah menyala.
XXX bukan hanya hiasan belaka, tetapi sebenarnya mempunyai arti vulgar. Daerah ini memang pusat dari kota Amsterdam, selain pusat perbelanjaan, disini juga terdapat sex shop yang menyediakan alat bantu sex, lokalisasi wanita, transgender dan pria pemuas nafsu sex, live show yang mempertontonkan orang yang melakukan adegan sex, baik untuk heterosexual maupun lesbian dan homosexual. Dan masih banyak lagi varian yang berhubungan dengan sex. Daerah prostitusi di Amsterdam biasa dikenal dengan nama Red Light Distric. Mengapa demikian, karena terdapat etalase-etalase yang memajang wanita dengan menggunakan bikini two piece, tepat diatasnya ada lampu neon berwarna merah. Sedangkan jika lampu neon tersebut berwarna merah biru, itu menandakan bahwa wanita yang terpajang adalah pria yang melakukan transgender. Cukup dengan 50 Eur, kita bisa menikmati tubuh wanita yang terpajang di etalase tersebut.
Karena disini semua di legal kan oleh pemerintah, sehingga muncul tag line untuk kota Amseterdam yang berbunyi “Good Boy Go To Heaven, Bad Boy Go To Amsterdam”. Sama halnya seperti Negara Singapore yang terkenal dengan kedisiplinannya, Negara tersebut mempunyai tag line “Singapore is a Fine City” karena jika kita melihat disetiap dinding gedung-gedung, terdapat tulisan yang berbunyi “No Smoking Fine $1000, No Eating Fine $500” dan masih banyak lagi tulisan-tulisan seperti itu.
“Hallo, dit is uw bestelling, geniet van je koffie…” kata pelayan wanita yang sangat ramah sambil memberikan segelas kopi tubruk pesananku.
(“Halo, ini pesanan mu, selamat menikmati kopinya…”)
“Dank u wel….” Jawabku ramah. Kulihat jam yang melingkar ditangan kananku, waktu menunjukkan pukul 14.25. Aku janji untuk bertemu dengannya pukul 14.30 di Pelangi Resto. Setelah 2 tahun tidak bertemu dengannya, sesaat lagi aku akan melihat wajahnya. Aku sangat rindu dan ingin segera memeluknya.
Aku bertolak dari Indonesia kemarin sore pukul 19.50 menggunakan Maskapai KLM, sempat transit beberapa jam di Kuala Lumpur, kemudian bertolak kembali pukul 23.59. Tiba di Amsterdam pukul 6.30 waktu setempat. Setelah mengurus imigrasi dan bagasi bawaanku, aku menuju station kereta yang berada di basement bandara Schiphol Amsterdam. Tujuanku ke Amsterdam centraal Station. Aku menginap di hotel ibis yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari station Amsterdam centraal. Cuaca saat ini cukup dingin, namun belum turun salju, karena suhu masih 2 derajat celcius.
Aku bawa 3 buah kado ulang tahun untuknya. Walaupun ulang tahunnya sudah lewat 2 bulan lebih, namun lebih baik dibandingkan tidak memberikan sama sekali. Sebenarnya hanya 2 kado saja yang aku beli di Plaza Indonesia beberapa hari lalu sebelum keberangkatanku ke Belanda, sedangkan 1 lagi adalah merupakan kado titipan teman dekatku yang telah banyak berkorban untukku.
Sambil menikmati kopi hitam dan sebatang rokok Marlboro Putih, aku mengenang pertama kali aku mengenal teman dekatku.
Flash Back
~Pov Hendra Hargiana~
"Sial....mati aku...!!" umpatku dalam hati. Sambil mencari topiku didalam tas ranselku. Kuaduk-aduk isi ranselku dengan segenap jiwa dan raga. Tetapi aku tidak melihat benda yang kucari. Didalam tas tersebut hanya terdapat 3 benda penting lainnya.
"Arrrggghhhh....." kemana benda keramat itu, mungkin tertinggal dikosku. Salahku juga sih, telat bangun. Jadi terburu-buru deh.
Aku pikir masih ada waktu untuk mengambil topiku dikos. Namun tiba-tiba ada seseorang berteriak.
"CATAR....CEPAT…CEPAT…5 MENIT LAGI !!!!!!" Teriakan itu bagaikan petir yang menggelegar disiang bolong. Beberapa orang yang menggunakan baju dan celana loreng hijau mempercepat langkahnya untuk memasuki gerbang kampus.
"Hendra bego...bodoh....tolol....mampus aja sana" entah apalagi makian yang bisa menggambarkan tentang kekesalan terhadap diriku sendiri.
Dengan langkah gontai, aku pun ikut masuk kedalam kampusku.
"Ayo Hen, kita harus segera menuju barisan."seru temen satu kelasku. Aku pun langsung mengikuti perintah temenku. Aku berdiri paling depan karena tinggi tubuhku yang hanya 165cm. Sedangkan rata-rata teman-temanku lebih tinggi dariku. Oh iya, salah satu syarat untuk bisa masuk ke kampusku ini, minimal mempunyai tinggi 165cm dan lulus dalam serangkaian test mental dan fisik.
Semenjak duduk di bangku TK, aku mempunyai cita-cita ingin menjadi pelaut. Terinspirasi dari kejayaan nenekku walaupun aku tidak pernah melihatnya semenjak aku lahir. Konon, nenekku adalah seorang pelaut yang gagah berani. Tapi aku tidak tahu kakekku seorang pelaut atau seorang petani. Yang selalu diceritakan oleh ibuku adalah sosok nenek. Aku bisa tau profesi nenekku karena setiap aku mau tidur ibuku selalu menyanyikan lagu ini :
nenek moyangku orang pelaut
gemar mengarung luas samudra
menerjang ombak tiada takut
menempuh badai sudah biasa
Akhirnya aku memutuskan untuk memilih kuliah di Institut Pelayaran. Ada 3 pilihan jurusan, Teknika, Nautika, dan Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga. Aku mengambil jurusan Nautika, jika aku lulus, aku bisa bekerja menjadi Nakhoda kapal laut. Seprofesi dengan nenek moyangku. (Dodol…)
Saat ini hari ke 3 aku mengikuti Ospek. Jangan disamakan dengan ospek-ospek seperti di Universitas atau Sekolah Tinggi lainnya. Calon mahasiswa di Institut Pelayaran sama sekali tidak disuruh membuat kerajinan tangan dari bahan karton warna-warni, membuat tas dengan bahan bekas karung terigu, dan masih banyak lagi benda-benda konyol yang harus dibawa pada saat ospek.
Di hari pertama ospek, kami dibagikan semua perlengkapan ospek. Mulai dari baju, celana, topi, sepatu dan ikat pinggang. Kami juga dibagikan masing2 sebuah tas ransel beserta perlengkapannya. Walaupun hanya ada 3 jenis barang, namun beratnya kurang lebih 10kg. Isi tas tersebut terdiri dari 1 buah buku agenda, 1 pena yang berlogo almamater kampusku dan satu karung pasir yang beratnya 9.5 kg.
Aku sudah berada dalam formasi barisan sesuai dengan kelasku. Namun aku sangat resah terhadap diriku sendiri, apa yang akan terjadi 1 menit kemudian pada saat pemeriksaan kelengkapan apel pagi yang akan dilaksanakan pada pukul 6.00. Karena aku lupa membawa topi PDL. Hanya pasrah dan berserah saja pada takdir yang bisa kulakukan untuk menerima siksaan fisik dipagi hari ini.
"Siaaaaapppp......Grak!!!!!!!!!!" Dengan lantang ketua reguku yang merupakan Taruna tingkat 3 bersuara, berbarengan dengan suara tersebut
Bluussshhh….
Tiba2 ada yang membenamkan sesuatu dikepalaku. Akupun tak sempat melihat siapa pelakunya.
"Saatnya periksa kelengkapan!" Dengan suara yang sama lantangnya dan tatapan yang sangat bengis. Jerry namanya. Secara fisik, tingginya sekitar 180cm dan mempunyai tubuh kekar. Kulit agak sedikit gelap. Walaupun memiliki wajah tampan namun tidak pernah aku melihat dia tersenyum.
"KAMU!!! MAJU KEDEPAN !!!!" seru Jerry. Astaga siapa yang bakal kena hukuman dipagi ini batinku. Mungkin aku juga akan mengalami nasib yang sama dengan orang yang barusan dipanggil jika tidak ada yang membenamkan topi dikepalaku barusan.
"OMG !!!" pekikku dalam hati. Dia yang tadi menyuruhku segera memasuki barisan, bukannya dia tadi mengenakan topi. Mengapa dia memberikan topinya kepadaku ? Mengapa dia rela berkorban untukku?
"MANA TOPI MU !!!" dengan muka merah padam Jerry berteriak keras persis didepan muka Ferdi. Nama lengkapnya Ferdiansyah, berkulit coklat dengan tinggi sekitar 178cm. Badannya kekar, sepertinya rajin fitness. Wajahnya tidak setampan Jerry, namun lebih macho.
"Topi saya tertinggal taruna...." Jawab Ferdi yang terdengar sangat lirih. Mukanya ia tundukkan.
"YANG TEGAS BICARANYA !!!!!" Seru Jerry
Hatiku ingin berbicara kepada Jerry fakta sebenarnya. Namun otakku dan tubuhku tidak mau bekerjasama. Tubuhku dan mulutku tidak mampu aku gerakkan sedikitpun. Nyaliku terlalu ciut menghadapi Jerry.
"Siap Taruna..!" Ucap Ferdi. Dan....
PLAKKKKKK..!!!! Tamparan yang sangat keras mendarat di pipi kirinya Ferdi. Tubuhnya tak siap menahan tamparan tersebut. Dia pun tersungkur ke tanah.
"BANGUN !!!!" masih dengan suara bengisnya.
Dengan susah payah Ferdi pun kembali berdiri tegak. Aku sama sekali tidak tahu apa yang ada dibenaknya Ferdi, dan apa yang sedang ia rasakan. Namun aku sangat merasakan seluruh badanku beku, hanya mataku saja yang bisa kugerakkan. Mengapa Ferdi rela berkorban demi diriku ? Padahal dia baru mengenalku 3 hari yang lalu. Andaikan dia tidak memberikan topinya kepadaku, mungkin saat ini aku yang akan berdiri didepan.
Kulihat Jerry berdiri 1 meter tepat didepanku sambil berteriak "SIAPA YANG BERANI LAGI UNTUK INDISIPLINER !!!"
Dengan suara yang lantang dan setelah itu "Siap Taruna....Tidak ada !" kami menyahut berbarengan, dan...
PLAKKKKK..!!! Tamparan kedua kembali diterima dipipi kirinya Ferdi. Untuk yang kedua kalinya Ferdi pun tersungkur ke tanah.
"Kamu, masuk dalam barisan !!" perintah Jerry kepada Ferdi.
Dengan susah payah Ferdi berdiri dan Astaga, ada tetesan darah yang mengalir dari hidung dan ujung sudut mulutnya. Aku tak tega memandang wajahnya yang terlihat memar dipipi kirinya.
Setelah acara pemerikasaan kelengkapan, Apel pagi pun mulai. Serangkaian acara Ospek kita jalani hari ini, mulai dari lari pagi dengan beban 10kg, push up, merangkak dan kegiatan lainnya yang menguras pikiran dan tenaga.
Tibalah apel sore menandakan penutupan Ospek di hari ini.
Setelah acara selesai, akupun langsung menemui Ferdi. Ada perasaan yang sangat tidak enak yang mengganjal semenjak kejadian tadi pagi.
Selama masa ospek, aku tidak berani menanyakan alasan mengapa Ferdi mau mengorbankan dirinya demi aku.
"Fer..pulang yuk!!" tanpa menunggu persetujuan Ferdi, aku merangkul badannya untuk mengikutiku. Aku berjalan menuju sebuah restauran yang tidak jauh dari kampus kami.
Setelah memesan makanan, aku mulai membuka percakapan.
"Kenapa tadi pagi kamu menolong aku ? Akibatnya kan mukamu jadi lebam gitu" Tanyaku.
"Kamu ngga liat Jerry seperti apa ?"
"Maksudnya ?" Tanyaku semakin penasaran
"Lihat badan dan tangannya, memang kamu sanggup menerima tamparan dan pukulan dari Jerry ?, Perkiraan ku antara tanah kusir atau ICU RSCM."
"Emmmm.....ngga..."Jawabku lirih karena menahan malu.
"Maaf ya Hen, bukannya aku menghinamu, tapi aku memang ingin berbuat baik kepadamu."
"Terimakasih ya Fer, sudah mau menolongku....Aku tidak tahu cara membalas kebaikkanmu."
"Sudah lah ngga usah dipikirkan. Kamu makan aja yang banyak. Sekarang aku yang traktir."
"Aku aja yang bayar Fer...Kan tadi pagi kamu udah menolongku."
"Ngga ah...Lagian aku ngga mau ditraktir makan disini. Aku maunya di traktir kamu makan di Restaurant Satoo yang berada di hotel Shangri-La."
"Wuaaa...itu kan mahal banget, tapi ngga apa-apa deh. Ntar kita makan disana ya. Kapan mau makan disana ?"
"Sabtu ini boleh, setelah acara ospek ya...Kamu ngga ada acara kan ?"
"Ok kalau begitu Fer, aku sama sekali ngga ada acara."
~Pov Ferdiansyah~
Hari-hari berat selama ospek telah kami lalui. 6 hari yang sangat melelahkan. Hari ini adalah acara penutupan ospek. Walaupun hari senin kita sudah resmi menjadi mahasiswa pelayaran, namun status kami masih tetap menjadi CATAR (Calon Taruna). Pelantikan resmi menjadi Taruna akan diadakan pada masa pergantian semester 1 ke semester 2, dan sebelum pelantikan, kami harus mengikuti Wajib Militer selama 10 hari. Tempat pelaksanaan masih dirahasiakan. Namun menurut Jerry, wajib militer 10 kali lebih berat dibandingkan ospek yang baru saja kami jalani.
Selama 6 hari aku mengenal seseorang yang membuat aku jatuh cinta. Walaupun aku tidak mengerti apa yang aku suka dari Hendra Hargiana, namun semenjak pertama kali aku menatapnya, wajahnya selalu muncul didalam benakku. Dia lah yang membuatku lebih bersemangat mengikuti acara ospek ini. Padahal jika dibandingkan secara fisik dan wajah, Jerry jauh mengungguli dibanding Hendra, tetapi hati berkata lain.
Sore ini kita akan bersantai di restaurant Satoo yang berada di hotel Shangri-La, sambil menikmati makanan yang disediakan. Aku berencana menjemput Hendra dari kosnya yang berada di daerah Pulo Mas Jakarta Timur.
Aku mengenakan baju semi formal tetapi santai, menggunakan kemeja lengan panjang berwarna putih, dipadukan dengan celana jeans biru tua dan menggunakan sepatu pantofel hitam. Kusemprotkan parfume Kenzo untuk menambah kesegaran pada tubuhku.
"Saatnya berangkat...."Gumanku, aku sangat berdebar-debar. Kencan pertama harus sukses.
Rumahku sangat sepi sekali. Minggu ini jadwalnya ibuku tinggal di Singapore menemani Bapakku dan 2 adikku. Walaupun sudah dirayu oleh kedua orang tuaku untuk tinggal di sana, tetapi aku lebih memilih tinggal di Jakarta dibanding harus tinggal di Singapore. Terpaksa ibuku seminggu sekali harus pulang pergi Jakarta - Singapore.
Setelah memanaskan mobilku, aku langsung pacu mobilku menuju daerah pulo mas. Dari rumahku yang berada di daerah Cempaka Putih Jakarta Pusat tidak terlalu jauh jaraknya. Setelah sampai didepan kosnya, aku sms Hendra.
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Hen...Aku tunggu di depan kosmu.
18.30
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
SIAP CATAR!!!! LAKSANAKAN !
18.31
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Sinting !!!
Edan !!!
Gila !!!
Stress !!!
18.32
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
SIAP CATAR ! MAAF KALAU SAYA SINTING, EDAN, GILA DAN STRESS
18.33
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
KELUAAAARRRRRRRRR...!!!!!!!!!!
18.34
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Atuh Fer...Jangan marah, ini juga udah diluar kos. tapi ngga liat kamu.
18.35
"Astaga....aku lupa kalau dia ngga tau mobilku" Batinku.
"Kunyuk.....!!!" sapaku
"Tuh nya...ngga bilang euy kalau ada didalam mobil teh. Kan aku ngga tau. Udah 5 jam aku nunggu kamu didepan kos"
"Mulai deh sundanya keluar....Udah 5 jam ya nunggu disini. Pasti pegel-pegel ya badan dan kakinya ?"
"Iya euy...udah mau pingsan nunggu kamu, pegel banget"
"Ya udah sini masuk mobil, kamu mau pilih yang mana, tangan kiri atau tangan kanan ?"
"Ada hadiahnya Fer....Tangan kiri isinya apa ? Tangan kanan isinya apa ?" tanya Hendra penasaran.
"Tangan kiri ICU, tangan kanan Tanah Kusir, mau yang mana ?"
"Atuh euy...kenapa sih orang-orang teh selalu pada galak dan jahat sama aku yang ganteng dan baik hati ini ?"
"Udah buruan masuk ke mobil !!!"
"Tapi ngga pake galak plus jahat kan ?"
"MASSUKKKKKK !!!!!!!"
"Eeh...ii..iya..."
Aku pacu mobilku menuju Hotel Shangri-La yang lokasinya tidak jauh dari Patung Sudirman. Malam minggu jalanan di Ibu Kota lumayan padat. Butuh waktu 1 jam untuk menempuh perjalanan. Setelah kuparkirkan mobil di basement 2, aku dan Hendra bergegas menuju Satoo yang berada 1 lantai dibawah Lobby hotel. Di pintu masuk Restaurant ada 2 orang Receptionist yang bertugas untuk melayani tamu yang baru tiba. Kami meminta tempat duduk samping jendela yang bisa melihat taman.
"Fer, kalau disini cara pesan makanannya bagaimana ?"
"Langsung ambil aja di counter-counter makanan. All you can eat, kecuali minuman selain air putih ada biaya tambahan"
"Ada apa aja makanannya ?"
"Ada masakan cina, india, jepang, indonesia, jamu, kue-kue, buah-buahan dan es krim.Kamu suka makanan apa ?"
"Jepang suka banget, tapi india belum pernah coba. Nyoba India aja dulu"
"Aku suka masakan India, yuk ambil makanannya"
Kami pun menuju ke counter masakan India, yang masaknya juga orang India. Hendra memilih nasi briyani, sedangkan aku mengambil roti naan, kari sapi dan samosa (kentang rebus dengan sayuran berbumbu kari)
"Fer, nasi briyani nya enak banget. Tapi pasti jarang yang suka makan ini, bau rempahnya kuat banget."
"Iya, tapi disini masakan india nya ngga terlalu lengkap. Aku paling suka restauran yang ada di deket Mustofa"
"Mustofa itu dimana Fer ?"
"Di Singapore, daerah little india, kalau pake MRT turunnya jangan di little india, tp turunnya di farrer. Langsung didepan tokonya"
"Kamu sering ke Singapore ?"
"Lumayan lah, kan bapakku dan 2 adikku tinggal disana"
"Kalau kamu ke singapore, aku pengen ikut. Belum pernah keluar negeri euy..."
"Iya, ntar aku ajak kamu deh. Gampang kalau cuma ke Singapore aja."
Setelah menghabiskan makanan khas india, kami pun mengambil irisan salmon mentah dan wasabi yang telah dilumuri kecap asin.
"Hen, kamu udah punya pacar blm ?"
"Udah Fer, rencana kalau udah lulus kuliah, mau langsung nikah"
"Yaaa....dikira belum" ada rasa kecewa dalam hati, berarti Hendra bukan gay seperti ku.
"Kenapa emangnya Fer ? Kalau kamu udah punya pacar belum ?"
"Belum Hen...Cariin dong"
"Kamu suka type yang kayak gimana ? Body gitar, seksi, putih, coklat atau mau negro ?"
"Emang kamu mucikari ya, segala jenis type ada. Hehehehe...."
"Ya siapa tau aja ada yang cocok."
"Aku sukanya yang sederhana aja lah, penampilan menarik, tapi ngga glamor"
"Banyak sih temen aku yang cantik dan menarik, tapi kalau yang sederhana mah susah. Aku aja cuma nemu 1, itu juga udah jadi pacar sekarang"
"Hen, jangan kaget ya, aku ngga suka cewek"
"APAAAAA !!!!!"
"Ngomongnya ngga usah pake caps lock gitu lah, dan matanya jangan melotot kayak pemain-pemain sinetron televisi"
"Kan aku udah menunjang sebagai pemain sinetron ternama, muka ganteng, body keren banget lah, masalah akting APAAAAA !!!!!"
"Huuusssss.....ini di restaurant, bukan di warteg"
"Maaf...maaf....terlalu menjiwai menjadi pemain sinetron. Eh Fer, kamu gay ya ?"
"Ya begitulah, udah dari lahir kayak gini."
"Terus orang tua kamu tau kalau kamu gay"
"Ya tau lah, masa orang terdekatku ngga tau kalau aku gay"
"Mereka reaksinya gimana ?"
"Pasti kaget lah, tapi ya mereka mau terima. Gawat kan kalau mereka ngga mau terima, ntar aku bisa dimasukkan lagi ke rahim ibu ku"
"Kamu udah pernah pacaran belum ama cowok ?"
"Belum pernah Hen, ngga pernah nemu"
"Kalau ncus...ncus...kamu udah pernah ?"
"Apaan tuh ncus...ncus...?"
"Hedeeehhh....Itu loh ML, hubungan intim gitu ?"
"Belum pernah, ngga tau nyarinya kemana. Sama kamu aja kalau gitu, mau ngga ?"
"APAAAAA !!!!"
"Huuussssss.....Diperkosa juga ni orang."
"Atuh euy....jangan gitu Fer. Ntar aku kenalin aja sama temen deketku. Ganteng loh...."
"Emang kamu punya temen Gay ?"
"Ada dong...temen SMU ku, baik lah pokoknya. Kalau aku gay juga, mau lah pacaran sama dia. Tapi aku mah ngga suka sama laki-laki"
"Kamu pernah ncus...ncus...sama dia ?"
"Belum pernah, padahal kalau dia minta mah, pasti dikasih. Disuruh apa aja aku mau kalau sama dia"
"Terus kalau sama aku mau ngga ?"
"APAAAAA..!!!!!"
"Seriuuus Hen !!!"
"Atuh Fer...jangan yaa...please...please...aku kenalin aja dulu ama temenku. Ntar kalau kamu ngga suka...emmmmm..."
"Emmmmmm apa Hen ?"
"Ahhhh...susah euy. Bingung mau ngomongnya."
"Bingung kenapa ?"
"Gimana kamu aja lah Fer..."
"Maksudnya ?"
"Ya terserah kamu, yang jelas aku kan bukan gay, tapi kalau kamu minta mah, ya terserah lah"
"Marah ya Hen...?"
"Ngga marah Fer, tapi aku ngga mau kalau kamu kecewa"
"Ngga lah Hen, aku juga ngga akan buat kamu kecewa, ngga jadi minta deh sama kamu. Tapi kenalin ya sama temen kamu"
"Pasti aku kenalin. Tp orangnya agak galak loh, apalagi kalau udah melotot matanya. Kayak mau nerkam"
"Ngga apa-apa galak juga, yang penting kenal dulu, ntar masalah cocok atau ngga nya, gimana nanti."
"Kapan kita main ke kota ku, kalau dia ngga mungkin akun suruh kejakarta, aku bisa dicincang sama dia"
"Ya udah kalau waktunya senggang aja kita main ke Bandung...."
"Siap kalau gitu"
Setelah kami bersenda gurau dan menyelesaikan makan malam di restaurant Satoo, aku mengantar Hendra ke kos nya. Kemudian aku pulang ke rumahku. Walaupun aku agak sedikit kecewa karena Hendra ternyata bukan Gay, tetapi aku bahagia karena aku akan dikenalkan kepada temannya Hendra. Ya semoga saja bisa cocok.
End Of Flash Back
Café Smokey Club
Cup….
Tiba-tiba ada yang mengecup pipiku sehingga aku tersadar dari lamunanku . Aku menoleh kebelakang. Dan kulihat seorang pria yang mengenakan jaket tebal panjang dengan celana jeans biru tua. Aku langsung berdiri dan berhambur kehadapannya.
“AA….” Teriakku girang. Kupeluk Andri sangat erat untuk melepaskan rasa kangenku. Dia pun balik memelukku dengan erat. Kemudian mencium kening dan kepalaku. Setelah puas melepas rasa kangen ini. Kami pun duduk bersama.
“Hen..Hoe gaat het ?”
(“Hen…Gimana kabarmu?”)
“Atuh A….Sunda aja ngomongnya.”
“Iya..iya” Sudah kuduga, pasti Andri langsung ketus melihat jurus pamungkas ala si ganteng.(Muka memelas, tatapan nanar)
“Aa betah tinggal di Belanda ?”
“Betah Hen…Tapi suka kangen Bandung.”
“Kalau pas lagi liburan, pulang aja atuh A”
“Maunya seperti itu, tapi berat di ongkos. Lebih baik uangnya disimpen aja di tabungan. Si Ibu dan si Neng gimana kabarnya ?”
“Baik A, semuanya sehat. Pengennya punya anak 2, tapi si ibu ngga mau hamil lagi. Cape katanya.”
“Hen….lo mau pesen minum lagi ngga ?”
“Aa aja yang pesen, kopi aku masih ada”
“mam ... heb je een kopje thee ?” tanya Andri kepada pelayan wanita yang tadi melayaniku juga.
(“Bu…Disini ada secangkir teh ?”)
“Ja natuurlijk, hete thee of thee met ijs?”
(“Tentu ada, dingin atau panas ?”)
“hete thee kunt u, Dank u wel ”
(“Teh panas ya Bu, Terimakasih”)
“Si Aa hebat euy bahasa walanda nya mah. Pasti si Aa teh kumpeni(Penjajah Belanda) ya ?”
“Sebarangan kalau ngomong, dijajah dikasur baru tau rasa lo”
“Sok atuh A…Perkosa aku aja, kan sekarang mah aku udah ngga perjaka lagi, tapi aku masih perawan loh. Hehehehe…”
“Haaaa….lo pernah ML dengan laki ? KAPAN ?”
“Atuh A…itu matanya jangan melotot gitu…Si Aa mah ngga rubah dari dulu”
“Ngga rubah gimana Hen ?”
“Jurus siluman ular berbisa nya si Aa, serem pisan lah…”(Pandangan tajam menusuk hati)
“Lo juga sama aja….Jurus pamungkas ala si ganteng, bikin kesel tau”
“Atuh A…..Itu mah andelan aku” Kataku sambil mengeluarkan jurus pamungkas ala si ganteng.
“Iya..iya…Lanjut, lo kapan ml dengan laki ?”
“Si A amah salah paham, kan sekarang teh aku udah punya anak. Perjakaku direnggut sama si Ibu”
“Oh iya ya…Gw lupa, maaf…”
“Ngga akan dikasih maaf…Mahal tau, bayar dulu, baru ntar dikasih maaf ”
“Dari dulu sukanya memeras orang. Sekarang mau dibayar pake apa ?”
“Bayarnya pake badan Aa aja, ntar perkosa aku ya…Heheheh”
“Hedeeehhh…Ntar abis diperkosa, sesegukan lagi dipojok kamar, sambil nyanyi-nyanyi lagu mellow”
“Atuh A….kan aku teh masih perawan tingting. Perawanin ama Aa aja ya.”
“Hen….Walaupun sekarang kamu keluarin itu jurus pamungkas ala si ganteng, aku tetep ngga mau”
“Kenapa Si Aa ngga mau, udah ngga nafsu lagi ya ama aku ?”
“Bukannya ngga nafsu, dari dulu juga lo tuh cinta pertama gw, ngga mungkin lah ngga nafsu lagi.”
“Terus kenapa atuh ngga mau merawanin aku ?”
“HENDRA !!!!!! GW NGGA MAU KALAU LO JADI GAY, PAHAM !!!!!”
“Eee…iii..iya..iya… Si Aa mah meni galak terus sama aku teh”
“Kelakuan lo tuh dari dulu suka bikin kesel orang”
“Tapi kan aku tetep ganteng A…”
“Iya…Tapi jangan sekali-sekali mancing dikasur. Awas loh”
“Iya Aa ku sayang….Si Aa pasti udah ngga perjaka ya ?”
“Ya iya lah udah ngga perjaka. Kan dulu lo yang bikin gw ngga perjaka”
“Weeiiittt…Bukan aku loh,aku kan hanya jadi makelar kodok aja. Hehehehe…”
“Hallo meneer, dit is uw bestelling, geniet van je dag” Kata pelayan wanita sambil memberikan secangkir teh panas pesanan Andri.
(“Halo pak, ini pesananmu, selamat menikmati hari mu”)
“Dank u wel”
(“Terimakasih”)
Andri kemudian memasukkan 2 sendok gula pasir ke dalam cangkir. Aku masih inget pertama kali mengenalnya.
Flash Back
Salah satu SMU di Bandung
~Pov Oktaviandri~
"Teeeettttttt......." terdengar suara bel yang menandakan usainya kegiatan belajar mengajar. Setelah membereskan semua buku pelajaran, gw beranjak pergi menuju kantin sekolah. Sengaja gw makan siang disekolah, karena jam 2 siang gw harus mengikuti bimbingan belajar di jl. Purnawarman.
Setelah gw selesai makan siang, gw berjalan menuju parkiran motor. Belum sempet gw menyalakan motor, tiba2 ada orang yang menepuk bahu gw dari belakang. Pada saat gw lihat kebelakang, wajahnya tidak asing, karena dia seangkatan dengan gw namun beda kelas. Lelaki dengan tinggi kurang lebih 165cm, kulit putih, dan tampang ngga terlalu menarik menurut gw sih. Gw sering lihat dia nongkrong di warung sebelah sekolah bersama anak-anak lainnya.
"Menta duit njing !!!" sambil tangannya memegang baju gw. Gw tatap matanya yang berwarna merah, sepertinya nih orang lagi mabok dan mencoba nge bully gw. Disekolah gw, bully membully sudah biasa terjadi. Kayaknya sudah menjadi tradisi di sekolah ini.
("Minta uang" njing asal kata dari anjing, sapaan kasar dikota ini)
Sebenernya gw ngga takut sama orang yg berdiri didepan gw, karena jika dilihat dari postur tubuh, tinggi gw 177cm, dan sangat proporsional. Gw dari kecil rajin berenang, jadi kulit gw coklat muda kemerahan, karena sering terbakar matahari pada saat renang. Aslinya sih putih, turunan dari bokap gw yang asli belanda. Sedangkan nyokap gw asli orang Indonesia, sehingga muka gw kagak jelas. Kata orang indonesia, gw dibilang muka bule, tapi kalau kata orang bule, gw dibilang muka asia. Banyak cewek-cewek disekolah gw yang naksir dan bahkan menyatakan cintanya. Secara halus gw selalu menolak cinta dari cewek-cewek itu. Bukannya gw pilih-pilih atau sok jual mahal, tapi gw sama sekali ngga tertarik dengan cewek. Gw lebih tertarik liat cowok ganteng. Tapi sampai saat ini, belum ada yang tau status gw adalah gay.
Gw coba bersikap lembut, dan sambil mengajak dia menuju tempat yang sepi di belakang parkiran motor. Setelah gw yakin tidak ada seorangpun yang melihat, tangan kiri gw langsung meluncur ke leher orang ini sambil mendorongnya kearah tembok. Tangan kanan gw siap menghujamkan bogem mentah ke wajahnya yang tengil. Karena dorongan gw cukup kuat, dia pun tidak menyangka dan siap akan mendapatkan perlakuan gw, badan dan kepalanya terbentur ke dinding dibalik parkiran motor.
"Aaahhhrggg....!!" Dia mengerang menahan sakit.
"AYO LAWAN GW !!!, LO PIKIR GW TAKUT AMA LO" Bentak gw. Mata gw selalu awas jika ada gerakan2 yang bakal mengancam diri gw.
"Ampun sob...ampun...." jawabnya sambil mengangkat kedua tangannya.
Daaaa, baru segitu aja udah minta ampun, batin gw. Tapi kenapa orang ini ngga ada perlawanannya sedikitpun. Mungkin karena pengaruh obat2an yang dia tenggak, sehingga hati, pikiran dan gerak tubuh tidak mau saling bekerja sama.
Isengku mendadak muncul, gw mau kerjain nih orang.
"Siapa nama lo?"
"Hendra sob..."jawab dia lirih. Karena lehernya masih gw cekik.
"Buka baju lo !" Tanpa ada perlawanan, dia pun membuk baju seragamnya. Gw liat badannya yg putih mulus, dan perut yang six pack. Lumayan juga nih orang, batin gw. Kok tiba-tiba celana gw jadi sempit ya…? Eh ternyata juniorku baru menggeliat. Hahaha…. Terangsang juga lihat ikan yang siap disantap. Apa gw perkosa aja si Hendra, kan mumpung ngga ada orang nih.
Duh dasar otak homo, ngga bisa aja liat laki telanjang didepan mata, maunya langsung menerkam. (Trio Macan kali ah…)
"Buka celana lo !"
"Jangan atuh sob...Aku malu.."jawabnya dengan suara lirih dan terbata2.
"BUKAAAAA !!!!" bentak gw sambil mencengkram lehernya lebih keras.
"ii...iya sob, ampunn..." dengan pasrah Hendra membuka celana abu-abunya dan hanya sampai lututnya. Hahahaha…cemen juga nih orang. Mau-maunya buka celana di depan gw. Ngga sadar kali ya dia lagi berhadapan dengan siapa.
Gw lepasin cengkraman tangan gw. Ngga sabar ingin melihat tonjolan yang berada dibalik celana dalamnya.
Gw mundur 2 langkah untuk melihat Hendra yg nyaris bugil.
"Haaaa..." Gw kaget melihat celana dalam putih yang sudah basah. Ada noda kuning lembab yang gw yakin itu adalah air seninya si Hendra. Mungkin karena saking ketakutannya, bisa membuat air seninya keluar, walaupun tidak banyak.
Dalam kondisi setengah basah, benda pusakanya bisa terlihat lebih jelas. Lumyan besar juga walaupun dalam keadaan lemas. Sebenernya gw masih ingin berlama-lama meliat tubuhnya yg lumayan seksi.
Untuk menghindari hasrat seksual yang memuncak, gw alihkan pandangan gw ke mukanya si Hendra. Hahaha…mukanya udah merah padam. Matanya juga sudah berkaca-kaca.
Gw yakin kalau satu perintah lagi gw ucapkan, pasti dia bakal mewek. (Pasti tau satu perintah lanjutannya ?) Ahhh….liat mukanya kok gw jadi ngga tega. Pengen sih gw meluk si Hendra, tapi gawat kan kalau dia teriak "Tolong aku mau diperkosa Robot Gedeg..." Bisa digebukin orang sekampung. Panjang deh urusan.
Gw rogoh saku celana gw, mencari sisa uang jajan, ternyata masih ada 5000 perak. Gw lempar lembaran 5000 itu kemukanya dia. "Kalau minta uang yang sopan" dengan suara gw yg sangat ketus.
Lalu gw pergi meninggalkan Hendra yg masih mematung. Sambil melirik jam yang melingkar ditangan gw, masih ada waktu 20 menit lagi sebelum kelas les dimulai. Gw pacu motor kesayangan gw menuju jl. Purnawarman.
~Pov Hendra Hargiana~
“Anj*ing….biadab….Aku maluuu….!!!” “Arrgggghhhhhh !!!!” Umpatku dalam hati setelah kesadaranku pulih 100%. Sambil membenarkan baju dan celana seragam yang tadi dipaksa untuk dilepas. Jahat bener tuh orang, mentang-mentang badannya lebih tinggi dari aku, melecehkan ku seenak jidat.
“Awas ya kalau ketemu lagi, aku kepret loh, belum pernah tuh orang ngerasain dikepret orang ganteng kayak aku !!” Seolah percaya diriku muncul kembali.
“Emang berani ??” ada sesuatu yang membisikan batinku.
“Arrrggghhhhh…..” hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Pikiranku berkecamuk. Seolah aku menjadi orang yang paling teraniaya, lemah dan tak berdaya. Walaupun mataku sudah berasa panas, namun aku harus tegar. Menurut egoku, Lelaki pantang untuk mengeluarkan airmata.
Setelah aku merapihkan baju seragamku, aku teringat sesuatu, dia kan tadi melempar lembaran 5000 perak ke mukaku. Tuh kan bener, ada 1 lembar uang 5000 di dekat sepatuku. Aku injak-injak lembaran uang 5000 itu, untuk melampiaskan nafsuku yang sedari tadi tidak bisa kukeluarkan.
“Emang aku lelaki bayaran !!! Habis dilecehkan terus dikasih duit” aku masih mengumpat dalam hati. Tapi ini juga karena ketololan ku sih. Tadi kan aku cuma iseng aja minta uang. Tujuanku kan buat nge bully dia. Ehh... Kenapa jadinya aku yang di bully ?
Aku melangkahkan kaki meninggalkan parkiran, bermaskud untuk pulang ke rumah. Aku benar-benar galau. Mau marah, terlalu ciut keberanianku. Mau minta maaf, tengsin dong orang seganteng aku kok minta maaf. Atau aku lempar aja lagi uang ini ke mukanya, setelah itu aku melarikan diri? Terus aku dikejar dia sampai mati. Arghhh...pusing aku memikirkannya.
Siapa ya namanya? Aku hanya tahu kalau dia berada disebelah kelasku. Penampilannya sih seperti anak baik-baik yang gampang di bully. Tetapi dia seperti ular berbisa. Ngga percaya, liat aja mukanya yang baby face, cute, penampilan selalu rapih. Tetapi diluar dari penampilan yang terkesan lugu dan menawan, ternyata kelakuannya sangat jahat, bejat, kejam. Seenggaknya pernah sekali dia tega melakukan kejahatannya kepadaku.
Dreett….dreett… kayaknya ada yang sms. Aku merogoh saku celanaku untuk mencari hp ku. Ada 1 pesan sms yang belum terbaca.
My Beib Cantik
+6281833XXXXX :
Sayang, kamu lagi dimana? Ntar sore jadi kan kita nonton?
13.51
Hampir aja aku lupa kalau hari ini ada jadwal nge date ama Rena. Seseorang yang telah setahun ini mengisi hari-hari ku.
H. Ganteng Abis
+6281828XXXX :
Ok Beib, aku jemput kamu jam 4 sore ya.
13.52
Aku pun langsung memacu motorku menuju rumahku yang berada didaerah Buah Batu. Setelah sampai dirumahku, aku parkirkan motorku di halaman depan rumah.
Jika siang-siang begini, hanya ada Bi Neneng pembantuku asli Garut. Kedua orang tuaku sedang sibuk bekerja. Aku anak tunggal. Dari kecil aku selalu merengek kepada ibuku meminta seorang adik. Tetapi sampai sekarang tidak pernah dikasih. Ahhh...andaikan saat ini aku mempunyai adik, pasti sudah aku bully untuk melampiaskan kekesalanku. (Jahat banget ya)
“Eh si kasep tos uwih..” sapa Bi Neneng dengan ramahnya.
(“Eh, si ganteng sudah pulang..”)
“Bi, si ganteng bade ngopi. Punten pang damelkeun nya, sing lekoh kopi na” perintahku, sambil aku bergegas menuju kamarku yang berada di lantai 2.
(“Bi,si ganteng mau minum kopi. Maaf tolong buatkan ya, yang kental kopinya”)
Aku segera melepaskan baju dan celana seragamku. Sebelum aku melepaskan celana dalamku, kulihat ada noda kuning di seputaran juniorku. Astaga……terasa panas mukaku menahan malu. Pasti aku tadi ngompol. Pikiranku kembali teringat kepada kejadian sejam yang lalu. Kuakui tadi aku sangat ketakutan.
Dengan langkah gontai, aku masuk kekamar mandi yang letaknya masih didalam kamarku. Setelah selesai mandi, badanku kembali segar, pikiranku kembali jernih, walaupun masih tersimpan rasa gondok dihati.
Aku pilih baju favorite ku di lemari. Menggunakan kemeja kotak-kotak lengan pandek dipadukan dengan celana jeans biru yang terdapat beberapa robekan di sekitar paha. Kalung kulit dengan liontin kotak logam juga kugunakan, untuk menambah kesan macho. Kusemprotkan sedikit minyak wangi Bvlgari.
“Perfect….!” Gumanku sambil berdiri didepan kaca yang tingginya 2 meter menempel disebelah lemariku. Siap untuk kencan dengan si Beib. Aku yakin setelah kencan bersama Rena, aku akan lupa dengan kejadian tadi siang.
Masih ada waktu 30 menit lagi untuk meninggalkan rumahku menuju rumah Rena.
Aku menuju ruang makan yang terletak disebelah ruang keluarga. Hidangan makan siang telah disiapkan oleh bi Neneng.
“eh…meni kasep pisan, bade kamana atuh?” suara bi neneng terdengar dibelakangku.
(“eh…ganteng banget, mau kemana?”)
“Biasa Bi…Wakuncar (wajib kungjung pacar)” sambil kutuangkan nasi kedalam piringku.
“Tadi bibi masak balakutak, jambal roti, pais oncom jeung hayam goreng, pleuus sambel tarasi. Sepecial buat si kasep” kata bi Neneng dengan bangganya. Bi Neneng selalu menggunakan campuran bahasa Indonesia, Sunda dan sedikit serapan bahasa Inggris yang disundakan.
(“Tadi bibi masak *balakutak, ikan asin jambal, pepes oncom dan ayam goring, ditambah sambel terasi. Special buat si ganteng”)
*Balakutak = Sejenis cumi air tawar, dan jika dimasak, warnanya hitam pekat. Rasanya kenyal dan sangat gurih
Aku hanya bisa melongo mendengarkan celoteh bi Neneng. “Bi, yang kira-kira atuh kalau masak teh, masa si ganteng disuruh makan balakutak, ntar giginya hararideung (hitam-hitam) lagi. Belum lagi sambel tarasi, ntar kalau ngomong ama si geulis(cantik, rena maksudnya), bau terasi atuh.”
“Si bibi mah sengaja mau menjatuhkan harkat dan martabat aku sebagai orang yang paling ganteng se dunia, tega euy…” jawabku sambil mengambil ayam goreng saja. Dan kemudian langsung menyantapnya.
“Si kasep mah aya-aya wae, biasana oge sebakul langsung seep” kata bi Neneng terkekeh sambil meninggalkan meja makan. Dia pikir aku buta ijo apa yang bisa menghabiskan nasi sebakul.
(“Si ganteng ada-ada aja, biasanya juga sebakul nasi langsung habis”)
Setelah selesai makan, aku beristirahat sebentar sambil menikmati kopi yang sudah dibuatkan bi Neneng.
Waktu tempuh menuju rumah Rena sekitar 15 menit dari rumahku. Tidak terlalu jauh jarak antara tempat tinggal ku dan rumahnya Rena. Kulirik jam tangan ku, "Heemmmm....Si ganteng siap beraksi" sambil beranjak dari sofa menuju halaman depan rumahku.
Setelah kunyalakan motor, aku langsung melaju kerumah Rena melewati jl. Buah Batu.
Aku pun tiba dirumahnya Rena hanya dalam waktu 15 menit. Kuketuk pintu rumahnya dua kali. Aku mendengar suara dari dalam yang sudah tak asing bagiku. “Bentar..” Pintu rumah Rena pun terbuka.
“ayo sayang… langsung kita jalan” seru Rena…
Setelah yakin Rena duduk dibelakangku, aku pacu motorku menuju Plaza yang terdapat di jl. Merdeka. Cuaca sore ini sangat cerah. Kepadatan kendaraan sering terjadi menjelang jam-jam pulang kantor.
Sesampainya disana, kita langsung menuju bioskop yang berada di lantai paling atas untuk melihat Film apa saja yang sedang ditayangkan hari ini. Kita memutuskan untuk menonton film drama romantis, supaya lebih romantis lagi pada saat kita berada didalam bioskop. Waktu pertunjukan 18.30, masih ada waktu sekitar 2jam untuk jalan-jalan di seputaran plaza ini.
~Pov Oktaviandri~
Setelah selesai les, gw ngga langsung pulang, gw hendak mampir dulu ke plaza yang berada dibelakang tempat les gw. Setelah memarkirkan motor, gw langsung menuju toko kaset yang berada di lantai 2.
Belum sempat gw sampai di toko kaset itu, pandangan gw tertuju ke sosok orang yang gw kenal.
“Bukannya itu Hendra ? lagi jalan dengan siapa dia ?” batin gw. Menggunakan kemeja kotak-kotak dan celana jeans biru. Ternyata ganteng juga si tengil ini. Lebih baik gw sapa aja, pasti dia masih takut deh ama gw. Gw suka lihat ekspresi muka dia yang ketakutan, semakin gemes aja.
“Hai Hen…” sambil menepuk bahunya dari belakang. Pada saat menoleh, tiba-tiba mukanya berubah seperti gelisah dan ketakutan. Hehehehhe, benar kan dugaan gw.
“Hhh..hei…” sapanya dengan terbata-bata.
“Lagi ngapain lo disini ?” tanya gw sambil melirik kepada cewek yang ada disampingnya.
“Eh..Beib, kenalin ini teman sekolah ku”
Teman ? Sejak kapan kita temanan ? Bukannya kita musuhan. Mestinya dia bilang kenalin ini musuhku disekolah. Jujur dong….Jadi laki harus gentle.
Sambil menjulurkan tangan kanan dan senyum bersahabat, cewek itu berkata “ Rena..”
“Andri…” ucap gw sambil menjabat tangannya sesaat.
“Pada mau kemana kalian ?”
“Kita hanya muter-muter saja sambil menunggu film bioskop dimulai” jawab Rena. Gw lirik Hendra, nampaknya dia masih gelisah dan tidak mau menatap muka gw.
Pasti dia udah ngga nyaman gw ada disini. Muka dia itu gampang banget dibaca. Padahal gw masih betah lihat mukanya si Hendra yang kelihatan lebih ganteng dibanding dia menggunakan baju seragam sekolah. Ahh… ya sudah lah, gw lebih baik meninggalkan mereka saja.
“Ok Hen, Ren, met nonton ya… Gw mau ke toko kaset dulu. Ada yang mau gw beli”
“Sampai ketemu lagi ya Dri…” Balas Rena, gw cuma mengangguk tersenyum kepada mereka berdua. Tetapi gw lihat mukanya Hendra tersenyum kecut. Hehehhehe….besok aja deh gw temuin dia pagi hari sekalian meminta maaf. Ngga enak juga punya musuh di sekolah.
Setelah membeli CD Enigma dan Moment Inspiration, gw langsung pulang ke rumah.
~Pov Hendra Hargiana~
“Anj*ing….Sial…!!!” Maki ku dalam hati. Kenapa hari ini aku ketiban sial melulu ? Ngapain si ular berbisa gentayangan di sini. Pura-pura sok ramah lagi. Huuuuu….Muak aku liat mukanya.
Kembali terekam kejadian yang kualami tadi siang. Emosiku semakin memuncak, tetapi bercampur dengan rasa malu, dan merasa terkalahkan. Untung si ular berbisa itu tidak mengungkit kejadian tadi siang di depan Rena. Kalau sampai terjadi, jurus kepret si ganteng dijamin mendarat dipipinya.
“Arrgghhhhh……”batinku. Aku sangat kesal, tapi mau sama siapa lagi kulampiaskan emosiku. Ngga mungkin kan sama si Beib.
Besok pagi akan kucari dia di sekolah. Setelah aku ketemu dengannya, aku akan lempar lembaran uang 5000 perak yang udah kucel ini. Pasti dia terpana melihat kelakuanku, kemudian akan ku tampar mukanya. Setelah itu aku tonjok perutnya. Pasti dia tersungkur. Sebelum sempat dia berdiri, aku tendang perutnya berkali-kali, pasti KO. Aku yakin dia akan terkencing-kencing ketakutan.
“Sayang….kenapa kok kamu cemberut gitu?” Tanya Rena mengagetkanku dari khayalanku untuk mengalahkan Andri si ular berbisa.
“Eeh… ngga beib” jawabku terbata-bata”
“Kamu kok kelihatan ngga suka ketemu Andri ?” tanya Rena penasaran “Pasti kamu ada masalah dengan Andri ya, dari tadi kuperhatikan mukamu seperti memendam sesuatu kebencian, kenapa sayang?”
Kenapa Rena bisa tau sih….Susah juga menyembunyikan ekspresi muka ini. Punya modal wajah ganteng tapi ngga bakat jadi aktor laga. Paling lakunya main sinetron-sinetron yang ngga bermutu.
“Ngga ada masalah apa-apa kok. Hanya sedikit salah paham. Besok juga bisa terselesaikan.” Kelitku. Aku tidak mau permasalahanku dengan Andri diketahui Rena. Nanti kalau dia tanya lebih dalam lagi, bisa jatuh harkat dan martabat si ganteng di depan matanya Rena.
“Ya udah kalau ngga ada masalah besar, yang penting besok harus bisa dibereskan ya sayang…..Ngga baik punya musuh ”
“Iya Beib….besok aku janji akan membereskannya” Kata ku untuk meyakinkan Rena. Padahal besok aku mau pukul dia sampe babak belur. Aku akan buat Andri merasa terhina, terlecehkan dan teraniaya seperti yang aku rasakan saat ini. “Woooiiii….kayak punya nyali aja ? Sok jago” tiba-tiba ada yang mengagetkan batinku. ARRGGHHHHH…Mengganggu lamunanku aja. Lebih baik aku bersenang-senang bersama Rena.
“Beib…ke atas yuk. Nunggunya di lobby bioskop aja ya, sambil makan jagung pop corn” aku mengajak Rena menuju bioskop.
Part 8
~Pov Hendra Hargiana~
KRIIIIINGGGGGGG...!!!!
Kudengar sayup-sayup suara alarm jam Seiko. Aku bangkit dari tempat tidurku. Setelah itu berjalan menuju sumber suara yang memekakan telinga. Mataku setengah terpejam sambil mencari-cari dimana jam itu berada.
Brakkk…
Seolah kesadaranku pulih 100%, rasa kantukku tiba-tiba hilang berganti menjadi rasa kaget karena aku menabrak lemari bajuku. Sambil menuju kamar mandi, aku matikan jam Seiko yang masih semangat mengeluarkan suara yang memekakan telinga.
Setelah berpakaian seragam lengkap, aku menuju ke ruang makan. Ternyata ibu dan bapakku sudah duduk dimeja makan.
Mamah : "Eh...anaknya mamah teh meni ganteng kieu. Jeung seungit deui. Tos ngadamel PR teu acan? “
(“Eh..anaknya mamah ganteng banget. Dan wangi lagi. Udah buat PR belum ?”
Aku : "Atos atuh mah...Pan anak mamah teh pang rajina."
(“Sudah dong mah…Kan anaknya mamah paling rajin.”)
Papah : "Rajin naon ? Rajin molor atawa rajin bobogohan ?"
(“Rajin apa ? Rajin tidur atau rajin pacaran ?”)
Aku : "Tuh nya si papah mah,sok suudon ka siganteng teh"
(“Tu kan papah, suka berprasangka buruk?”)
Papah : "Ngaku sia, kamari keur naon di bioskop ?"
(“Ayo mengaku. Kemarin lagi apa dibioskop ?”)
Aku : "Nonton pilem atuh pah…. ma'nya ajrut-ajrutan"
(“Lagi nonton film pah….Masa loncat-loncat”)
Papah : "Jeung awe-awe nya ?"
(“Dengan perempuan ya ?”)
Aku : "Hehehehe...naha papah terang ? Janten curiga yeuh...."
(“Hehehehe…Kenapa papah bisa tau ? Jadi curiga….”)
Papah : "Curiga NAON....!!"
(“Curiga APA…!!”)
Aku : "Mah...sigana si papah keur beger deui"
(“Mah…Kayaknya si papah lagi puber lagi”)
Papah : "Eta sungut meni sakata-kata"
(“Itu mulut asal ngomong aja”)
Mamah : "Bener kitu papah keur beger ?"
(“Memang bener papah lagi puber lagi ?”)
Papah : "Ehhh...iyeu indung jeung budak saruana. Ceunah kamari papah dipiwarang milarian kado ulang tahun keur si borokoko."
(“Ehhh…Ini ibu dan anak sama saja. Katanya kemarin papah disuruh cariin kado ulang tahun buat si buruk rupa.”)
Aku : "Si papah mah tega euy…. ganteng kieu disebut borokokok. Teu rido ah...mana kado na ?"
(Si papah tega banget…Ganteng gini dibilang buruk rupa. Ngga rela ah…Mana kadonya ?”)
Papah : "Pan ulang tahun na saminggu deui"
(“Kan ulang tahunnya seminggu lagi”)
Aku : "Ahh bakal pundung ieu mah,mun teu dipasihan kado ayeuna"
(“Ahh akan muntung aja kalau ngga dikasi kadonya sekarang”)
Papah : "Mah, tah tingali budak teh meni nurustunjung"
(“Mah, liat anak ini, suka ngga sopan”)
Aku : "Nurustunjung ge teu kunanaon, nu penting mah ganteng nya mah..."
(“Ngga sopan juga ngga apa-apa, yang penting ganteng banget…”)
Mamah : "Tapi leutik-leutik geus bobogohan, dek jadi naon mun geus gede ?"
(“tapi kecil-kecil udah pacaran, mau jadi apa kalau sudah besar ?”)
Aku : "Iteuh....meni kompak si mamah jeung si papah teh, aya konspirasi ieu mah."
(“Nah loh…kok kompak gini mamah dan papah, ada konspirasi disini.”)
Papah : "Da maneh teu baleg"
(“Kamu nya ngga bener”)
Mamah : "Iya, kamu yang bener atuh hen..."
Aku : "Nyerah lah si ganteng mah,mun papah jeung mamah kompak kieu"
(“Nyerah deh si ganteng kalau papah dan mamah sudah kompakan”)
Aku : "Mah atuh....pang damelkeun adi buat si ganteng, tinggal nyungkeun ka si papah, ncus...ncus...kitu, hamil aja"
(“Mah…buatin adik untuk si ganteng, tinggal minta ke si papah, ncus…ncus…gitu, hamil aja”)
Papah : "Hedeuuuhh....iyue budak bener-bener nurustunjung"
(“Waduhhh…ini anak bener-bener ngga sopan”)
Mamah : "Iya, sok cing mamah dikasih alasan yang tepat,kenapa kamu mau minta adik ?"
Aku : "Kan kalau ada adik teh, hidup si ganteng lebih lengkap, mun kesepian, aya nu ngabaturan, mun cape, aya nu bisa dititah-titah, jeung mun keuheul, aya nu bisa diteunggeulan"
(“ Kan kalau ada adik tuh, hidup si ganteng jadi lebih lengkap, kalau kesepian, ada yang nemenin, kalau cape, ada yang bisa disuruh-suruh, dan kalau lagi kesel, ada yang bisa dipukulin “)
Papah :"BIJIL SIAH....!!"
(“KELUAR KAMU…!!”)
Aku : "Ehh...ii..iya..iya....tapi mana cicisna ?"
("Ehh...ii..iya..iya....tapi mana uang jajannya ?")
Papah : "PAN KAMARI ATOS DIPASIHAN SAJUTA"
(“Kan kemarin sudah dikasih satu juta”)
Aku : "Aduh sugan teh si papah hilap"
(“Aduh dikira si papah itu lupa”)
Papah : “Mah….tah carek budak teh”
(“Mah….Tuh marahin anak itu”)
Aku : “Ampun atuh pah…meni konspirasi wae jeung si mamah teh. Biasana ge pasea wae”
(“Ampun ya Pah….dari tadi konspirasi melulu dengan si mamah. Biasanya juga bertengkar aja”)
Mamah : “Eeee…Ieu budak…meni resep mun kolot pasea teh”
(“Eeee…Ini anak….suka banget kalau orang tua bertengkar”)
Aku : “Aaa…ampun mah…”
Aku : “Si ganteng cakola heula”
(“Si ganteng mau sekolah dulu”)
Aku : “Cemlekum”
(“Assalamualaikum”)
Mamah dan Papah : “Waalaikum salam”
Akupun bergegas pergi meninggalkan rumah menuju sekolah.
~Pov Oktaviandri~
Setelah shalat subuh dan menyiapkan air putih dan kopi susu special untuk ibu tercinta, gw duduk diruang tengah sambil menyalakan tv. Biasanya jam segini ada berita nasional dan internasional.
Selang 20 menit, terdengar suara pintu depan rumah terbuka. Nyokap gw baru pulang dari mesjid.
Ibu. : "Assalamualaikum.."
Gw. : "Waalikumsalam wr.wb"
Ibu. : "Udah shalat belum Dri ?"
Gw. : "Udah Bu..."
Gw. : "Air putih dan kopi susunya sudah Andri taro dimeja makan"
Ibu. : "Terimakasih ya sayang..."
Ibu. : "Nanti siang kamu les ngga ?"
Gw. : "Les Bu, pulangnya sebelum magrib"
Ibu. : "Uang jajanmu kurang ngga kalau sampai sore begitu ?"
Gw. : "Pasti cukup Bu, ngga perlu tambahan lagi"
Ibu. : "kemarin ibu belikan kamu coklat CAP AYAM JAGO, jadi ada cemilan untuk dimakan ditempat les"
Gw. : "Terimakasih ya Bu...Andri sayang banget sama Ibu"
Gw senang banget kalau nyokap gw udah membelikan coklat CAP AYAM JAGO. Sebenarnya bukan karena coklatnya, tetapi itu tanda sayang yang diberikan beliau kepada gw.
Gw beranjak menuju kamar mandi, karena waktu sudah menunjukkan pukul 5.30. Setelah mandi, gw masuk kamar untuk menggunakan baju seragam dan menyiapkan buku-buku pelajaran hari ini. PR semua sudah gw kerjakan.
"Siap berangkat...." Batin gwm
Ibu. :" Dri....sarapan dulu ya sayang. Ibu sudah buatkan nasi goreng"
Gw. :"Ibu juga sarapan ya..."
Ibu. :"Iya sayang..."
Setelah selesai sarapan, gw berpamitan dulu sambil mencium tangan dan kedua pipinya.
Pagi ini gw harus minta maaf ke Hendra. Supaya permasalahannya cepet beres. Kata Pa Ustad sih, bermusuhan lebih dari 3 hari, amal kita tidak akan diterima.
Untung hari ini gw dibeliin coklat CAP AYAM JAGO, bisa dikasihkan ke Hendra sebagai tanda maaf dari gw. Terserah dia mau terima atau ngga, hanya itu yang gw bisa kasih.
Hanya butuh 15 menit, gw sudah sampai di sekolah. Setelah motor terparkir dengan rapi, gw cari orang yang namanya Hendra.
Sepertinya dia belum tiba. Gw tunggu aja dekat tempat parkir motor. Dia juga kalau ngga salah bawa motor.
~Pov Hendra Hargiana~
Jam 6.30 aku tiba di sekolah. Ternyata sudah banyak juga murid sekolah yang datang, padahal jam pelajaran pertama baru akan dimulai 30 menit lagi.
Aku parkirkan motor ditempat biasanya. Baru saja beberapa langkah beranjak dari tempat parkir, tiba-tiba bahuku ada yang memegang. Secara reflek aku menoleh kebelakang.
Astaga…..
“Hai…” sapa Andri. “Lo ikut gw sekarang.” Tanpa persetujuan ku, Andri menarikku kebelakang parkiran motor. Tempat yang sama waktu aku dilecehkan kemarin siang. Bagaikan terhipnotis, aku hanya mengikuti kemana Andri melangkah. Wajahnya sama seperti kulihat kemarin siang. Bengis dan kejam tanpa belas kasih.
“Mati aku….” Batinku. Pagi-pagi udah di Bully sama Andri si ular berbisa. Ingin rasanya melarikan diri. Tapi gimana caranya.
Aku tidak bisa menutupi ekspresi wajahku, antara malu, takut, dan marah, bercampur aduk menjadi satu. Yang bisa kulakukan hanya diam dan mengikuti arahan siluman ular berbisa.
“Lo masih marah ama gw ?” Tanya Andri, tatapan matanya seolah menusuk mataku dan masuk kedalam jantungku. Bergidik juga aku ditatap olehnya.
“Ng..ngga..” jawab ku terbata-tabat sambil kualihkan wajahku melihat kearah sepatuku.
“Kalau ngga, kenapa lo ngga berani natap mata gw ?” Tanya Andri datar.
“Ng… tali sepatuku lepas” sambil jongkok pura-pura membenarkan tali sepatuku.
“BERDIRI LO !!!” bentak Andri. Astaga, dasar siluman ular berbisa. "Woooyy....biasa aja kalau ngomong, ngga usah pake CAPS LOCK" Batinku tanpa bisa terucap di mulutku. Jantungku hampir copot. Aku langsung sigap berdiri.
“Gw tunggu lo jam 13.00 disini. Jangan telat sedetikpun. Kalo lo sampe ngga ada, bayangin sendiri deh apa yang bakal terjadi dalam hidup lo selanjutnya”
Aku hanya bisa mengangguk, sambil melihat siluman ular berbisa pergi meninggalkan tempat ini. Aku menghelai nafas. Begini deh nasib anak yang teraniaya. "Mamaaaaa....tolong anakmu yang paling ganteng ini..."
Aku berjalan gontai menuju kelasku, sambil membayangkan apa yang akan terjadi pada saat pulang sekolah nanti. Selama jam pelajaran, tidak ada satupun yang masuk ke dalam otak ku.
~Pov Oktaviandri~
Gw meninggalkan Hendra yang masih mematung dibelakang parkiran motor menuju kedalam kelas. Sebenarnya gw ngga bermaksud membuat dia ketakutan, tetapi gw suka lihat wajah dia dengan ekspresi ketakutan. Sangat memelas sekali.
Sudah lah, gw ngga boleh terlalu memikirkan Hendra, bisa jatuh cinta sama dia, gawat juga kalau sampai terjadi. Lebih baik gw konsentrasi belajar.
~Pov Hendra Hargiana~
Hari ini waktu terasa begitu cepat. Tiba-tiba terdengar bel berbunyi menandakan jam pelajaran telah usai.
Aku melihat jam yang melingkar dipergelangan tangan kiriku. Masih ada waktu 30 menit lagi aku akan bertemu dengan siluman ular berbisa.
“Heeeehhh….” Hanya helaian nafasku yang keluar dari mulutku. Lebih baik aku tunggu saja dikelas. Teman-teman sekelas ku sudah berhamburan keluar. Tinggal aku sendiri yang berada didalam kelas.
Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul 13.00.
Aku bergegas menuju halaman kosong yang berada dibalik tempat parkiran motor. Sesampai disana, aku tidak melihat Andri ada disana.
Belum sempat aku balik badan untuk meninggalkan tempat ini, ada yang menyapaku dari belakang. Dan aku sangat kenal sekali suara itu.
“Hai..” sapa Andri.
Aku mencoba menarik nafas panjang, mengumpulkan keberanian, dan setelah dirasa cukup, aku balikkan badanku.
"AYO LAWAN GW !!!, LO PIKIR GW TAKUT AMA LO" sukses juga aku mengeluarkan amarah yang dari kemarin aku pendam. Aku copy kata-kata Andri yang diucapkan kemarin kepadaku. Tapi tidak ada reaksi sedikitpun dari Andri. Dia hanya menatap ku yang sudah memasang kuda-kuda.
Tik…tok….tik…tok…..
Kulihat Andri menggaruk-garukan kepala belakangnya dengan tangan kanannya.
"Lo suka foto copy ya? Lo pasti suka nyontek kalau ujian?Lo pasti ngga tau undang-undang hak cipta?Lo pasti ngga pernah baca buku?Lo pasti ngga pernah baca koran?" Tanya Andri tanpa sempat aku mengingat apa aja yang ditanyakannya.
"KAMU PASTI WARTAWAN YA ???" Tanyaku masih menggunakan CAPS LOCK.
"Ngga usah ditekan CAPS LOCK nya....Ntar kalau gw ngompol, lo mau bersihin celana gw ?" Tanya Andri sambil tersenyum. Senyum kemenangan, senyum melecehkan, senyum antagonis, senyum arrrghhh….. Mukaku terasa mulai panas. Aku maluuuu...Ternyata dia tau kalau aku ngompol kemarin siang.
"Arrgggghhhhh....kamu tega, beraninya sama anak kecil. Semena-mena melecehkanku" Aku keluarkan unek-unek yang terpendam dari kemarin siang.
"Cup...cup...cup...udah jangan nangis. Ini Aa bawa coklat. Anak kecil kan suka makan coklat" Kata Andri sambil membuka tasnya, dan mengeluarkan coklat dengan bungkus warna merah putih bergambar AYAM JAGO.
"Ni... Ambil"
"Niat ngga sih kalau ngasih coklat? Tableron atau silverqueen kek kalau mau ngasih..." kataku kesal, karena aku diperlakukan seperti anak kecil yang baru masuk sekolah.
"Aa cuma punya ini, ya udah deh kalau ngga mau, Aa makan aja sendiri...." Sambil membuka bungkus coklat CAP AYAM JAGO.
"Woooooyyyyy.....aku mau. Barang yang sudah diberikan, tidak dapat ditukar atau dikembalikan" kataku sambil merebut coklat dari genggaman tangan Andri. Lumayan rejeki ngga boleh ditolak. Tanpa persetujuan Andri, aku langsung melahap coklat CAP AYAM JAGO.
"Gw minta maaf ya, sebenernya gw ngga ada maksud ngerjain lo seperti kemarin." Ucap Andri sambil memperhatikan ku yang sedang mengunyah coklat pemberiannya.
"Iya aku maafin dengan syarat..." Keluar juga ide buat ngerjain dia.
"Duh kecil-kecil udah pinter diplomatis. Anak siapa sih ini...?" Kata Andri sambil memonyong-monyongkan mulutnya, seperti berbicara kepada anak kecil.
"Woyy....Aku bukan anak kecil" kataku kesal.
"Kan tadi lo sendiri yang bilang. Lupa ya...Aa aja masih inget"
"Udah ahh…...Aku mau pulang aja"
"Ya ampun...gitu aja ngambek. Udah sebutkan syaratnya apaan?"
"Selama satu minggu, kamu harus belikan aku 1 bungkus coklat Silver Queen" Pintaku sambil membatin, masa orang seganteng aku dikasihnya coklat cap AYAM JAGO. Ngga keren banget.
"Itu sih namanya pemerasan. Ngga mau ah" Lanjut Andri.
"Coklat itu masih ngga sebanding harganya dengan penderitaan ku kemarin. Lagian kalau ngga mau beliin juga ngga apa2. Kata Pa Ustad, pintu sorga belum bisa terbuka, sebelum mendapat maaf dari orang yang teraniaya" jawabku santai.
"Iya...iya... Besok gw beliin coklat Silver Queen deh" Jawab Andri dengan ekspresi kesal.
"Kalau ngga Ridho, ngga usah deh. Ngga enak makan barang haram" kilah ku
"Iya ade manis....Besok aa belikan deh. Jangan cemburut lagi ya..."Kata Andri sambil memamerkan sederetan gigi yang putih bersih.
"Yes..."Batinku, akhirnya dapat coklat gratis selama seminggu.
"Udah ya, aku mau pulang dulu. Besok aku tunggu coklatnya..."
"Ok Hen...Gw juga mau balik."
~Pov Oktaviandri~
Kami sama-sama menuju parkiran motor. Setelah menyalakan motor, gw dan Hendra beriringan meninggalkan tempat parkiran motor.
Selama dijalan gw masih memikirkan kejadian barusan. Selama seminggu kedepan, uang jajan gw langsung habis untuk beli coklat Silver Queen. Tapi ngga apa-apa deh, demi maaf dan demi Hendra juga, gw rela. Hendra padahal tidak terlalu cakep,tetapi ada yang sangat menarik dari ekspresi wajahnya. Pada saat dia senyum, cemberut atau pada saat dia mau nangis, bikin gemes.
Setelah melewati jl. Moh. Toha, kubelokan motorku ke jl. Ciateul yg sekarang sudah berubah nama menjadi jl. Ibu Inggit Garnasih, dan sampai juga di rumah. Setelah gw parkirkan motor, gw masuk kedalam rumah.
"Assalamualaikum...." sapa gw setiap pulang kerumah.
" Waalaikumsalam...." jawab nyokap gw. Langsung gw cium tangannya kemudian kedua pipinya. Gw lihat beliau baru selesai menyiapkan makan siang.
"Masak apa hari ini bu ?"
"Ada tempe goreng, sayur asem dan sambel tomat. Itu ibu udah siapin intip juga, tinggal dikasih garem" Jawab nyokap
(Pasti banyak yang ngga tau intip. Intip itu kerak nasi agak gosong. Biasanya jika memasak nasi dengan cara di liwet, dasar pancinya akan menghasilkan kerak nasi.)
Intip adalah makanan favorite gw. Rasanya agak pahit dan agak keras, dengan aroma khas nya yang berbau gosong. Biasanya dijemur dibawah matahari, setelah kering, digoreng. Tetapi gw lebih suka langsung dimakan tanpa ada proses lanjutan.
"Sembahyang dulu Dri, lalu ganti baju. setelah itu ibu tunggu kamu dimeja makan"
Gw langsung mengikuti perintahnya. Setelah sembahyang dan ganti baju, gw duduk di meja makan. Selama acara makan siang, kami selalu berbincang-bincang. Topiknya kadang seputar berita terkini, keadaan sekolah gw, atau hal-hal lainnya yang gw anggap sebagai wejangan penting agar gw tetap bersyukur dan menjadi orang yang berguna kelak.
BERSAMBUNG
Ceritanya bagus
keren.. lanjut yaaa..
hheu
tp td sempet bingung, soalnya dri hendra POV tiba2 jadi ke ferdi.
tp keren kok.
^_^
@05nov1991 : Semoga part selanjutnya tidak membuat bingung.