It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
~Pov Oktaviandri~
Setelah membereskan buku-buku pelajaran, gw langsung bergegas ke mini market yang berada di samping sekolah. Selama 1 minggu, gw harus beli coklat Silver Queen buat si Hendra. Hari ini gw sama sekali ngga bisa jajan, karena uang jajan harian hanya cukup untuk membeli 1 bungkus coklat Silver Queen. Tadi pagi gw sengaja bawa kotak yang berisi nasi dan sepotong tempe plus sambel. Gw juga bawa botol minuman yang sudah diisi air putih. Kayak anak TK. Tapi daripada gw kelaperan, setelah pulang sekolah kan masih ada les di jl. Purnawarman.
Setelah gw beli 1 bungkus coklat, gw cari makhluk yang bernama Hendra. Gw lihat dia sedang menuju tempat parkir. Gw bergegas menemuinya.
"Hei...."sapa gw sambil menyodorkan coklat yang dia minta.
"Nuhun nya A..." jawabnya sambil menyunggingkan senyuman manja.
(Terimakasih ya Kak...")
"Aaahhhh....."Desah gw didalam batin, gw suka banget lihat dia tersenyum. Ngga sia-sia deh gw bayar dengan sebungkus coklat demi melihat senyumnya itu.
"Sawangsulna..." jawab gw dengan bahasa yang sama.
("Sama-sama...")
"Besok si ganteng perlu ini lagi" sambil mengacungkan coklat yang telah dia buka bungkusnya.
"Itu mulut ama otak harus direparasi dulu ke bengkel motor. Dari sisi mananya bisa dibilang ganteng?" Sambil gw tunjuk mukanya.
"Biarin... Yang penting mah ganteng" jawab Hendra sambil ngeloyor menuju parkiran motor.
Gw melihat dia sesaat, kemudian berbalik arah menuju kelas gw. Keaadan kelas sudah sepi. Cocok lah, saatnya mengeluarkan bekal yang sudah disiapkan tadi pagi. Jika perut terasa lapar, apapun yang dihidangkan terasa nikmat. Tapi emang dasarnya gw penyuka segala jenis makanan. Prinsip gw dalam menilai makanan, hanya ada 2, nikmat dan nikmat sekali.
Gw mungkin cocok menjadi pembawa acara wisata kuliner, karena apapun makanannya, gw akan bilang enak. Tapi kalau gw disuruh jadi juri Master Chief, berantakan pasti itu acaranya.
Setelah menghabiskan makanan yang gw bawa. Gw langsung pergi menuju tempat les.
~Pov Hendra Hargiana~
"Yaaa...Besok aku ngga akan dapat coklat gratis lagi deh...." Keluhku dalam hati, hari ini genap satu minggu Andri memberikan satu bungkus coklat Silver Queen.
"Hei..." Seperti biasa Andri menyapaku pada saat aku menuju tempat parkir motor. Dia langsung menyerahkan satu bungkus coklat Silver Queen.
"Ini yang terakhir ya gw beliin lo coklat. Berarti gw udah bisa dapat maaf dari lo"
"Nuhun pisan A, sing amal na Aa ditampi Gusti Nu Agung, Amin..." jawabku sambil mengangkat kedua tanganku.
("Terima kasih banyak kakak, semoga amal kakak diterima Tuhan Yang Maha Agung, Amin...")
"Amin...." jawab Andri sambil mengusap muka dengan kedua tangannya.
"Gw balik kekelas dulu ya. Ada yang ketinggalan."
"Ok A..." jawab ku.
Kemudian Andri berbalik arah menuju kelasnya. Kalau aku perhatikan, kenapa setelah memberikan coklat kepadaku selalu Andri balik kekelas. Kok ngga langsung pulang. Aku penasaran apa yang sedang dia lakukan didalam kelas.
Kulihat Andri sedang membuka sebuah kota makanan. Kayak anak kecil aja, bawa makanan kesekolah.
"Woooiiiii.....ini kelas khusus kakak-kakak SMU, bukan Taman Kanak-kanak. Ade pasti nyasar ya....?" tanyaku sambil terkekeh melihat ekspresi wajah Andri yang terkaget-kaget.
"Kucluk…Hantuu..!! Untung jantung gw ngga copot. Ngapain lo kesini" tanya Andri ketus.
"Sabar atuh A...Jangan marah-marah, ntar tambah tua. Hehehe....Makan apaan A ?" tanyaku, sambil lihat apa yang dia bawa didalam kotak makannya. Ada nasi, 2potong tahu goreng, tumis kacang panjang dan sambel bawang.
"Liat aja sendiri." jawab Andri
"Si Aa meni rajin mawa bekel ka sakola" puji ku. Tapi kok simple banget bawanya. Ngga kulihat ada potongan daging. Mungkin Andri vegetarian, batinku.
("Si kakak rajin banget bawa bekal makanan ke sekolah")
"Ini kan gara-gara lo juga" Jawab Andri sambil menyantap makan siangnya.
"Kok aku yang disalahin ?" tanyaku heran.
"Jatah uang jajan gw habis untuk beli satu bungkus coklat. Makanya gw bawa nasi."
"Salah sendiri, kenapa jadi orang suka melakukan pelecehan terhadap anak kecil. Untung aja cuma disuruh beli coklat, coba kalau sampai dilaporkan ke Kak Seto, bisa panjang kan urusannya." kilahku. Timbul perasaan bersalah juga sih, tapi sedikit aja perasaannya. Hehehehe... Masa uang jajan hanya seharga coklat Silver Queen.
"Mau ngga ?" Tanya Andri
"Suapin atuh A" kataku iseng. Hehehe...
"Buka mulutnya..." kata Andri sambil mendekatkan sendok makan yang telah terisi nasi dan potongan tahu.
Nyam...nyam...Enak juga, sambel bawangnya lumayan agak pedas.
"A, minta minum ya..." tanpa persetujual Andri, aku menegak air putih yang berada di mejanya.
"Mau lagi ngga ?" tanya Andri
"Udah ah, ntar Aa makannya kurang, lagian aku mau makan coklat aja." Sambil mengeluarkan coklat Silver Queen pemberiannya. Aku perhatikan, dia sangat lahap sekali, dan makanan yang dibawanya telah berpindah semuanya ke dalam perutnya.
"A, mau coklat ngga ? "tanyaku
"Ngga ahh...barang yang sudah diberikan, tidak dapat ditukar atau dikembalikan." kata Andri sambil tersenyum.
"Yeee....Foto copy." kataku ketus. Itu kan kata-kataku.
"Kan belajar dari lo.." Kata Andri terkekeh. Dia mengeluarkan coklat juga. Haaaa... Coklat CAP AYAM JAGO.
"Mau ngga ?" tanya Andri
"Ngga mauu...masa orang seganteng aku, makannya coklat CAP AYAM JAGO. Gengsi dong..."
"Ya udah kalau ngga mau, awas ya kalau minta lagi.." jawab Andri sambil membuka bungkus coklat yang berwarna merah putih itu.
"Enakan yang ini..." kilahku.
Kita berdua sama-sama sedang menikmati coklat, namun berbeda kasta.
"Aa…abis ini mau kemana lagi ?"
"Gw ada jadwal les jam 14.00 di jl. Purnawarman. Lo mau kemana ?"
"Mau langsung pulang aja, ada PR matematika yang harus dikumpulin besok. Itu guru matematika kalau kasih PR ngga kira-kira, susah banget. Kalau ngga ngerjain suka di suruh berdiri didepan kelas sampe beres pelajaran. Seremmm..."
"Bukannya susah, tapi lo nya aja yang ngga pernah menyimak. Gw sih udah beres dari minggu lalu."
"Ajarin atuh A....Dikasih contekan juga boleh lah..."
"Ntar sore aja kerumah gw. Ntar gw ajarin deh. Gw ada dirumah sekitar jam 6 sore."
"Rumah Aa teh dimana? Ada no hp ngga?"
"Di Jl. Ciateul Hen, ntar telp aja ke rumah. Gw ngga punya ponsel"
"Ntar sore aku kerumah Aa ya..."
"Iya gw tunggu. Sekarang gw mau les dulu ya. Takut telat."
Akhirnya aku dan Andri pergi meninggalkan sekolah yang sudah sepi. Aku pacu motorku menuju Buah Batu.
~Pov Hendra Hargiana~
Setelah sampai dirumah, seperti biasa orang tuaku masih sibuk bekerja. Hanya ada bi Neneng pembantuku asli Garut yang aku jumpai.
Aku langsung menuju kamarku yang berada di lantai 2. Aku nyalakan AC kamarku. Setelah itu kurebahkan badanku sambil menyalakan televisi. Acara favorite ku adalah channel MTV.
Sayup-sayup kudengar ketukan dipintu kamarku. Dengan malas kubuka mataku. Rupaya aku ketiduran, acara tv pun masih menayangkan musik-musik Top Ten.
"Kasep...kasep..."Suara bi Neneng dengan logat sundanya.
"Aya naon Bi..?" tanyaku sambil kulirik jam Seiko yang bertengger di meja belajarku. Sudah 2 jam aku ketiduran,
("Ada apa Bi..?")
"Ada telepon dari Ahmad" Rupanya temen band ku yang menghubungi ku.
"Tutup aja telepon yang dibawah. Nuhun nya Bi" Kebetulan telepon rumah aku paralelkan kekamarku. Supaya tidak repot harus turun kebawah jika ada telepon.
"Halo..."
"Pasti keur molor nya?" Tanya Ahmad.
("Pasti lagi tidur ya?")
"Maneh mah bisa na ngaganggu kasenangan urang wae. Aya naon Mad ?" tanyaku
("Kamu bisanya mengganggu kesenangan aku aja. Ada apa Mad ?")
"Engke sore latihan band jam sabaraha? Barudak naranyakeun ka urang"
("Nanti sore latihan band jam berapa? Temen-temen pada tanya ke saya")
"Astaga, urang poho pisan Mad, punten sigana urang teu bisa ngiluan latihan. Aya tugas sakola. Pang bejakeun ka barudak nya" Aku bener-bener lupa kalau hari ini ada jadwal latihan band. Aku pegang Bass.
("Astaga, saya lupa banget, maaf kayaknya saya ngga bisa ikut latihan. Ada tugas sekolah. Tolong bilang ke temen-temen lainnya ya.")
"Maneh mah teu baleg...nya engges atuh nya. Isukan deui we latihan na"
("Kamu ngga bener...ya udah kalau gitu. Besok aja lagi latihan nya")
"Iya Mad, punten pisan nya"
("Iya Mad, maaf banget ya")
Setelah kututup telepon dari Ahmad, aku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
~Pov Oktaviandri~
"Asalamualaikum..." sambil kubuka pintu rumah gw.
"Waalaikumsalam..."Jawab nyokap gw. Seperti biasanya gw selalu mencium tangan kanannya dan kedua pipinya.
"Bu, nanti ada temen Andri yang mau kesini. Katanya mau belajar bersama. Namanya Hendra."
"Ya udah kamu mandi aja dulu, supaya seger badannya. Nanti temenmu mau datang jam berapa? Nanti sekalian makan malam bersama disini."
"Jam 6 sore sampai sini Bu.... Andri mandi dulu ya Bu….."
"Iya sayang..." jawab ibu gw sambil mengacak-ngacak rambut gw.
Setelah mandi, gw siap-siap untuk menunaikan shalat Magrib.
~Pov Hendra Hargiana~
Tok...tok...tok....
"Assalamualaikum..." Sapaku. Ternyata tidak sulit mencari rumahnya Andri.
"Waalaikumsalam..." Terdengar suara Andri dari dalam rumahnya. Andri membukakan pintu rumahnya. Kulihat Andri menggunakan kaos oblong dan sarung, nampaknya dia akan shalat magrib.
"Masuk Hen..." Andri mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. Rumahnya sangat sederhana sekali. Jika dilihat dari tampangnya yang blasteran, pasti banyak orang yang mengira kalau dia dari kalangan orang elite.
Aku menjadi sangat bersalah kepada Andri. Selama 7 hari Andri sama sekali tidak jajan karena harus membelikan 1 bungkus coklat Silver Queen untukku. Padahal jika sehari saja seluruh uang jajanku, aku belikan coklat Silver Queen, bisa dapat 30 batang coklat, bahkan lebih.
Kulihat ruang tamunya yang tidak terlalu besar, disebelah kanan terdapat kursi tamu yang sederhana, namun tertata rapih. Disalah satu dindingnya, tergantung sebuah foto keluarga. Kulihat Andri yang jauh lebih muda bersama kedua orang tuanya. Tapi kulihat kedua orang tuanya tidak ada yang mirip dengan Andri.
Meja makan yang bersatu dengan ruang keluarga dan bersatu dengan ruang tamu, tidak ada sekat pembatas. Kulihat hanya ada 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dibelakang rumah kulihat dapur yang bersatu dengan tempat menjemur pakaian.
"Ada siapa aja di rumah A...?" Tanya ku.
"Hanya ada nyokap gw, lagi dikamar. Mungkin lagi shalat magrib. Lo udah shalat belum ?"
"Belum, Aa udah shalat magrib belum? Kalau belum, jamaah ya..."
"Lo wudlu dulu di kamar mandi, abis itu gw tunggu lo di kamar gw." Kata Andri sambil menujuk kamar nya.
Aku langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu. Setelah itu masuk kedalam kamarnya Andri. Kamarnya tidak sebesar kamarku, ukurannya 3 x 3 meter saja. Kulihat kasur busa tergelar di sudut lantai kamarnya, meja belajar yang terdapat tape compo dan buku-buku pelajaran yang tertata rapih, serta sebuah lemari baju.
Andri telah mempersiapkan 2 sejadah dan sebuah sarung buat kugunakan. Kami pun melakukan shalat magrib berjamaah. Andri menjadi imamnya, setelah selesai shalat, aku bersalaman dan hendak mencium tangannya. Tapi dengan sigap dia tarik. Walaupun kami dilahirkan ditahun yang sama bulan yang berbeda. Aku bulan Januari sedangkan Andre bulan Oktober. Secara umur, aku lebih tua dibanding Andri, namun jika dilihat dari cara berfikir, Andri jauh lebih dewasa dibandingkan diriku. Oleh sebab itu, aku selalu memanggil dia Aa.
"Hen, makan malam dulu ya, nyokap gw udah nyiapin makan malam buat kita"
"Aa…aku makannya ntar aja, masih kenyang." Kilahku, bukan karena kenyang juga, tetapi aku sungkan dengan Andri dan ibunya, baru aja pertama kali datang kesini, sudah langsung minta makan.
"Wuuaaa....iii..iya...iya..." aku terkejut melihat Andri tiba-tiba menatap tajam kepadaku. Selalu seperti itu, tatapan dingin seperti siluman ular berbisa.
"Nah gitu...nurut kalau dikasih tau"
"Atuh A, meni galak pisan ke aku teh, jeung eta panon meni siga orai berbisa dek matuk"
("kakak, galak banget kalau dengan aku, dan itu matanya seperti ular berbisa yang akan memangsa")
"Iya..iya...dasar bawel, yuk keluar, nyokap gw sepertinya udah nungguin di meja makan."
Aku pun mengikuti Andri keluar kamarnya. Dan kulihat Ada perempuan yang kutaksir usianya sekitar 60 tahunan, kelihatannya seumuran dengan nenekku.
"Bu, kenalin ini temennya Andri" kata Andri sambil mendorongku kedekat ibunya.
"Eee...Saya Hendra Tante.." kataku canggung sambil menjabat tangan kanannya.
"Makan malam sama-sama nak Hendra, tapi seadanya aja ya." Kata ibunya Andri dengan logat khas jawa.
"Iya Tante..."Aku masih sangat canggung disini, tatapi ibunya Andri sangat hangat menyambutku disini. Aku berusaha senormal mungkin dalam bersikap.
Andri membuka tudung saji, kulihat ada sayur asem, ayam dan tahu goreng, tumis kangkung dan sambal tomat. Tampak sangat menggiurkan. Andri pun memberikan piring yang telah diisi nasi kepadaku. Astaga...banyak banget nasinya.
"Aa...." Belum beres aku menyelesaikan kalimatku, Andri menatapku dengan tajam. Aku hanya bisa pasrah aja untuk menghabiskan nasi yang ada dipiringku.
Setelah selesai makan, aku dan Andri masuk kedalam kamar untuk mengerjakan PR matematika.
~Pov Oktaviandri~
“Hen, mau coklat ngga ?” Tanya gw ke Hendra yang sedang rebahan dikasur.
“Mau….Mau….Mau…” Jawab Hendra semangat.
“Nih…..”Kata gw sambil menyodorkan coklat CAP AYAM JAGO.
“Kalau Bapak kemana A ?” Tanya Hendra sambil membuka sebungkus coklat dan memakannya.
“Bokap gw udah meninggal pada saat gw masih SD”
“Eh Maaf Aa….”
“Ngga apa-apa Hen….Udah lama banget kok”
“Aa….mau tanya lagi, boleh ya…? Tapi jawabnya jangan pake marah”
“Tanya aja Hen..”
“Kenapa orang tua Aa kok ngga ada yang mirip sama Aa ?”
“Dulu juga gw sempet berfikir kayak lo gitu, tapi gw ngga berani nanya ama nyokap. Waktu gw lulus SMP, nyokap gw cerita.”
“Nyokap dan bokap gw dulu pegawai negeri, Sebenernya mereka asli Jogja, tetapi lama tinggal di Jakarta, sebelum mereka pensiun, mereka hijrah ke kota ini. Mereka tidak dikaruniai seorang anak pun. Sehingga menjelang pensiun, mereka memutuskan untuk mengangkat anak. Setelah beberapa lama mereka berusaha mencari info keberbagai bidan dan rumah sakit bersalin, akhirnya mereka mendapatkan kabar dari salah sorang dokter yang bertugas di rumah sakit bersalin yang berada di daerah Rawamangun Jakarta Timur, bahwa ada seorang ibu muda yang ingin menggugurkan kandungannya, karena pacar lelakinya tidak mau bertanggung jawab dan memilih kembali ke negara asalnya, yaitu Belanda.”
“Bersama dokter kandungan, mereka membujug ibu muda tersebut agar mengurungkan niatnya untuk menggugurkan kandungan yang sudah berusia 4 bulan. Selain bisa membahayakan keselamatan ibu muda itu, perbuatan tersebut ilegal dan akan mendapatkan sanksi hukum pidana.”
“Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya ibu muda itu setuju untuk tidak menggugurkan kandungannya, dan akan menyerahkan anaknya jika sudah lahir. Seluruh keperluan ibu muda dimulai saat itu, sampai dengan melahirkan, orang tua gw yang menanggung. Bahkan ibu muda tersebut tinggal bersama orang tua gw selama masa hamilnya.”
“5 bulan penantian tidak terasa, lahirlah seorang bayi lelaki sehat dengan berat badan 3.5kg, kemudian diberi nama Oktaviandri. Setelah proses persalinan selesai, ibu muda itu pergi meninggalkan bayi yang baru dilahirkannya. Dan sampai sekarang gw ngga tau keberadaan kedua orang tua kandung gw. Namun gw merasa bahagia dibesarkan oleh kedua orang tua angkat. Perhatian mereka terhadap gw, selayaknya anak kandung sendiri. Dan sampai saat ini pun gw tidak pernah menganggap mereka orang lain.”
“Selang 2 tahun kepindahan gw dari Jakarta kesini, bokap gw pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Hari dimana bokap gw meninggal, tak ada air mata yang keluar dari mata nyokap gw. Tapi gw sangat yakin, orang yang paling terpukul adalah nyokap. Setelah proses pemakaman, nyokap hanya berdiam diri dikamar sampai keesokan harinya. Beliau tidak mau terlihat sedih didepan gw, dan selalu meyakinkan gw kalau semuanya baik-baik saja.”
“Kehidupan kita berdua masih bisa berjalan lancar walaupun tidak berlebihan. Nyokap gw hanya mengandalkan uang pensiun yang beliau terima setiap tanggal 1.”
“Setelah cerita sejarah asal usul gw, nyokap gw memberikan 1 pak coklat CAP AYAM JAGO, sebagai tanda bahwa nyokap gw itu sayang banget sama gw. Beliau berpesan, jangan marah dan benci sama beliau. Walaupun gw bukan anak kandungnya, tapi gw adalah harta yang paling berharga buat mereka, begitu kata nyokap gw”
“Jadi si Aa teh turunan kumpeni (Penjajah Belanda) ?”
“Sepertinya sih iya Hen…”
“Pantes si Aa galak pisan kalau sama aku teh”
“Siapa bilang galak, gw kan sudah minta maaf”
“Syukur kalau si Aa ngga galak, pinjem PR matematikanya kalau gitu…”
“Kucluk….!! katanya mau diajarin matematika, kalau hanya nyalin, kapan bisanya ?”
“Tuh kan si Aa mah, katanya ngga galak, tapi itu panon (Mata) meni molotot gitu ?”
“Lo nya tuh yang nyebelin…”
“Atuh A….pinjem ya..?” kata Hendra dengan muka memelas dan mata nanar. Susah nih nolaknya kalau dia sudah pasang ekspresi wajah seperti ini. Sangat menggemaskan, gw suka banget.
“Iya..iya….Nih PR nya” kata gw ketus sambil menyodorkan PR matematika.
“Makasih ya Aa….si Aa mah Bageur pisan (Baik banget)”
“Aa teh jangan suka melotot gitu ke aku. Kayak siluman ular berbisa, aku mah takut”
“Iya, kamu juga jangan suka ngeluarin jurus pamungkas lah, mata nanar, muka memelas. Takluk lah”
Setelah beres mengerjakan PR matematika, Hendra pamit pulang. Hati gw seneng banget Hendra mau main ke rumah. Sepertinya gw merasakan ada benih-benih cinta. Aaahhh….gw kan masih SMU, harus rajin belajar, ngga boleh mikirin cinta.
Hendra…..Hendra….Hendra….
Astaga…..gw kepikiran dia terus.
End of Flash Back
Hotel Ibis Amsterdam Centraal
~Pov Oktaviandri~
“Hen, malam ini lo tidur dimana ?”
“Di hotel Ibis Amsterdam Centraal A…”
“Ooo…yang deket dengan station Amsterdam Centraal kan ?.”
“Iya…Aa nginep disitu ya ntar malam”
“Emang lo ngga takut kalau gw nginep disitu ?”
“Kenapa mesti takut ?”
“Kalau sampai terjadi sesuatu hal gimana ?”
“Itu yang diharapkan Aa ku sayang. Heheheheh…..”
“Ngaco ah…..!!”
“Tapi si Aa mau kan…?”
“Udah ya Hen, jangan goda terus ya..”
“Siap A….Ntar aku goda terus”
Hedehhh…susah ngomong sama Hendra, harus ada kekerasan baru dia nurut.
“Eee…ii..iya..iya A…Ngga akan goda-goda Aa. Tapi itu matanya jangan melotot kayak gitu. Serem A…”
“Makanya kalau dikasih tau itu jangan suka bantah. Sukanya bikin orang kesel aja”
“Hayu atuh A…kita jalan ke hotel.”
“Jalan kaki aja ya Hen, sekalian liat-liat.”
“Iya Aa….”
Kami pun berjalan kaki menuju Station Amsterdam Centraal. Jaraknya tidak terlalu jauh. Disepanjang jalan menuju hotel, terdapat sederetan toko yang menjual berbagai macam barang dan makanan. Beberapa saat kemudian, terlihat bangunan hotel Ibis Amsterdam Centraal.
Hotel Ibis Amsterdam Centraal sangat unik, letaknya bersebelahan dengan station kereta, dan salah satu bangunannya disanggah oleh 10 tiang beton. Dibawah bangunan hotel, terdapat rel kereta api. (Gambar terlampir di Facebook)
Kami pun langsung menuju kedalam kamar, karena Hendra telah cek in terlebih dahulu. Gw langsun membuka jaket tebal musim dingin. Hendra pun ikut membuka jaketnya. Dia hanya menggunakan kaos oblong. Ternyata badannya tidak berubah, masih tetap atletis.
“Hen…ntar malam lo mau makanan jenis apa ?”
“Pengen makan roti yang pake lelehan keju panas, kayaknya enak pisan”
“Itu namanya raclette”
“Raclette itu apa A…?”
“Raclette itu irisan keju yang dipanaskan sampai meleleh. Sebenernya itu khas swiss dan prancis. Hanya ada kalau lagi musim dingin seperti sekarang ini. Raclette ngga hanya dimakan dengan roti tetapi juga bisa dengan sayur-sayuran atau apapun, langsung dimakan tanpa apapun juga bisa Hen.”
“Aa udah pernah nyobain belum ? Rasanya kayak gimana ?”
“Pernah Hen…Rasanya yummy banget lah, penyajiannya lelehan keju dicampur kentang dan bumbu-bumbu lada hitam serta paprika.
“Ihhh si Aa mah….Aku jadi ngacai (ngences) gini. Kabita(tertarik) atuh A…..”
“Ntar ya kita pergi ke pasar malam Winterland”
“Siap A….”
“Aa….Aku bawa kado ulang tahun buat Aa. Maaf ya kalau telat.”
“Hen…Lo ngerepotin aja dari dulu. Gw masih belum bisa membalas kebaikan Lo.”
“Atuh A…..Jangang gitu lah.”
“Iya..iya…” Jawab Andri Ketus.”Boleh dibuka ngga ?”
“Buka aja A…Jangan lihat harganya ya A, lihat kasih sayangnya aja.”
“Iya Hen….Lo kesini saja, gw udah senang banget”
Kulihat Andri membuka bungkus kado ulang tahunnya. Aku berharap semoga dia senang menerimanya.
“HENDRA !!!!” Muka Andri terbelalak melihat hadiah ulang tahun dariku.
“Kenapa A…?”Tanyaku bingung.
“Lo ngga boleh boros. Ini kan mahal banget.”
“Atuh A….Kan uang mah bisa dicari. Dari dulu hp Aa ngga pernah ganti. Aa ganti hp baru aja ya” kataku sambil menunjukkan ponsel Iphone 4G’S berwarna putih.
“Gw senang banget terima kado dari lo Hen….Tapi lo ngga marah kan gw ganti hp lama dengan yang baru ?”
“Ya ngga atuh A…masa marah kalau Aa ganti hp baru”
“Bukan gitu Hen…Hp yang ini sejarahnya luar biasa. Makanya gw sayang banget sama hp ini sama seperti rasa sayang gw kepada orang yang kasih hp ini.”
“Ahhh si Aa mah….Jadi keinget jaman dulu waktu Aa baru punya hp.”
Kami pun terlena untuk kembali ke masa SMU kelas XI, pada saat kita mengikuti study tour ke Jogjakarta.
~Pov Oktviandri~
Liburan akhir semester ganjil masih 1 bulan lagi. Sudah menjadi tradisi disekolah kami mengadakan study tour khusus untuk siswa kelas XI. Tujuan kali ini adalah Jogjakarta. Dibantu oleh ketua kelas sebagai koordinator pengumpulan dana untuk biaya perjalanan.
Sebenernya gw memilih dirumah saja, liburan bersama nyokap gw. Walaupun cuma hanya diajak kepasar aja, gw udah seneng banget. Yang penting gw deket dengan nyokap, nyaman deh...Selain itu juga, alasan gw ngga mau ikut study tour, butuh dana yang besar. Dan gw tau keadaan ekonomi nyokap gw.
"Woiiii.....!!!" tiba-tiba ada yang mengagetkan gw. Tapi gw tau banget siapa pemilik suara itu.
"Kebiasaan ya... Gw cium baru tau rasa" kataku ketus.
"Weiittt...ngga boleh. Kata kakek, ciuman itu dilarang."
"Kan sekarang kakeknya sedang bobok, sini mulut lo, gw lumat ampe merem melek" sambil gw tarik kepalanya si Hendra
"Wuuuaaaaa....A atuh...jangan suka melecehkan anak kecil. Pedopilia tuh hukumannya pidana." kata Hendra sambil menarik kepalanya, untuk menghindari ciuman gw.
"Makanya kalau nyapa orang ngga usah pake ngagetin" Jawab gw ketus sambil gw tatap wajanya. Semakin sering gw liat dia, semakin cinta. Tapi sampai saat ini gw ngga berani berbicara sedikitpun tentang perasaan gw kepada Hendra. Walaupun kelakuan hendra seperti anak kecil, kadang manja, kadang nyebelin, tetapi gw ngga yakin kalau dia sama seperti gw.
"Aa....itu matanya jangan melotot gitu....Serem liatnya tau"
"Aku mau tanya, si Aa ikut ngga ke Jogjakarta ?"
"Gw kayaknya ngga ikut Hen..."
"Kenapa Aa ngga mau ikut ?"
"Gw ngga berani minta uang ke nyokap gw. Lo kan tau sendiri kondisi gw kayak gimana, lagian gw lebih suka tinggal ama nyokap"
"Atuh A....Ikut ya....Ntar kan bisa sekamar bareng." Rajuk Hendra sambil mengeluarkan jurus maut si ganteng.
"Arrgghhhhh....." Gw paling benci kalau liat Hendra udah pasang muka memelas kayak gitu.
"Si Aa mah..jadi marah-marah gitu"
"Iya, muka lo tuh !!!"
"Gw coba bilang ke nyokap gw dulu ya, tapi ngga janji bakal ikut"
"Asikkk.....Aa, ntar aku kerumah ya ?"
"Mau ngapain !"Jawab gw ketus, sebenernya sih seneng Hendra mau kerumah gw.
“Mau makan malam sama Tante Nur dong….Kangen sama masakannya. Enak pisan sia A.”
“Ya udah, gw tunggu ya dirumah”
“Tapi A….”
“Apalagi sih…?”
“Boleh nginep ya…di rumahku ngga ada orang. Pada keluar kota.”
“Bawa seragam sekalian kalau gitu. Baju sama celana pendek buat tidur, ada dirumah gw.”
“Siap A…”
~Pov Hendra Hargiana~
Tok….tok…tok…..
“Assalamualaikum…”
“Waalaikumsalam…”terdengar suara Andri dan Tante Nur.
“Masuk Hen….” Ucap Andri sambil mempersilahkanku masuk rumahnya. Kulihat Tante Nur sedang menyiapkan makan malam.
“Halo Tante….Masak apa Tan…?”
“Lagi masak sayur asem, tadi sudah goring ikan kembung dan tahu. Nak Hendra mau dibuatkan sambel apa ? Terasi, bawang atau sambel tomat ?”
“Sambel tomat Tante….Masakan tante mah ngga ada duanya. Apalagi sambelnya. Enak pisannn…”
“Kamu tuh bisa aja.”
“Tante, saya ke kamar Aa dulu ya…”
“Iya Nak Hendra, nanti tante panggil kalau masakannya sudah jadi semuanya.”
“Terimakasih ya Tante…”
Aku langsung bergegas menuju kamarnya Andri. “Aa…..”Jerit ku memanggil Andri.
“Iya Hen….sini masuk, sekalian ganti baju dulu. Bajunya udah gw siapin tuh”
“Iya A…..”
Aku langsung mengambil baju tidur yang telah disiapkan Hendra. Kubuka baju dan celana jeans yang kupakai. Aku mau pamer ke Andri, kalau badanku juga ngga kalah keren dibanding dia. Eh tapi kan Andri sudah pernah liat badanku, waktu di belakang parkiran motor.
“Aa….badanku keren kan..?” ucapku sambil memamerkan badanku yang hanya menggunakan celana dalam saja.
“Eeh..Ii..iya…Keren Hen” kata andri lirih. Kok dia jadi grogi gitu ya. Udah ahh, dikira dia bakal kesel, taunya cuma jawab iya saja. Pake baju aja kalau gitu.
“Aa lagi ngapain sih ?”
“Lagi ngerjain PR Hen…Lo udah ngerjain PR Fisika belum ?”
“Belum euy…A, nyontek yah…?”
“Hen…kalau nyontek, gimana nanti kalau ujian ?”
“Atuh A….” Ucapku dengan mengeluarkan jurus pamungkas si ganteng.
“Iya Hendra…ntar kalau udah beres lo tinggal salin ya..”
“Nak Hendra….Andri…Makan malam dulu.”
“Iya Bu……”ucap Hendra.
“Hen…makan dulu yuk”
“Siap A…” Jawab ku semangat, karena aku sudah laper banget.
Kami pun keluar kamar menuju meja makan. Walaupun sederhana, tetapi penuh kehangatan. Masakan Tante Nur juga sangat lezat. Aku betah tinggal di rumahnya Andri.
“Nak Hendra makannya yang banyak ya..”
“Siap Tante…”
“Tante….Saya mau minta ijin.”
“Kenapa nak Hendra….?”
“Anu Tante, sebulan lagi kan libur semesteran”
“Hendra !!” Ucap Andri.
Duh…Si Aa malah ngeluarin jurus siluman ular berbisa. Serem ahh..
“Kenapa Dri….kok kamu galak sama Nak Hendra ?”
“Ngga ada apa-apa Bu, Hendra suka ngelantur kalau ngomong”
“Sudah kamu diam dulu ya Dri, biar nak Hendra aja yang bicara”
Wuuuaaa….Si Aa masih melotot gitu. Gimana ini…diterusin ngga ya ? Nekat ah, paling dimarahin sama si Aa.
“Gini Tante, kita mau mengadakan study tour ke Jogjakarta. Saya mau minta ijin Tante, supaya Aa ikut ke Jogjakarta”
“Andri ngga ikut kok bu…”
“Andri sayang…kamu harus ikut kalau ke Jogjakarta, selama ini kan kamu belum pernah kesana. Kamu harus tahu kota kelahiran ibu dan bapak.”
“Iya Bu, lain kali aja Andri pergi ke Jogjakartanya.”
“Memang permasalahannya kenapa Andri ngga mau ikut sekarang ke Jogjakarta ? Mumpung bareng dengan teman-temanmu”
“Andri kan banyak pengeluaran untuk awal semester depan”
“Sudah ibu siapkan kalau biaya untuk awal semester depan. Lebih baik kamu ikut saja ke Jogjakarta ya sayang…”
“Iya Bu…”
Astaga….Si Aa melotot lagi euy. Duh jadi ngga enak gini. Harus tanggung jawab ini mah. Tapi gimana caranya ya....Lebih baik ngobrol sama Tante aja.
“Tante dulu tinggal didaerah mana di Jogjakarta nya ?”
“Dulu Tante tinggal di jl Kranggan, dekat dengan Tugu Jogjakarta.”
“Kalau Om dulu tinggal dimana Tante ?”
“Om sebenarnya asli Klaten, tetapi waktu SMU, Om pindah ke Jogjakarta. Sekolah Om dii Jl AM. Sangaji daerah Jetis, tidak jauh dari rumah Tante, jalan kaki juga bisa.”
Tante Nur pun menceritakan pertama kalinya ketemu dengan Om, setelah menikah, mereka dipindah tugas ke kota Cirebon, Semarang, Jakarta dan terakhir di Bandung.
Setelah selesai acara makan, aku menunggu Andri didalam kamar, sedangkan Andri sedang membereskan meja dan mencuci piring-piring yang kotor. Tadinya aku mau membantu mencuci piring, namun dilarang Andri, katanya ngga baik kalau tamu ikut bantu beres-beres rumah.
“Hen…Lo mau dibuatkan kopi atau teh ?”
“Kopi hitam aja ya A….Makasih Aa…” Jawabku. Andri orangnya perhatian banget. Membuatku merasa nyaman dan betah tinggal disini, walaupun disini ngga ada fasilitas seperti dirumahku.
“Hen….kopinya gw taro di meja ya. Lo pasti kekenyangan ya ? Tiduran aja dulu.”
“Iya A…Masakan Tante enak banget. Suka lupa diri kalau makan disini.”
“Harus gitu Hen, gw suka banget liat lo makannya banyak.”
“Gw lanjutin bikin PR dulu ya…”
“Aa….”
“Iya Hen….”
“Aa ngga marah kan sama aku gara-gara tadi”
“Ngga Hen, tapi gw ngga tega sama nyokap gw, takutnya beliau ngga punya uang”
“Aa…aku aja atuh yang bayar”
“Ngga mau ah Hen…Ntar aja gw pikirin lagi”
“Atuh A….ke aku teh meni gitu”
“Iya Hendra…..Udah ya jangan dibahas”
“Tapi Aa harus ikut, pokoknya kalau Aa ngga ikut, Aku juga ngga akan ikut”
“Lo tuh Hen….Gw usahakan semaksimal mungkin untuk ikut ya. Udah jangan bahas lagi. Bahas yang lain aja ya…”
“Siap A….”
Aku tidak membahas lagi permasalahan study tour. Kulihat Andri serius mengerjakan PR Fisika. Tanpa terasa akupun terlelap.
Kurasakan ada yang memelukku dari belakang, kesadaranku masih belum pulih 100%. Aku berada dimana ya sekarang. Setelah aku ingat-ingat kembali, aku berada dikamarnya Andri. Badanku terasa sangat gerah. Mungkin karena aku tidak terbiasa tidur tidak menyalakan AC.
“Aa….” Ucap ku agar Andri terbangun.
“Kenapa Hen..”
“Gerah A..”
Andri pun melepas pelukan dari tubuhku, kemudian dia beranjak dari kasurnya. Apa ya yang dia lakukan. Ternyata dia mengambil buku tipis, dan mengkipasi ku.
“Aa….Udah tidur aja. Ngga usah dikipasin gitu”aku menyuruh Andri untuk tidur kembali.
“Iya Hen…”
Kulihat Andri tidur dilantai dan kepalanya direbahkan dikasur busa yang aku gunakan untuk tidur.
“A…tidurnya diatas atuh” Pintaku
“Kan lo kepanasan Hen, maaf ya Hen kalau ngga nyaman”
“Atuh A….pengen dipeluk lagi”
“Iya Hendra…”
Kemudian Andri tidur disamping kembali. Dan dia memeluk tubuhku dari belakang. Biasanya aku merasa risih kalau tidur sambil dipeluk lelaki. Tapi kenapa sekarang dipeluk Andri aku tidak merasa risih. Aku merasa sangat nyaman. Mungkin karena selama ini aku tidak merasakan sesosok kakak, karena aku anak tunggal. Kepalaku terasa ada yang mengusap-ngusap.
“Tidur ya Hen…”
“Iya Aa…” jawabku, tanpa terasa akupun terlelap.
~Pov Ontaviandri~
Gw cek kembali barang-barang yang akan dibawa ke Jogjakarta. Jika dilihat di itinerary, total wisata 4 hari 3 malam. Setelah dirasa lengkap, gw tutup tas ransel dan membawanya keluar kamar.
Kulihat ibu sedang menyiapkan makan siang. Gw mendekati beliau dan mencium kedua pipinya.
Ibu : "Udah beres persiapannya ?"
Gw : "Sudah dong Bu...."
Ibu : "Bentar ya, ibu ambilkan uang jajan untukmu"
Gw : "Ngga usah Bu,Andri masih ada uang kok"
Ibu : "Kamu punya uang dari mana ?"
Gw : " Dari uang jajan harian yg dikumpul selama sebulan"
Ibu : "Jadi selama ini kamu ngga pernah jajan disekolah ?"
Gw : "Ngga Bu, Andri ngga mau ngeropoti ibu terus. Ibu kan sudah bayar untuk biaya study tournya"
Ibu : “Ibu sangat beruntung punya kamu sayang...." Sambil menitikkan air mata
Gw : "Bu, jangan nangis ya....Andri sayang banget sama Ibu. Andri sebenarnya ngga tega ninggalin ibu sendirian disini"
Ibu : “Ngga apa-apa sayang, kamu kan belum pernah ke kota kelahiran ibu dan bapakmu.”
Gw : "Bu,makan siang yuk..."
Ibu : " Ngga nunggu nak hendra,katanya mau jemput kamu."
Gw : "oh iya, kelupaan Bu,hehheheh...”
Tok...tok...tok...
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam..." Jawab gw dan nyokap berbarengan
"Tuh nak Hendra, buka pintunya sayang "
"Iya Bu.."
"Masuk Hen....udah siap semuanya ?"
"Udah beres dong A....”
“Pake apa kesininya?"
"Tadi dianter supirku, pa ujang"
"Lo udah ditunggu nyokap gw tuh di meja makan. Maunya makan bertiga."
"Halo Tante...apakabar"
"Baik nak Hendra...makan siang bareng ya, tadi tante sudah masak ayam goreng, sayur lodeh dan sambel terasi"
"Iya tante, bisa habis nasinya kalau tante buat sambel terasi. Hehehhehe..."
"Tante banyak kok masak nasinya, ngga usah kuatir."
"Iya Tante..."
"Dri...ambilkan nak hendra air putih"
"Iya Bu, segayung atau seember Bu"
"Husss....kamu tuh ya"
"Iya tante, si Aa mah suka semena-mena kalau sama saya"
"Hen...."Gw keluarin juga jurus siluman ular berbisa. Bisanya cuma ngadu sama nyokap aja.
"Ee..ii..iya..."
"Dri...jangan galak-galak sama nak Hendra."
"Tuh dengerin omongan Tante"
"Iya Bu...." Ucapku sambil berlalu dari meja makan untuk mengambir 3 gelas air putih. Awas ya Hen....gw bejek-bejek jadi rujak cingur. Gemes gw...
Setelah acara makan siang selesai. Hendra sedang bercanda dengan nyokap. Walaupun sering bikin kesel, tp Hendra orangnya mudah untuk beradaptasi. Gw sekarang merapihkan meja makan dan mencuci piring-piring kotor.
"Bu...mau minum kopi susu ngga ?"
"Iya Dri...tolong buatkan kopi susu ya"
"Hen, lo mau minum kopi pahit atau teh getir ?"
"Tuh tante, si Aa mah gitu terus sama saya teh"
"Andri...."
"Iya...iya...Mau minum apa Nak Hendra" Tanyaku pada hendra
"Kopi hitam manis sedang ya A...."
"Baiklah Nak Hendra..."Jawab gw sambil berlalu untuk membuatkan mereka minuman. Gw lebih suka minum teh. Setelah semua minuman telah siap dihidangkan, gw menuju ruang tengah. Dan menghidangkan minuman tersebut untuk nyokap dan Hendra.
Moment yang tak akan bisa gw lupakan, nyokap, Hendra dan gw duduk santai sambil bersenda gurau. Andaikan waktu bisa gw hentikan, gw bisa menikmati moment ini jauh lebih lama. Dan gw yakin Atas Nama Pencipta Alam semesta, tidak akan bisa terbayarkan oleh bumi beserta isinya jika menginginkan moment ini terulang kembali.
Sebentar lagi waktunya shalat Ashar. Gw menyiapkan 2 sejadah dikamar. Setelah ambil wudlu, gw menyuruh Hendra untuk mengambil wudlu. Kami melakukan shalat berjamaah. Seperti biasa setiap selesai shalat, Hendra selalu mencium tangan gw. Asalnya gw selalu menolak. Tapi lama kelamaan dibiarkan saja kemauan Hendra. Gw semakin cinta sama dia.
"Hen....makasih ya" ada rasa haru pada saat gw mengucapkan kalimat itu.
"Makasih kenapa A..?"
"Lo telah memberi warna di rumah ini, warna yang menambah keindahan, warna yang memberikan keserasian, warna yang membuat gw bahagia" Ada setitik haru yang keluar dari mataku
"Aa....."Hanya itu yg terucap dari mulut Hendra, dan gw merasakan pelukan hangat dari Hendra.
"Hen...Gw sayang banget ama Lo" Tiba-tiba muncul dari mulut gw. Duh...gimana ya reaksi Hendra. Gw takut dia marah. Gawat kan kalau dia sampai tau kalau gw gay
"A...aku juga sayang ama Aa"katanya, membuat hatiku lega.
"Siap-siap yuk Hen...Kita kan harus nyampe sekolah jam 4 sore. Pake angkot aja ya"
"Pa Ujang udah nunggu didepan, jadi ngga usah pake angkot."
"Dari tadi Pa Ujang nungguin gitu ?"
"Ngga atuh A...Tadi udah disuruh jam 15.30 harus udah sampe sini lagi."
"Oooo...dikira nunggu dari siang tadi."
Sebelum berangkat gw berpamitan dulu kepada nyokap. Ada perasaan sedih karena selama ini gw belum pernah meninggalkan nyokap berhari-hari.
“Bu Andri pamit dulu ya….”Ucap gw sambil mencium tangan kanan dan kedua sisi pipinya. Kemudian nyokap gw mencium kening gw.
“Hati-hati ya sayang…Jangan lupa Ibadah, dan jangan sembrono ya..”
“Iya Bu…Ibu juga jaga kesehatan ya….Andri sayang banget sama ibu.”
“Tante….Saya pamit dulu ya.” Kata Hendra sambil mencium tangan kanan nyokap. Nyokap pun mencium keningnya Hendra.
“Titip Andri ya Nak Hendra…. Jangan lupa ibadah”
“Siap Tante…”Ucap Hendra.
“Ibu tadi belikan 10 coklat CAP AYAM JAGO, bagi 2 ya, untuk cemilan diperjalanan.”
“Makasih ya Bu…”ucap gw sambil menerima 10 batang coklat dari nyokap.
“Terimakasih ya Tante…..Aa,coklatnya harus dibagi dua loh..” Ucap Hendra
“Iya Hendra…..” Jawab gw gemes. Makin sini Hendra semakin manja, dan gw semakin sayang sama dia.
“Iya Dri....kasih coklatnya buat nak Hendra ya sayang..”
“Iya Bu, nanti Andri bagi 2, Hendra kebagian 10 bungkus coklat, Andri kebagian coklatnya.” Usil gw.
“Tuh kan si Aa mah suka jahat sama aku….Tante,saya suka dianiaya terus sama Aa.”
“Andri…ngga boleh gitu ya sama Nak Hendra.” Jawab nyokap gw membela Hendra.
“Iya Bu…Hendranya suka bikin kesel sih. Jadi harus dianiaya”
“Andri ah….”
“Siap Bu…”
“Si Aa suka fotokopi ajah”
“Nanti kalian telat loh, dari tadi bercanda melulu.”
“Siap Tante…”
“Iya Bu….”
Kami pun memasuki mobil Hendra dan pergi menuju sekolah.
mana lanjutannya??
@dandykuerentz : Nanti malam dilanjut lagi ceritanya. Sedang di edit.
@kiki_h_n : Saur Hendra bade dilanjut engke wengi. Masih tunduh keneh...
duh jadi ga sabar nunggu malam
@dandykuerentz : Sabar ya, gw udah kirim ceritanya ke Author. Lama banget di editnya. Sepertinya panjang banget ceritanya
Makasih ya udah baca cerita gw.... Oktaviandri
@kiki_h_n : Tong percaya omongan author mah. Titatadi ge aku mah geus hudang. Keur keuheul aku mah sama Author. Leuwih narsis ti urang. Eh bagi atuh coklat teh...kirim nya. hehehehehe....
~Hendra Hargiana~