It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@4nd0: hahahaha... maap y bang, dikit2 lama2 mnjadi sabar.. org sabar akan diberi rezeki yang sebukit.. :-D
@secretrahasia: siip... aku juga berharap bgitu. knapa rama normal? hmmm aku juga krg tahu, dah takdir mngkin, huehehehe...
@yoedi16: oh.. makasih ya dah setia baca.. :-D
@figo bxt: tq sob..
@adam08: hehehe... ya bgitulah..
@dharma66: oke... ntar mlm aku kanjut.. hehe.. #kanjut itu apa si?
Klo g slh pnulis a Rama nya . Cuz Bilang Krja G ngaku kk nya
.
huft ..
So...buat esa,jangan paksain rama tuk jd milik lu selamanya,karna disadari atw tidak hati rama sbnrnya berontak n merasa tersiksa,apa itu yg lu pengen dr orang yg paling lu sayang?
hmmm~... aku sudah mencium kedatangan sebuah 'akhir'
part 19, the truth
Setelah puas mencurahkan hatinya pada Kevin, esa berguling-guling di ranjangnya. Sebenarnya dia kangen pada rama. ingin sms, tapi saat ini dia pasti sudah kerja. Esa ga mau ganggu dia. Tapi esa memilih untuk meninggalkan sebuah pesan untuk dibaca rama nanti saat istirahat.
‘jangan lupa makan ya babe.. aku tau disana banyak cewek-cewek, keep u’r heart ok… :’(
Miss u babe.. ‘
Setelah mengirim pesan itu, esa kembali terpaku menatap kangit-langit, menikmati empuknya ranjang dan sejuknya udara sejuk dari ac. Lalu ia palingkan wajahnya ke samping. Malam itu, rama tidur disebelahnya. Ya, disana. Di bantal itu. Bahkan esa masih belum mau mengganti spreinya dan cover bantalnya. Esa meraih bantal itu lalu memeluknya erat. Dia kembali mengingat-ingat kejadian malam itu. Saat rama mendampingi tidurnya.
#flash back
Untuk sejenak esa memandangi bahu rama. oww.. sluurrpp… sungguh menggairahkan bagi esa untuk lihat tubuh rama yang putih itu. Tampak di bahunya ada bekas berwarna merah. Ngecap gigi, hehehe..
“sa..” ujar rama saat heran melihat esa yang diam memandanginya.
Esa tersadar lalu tersenyum pada rama. lalu ia dekatkan wajahnya pada bekas gigitan itu dan menciumya dengan lembut. Seketika wajah rama memerah.
Setelah itu, esa tersenyum nakal pada rama lalu membetulkan baju rama dan memeluk rama seperti guling.
“kata ibuku, biar sakitnya cepat hilang..” kilah esa.
Sebenarnya kalo esa khilaf, dia bisa saja melalap tubuh rama yang ranum itu. Baru melihat bahu dan sedikit dadanya saja sudah membuat kepala esa dihinggapi puluhan setan. Tapi, esa menahan perasaannya itu. Dia tidak mau terburu-buru dan dibutakan oleh nafsu bejad. Dia tahu, ini sungguh mendadak bagi rama. jika esa bertindak kelewatan, bisa-bisa rama jadi risih padanya.
Esa pun segera menghapus pikiran itu dan mulai memejamkan matanya
“udah, ayo bobog!” ujarnya sambil bersandar pada bahu rama.
“i..iya..”balas rama yang canggung.
Esa membuka matanya sekejap dan melihat wajah rama yang memerah,”hehe.. kenapa kamu blushing gitu?”
“eh? Sapa bilang..? wajahku mang gini kok kalo kena ac”kilah rama.
“hehehe…” esa terkekeh pelan lalu mencium pipi rama.
“good night babe.. I love u…”bisik esa sambil memejamkan matanya
Rama terhenyak sesaat, ini pertama kalinya esa memanggilnya dengan panggilan ‘babe’, ia menghela nafas ringan lalu mencium kening esa sambil berbisik,”love u too babe..”
#
Wajah esa memerah saat mengingat kejadian itu. ‘woaaa.. bisa-bisanya aku nyium-nyium, pake mlorotin bajunya segala.. aarrgghh….’
Ehehehe.. ya masih mending lo cuma mlorotin bajunya, bukan celananya..
‘eh, bejad pikiran lo, narrator..!’
Bejad-bejad… kan gue Cuma menginterprestasikan pikiran loo..
‘maksud loh..??’
Hahaha… ya uda lah, kembali ke benang merah! Esa kembali merenung. Andai saja rama seorang gay, pastinya hubungannya dengan esa bisa dipastikan nyambung. Ga ada tembok kodrati yang menghalangi. Sayangnya rama bukan gay.. dia cowok normal yang berperan sebagai gay.
Esa khawatir pada sifat alami rama. bagaimana kalo dia tergoda ma cewek lain? Kafe tempat ia kerja kan banyak ceweknya?? Rama tinggal pilih aja, mana yang dia suka.. ga usah jauh-jauh, disekolah aja ada ulat yang menjadi hama bagi esa. Melani. Dia benar-benar seperti ulat bulu, gatelin hati banget..!! tapi setelah esa pikir-pikir sebenarnya melani bukan orang yang patut ia anggap, sebab rama sendiri ga suka ma orang macam dia. Justru yang ada dipikiran esa saat ini adalah… nara.
***
Keesokan harinya, esa dan rama tengah bersenda gurau di sudut ruangan. Hingga akhirnya seseorang datang dan untuk sejenak menghentikan aktivitas mereka. Nara datang dengan senyumnya yang manis sambil membawa 2 lembar kartu.
“eh, nara.. ada apa nar?”Tanya esa sambil tersenyum meskipun sebenarnya dia sangat tidak suka dengan kedatangan nara saat ini.
Ironis memang, mengingat dulu mereka adalah teman baik.
Sementara itu rama tampak mengalihkan pandangannya dengan wajah getir.
“hmm.. iya sa.. ehm… nanti malem aku harap kalian mau dateng ke rumahku ya.. ada pesta kecil-kecilan..”ujar nara sambil menyodorkan 2 kartu undangan itu pada esa.
Esa tampak mangut-mangut saat menerima kartu itu. “wah.. iya.. hari ini ulang tahun kamu ya?”
“iya.. datang ya.. awas kalo ga dateng..”
“ya ampun nara.. maaf aku lupa kalo hari ini kamu ultah.. aku belum nyiapin kado deh jadinya..”sesal esa blak-blakan.
“eh? Ngapain pake kado? Nggak usah kali sa.. kalian dateng aja aku dah seneng kok..”ujar nara.
“hehe.. iya deh.. aku pasti dateng kok! Kamu juga bakal dateng kan ram?”Tanya esa pada rama.
Mungkin bisa ditebak kenapa esa dan rama tidak saling memanggil dengan panggilan ‘babe’ seperti biasanya mereka lakukan saat berdua. Di sekolah ato di muka umum, mereka memang sepakat untuk bersikap seperti teman biasa, yeah… u know perfectly why..
Rama masih tampak malu-malu dan memilih untuk mengangguk sambil menundukkan wajahnya.
Esa yang melihat gelagat aneh rama jadi merasa terganggu. ‘rama, apa memang kamu bener-bener..’
Esa segera memalingkan wajahnya kembali ke nara yang juga heran melihat gelagat rama. dengan sekuat tenaga esa mencoba untuk tersenyum pada nara.
“hehe.. dia mau tuh.. ntar malam di tunggu aja yah..”
“iya, makasih ya esa..rama.. aku ke mejaku dulu ya.. “pamit nara sambil berjalan menuju bangkunya.
Esa tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Setelah nara duduk di bangkunya, esa menoleh ke arah rama. rama kini sudah menegakkan lagi kepalanya. Esa pun menyenggol pelan pinggangnya.
“eh.. kok tadi diem pas nara dateng?” selidik esa, masih dengan senyumnya yang penuh makna.
“eh? Nggak… aku .. aku Cuma malu aja kalo ada orang asing..”jawab rama sedikit canggung.
Esa tampak mangut-mangut seakan memaklumi jawaban rama, padahal dia tahu kalau rama sedikit berbohong padanya.
“oh.. gimana? Kamu dateng kan?”
Rama tampak diam sesaat, “hmm.. aku ga janji sa..”
“loh, kok ga janji? Kamu kan malam ini libur..”
“iya sih.. tapi..”
“tapi..?”
“aku malu sa, aku ga punya baju bagus..”
Esa tersenyum kecil mendengar pengakuan rama.”haha.. gitu aja dipikirin.. udah, ntar aku yang urus.. ntar pulang bareng aku aja naek mobil..”
“hah? Ah nggak ah.. pasti ujung-ujungnya ntar ngerepotin kamu..”
“nggak..!! tenang aja lagi..”
rama tampak menghela nafas dan hanya bisa menurut. Dia tahu kalo kemauan esa sulit ditolak. Rama jadi sedikit menyesal bilang ga punya baju bagus.
‘woaah… bego kamu ram!’ batinnya.
Sepulang sekolah, benar saja. Esa langsung mengajak rama ke mall. Disana esa sibuk memilih-milih baju yang ia kira sesuai untuk rama, sementara rama hanya diam dibelakangnya.
“udah dong sa.. ga usa repot-repot..” bujuk rama.
“nggak repot kok. Eh kayaknya yang ini bagus buat kamu.”
Esa tampak mengacuhkan kata-kata rama dan menarik sebuah kemeja berwarna putih. Rama menghela nafas karena kata-katanya tidak didengar. Rama juga sedikit bingung, kenapa esa ngotot banget ngajak rama ke pesta nara. bagaimanapun juga kini rama sudah jadi pacar esa. Apa esa tidak cemburu? Apa sebenarnya yang esa pikirkan?
“coba aja ram..”saran esa, rama pun membuyarkan pikirannya tadi dan mengambil kemeja itu lalu membawanya ke fitting room.
Untuk beberapa saat esa berdiri di depan fitting room, menunggu rama. “sudah belom?”
“sudah..”
Esa pun berbalik dan menunggu pintu dibuka. Begitu pintu dibuka, mata esa melebar. Ia tertegun sebentar lalu tersenyum puas.
“perfect..”
Malam harinya di kebun kediaman nara, para muda mudi sudah banyak berdatangan. Dari penampilannya kelihatan kalau mereka adalah orang-orang yang berada, tentu saja, tidak sembarang siswa yang bisa bersekolah d sma x, lebih-lebih berteman dengan nara.
Nara sendiri sedang berbincang-bincang dengan teman sebangkunya, melani.
“eh,nar.. beneran rama mau dateng?”Tanya melani dengan semangat.
“iya.. katanya esa sih dia bakal dateng..” jawab nara sambil mengambil segelas air.
“asiik… ih melani ga sabar deh pingin lihat pangerankuu…” ucap melani yang geregetan-geregetan sendiri. Sementara nara tersenyum tipis sambil menghirup airnya.
Disaat semua sedang menikmati suasana yang menyenangkan, sebuah mobil hitam mengkilat berhenti di depan pintu masuk. Seorang pembantu nara menghampirinya dan menyambut 2 cowok yang turun dari mobil itu.
“selamat datang.. pestanya di kebun belakang, silakan masuk..” ujarnya ramah.
Kedua lelaki itu segera memasuki rumah megah itu dan menuju kebun belakang. Saat mereka muncul di bibir kebun, sesaat semua mata tertuju pada kedua lelaki itu. Melani tampak melongo dan nara menghentikan minumnya.
“hehe.. maaf telat”cetus esa ketika berjalan mendekati nara.
semua cewek langsung menatap esa yang sedang berjalan melewati mereka. Manisnyaaaa…!!!
“iya gapapa.. acaranya baru mulai kok”ujar nara.
“hehe.. selamat ulang tahun nara.. wish you all the best deh..” ucap esa sambil menyalami tangan nara.
“iya.. terima kasih esaa… amiin..”balas nara sambil tersenyum kecil.
Esa balas senyum lalu dia celingukan dan menoleh ke belakang,
dilihatnya rama yang masih manunduk malu di bibir kebun.
“oi, ram..! ngapain..? ayo kesini! Ucapin selamat dong!” esa melambaikan tangan pada rama.
Mendengar nama rama, sontak semua mata kini berbalik menatap rama. rama pun memberanikan diri untuk menghampiri nara.
malam itu rama sangat berbeda, yang biasanya di sekolah hanya mengenakan seragam sederhana, seragam kafe saat bekerja dan jaket jeans saat bepergian biasa, kini penampilan rama sangat elegan. Kemeja putih yang dirangkap dengan semi jas berwarna hitam sangat menempel pas di tubuhnya seperti seorang model.
Semua cewek menatapnya sambil gigit jari, termasuk melani. Cakepnyaaaa….!!!
Rasa yang sama juga menghampiri nara, jantungnya berdebar kencang saat rama makin dekat dengannya. Dan sampailah rama dan nara berhadap-hadapan.
“ehm.. selamat ulang tahun nar..” rama mengulurkan tangannya untuk menyalami nara.
Dengan sedikit malu-malu nara menyambut tangannya, “iya..”
Agak lama tak ada kata-kata yang keluar lagi dari keduanya, rama pun melepas tangannya dan tersenyum canggung lalu berjalan menuju tempat esa. Esa Sendiri sedang meletakkan sebuah kotak kado besar di atas meja khusus, disana tertumpuk dengan rapi kado-kado dari para undangan.
“udah ngucapin?”Tanya esa begitu menyadari kehadiran rama.
“sudah.. pulang yuk..”bisik rama.
“hah? Pulang? Ngapain? Kita dah jauh-jauh kesini loh.. kan ga enak sama nara”
Esa sedikit heran dengan sikap rama, padahal mereka baru saja sampai tiba-tiba mengajak pulang.
“hm.. aku ga betah disini, terlalu rame..”kilah rama.
“haha.. ya iyalah.. kalo pingin sepi di kuburan’ babe’..” ujar esa, dia sedikit memelankan suaranya ketika mengucapkan ‘babe’.
“ya udah, habis ini kita pulang. Tapi nanti dulu, sekarang kita nikmatin aja dulu pestanya sebentar”ujar esa.
Rama hanya mengangguk dan mengambil segelas minuman.
Selama 1 jam pesta kebun itu berlangsung dengan cukup meriah, berbagai acara dan permainan digekar untuk meramaikan suasana. Namun di tengah keramaian itu rama malah memilih untuk menyendiri dan duduk di sebuah kursi di sudut kebun. Ni anak emang sukanya mojok kali yah..
Esa sedang asik ngebanyol dengan juna dan sandi, mereka masih ngakak ketika melihat melani lari tunggang langgang setelah esa dengan sengaja memasukkan obat pencahar ke minumannya. sampai-sampai ia lupa dengan pacarnya. Sebaliknya, nara tidak focus lagi pada acaranya sendiri. Dia melihat rama sedang duduk sendiri dengan segelas minuman ditangannya. nara pun meninggalkan teman-temannya yang sedang larut dalam acara dan berjalan menuju tempat rama.
Rama tidak menyadari kehadiran nara, dia kaget ketika tangan nara menepuk pundaknya.
“hei.. kok mojok sendiri sih..?”Tanya nara sambil duduk di sebelah rama.
Rama tampak canggung dan memaksakan untuk tersenyum. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
“rama, kok diem? Sudah makan..?”Tanya nara lagi.
Rama mengangguk pelan, “sudah..”
Nara mangut-mangut sambil tersenyum lega. Setelah itu keduanya diam lagi. Tampaknya kecanggungan berhasil menguasai suasana antara keduanya.
“nara!”
Seorang gadis tampak melambaikan tangan ke arah nara.
“ya? Sebentar..”sahut nara. ia pun beranjak dari kursinya. “maaf ya ram, aku tinggal dulu…”pamit nara.
Tapi langkah nara terhenti ketika tangan rama menangkap tangannya. Nara tampak terhenyak.
“sebentar nara..”ujar rama. ia berdiri dan mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebuah kotak kecil.
Disaat yang sama, esa baru menyadari jika rama tidak lagi disampingnya. “loh, rama tadi mana?”tanyanya sambil celingukan mencari rama, hingga akhirnya mata esa menangkap sosok rama dan nara di sebuah sudut kebun.
Nara tertegun saat rama menyodorkan kado kecil itu padanya. Sambil menunduk malu, rama berkata,”maaf nara, aku malu naruh kado ini di meja itu. Mungkin kadoku ga sebanding dengan kado yang ditumpuk disana.. “
Nara memandang rama dengan haru. Ia menyambut kado itu dengan lembut. Ia memandang kado itu agak lama, bibirnya tak henti-hentinya tersenyum.
“rama, kamu sudah datang dan mengucapkan selamat ulang tahun untukku, itu sudah sangat berarti ram.. sekarang kamu ngasi aku hadiah..” nara kini menengadahkan wajahnya menatap rama. rama sedikit tertegun saat melihat mata nara yang berkaca-kaca. dan nara pun melanjutkan kata-katanya “kamu sudah membuatku ngerasa jadi orang paling special di dunia ini ram, terimakasih ..”
Rama tak bisa berkata apa-apa, tubuhnya kaku seperti disihir. Nara tersenyum padanya untuk terakhir kali lalu perlahan meninggalkan rama.
Di lain sisi, esa bagai ditusuk linggis. ‘apa-apaan ini?!!’batin esa. Sejak kapan rama membeli kado? Sejak kapan dia membungkusnya? Kenapa esa tidak diberitahu?kenapa harus ia beri secara langsung? Apa artinya pandangan itu? Senyum itu?
Esa tidak kuasa menahan marah, ia pun tidak menghiraukan suara sandi dan juna yang memanggil-manggil namanya. Esa berjalan dengan langkah tegas menuju rama.
“rama, ayo pulang..”
Rama sedikit terkejut dengan kedatangan esa yang tiba-tiba, lebih lagi meminta pulang.
“hmm.. iya..ayo” rama tidak punya pilihan lain selain menurut.
Rama pun mengikuti esa yang sudah berjalan dengan cepat melintasi kebun. Dari kejauhan nara melihat kedua cowok itu pergi dengan tergesa-gesa. Ia mengeryitkan alis sejenak, dia heran kenapa esa dan rama buru-bru pulang, bahkan tidak pamit padanya.
Sementara itu rama berusaha menyusul esa.
“sa… tunggu sa.. kok buru-buru amat sih?” Tanya rama saat ia berhasil menyusul langkah esa.
Seketika rama diam ketika melihat ekspresi dingin esa, esa bahkan tidak memandang rama dan terus menatap kedepan.
‘ada apa ini? Ga biasanya esa begini.. ‘ saat rama berusaha mencari jawaban atas pertanyaannya sendiri, akhirnya rama menyadari sesuatu yang membuatnya tertegun.
‘apakah mungkin.. esa melihat aku dan nara..’
Yup, benar yang rama pikirkan. Saat ini esa sedang terbakar api cemburu yang berkobar secara ajaib. Dengan gusar esa membuka pintu mobilnya dan menghidupkan mesin mobil. Rama segera menaiki mobil dan duduk disamping esa yang memegang kemudi.
“sa.. kamu kenapa?”Tanya rama dengan memelas.
“jangan panggil aku esa, kita dah janji kan?” celetuk esa tanpa ekspresi.
Ia mulai menjalankan mobil dan meninggalkan rumah nara.
“i..iya.. babe.. maaf.. aku ga tau kenapa kamu tau-tau gini.. kamu marah ma aku..?”
Tapi percuma, esa sama sekali tidak menghiraukan kata-kata rama.
ia justru menginjak keras-keras pedal gasnya. Mobil hitam itu pun melaju di jalanan yang memang sedang sepi itu.
Makin lama kecepatan mobil semakin cepat, seirama dengan makin ganasnya api di hati esa. Melihat itu, rama makin gelisah.
“udah babe, cukup..! aku minta maaf babe.. aku tau aku salah… pliss maafin aku.. jangan marah kayak gini..!”
Mendengar pengakuan rama yang lantang itu, esa melirik sebentar lalu menghentikan mobilnya di tepi trotoar dengan kasar, beruntung rama menggunakan sabuk pengaman, jika tidak sudah pasti dia bakal masuk rumah sakit.
Esa memandang rama dengan tajam, sementara rama tidak berani memandangnya.
“aku liat kok, kamu ngasi kado special buat nara.. kenapa ga pernah bilang ke esa? Padahal kan tadi dah janjian, kita kadonya jadi satu ajah! Kok punya kado sendiri“
Rama membisu. Kebisuan rama justru membuat emosi esa kian meluap, tapi emosi itu tidak keluar berupa amarah, melainkan titik-titik embun di kelopak matanya.
“apa.. apa kamu menyukai nara, babe..?”
Mata rama melebar. Dia segera berbalik memandang esa. “bu.. bukan gitu babe.. aku Cuma..”
“Cuma apa?!” kini air mata esa sudah jatuh.
Rama menelan ludah. Dia merasa ditelanjangi sekarang. Kenyataan itu memang tidak bisa dengan mudah rama bantah. Entah kenapa.
“aku tahu babe.. dari perilaku anehmu setiap ada nara.. wajahmu yang memerah ketika meyalami tangannya, babe pikir esa ga liat??”
rama tidak tahan lagi, ia pun memberanikan diri untuk berkilah.
“aku nggak ada hubungan apa-apa dengan nara, babe.. aku begitu karena aku malu babe, Cuma malu.. ga ada perasaan laen!”
“trus kado itu?”
“itu.. aku beli di mall, waktu babe pergi ke kamar mandi aku liat ada yang jual aksesoris aku beli satu, rencananya itu buat ibuku. Tadi terpaksa aku kasih soalnya aku sungkan karena takut dikira ga ngasi kado, babe..”
Esa tampak diam dan mencoba mencerna kata-kata rama. dia sebenarnya masih belum percaya denga kata-kata rama itu.
“pliss babe.. percaya ma aku.. kalo emang itu nyakitin kamu,, aku minta maaf..”
Esa menatap mata rama, tampaknya rama benar-benar menyesal.
“beneran?”
“iya. Beneran babe..”
“esa pingin babe janji 1 hal..”
“iya.. apa..?”
“janjilah buat ga ndeketin nara lagi.”
Kata-kata esa seperti petir yang menyambar jantung rama.tangan dan bibirnya gemetar.
“ya ampun babe.. apa itu ga keterlaluan? Nara kan orang baik, masa’…”
“baik?? Ya memang nara baik! Tapi dimana dia waktu kamu dihajar preman? Dimana dia waktu kamu butuh pekerjaan? Dimana dia waktu ibumu sakit!! Dia bahkan ga tau apa-apa tentang kamu!”
Rama terdiam, matanya melebar. Dia memandang esa dengan tidak percaya. ‘esa.. ternyata kamu begitu.. ternyata kamu..’
Rama menundukkan wajahnya dan memejamkan matanya.
“oke.. aku janji.. aku ga akan deketin nara demi kamu..”
Kata-kata rama meluncur perlahan seirama dengan hancurnya hati rama. tapi esa tidak mempedulikan hal itu. Dia justru tersenyum tipis mendengar ikrar rama dan mencondongkan tubuhnya ke arah rama lalu memeluknya erat-erat.
“maaf babe.. tapi aku terlalu sayang sama kamu…” bisik esa di bahu rama.
sementara rama, terdiam. Matanya menerawang kosong. Wajahnya datar, pucat tanpa ekspresi. Hati rama malam ini telah dihancurkan, dua kali. Pertama bahwa dia harus menjauhi nara, gadis yang membuatnya merasa berarti. Kedua, ketika ia mengetahui kenyataan bahwa.. kebaikan yang terima hanyalah sebuah alat. Kebaikan esa ternyata adalah perangkap yang begitu halus. Kini rama menyadari, kalau selama ini dia memang benar-benar sendirian. Persahabatan yang sempat membuatnya diatas awan ternyata hanya sebuah ilusi. Kini yang ada hanya sebuah kegetiran di wajah yang putih, bersih dan tampan bagai manekin. dalam dekapan esa itulah, rama untuk ketiga kalinya, meneteskan air mata, dan esa tidak pernah mengetahui itu.
***
Knapa makin kesininya, Esa terkesan jd kejam ya ??
Jadi gini caranya Esa tuk dapetin hatinya Rama ? Gak setuju banget !!
@4ndh0: hehe.. ga selamanya lakon utama itu baik.. awalx mungkin seperti ini O:) tapi mungkin saja dia adalah yang sebenarnya.
tapi sebenarnya esa aslinya baik, cuma dah kelewat egois jadi slalu menghalalkan segala cara,,
Jujur sebenarnya kasian liat Rama, tp aku juga kasian sama Esa ( nah lho jd bingung ) persahabatan mereka terlalu indah, jgn dirusak karna Ego semata
Tp msh tetep ngarep Rama απϑ esa bs ŝàá♏ã∞ŝàá♏ä saling cinta tanpa Ada akal2n esa dibalik cinta mereka..