It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Fighting.!
cerita utk part selanjutnya dah selesai, tggl d upload. mungkin ntar siang,,, stay tune ya
part 17. third step clear. risalah hati.
Keheningan pahit menyelimuti kedua insan itu. Keduanya saling diam. Esa dengan mata penuh harap menatap rama yang sebaliknya menatap esa dengan rasa tidak percaya.
Kemudian rama tersenyum kecil, seperti menertawakan suatu lelucon konyol.
“hehehe… becanda aja kamu sa..” ujarnya ringan. Tapi senyumnya berangsur hilang ketika ia melihat mata esa yang tidak berubah.
“sa.. yang bener..?” tanya rama yang mulai bimbang.
Esa mengangguk pelan, “aku serius ram.. aku suka ma kamu..”
‘deg..!’
Apa-apaan ini? Jantung rama seperti disengat listrik 10.000 voltnya Pikachu.
‘nggak.. ini pasti Cuma becandaannya esa.. ga mungkin esa..’
Rama kian ragu dengan pikirannya sendiri. Ia berdiri perlahan dan berjalan menjauh. Melihat sikap rama, esa menjadi kalut. Ia pun berdiri dari tempat duduknya dan menyambar tangan rama.
“pliss ram.. km dah janji.. Cuma ini satu-satunya permintaanku..”
Tampak mata esa mulai berkaca-kaca, memandangi rama yang bahkan tidak berani memandangnya.
“tapi sa… ini salah..”
“iya ram, aku tahu ini salah! Tapi aku juga ga bisa boongin hati aku sendiri! Aku juga ga mau dilahirkan seperti ini… tapi, tapi lihat sekarang! Aku ga pernah sama cowok sebelumnya ram, Cuma kamu.. “
Rama tampak diam. Dia sebenarnya ingin mencerna kata-kata esa, tapi hatinya tetap bergejolak dan protes, bahwa itu salah. Rama sama sekali tak menyangka bahwa esa akan meminta sesuatu yang mustahil untuk rama lakukan. Rama juga baru mengerti arti semua ini. Mengapa seorang cowok yang baru saja menjadi teman sekelasnya tiba-tiba mendekatinya. Mengapa dia begitu bersikeras untuk menjadi teman rama. mengapa dia begitu baik padanya. Dan mengapa dia sampai berbuat sejauh ini untuknya. Dia, esa. Ternyata esa menyukainya. Kini semua misteri dibenak rama sudah terjawab dengan pengakuan esa yang kini sesekali terisak dan sebuah air mata mengalir dipipinya.
“rama.. aku minta maaf ram.. aku ga bermaksud maksa kamu kayak gini.. aku ga bermaksud memanfaatkan keadaanmu untuk sekedar jadi pacarmu ram.. aku ngelakuin ini semua karena aku sayang ma kamu ram..”
Esa berhenti sejenak sambil mengusap air matanya. sementara rama masih terpaku menatap riak kolam.
“aku minta maaf ram.. aku terima kalo kamu ga mau jadi pacarku, aku ngerti.. tapi aku mohon jangan jauhin aku.. aku ga ingin persahabatan kita putus cuma gara-gara kekonyolanku ini.. akuu..”
Esa tidak bisa melanjutkan kata-katanya, nafasnya habis untuk isak tangis.
rama menatap esa sejenak. ia berjalan mendekati esa dan sebuah pelukan lembut mendarat di tubuh esa. Esa yang semula tengah mengusap-usap matanya kini terhenyak. Dibukanya perlahan kedua matanya yang basah. Rama tengah memeluknya dan menepuk-nepuk lembut pundak esa.
“aku ga bakal jauhin kamu sa.. aku dah janji sebelumnya.. kalo memang jadi pacarmu bisa bikin kamu senang, aku bersedia sa.. “
Mata esa terbelalak, wajahnya melongo tidak percaya mendengar kata-kata rama. “beneran ram..?” tanyanya sedikit tergagap karena isak tangis.
“iya.. “ ujar rama lembut.
Mendengar itu, esa seperti melihat surga. Ia pun membenamkan wajahnya di dada rama dan sambil terisak-isak dia berkata,”makasih ram.. makasih… aku sayang ma kamu ram…”
Sementara rama tersenyum tipis dan membiarkan esa melampiaskan semua tangisnya dalam peluknya.
Setelah agak lama esa memeluk erat tubuh rama, akhirnya ia lepas juga pelukannya. Sambil membasuh air matanya, ia tersenyum pada rama.
“sudah.. mending kita siap-siap ke rumah sakit, nemenin ibumu. Besok kan sudah operasi..”ujarnya, masih dengan suara agak terisak-isak.
Rama mengangguk.
“sebentar, aku ambilin jaketmu, kamu ke depan aja nemuin pak ujang”pesan esa yang nyelonong berlari kedalam rumah.
“hah..? ga perlu sa, aku bisa ambil sendi..” belum selesai rama menyelesaikan katanya, esa sudah menghilang di balik pintu.
Rama menghela nafas panjang, lalu ia duduk sejenak di bawah gazebo. Matanya menatap kosong permukaan air kolam yang sejuk.
Tadi adalah sebuah kejadian yang benar-benar tak ia duga.esa menembaknya.. tepat disaat yang sempurna. Kini rama menunduk menyesali keputusannya. Apakah ini sudah jalan yang tepat? Apakah keputusan rama ini adalah hal yang bijaksana? Bagaimana dengan perasaan rama? bagaimana dengan esa nantinya? Lalu.. bagaimana dengan ‘dia’..?
‘ck.. kenapa jadi begini…?’batin rama.
ia mengacak-acak rambutnya lalu membenamkan wajahnya di telapak tangannya. Ia benar-benar bimbang. Ia ga bisa bohongin diri sendiri, dia tidak akan mungkin mencintai sesama jenis. Tapi ia sendiri, entah kenapa, tidak kuasa menolak permintaan esa. Kata-kata itu, pelukan itu.. semuanya terjadi begitu saja!
Saat rama sedang larut dalam kegalauannya. Tiba-tiba sebuah suara memanggil namanya.
“ram..! kok masih disitu..?” panggil esa di ambang pintu.
Rama segera menghapus kegetirannya dan tersenyum lebar kearah esa. Ia pun setengah berlari menghampiri esa yang menyodorkan jaket jeansnya.
“hehe.. makasih ya..”ujar rama sambil menyambut jaketnya. Esa tersenyum lebar padanya. Begitu ceria dan cerah layaknya anak kecil tanpa dosa.
“iya.. ehmm.. kiss-nya mana?”Tanya esa dengan kerlingan mata nakal.
Untuk sepersekian detik rama terhenyak, lalu tersenyum pada esa. Esa yang melihat senyum rama seketika menjadi canggung. Wajahnya memerah lagi. Degub esa makin kencang ketika rama mendekatinya dan….. ‘cupp..’
Sebuah kecupan lembut menyentuh kening esa. Esa melongo menatap rama yang masih tersenyum penuh makna. Pikirannya blank karena saat ini jiwanya seperti diangkat ke surga. Esa pun tersenyum haru lalu menunduk malu.
Itulah kecupan pertama rama pada esa. Yang membuat esa merasa diatas awan. Kini esa boleh bangga, tujuannya telah tercapai.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, esa sesekali memandangi rama yang tengah terkantuk-kantuk di dalam mobil sejuk itu. Matanya sesekali terpejam untuk beberapa saat. Esa jadi senyum-senyum sendiri melihat rama. dia sangat senang. Ini adalah hari terbaiknya. Tembok pertahanan sang pangeran es sudah berhasil ia robohkan. Kini sang pangeran sudah bertekuk lutut di pelukannya. Esa tak akan memberikan rama pada siapapun. Kini dia tawanannya. Tapi esa akan menjadikan tawanan itu sebagai rajanya sekarang, seperti janjinya dulu.
‘makasih dan maaf rama.. aku tahu apa yang kamu rasain.. tunggu lah sebentar.. beri aku kesempatan untuk membuatmu benar-benar jatuh cinta padaku ram. untuk saat ini, biarlah aku yang sakit. Ku harap cintamu bisa tumbuh karena terbiasa.. I love u rama..’ batin esa.
Dan kini esa memegang tangan rama dan menyimpulkan jari-jarinya pada jari rama. ia pejamkan matanya rapat-rapat dan merasakan detak nadi rama menyatu dengan detak nadinya.
Risalah Hati
Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan
Jiwaku berbisik lirih
Kuharus milikimu
aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
meski kau tak cinta kepadaku
beri sedikit waktu
biar cinta datang karna telah terbiasa
Simpan mawar yang kuberi
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu
Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku
aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
meski kau tak cinta kepadaku
beri sedikit waktu
biar cinta datang karna telah terbiasa
(dewa 19)
1 bulan telah berlalu. Ibu rama berhasil di operasi dan sekarang sudah bisa melakukan aktivitas seperti biasa, berjualan di warung. Rama pun kembali pada aktivitas rutinnya, sekolah dan bekerja. Bagaimana dengan esa?
Esa tengah menikmati saat-saat bersama rama yang dicintainya. Di sekolah, esa tak pernah jauh dari sisi rama. dia hampir tidak pernah lagi duduk di bangku sandi. Kini sandi lebih banyak duduk bareng juna., sedangkan esa.. sudah pasti duduk di samping rama! esa kini tak pandang bulu lagi, siapapun ga boleh duduk di samping rama kecuali dia. Bahkan melani sekalipun.
“yah esa… kan aku duluan yang nempatin..”rengek melani ketika esa mengusirnya.
“biarin..! kursi ini dah ku booking tau..”kilah esa.
“mana?? Ga ada tulisannya!”protes melani ga mau kalah.
Saat itupun esa menunjuk sebuah tulisan di belakang sandaran kursi.
Melani mengikuti arah telunjuk esa dan menoleh ke balik sandaran kursi.
‘KURSI INI PUNYA ESA! YANG DUDUK DISINI KECUALI ESA BAKAL KUALAT. MENCRET GA HABIS2!!’
Melani berbalik menatap esa dengan bibir manyun.”doamu kejem banget sih, sa..”
“ga ada juga doa yang kejem… ini doa untuk kebaikanmu juga kale.. udah ah, sana-sana.. hush..hussh.. “ seru esa sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
“ah nggak ah.. knapa sih, sa.. ngebet banget duduk ma rama?! kan melani duluan yang duduk.. ini juga kan kursi sekolah!”protes melani yang makin gemas.
Deg…! Apakah ini pertanyaan jebakan? Tentu saja jawabannya, ‘karena dia pacarkuu..!’ tapi jika esa bilang begitu, itu sama saja dengan bunuh diri. Membunuh rama juga nantinya.
“karena rama kn sohibku..!”
“melani juga teman rama..! iya nggak rama? boleh ya.. melani duduk
disini..”
kini melani berbalik dan merayu rama yang daritadi diam celingukan melihat 2 orang paling berisik di kelas itu adu mulut.
Melani menatapnya dengan tatapan memelas. Rama jadi bingung, ia pun melihat esa. Tampak wajah esa tidak senang dengan sikap melani, ia pun memandang rama dengan tatapan memohon. Rama menghela nafas lalu berkata pada melani.
“udah mel, kamu duduk sama nara aja, kasian dia duduk sendiri. Aku mau duduk sama esa aja..”ujar rama.
Tampak kekecawaan dari mata melani. Ia pun mengangguk sambil tersenyum tipis lalu beranjak dari kursi rama dan kembali duduk di sebelah nara.
Dengan senyum penuh kemenangan esa duduk di tempat duduknya yang sempat menjadi sengketa itu. Hehe… nyaris saja esa harus kembali ke tempat duduknya semula, kursi sebelah sandi. Esa mengerling kearah rama sambil cengengesan. Ramapun memandangnya sambil tersenyum lembut.
Selama sebulan ini, rama sangat baik dan perhatian padanya. Beberapa hari yang lalu, rama menginap di rumahnya. Esa masih ingat betul setiap momen saat rama di rumahnya..
#flash back
‘ting tong..’ terdengar suara bel dari ruang tamu. Esa yang dari tadi duduk dengan bosan, segera berdiri dan berlari menuju pintu utama seperti dikejar tawon.
‘asiik… akhirnya datang jugaa..’batin esa sambil cengengesan saat tangannya menyentuh gagang pintu.
“assalamualaikum..”
Esa tersenyum melihat sosok didepannya. Rama yang sedang mengenakan jaket jeansnya tersenyum padanya.
“waalaikum salam… cari siapa yah?”Tanya esa sambil mengerling nakal.
“oh, saya lagi cari balita namanya dik esa, katanya minta disuapin..” celetuk rama.
Esa tertawa kecil mendengarnya,”hehehe.. emangnya aku apaan? Dah ah, ayo masuk”
Esa pun membimbing rama memasuki rumahnya. Setelah sampai di kamar esa, esa menutup pintu kamarnya lalu langsung saja memeluk rama. rama tampak sedikit salah tingkah melihat sikap mendadak esa ini.
“hehe.. kenapa nih.. kok tiba-tiba..”
“hmm.. aku kangen tau…”rengek esa yang mempererat pelukannya.
Rama tersenyum tipis lalu membelai lembut rambut esa. “hehe… perasaan kita baru pisah sepulang sekolah 2 jam yang lalu deh…”
“hm...2 jam ga ada kamu kayak 2 tahun buat aku tau..”
“hehe.. iya deh.. sekarang aku kan dah dateng… “
Esa mengangguk pelan di dada rama. lalu perlahan ia lepaskan pelukannya.
“eh, dah makan siang belum?” Tanya esa.
“udah, tadi dirumah..”
“ooh.. padahal mau esa ajak makan bareng..” ujar esa dengan wajah agak kecewa.
“oh, kamu belum makan to? Ya udah kamu makan aja dulu, aku temenin..”
“hmm.. iya dehh… aku makan dsini aja. Kamu tunggu disini ya..”
Esa pun berlari menuju meja makan, ia mengambil nasi, dan lauk secukupnya lalu ia bawa ke kamar.
“loh, den.. kok nggak makan di meja makan?”Tanya bi surti yang heran melihat tingkah esa yang tidak biasa.
“nggak bi, esa di kamar aja sambil nonton tv” ujar esa, sementara bi surti mengeryit heran.
Di kamar, esa tampak duduk manis bersila di sofa sambil mengunyah makanannya. Sementara rama di hadapannya, menyuapi esa dengan telatennya. Esa merasa sangat dimanja, rama tak pernah menolak permintaannya dan melakukannya semuanya dengan wajah yang menyenangkan. Termasuk saat ini, saat esa minta disuapi oleh rama. sudah lama esa tidak disuapi seperti ini.
“sipp.. nih tinggal sedikit lagii..”ujar rama saat menyuapkan sesendok nasi di mulut esa. Dengan mulut penuh esa menggeleng.
“udah ram.. aku dah kenyaang..”ujar esa dengan mulut penuh.
“loh , tinggal dikit ini.. sayang nasinya..”
Esa tetap menggeleng. Rama cengengesan melihat tingkah manja pacarnya itu. Sebuah idepun muncul dalam benak rama.
“ya udah, 1 suap lagi ya.. “
Esa tampak bimbang, “bener 1 suap aja ya..?”
Rama mengangguk sambil menyodorkan sesendok nasi. Dengan sedikit enggan akhirnya esa mau membuka mulutnya dan mengunyah nasi itu.
“udah ya..”ujar esa.
“loh, kok udah si? Ini tinggal 1 suap”kata rama sambil menyendok nasi terakhir di piring itu. Esa tampak melongo.
“loh.. kan udah tadi.. katanya 1 suap..?”
“iya.. tadi kan baru suapan yang ke- nol kan? Ini baru suapan ke-1”ujar rama sambil cengengesan.
Seketika esa tertawa kecil. “woaa… curangg….!”
“hehehe… ayo.. tinggal 1 nih.. ntar kalo habis aku kasi kecupan deh..”
Esa tampak menimbang-nimbang tawaran rama, lalu menyambar suapan nasi terakhirnya.
“pinterr… “puji rama sambil tersenyum lebar. Ia pun meletakkan sendok dan piring ke meja esa.
"humm.. kan udah nih.. mana kecupannya?” tagih esa setelah makanan di mulutnya berhasil ia telan.
“oh iya.. hampir lupa.. hehe..” rama pun mendekati esa lalu mencium pipinya yang merona karena malu.
#
Esa tersenyum-senyum sendiri mengingat momen itu. Dia tidak akan melupakan ingatan manis itu. Mungkin selama ini esa merasa disayang dan dimanjakan oleh rama. tapi esa tahu, kalau rama belum sepenuhnya cinta padanya. Masih ada yang mengganjal dihati esa.
Esa melihat kearah rama yang sedang sibuk mencoret-coret buku tugasnya. Lalu ia berbalik menoleh ke arah bangku melani dan nara. Tampak melani menceritakan sesuatu hal pada nara. Mungkin kejadian tadi. Nara mendengarkan melani dengan senyum getir.
ya.. mereka berdua. Esa masih tidak bisa tenang dan yakin jika rama akan mencintainya selama 2 orang itu masih ada dan menghantui rama. terutama melani. Esa pikir, melani harus segera ‘dimusnahkan’, hehehe…. Emangnya kecoa? Serius. Tingkah melani makin membuat esa jengkel.
Tapi lebih dari itu, esa juga khawatir dengan kehadiran nara. Esa masih ingat tatapan rama padanya saat esa sedang bercanda dengan nara. Apakah rama punya rasa dengan nara? Esa masih ragu, dan ia harus segera membuktikannya.
‘baik melani atau bahkan nara sekalipun, aku ga peduli. Rama sudah punyaku, ga akan kubiarin siapapun dapetin hati rama selain aku.’ Batin esa.
Esa mengulurkan telapak tangannya pada rama. rama memandangnya, lalu membalas uluran tangan esa dan menggenggamnya dengan halus.
Mereka berdua pun saling bergenggaman tangan di tengah suasana yang riuh dan tak seorang pun tahu. Cinta terlarang yang penuh dengan kepura-puraan dan egoisme.. Sejauh mana mereka dapat bertahan?