It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
wah jangan ngambek dong bang danoe... pliss.. aku paling takut kalo bang danoe marah..
@aries77 haaasseemm ni anak.... #jitak.
sia2 aja ngebut baca klo ga tau isi cerita... ckck
Ayo Rama..kejar cintamu..
Moga aja kejadian # sambil ngelus2 pahanya @zalanonymouz, ;;)
Love this story lah pokoknya! Wwkwkwk~
mana katanya hari ini endingnya bkal dipost (
The last chapter
part 26. -aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku-
Rama masih termenung sendiri di bangkunya. Bedanya itu bangku yang berbeda dengan yang ia tempati dulu. Kini dia sudah kelas XII dan sudah melewati semua ujian akhir yang ada. Kini angkatannya hanya menganggur menanti kelulusan yang hampir sudah pasti bagi rama.
Tak ada yang berbeda selama 1 tahun terakhir. Rama masih pendiam, dingin dan sendiri. Dia masih tidak punya pengganti teman seperti yang dulu. Hari-harinya hanya diselimuti oleh kesendirian dan kepiluan.
Ia mendongakkan wajahnya. Sekelilingnya sudah sepi. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kelas. Sekolah juga sudah sepi. Ia berjalan menyusuri koridor yang bisu. Tampak butiran pasir dan sampah yang bergulir tertiup angin mendung yang dingin. Hingga akhirnya rama sampai di kelasnya yang dulu. Kelas XI IPA 2. Dia buka daun pintunya yang belum dikunci itu. Dia memasuki ruangan itu, hawanya lembab dan dingin. Sudah hampir setahun ia tidak pernah mengunjungi kelas itu. Tak ada perubahan yang berarti di tempat itu. Hanya artikel-artikel di papan mading belakang saja yang sudah berganti. Rama menyusuri tiap bangku di sana. Ia berhenti di bangku nara. Tampak bayangan nara yang tersenyum padanya. Bibir rama tersenyum tipis. Dia memandangi tulisan yang terukir samar disana. Mungkin siswa yang sekarang mencoba untuk membersihkan bangku itu dengan bensin, spiritus atau apapun yang mungkin bisa membersihkan kembali bangku-bangku yang penuh dengan garfity liar, namun tetap saja, tinta bolpoin itu masih kukuh menempel dan terlihat hingga kini.
Tulisan orang itu masih terukir disana. Rama tidak yakin apakah kutukan itu akan benar-benar berlaku. Rama menoleh ke bangkunya. Bangku itu tampak gelap di sudut ruangan. Rama mendekati bangku itu. Hatinya tercekik ketika melhat gambar yang dulu sering ia pandangi kini sudah bayak ditutupi oleh coretan dari tipe x. Mulai dari ucapan kasar, ungkapan cinta atau sekedar mengedit gambar itu menjadi sosok yang mengerikan.
Rama pun merogoh isi tas pinggangnya. Ia mengeluarkan sebuah penggaris dan dengan perlahan ia mengikis lapisan tipe x disana. Sedikit demi sedikit gambar aslinya sudah mulai terlihat. Gambar itu masih bertahan. Gambar penguin yang mengedipkan matanya.
Rama menjatuhkan dirinya di kursi itu dan memandangi gambar itu. Entah kenapa, dia bingung dengan perasaannya sendiri. Selama hampir 1 tahun, hatinya selalu kosong dan gelap. Ia tidak tahu kenapa. Kembali pada dirinya yang dulu ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Ia seolah terkena candu. Hari-harinya bersama esa selalu menyelesak keluar disaat rama merenung. Rama mencoba menghapus ingatan-ingatan itu dan menganggapnya sebagai mimpi yang tidak pernah terjadi. Namun, ingatan itu kini semakin sering muncul, berputar berurutan di kepala rama.
“mulai sekarang aku sahabatmu..!”
“jangan diem terus dong.. ntar dikira ‘pemakan bayi’ loh..hahaha..”
“aku sayang kamu, babe... muach”
“ayoo makan.. dikit lagi nih, kalo ga dimakan besok aku tambah lagi porsinya”
“babe.. temenin bobok yah..”
“hahahaha... mukamu merahh...”
Tak terasa bibir rama melengkung tipis. Suara esa, canda esa, semuanya yang pernah esa lakukan bersamanya, berpendar temaram di mata rama yang hitam, namun senyum itu hanya ada selama sepersekian detik saja, karena bayangan dengan cepat berubah.
Bayangan esa yang menangis menatap wajahnya. Bayangan saat rama membentaknya dan menghimpitnya ke tembok. Bayangan rama yang mencium kasar bibir esa. Esa yang menciumnya dengan lembut seraya menangis. Dan berkata, “itu cinta yang kumau ram.. cinta yang ga akan pernah aku dapetin”
Rama memejamkan matanya rapat-rapat. Tangan rama mengepal dan bergetar.
“brak..!”
Ia benturkan keras kepalan tangannya itu diatas meja dan pergi meninggalkan kelas itu.
‘kenapa..? kenapa kamu muncul lagi dan lagi?! Kenapa kamu ga pernah hilang dari ingatanku? Bukankah aku sudah bilang aku ga mau liat kamu lagi! Tapi kenapa? Kenapa aku ga bisa ngilangin kamu dalam kepalaku?!’
Rama hanya bisa menggerutu dalam hati dan berjalan dengan langkah panjang menyusuri jalan menuju rumahnya, dengan kelebatan bayangan-bayangan di masa lalu dengan esa. Rama mencoba untuk tidak melihat bayangan-bayangan itu. Ia coba hapus semuanya. Namun tetap saja, bayangan itu tak pernah akan hilang. Sama seperti goresan bolpoin di bangku nara dan rama. Goresan kenangan itu seolah meresap kuat di daging jantung rama. Namun rama tak mau mengakui itu, ia ingin lepas dari masa lalunya.
“ting..”
Suara denting kecil menghentikan langkah rama. Ia menengok ke bawah. Matanya termenung melihat pin penguin pemberian nara terjatuh ke trotoar. Ia membungkuk dan memungut pin itu. Ia memandang dalam-dalam pin itu dan ia palingkan wajahnya ke pinggir trotoar. Sebuah pohon besar dengan kursi kayu reot di bawahnya. Tangan rama bergetar menggenggam pin nara. Ia terpaku, dihadapan bayangan kenangannya sendiri. Bayangan dirinya yang merangkul esa, dengan keceriaan yang membuat iri.
Di ujung pulau jawa yang lain, di kota bandung. Tampak esa sedang sibuk di dapur. Dia mengenakan sweeter panjang, menutupi lengan, tubuh dan lehernya. Kulitnya tampak putih bersinar meskipun terlihat lebih tirus. Saat ia sedang sibuk mencuci sayur, tiba-tiba sebuah pelukan hangat menyambutnya dari belakang. Esa sontak terkejut dan menoleh ke belakang. Yup, siapa lagi kalau bukan dia.
“issh.. kakak apa-apaan si?!”
Jordan tampak nyengir dan makin mempererat pelukannya. “ga ada... kangen aja ama adek..”
Esa tampak menggeliat mencoba melepaskan diri. “aduh.. kakak lepasin ah.. kangen-kangen.. kan selama ini esa disini..??!” rengek esa.
Jordan terkekeh pelan dan melepaskan pelukannya lalu mengacak-acak rambut esa.
“ya.ya..yahhh.. diberantakin lagii...” keluh esa sambil menyingkirkan tangan jordan dari kepalanya. Jordan cuma tersenyum dan terkekeh.
“hahaha.. gemesin banget sih..”
Esa memanyunkan bibirnya sambil memperbaiki tatanan rambutnya.
“yee... gemes sih gemes.. tapi kan ga sampe segitunya kalee...”
“hehe.. iya iyaa... eh, gimana? Masakannya sudah siap belum nih?”
Jordan tampak celingukan melihat ke arah meja dapur.
Esa kembali ke pekerjaannya tadi, menyuci sayur. “belum nih.. bentar lagi.. kakak mandi dulu sana..! apek!!”
“iya iya.. kakak mandi dulu yah..”
Jordan pun meninggalkan esa dan menuju kamar mandi sambil bersiul-siul.
Esa menghela nafas ringan sambil tersenyum. Dengan cekatan dia memotong sayur, meracik bumbu dan memasak beberapa jenis makanan. Ini memang kemajuan yang mengesankan mengingat sebelumnya dia hanya bisa memasak telur ceplok dan telur dadar. Selama 1 tahun ini memang jordan sering mengajak esa kedapur dan belajar membuat berbagai macam makanan. Ini salah satu cara jordan mengalihkan kesedihan esa. Jordan hidup sendiri di rumahnya itu. Orang tuanya tinggal di jakarta, karena jordan memilih kuliah di bandung, jadi dia tinggal di rumahnya yang ada di bandung. Berhubung jordan hidup sendiri tanpa pembantu, otomatis esa juga harus menyesuaikan diri. Ia terbiasa memasak, mencucui bajunya sendiri dan membersihkan rumah. Jordan berulang kali mencegah esa untuk membersihkan rumah, biar dirinya saja yang melakukan itu,namun esa tetep kukuh dan terus saja bersih-bersih rumah. Jordan hanya bisa menurut. kevin juga sering datang ke rumah itu dan menghibur esa.
Yup, sejauh ini memang jordan cukup berhasil. Jordan sangat menyayangi dan memanjakan esa. Sedikit demi sedikit hati esa mulai terbuka lagi dan kesedihannya mulai memudar. Esa juga tidak ingin sedih berlama-lama. Ia mencoba membohongi diri sendiri bahwa dia bisa melupakan rama sejenak dan meneruskan hidup. Namun sekeras apapun dia berkilah, tetap saja. Setitik perasaan itu masih ada dan berkedip temaram jauh di dalam hati esa.
Beberapa lama kemudian, jordan menuruni tangga dan menghampiri esa di meja makan. Untuk sejenak dia terpukau melihat hidangan di meja makan.
“wuiih.... mewah euy..”
Esa tampak memanyunkan bibirnya sambil tersipu. “ah, mewah apanya kak.. Cuma gini doang..”
Jordan nyengir dan duduk di kursinya sambil mengambil piring. Diambilnya nasi dan mengambil semua macam lauk yang esa masak.
“wuih.. kakak laper ato rakus? Itu lauk diambil semua..” sindir esa saat melihat tangan jordan dengan lincah mengambil lauk dari piring ke piring.
“hehehe.. kan sayang dong, kalo esa masak capek-capek tapi nggak dimakan..” balas jordan sambil menyendok makanannya.
Esa tersenyum tipis dan mengambil nasi dan lauknya. “gimana kak, rasanya? Pas belum?”
Jordan masih sibuk mengunyak makanan di piringnya, tapi dia tersenyum lebar sambil mengacungkan dua jempolnya. “enak buanget...”pujinya dengan mulut penuh.
Esa lagi-lagi tersenyum lirih. Jordan selalu memuji masakannya, ntah rasanya enak atau malah bikin muntah. Dia selalu tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
“hmm.. ini telor dua ga pernah ketinggalan ya..” celetuk jordan saat menyendok telur ceplok di piringnya. Disampingnya tampak telor dadar juga berdesakan di piring jordan.
Gerakan esa terhenti. Senyumnya perlahan memudar saat melihat telur ceplok dan telur dadar di piringnya. Esa baru sadar kalau selama ini dia selalu memasak 2 masakan itu.
Jordan menghentikan kunyahannya saat melihat perubahan ekspresi esa. “esa.. kenapa sa..?”
Esa tersadar dari lamunnya dan tersenyum pada jordan. “hehe.. aku Cuma ingat, kalau aku suka masakin ini ke rama..” ujarnya yang langsung menyantap sesendok makanan.
Jordan sejenak terdiam dan meletakkan sendoknya. Ia berdehem pelan dan membuat esa menoleh. “ehemm... hmm.. btw, minggu ini jadi kan, kita barbeque-an?”
Esa mengangguk pelan. “yoi.. aku ngajak kevin juga ya kak..”
“boleh.. ajak temen yang lain juga boleh, makin rame kan makin asik gila, hehe” jordan kembali melahap makanannya.
Esa tersenyum simpul dan kembali memandangi lauk di piringnya.
Tidak ada lauk dan sayur lain di piring esa. Yang ada cuma telor ceplok dan dadar yang bertengger dengan cantiknya.
‘ternyata.... aku ga akan mungkin bisa ngelupain kamu rama..’ bisiknya dalam hati.
***
“hah? Mau ngeloyor kemana lo?”tanya esa lantang pada hapenya.
Terdengar suara kevin samar-samar dari hape esa. ‘hehehe.. tebak hayo gue mau kemana?’
“halah ga usah kelamaan deh!”
‘ke Malang..!!’
Seketika raut wajah esa berubah.
“nga..ngapain lo kesana?”tanya esa dengan suara lebih lemah dari sebelumnya.
‘opung gue ulang taun.. sekalian juga gue pengen liburan ke Batu! Plus sekalian cari cowok ganteng disana, hohoho...’
Entah apa yang kevin pikirkan, yang jelas seakan-akan tidak memikirkan perasaan esa. Esa hanya tersenyum lirih.
“bisa aja lu,nyet.. putus asa lu ya, ga dapet-dapet jodoh di bandung, hehehe..”
‘beh, sialan lu sa..! gue kan orangnya pilih-pilih juga!’
“hahaha.. yaa..bolehlah.. ehmm... vin, kalo ke malang.. aku boleh nitip sesuatu nggak, kalo ke malang? ..”
‘nitip apa?’
Esa termenung sejenak. Ia masih tidak bisa melupakan rama dan sngat merindukannya. Namun, apakah rama juga merasakan hal yang sama? Esa memejamkan matanya dan menghapus niatnya.
“kalo bisa, lu mampir ke rumah gue di malang. Gue mo nitip makanan aja buat bi ida. Dia sukanya dodol garut.”ujar esa lirih.
‘ooh... oke deh... ntar uangnya jgn lupa lo ganti loh..’
“ya elah.. iya, iya..!!”
‘hehehe... ya dah, eh, ada pesan lagi? Mungkin lo mau nitip salam buat temen-temen ato seseorang di malang?’
‘deg’ lagi-lagi jantung esa terhenti sesaat. Sial kevin, apa dia ingin memancing esa?
“ada. Sampaikan salamku ke tante eny n belikan aku brownies.”
‘hmm.. ada lagi?’
“nggak... nggak ada..” suara esa terdengar pelan dan parau.
‘oke... aku berangkat malam ini.. jangan kangen yaa...’
“ya.. tenang.. ga bakalan juga”
‘haha... sialan lu sa.. oke deh, see ya’
Sambunganpun terputus. Esa menurunkan hapenya dengan lemah. Dia terduduk dan melihat bayangannya di cermin.
Sudah sekian lama. 1 tahun berlalu seperti sehari. Rasanya baru kemarin dia meninggalkan rama. Wajahnya masih terpatri jelas di pikirannya. Tiba-tiba saja kepedihan yang sempat tertutup mulai menyelesak keluar.
Esa menundukkan wajahnya di kamar yang gelap. Ditangannya, sebuah pigura kecil dengan selembar foto didalamnya. Tampak sosok esa dan rama disana. Itu foto yang esa ambil saat di kafe. Foto pertamanya dengan rama. Foto rama tampak tersenyum pada esa. Esa membalas senyumnya dan dengan lembut ia mengusap wajah rama.
‘rama.. ternyata aku ga bisa.. sampai kapanpun sakit ini ga akan sembuh.. seberapapun jordan menyayangiku, tapi tetap saja tidak bisa menggantikanmu di hatiku.. sekarang sakit ini kambuh lagi.. mungkin memang hanya kamu, yang bisa nyembuhin luka di hatiku ram.. apakah kamu bisa dengar ram? Apa kamu masih marah padaku ram?’
Di antara celah pintu yang sedikit terbuka, tampak mata jordan mengawasi. Tangannya mengepal dan gemetar, hingga akhirnya ia palingkan wajahnya dan meninggalkan kamar esa.
‘sampai kapan sa..? sampai kapan kamu bisa lupain dia? Kenapa kamu ga bisa melihat cintaku padamu? Cinta yang jelas-jelas tulus dan nyata. Cinta yang bahkan ga pernah ia kasih ke kamu. Kenapa sa?’
***
“woi!!”
Sebuah jitakan keras membuyarkan lamunan rama.
“ngelamun mulu! Kerja!” bentak mas ando.
Rama tampak menunduk dan mengusap-usap kepalanya. “iya maaf mas..”
Mas ando hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “ya udah, itu tuh ada pembeli lagi di meja 42, samperin sono..!”
Rama segera mengambil nota pesanan dan menghampiri meja itu.
Pupil rama menyempit ketika melihat sosok orang yang duduk di meja itu. Orang itu duduk membelakangi rama. Dari belakang, sosok itu sungguh familiar dengan seseorang yang rama rindukan.
Dengan gemetar dia mendekatkan tangannya ke pundak orang itu. Potongan rambutnya, warna kulitnya, bentuk tubuhnya.. tidak salah lagi. Itu dia!
“esa..!” panggil rama sambil menepuk pundak orang itu.
Orang itu menoleh padanya, dan seketika tangan rama melemas.
“esa?”orang itu tampak memandang rama heran. Wajahnya jauh berbeda dari bayangan rama.
“ma.. maaf.. saya kira anda.. “rama tidak melanjutkan kata-katanya dan menunduk kecewa. Hingga akhirnya dia mendongak kembali, menatap orang itu. “maaf.. mau pesan apa?”
Setelah selesai mencatat pesanan, rama segera berpaling dan
meninggalkan tempat itu. Dia mengusap matanya.
‘kenapa..? aku ga bisa ngilangin bayangan itu.. dia selalu saja hadir di mataku.. apakah mungkin.. aku merindukannya?’
***
Esa sedang memencet-mencet tombol remote, mencoba mencari acara tv yang menarik. Matanya menatap kosong pada layar tv. Daritadi tak ada acara yang membuatnya terhibur. Entah kenapa suasana hati esa sedang gelap hari ini. Tiba-tiba dari belakang, jordan mengalungkan lengannya ke dada esa. Tidak hanya memeluk, dia juga menciumi pipi dan leher esa. Esa tampak risih dan mendorong tubuh jordan.
“apa-apaan sih kak!”
Jordan terhenyak melihat reaksi esa yang begitu keras. Esa kini bangkit dari tempat duduknya dan menghadap wajah jordan dengan gusar.
“sa.. kok kamu marah sih sa..?”tanya jordan parau.
Raut wajah esa seketika berubah menjadi sendu. Ia sadar kalau kata-katanya tadi terdengar kasar.ia palingkan wajahnya dari jordan.
“maaf kak, aku ga marah.. aku cuma lagi ga mood hari ini..”
Jordan terdiam. Tangannya gemetar sesaat hingga akhirnya getaran itu hilang. Ia tersenyum dan mendekati esa.
“ya sudah.. kakak minta maaf. Siang ini biar kakak yang masak, kamu istirahat aja..” ujar jordan sambil mengusap kepala esa.
Esa memejamkan matanya dan mengangguk. “aku juga mau bantu..”
“ga perlu.. untuk hari ini biar kakak yang masakin. Kamu nonton tv aja ya..”
Esa pun menurut dan kembali duduk di sofa menatap layar tv.
Sementara itu jordan dengan hati pilu berjalan menuju dapur. Ia palingkan wajahnya sejenak ke arah esa. Esa masih termenung kosong di sofa. Jordan hanya menghela nafas dan kembali berjalan menuju dapur.
Setelah menunggu agak lama, terdengar suara jordan memanggil esa. “esa.. makan yuk! Masakannya dah siap..!”
Esa pun beranjak dari sofa dan melangkahkan kakinya dengan berat menuju meja makan. Disana jordan tersenyum bangga padanya sambil menata piring. Tak lupa dia juga mengambilkan nasi ke piring esa. Mata esa bergerak-gerak memandang piring lauk satu persatu.
“kenapa sa? Nyari apa?” tanya jordan yang heran melihat gelagat esa.
“ehmm.. telornya mana?”
Jordan tersenyum tipis dan menyodorkan piring berisi nasi ke arah esa. “untuk siang ini ga ada telur.”
Esa terpaku memandangi jordan. Piring yang jordan sodorkan tak ia gubris. Lalu ia meninggalkan meja makan dan menuju dapur.
“mau kemana kamu sa?”
“ke dapur.. masak telor”
Jordan segera berlari kecil menyusul esa. “ngapain sih sa? Apa kamu ga bosen tiap hari masak telur?!”
Esa masih tak menghiraukan jordan dan terus berjalan. “nggak bosen kok! Namanya juga orang doyan”
“doyan apanya? Kamu juga sering ga ngabisin telurnya.. sebenarnya apa yang kamu mau sa..?!”
Esa tak menjawab dan membuka kulkas untuk mengambil telur, namun saat tangannya hendak mengambil sebutir telur, tangan jordan meraih pundaknya dan memutar tubuh esa menghadap dirinya. Jordan memandang dalam-dalam mata esa.
“kenapa sa? Karena rama?”
Keheningan merebak sesaat. Mata esa berpendar dingin memandang jordan. Hingga akhirnya esa mengulurkan tangannya ke arah kulkas dan mengambil sebutir telur lalu menyodorkannya ke arah jordan.
“aku cuma mau masak telor. Ga ada alasan lain.”
Pupil jordan menyempit, dan esa lepas dari genggamannya. Jordan hanya bisa mematung disitu dan memandangi punggung esa yang kini sedang sibuk mengocok telur. Di balik punggung itu, esa menitikkan air matanya sambil terus mengocok telur.
‘maafin aku jordan.. maaf...’
***
Cahaya keemasan sore hari menyorot indah di tanah pemakaman yang rama tapak. Ia berhenti di sebuah makam yang disekitarnya sengaja ditumbuhi semacam tumbuhan hias. Ia bersimpuh di makam itu dan mengelus nisannya.
“sudah lama sejak hari itu.. aku nggak berani untuk nemuin kamu. Aku masih nggak nyangka kamu sudah pergi.”
Rama tersenyum lirih memandangi nisan itu.
“aku rindu.. aku rindu kamu nar.. aku rindu kalian..”
Rama menundukkan wajahnya. Ia tarik tangannya dari nisan itu dan merogoh isi sakunya. Dikeluarkannya pin milik nara. Ia pandang dalam-dalam pin itu, lalu ia menoleh lagi ke nisan nara. Memandang tulisan yang terukir di nisan itu.
“nara.. aku ga tau, apakah kamu akan marah pada dia. Dia sudah membuat kita menderita. Dia juga yang membuat kamu meninggal. Aku tahu kamu mungkin kecewa. Tapi.. “
Rama memutus kata-katanya. Tangan dan bibirnya bergetar lirih. Bola matanya tampak basah.
“tapi kenapa aku ga bisa ngelupain dia.. sekeras apapun aku mencoba untuk benci padanya, bayangan senyumnya langsung menyapu bersih benci itu.. aku nggak tahu nar.. kenapa aku ga bisa.. hatiku terasa kosong tanpa dia... semakin lama aku tidak bersama dia, bukannya aku semakin melupakannya.. tapi aku justru semakin merindukannya.. apa aku salah nar? Apakah mungkin jika aku masih menyayanginya?”
“atau mungkin elo sadar, kalau lo juga mencintainya.”
Mata rama melebar. Suara siapa itu? Rama dengan perlahan berbalik dan melihat sosok dibelakangnya.
“siapa?”tanya rama dingin pada cowok yang tersenyum ringan padanya.
Cowok itu segera mengulurkan tangannya pada rama. “oh iya.. maaf gue ngagetin lo.. gua kevin, sohibnya esa.”
Rama terhenyak sesaat, namun dia tidak menyambut tangan kevin dan kembali memalingkan wajahnya pada nisan.
Kevin langsung menarik tangannya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal untuk mengalihkan rasa malunya karena dikacangin. ‘sialan ni anak’gerutunya dongkol dalam hati.
“ada apa?”
Kevin berhenti menggaruk kepalanya mendengar pertanyaan rama. Wajahnya masih nyengir seperti kuda keganjenan.
“nggak ngapa-ngapain sih.. gue lagi liburan ke malang dan pas di jalan gue liat elo, jadi..hehehe.. gue ikutin deh.. soalnya gue penasaran ma lo.. elo.. pernah pacaran sama esa kan?”
Rama tidak menjawab pertanyaan kevin. Kevin masih termenung melihat rama yang membelakanginya. Tampak rambut hitam rama yang ringan bergerak-gerak tertiup angin.
“aku.. ga pernah pacaran dengan esa.. semuanya ga lebih dari sekedar sandiwara.. hubungan kami, semuanya hanya kebohongan dan kepura-puraan. Baik aku maupun esa, semuanya berpura-pura.”
Wajah kevin berubah menjadi serius sekarang. “lalu, kamu pikir sekarang kamu sudah lepas dari kepura-puraanmu?”
Rama tidak menjawab dan menundukkan wajahnya.
“jawab ram.. jujur..! lo sendiri masih berpura-pura hingga kini. lo nyoba bohongin diri lo sendiri. lo ga ngakuin perasaan sendiri. Lo sayang kan sama esa?!”
Angin menghembus syahdu. Menggulirkan dedaunan kering di antara sepatu-sepatu mereka.
“aku ga punya alasan untuk menyayanginya.”ucap rama lirih.
Kevin tersenyum kecut dan memalingkan wajahnya sambil terkekeh. “haha.. lucu.. bisa-bisanya lo bilang gitu setelah lo ngomong hal yang berbeda dengan batu nisan.”
Sejurus kemudian, tangan rama sudah mencengkram krah baju kevin. Wajah kevin tampak sedikit ciut melihat mata rama yang menyala beberapa inci di hadapan wajahnya.
“dia sudah nipu aku, dia sudah nipu nara! Dia sudah bikin aku menderita selama aku disampingnya! Dia juga yang membuat nara mati nelangsa! Kamu ga tau? Kamu ga tau kan apa yang temen kamu perbuat?! Dia curang! Dia licik! Dia egois..!”
Wajah kevin tampak memerah. Matanya bergerak-gerak menatap mata hitam rama.
“sudah? Sudah selesai? Sudah puas lo menghina esa?”
Cengkraman di krah kevin kian melonggar dan dengan kasar rama melepaskannya dan pergi meninggalkan kevin. Hingga suara kevin kembali memaku kakinya.
“asal lo tahu rama! Kenapa esa ngelakuin itu, itu semua juga karena lo!”
Rama terdiam dan masih membelakangi kevin.
“mungkin buat lo sikap esa sangat egois, tapi sebenarnya dia terpaksa ngelakuin itu. Dia putus asa! Dia kalap karena tak kunjung mendapat cinta dari elo ram! Lalu, tentang nara. Dia sama sekali ga bermaksud membunuh nara. Dia hanya ingin membuat ruang diantara lo dan nara, karena dia tahu sejak awal kalo ga bakal ada tempat untuknya!”
Kevin memutus kata-katanya. Nafasnya tersengal-sengal dan ia melihat sikap rama yang masih diam.
“lo bilang, esa jahat, padahal yang jahat itu justru elo ram! Lo ga tau betapa sakit dan nyeselnya dia setelah nara meninggal, lalu lo dateng, maki-maki dia, mukul dia, lalu pergi ninggalin dia! Kenapa lo ga pernah bayangin gimana sakitnya esa, hah?! Jujur! Lo sendiri kesepian kan ga ada esa?!”
Ya, kevin sukses menikam punggung rama dengan tombak yang tembus ke jantung. Melepaskan ratusan bayangan kesedihan esa yang selama ini rama coba untuk pendam. Seketika lutut rama lemas dan ia jatuh bersimpuh di tanah. Tubuhnya bergetar dan tak terasa air matanya jatuh di tanah yang kering. Kevin mendekatinya dengan wajah iba.
“iya.. aku akuin.. aku kesepian vin.. aku kesepian.. aku sadar.. aku ga bisa jauh dari dia.. sudah cukup aku ditinggal jauh oleh nara.. tapi esa juga pergi ninggalin aku.. aku ga punya harapan lagi vin.. aku sadar... kalau aku pembohong.. aku bohongin diri sendiri.. “
Tampak mata kevin bergerak-gerak menahan haru. Ia lega akhirnya rama bisa membuka hatinya.
“maafin aku nara.. aku sayang ma kamu.. tapi aku juga sayang dia.. apa yang harus aku lakuin...?”
Dan tubuh rama meringkuk di tanah bagai pangeran yang dibuang. Menangis meratapi bayangan-bayangan masa lalu di bawah sinar mentari yang keemasan.
***
Esa tampak sedang sibuk menyiapkan bumbu barbeque di dapur sedangkan di halaman belakang, jordan sedang menyiapkan arang dan panggangan.
Yup, hari ini memang mereka berdua ingin pesta barbeque kecil-kecilan. Tak hanya mereka berdua, kevin pun juga di undang. Tadi pagi, esa sempat menghubungi kevin, ternyata dia sudah di bandung, so, lengkap deh pestanya. Kevin bilang dia akan bawa oleh-oleh yang surprise banget, bikin esa jadi penasaran. Esa sendiri sudah ga sabar ingin menikmati daging barbeque dengan bumbu buatannya sendiri.
‘nyummy... pasti muaknyoss!’
untuk sejenak gerakan tangannya melambat. Dia termenung sambil tersenyum lirih.
‘andaikan saja.. kamu disini dan merasakan barbeque buatanku..’
“esa! Gimana bumbunya?”
Suara jordan membuyarkan lamunan esa. “i..iya.. ini dah siap. Cobain dulu deh.. dah pas belum?”
Jordan mencolek saus itu dengan telunjuknya dan mengicipinya.
“hmm.. sip.. dah pas kok! Telfon si kevin, suruh buruan dateng.. kakak mau nyiapain dagingnya dulu.”
“iya kak..”
‘kriiingg...’
Sontak wajah esa dan jordan menengok ke arah depan. Suara bel di ruang tamu.
“Wah ada tamu.. mungkin kevin”seru esa yang mulai berjalan kesana.
“nggak usa dek, biar kakak yang bukain. Adek tolong siapin dulu dagingnya.”cegah jordan. Entah kenapa hatinya merasa tidak enak.
Esa pun mengangguk dan berjalan menuju kulkas sementara jordan menuju ruang tamu.
Begitu ia buka daun pintu itu, seketika matanya melebar. Tangannya bergetar kembali. Kini ia tahu arti dari perasaan tidak enaknya tadi.
“siang.. bisa ketemu dengan esa?”
Rama berdiri disana, dengan jaket jeansnya dan wajah yang sendu.
***
“ngapain cari esa?”tanya jordan, ia tersenyum kaku sambil menyandarkan tubuhnya di ambang pintu.
“ada yang mau saya bicarakan dengan dia..”ucap rama lirih.
Jordan memandangi rama dalam-dalam lalu menyodorkan tangannya ke arah rama.
“kamu rama kan? Kenalin aku jordan.”
Dengan heran, rama menyalami tangannya yang langsung diremas hingga bergemeretak oleh jordan. Tampak wajah rama sedikit meringis.
“dan aku pacarnya esa sekarang”sambung jordan dengan senyum yang dingin, dan ia lepaskan tangan rama.
Mata rama terbelalak memandangnya. ‘esa.. sudah punya pacar lagi...?’
rama memejamkan matanya rapat-rapat dan ia kembali menatap jordan.
“saya mau bicara dengan esa...”
“esa nggak ada di rumah.”jawab jordan singkat ia segera menutup lagi daun pintu itu namun tangan rama menahannya.
“pliss.. aku yakin esa ada disini.. aku ingin bicara dengannya.”
Jordan mendekti wajah rama. “bicara apa lagi? Kamu masih belum puas nyakitin dia?”
Jantung rama tersengat, “nggak.. aku ingin minta maaf padanya.. aku sadar aku salah, untuk itu aku kesini, mau mendengar sendiri kata maaf dari dia.”
“heh.. kamu pikir semudah itu kamu minta maaf? Esa sudah lama menderita karena kamu. 1 tahun..! sekarang kamu dateng mengemis minta maaf. Esa bahkan sudah muak ngliat wajahmu.”
Bibir rama bergetar, ia menundukkan wajahnya karena teringat lagi dengan penyesalannya. Namun ia kembali mendongak menatap jordan “iya, aku tahu. Esa mungkin marah sama aku dan muak liat aku lagi. Tapi untuk kali ini aku ingin bicara dengannya sekali saja!”
Rama sudah mulai memaksa untuk masuk dan jordan menahannya. Sementara itu esa sudah menyiapkan daging yang jordan minta. Ia heran kenapa jordan tak kunjung kembali. Apakah kevin yang datang?
“kak..!! siapa yang datang?? Kevinkah?” teriak esa.
Suara esa segera membuka mata rama. Ia yakin, kalau itu adalah suara esa.
“itu esa.. itu esa.. plis, biarin aku bertemu dengannya..!! esaaa,..!!! esaa..!!” teriak rama.
Dan kali ini mata esa yang terbuka mendengar teriakan itu. Tangannya bergetar dan sendok di tangannya jatuh berdenting di lantai.
‘itu.. suara itu.. ga mungkin.. suara itu...’
Sejurus kemudian, ia segera berlari menuju ruang tamu.
Sementara itu, jordan mulai panik. Dia tak ingin keduanya saling bertemu lagi. Dengan gusar ia mendorong tubuh rama hingga terjerembab di lantai dan ia membanting pintu dan menguncinya. Rama sendiri langsung bangkit dan menggedor pintu itu sambil berteriak seperti orang kerasukan.
“esaaa...!! esaaa..!!!”
Jordan berjalan meninggalkan pintu. Matanya menatap sendu ke arah esa yang berdiri di depannya sambil menahan air mata.
“siapa itu kak..? itu rama bukan..?” tanyanya dengan suara parau.
“bukan! Hanya orang gila.”jawab jordan dingin.
Sementara daun pintu masih tampak bergetar hebat dan raungan rama masih terdengar. “esaa... esaa..!!”
Esa tak kuasa menahan emosinya. Ia segera berlari menuju pintu, tapi tangan jordan menangkapnya. Tubuh esa yang kecil tak bisa berkutik melawan tangan jordan yang kekar. Dengan mudah jordan mengangkat tubuh esa dan membawanya menuju kamar.
“lepasin esa kak..!! esa mau ketemu raamaa..!!!”teriak esa sambil memukul-mukul punggung jordan dan berusaha untuk melepaskan diri.
Jordan seperti robot dingin yang tak berperasaan seolah tak mendengar permohonan esa dan tetap melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Dia menurunkan tubuh esa di ranjangnya dan ia segera keluar dan mengunci kamar esa dari luar. Esa terlambat mengejarnya dan akhirnya hanya bisa bersimpuh di lantai menggedor-gedor pintu kamar.
“bukain kak...!! aku Cuma mau ketemu rama.. aku mohonn...!!”
Jordan tidak menghiraukan jeritan esa. Dengan wajah dingin ia kembali berjalan menuju ruang tamu. Dibukanya pintu itu dan ia langsung menahan tubuh rama yang menyerobot masuk. Dengan sekali dorong, tubuh rama terpelanting lagi di lantai.
“sudah. Berhenti saja! Esa bilang dia ga mau ketemu lagi dengamu!”
Rama termenung sejenak lalu ia kembali mendongakkan wajahnya pada jordan.
“aku ga akan pergi sebelum mendengar kata maaf esa!”
“terserah!” jordan membanting pintu itu dan membirkan rama bersimpuh di depan pintu.
Dari gerbang, kevin tampak melihatnya dengan iba. Kevin pun mendekati rama dan menepuk punggungnya. “sudah ram.. kita pulang aja..”
Rama menggeleng, “nggak vin.. aku akan nunggu sampe esa keluar dan maafin aku.. kamu mending pulang aja..”
Kevin hanya menghela nafas panjang dan perlahan ia beranjak dari tempat itu.
“nanti kalau mau pulang, hubungi gue” dan kevin pun meninggalkan rama disana.
***
Sudah hampir 2 jam berlalu. Jordan duduk termenung di meja makan. Suara esa terdengar makin parau dari dalam kamar. Masih berteriak dan memanggil nama rama. Hujan jatuh dengan tiba-tiba, seolah ingin menyertai tangis kesedihan esa dan rama. Jordan tak kuasa lagi menahan emosinya. Ia bangkit dari tempat duduknya dan menuju ruang tamu. Dilihatnya dari jendela rama masih bersimpuh disana, meski hujan menerpa keras tubuhnya.
‘ck’ desis jordan. Ia membuka pintu utama dan menghampiri rama yang masih bersimpuh.
“kenapa kamu keras kepala banget sih! Esa sudah ga mau liat kamu!”
Rama menggeleng dan dengan bibir bergetar dia menjawab. “nggak.. aku akan tetap nunggu dia..”
Tangan jordan kian hebat bergetar. Otot-otot di tangannya mengeras dan kencang. Tangan itu mencengkram krah baju rama dan mengangkatnya.
“kamu tahu, betapa bencinya aku sama kamu..”
‘buug,,!”sebuah tinju menghantam perut rama. Tampak rama meringkuk menahan sakit di perutnya. Jordan tampak belum puas dan mendekatinya.
“itu tadi karena kamu dah mencampakkan esa”
Wajah rama tampak pasrah saat jordan mencengkram rambutnya dan menengadahkan kepalanya. Lalu dengan keras jordan menghantam wajah rama hingga terpelanting di tanah yang basah. Darah bercampur air hujan mengucur deras dari hidung rama.
“dan itu, buat pukulanmu ke esa!”
Rama tampak terseok-seok di tanah sambil berusaha untuk berdiri, sedangkan jordan masih berjalan mendekatinya.
“aku ga paham, kenapa esa bisa suka ma orang yangmenyedihkan seperti kamu!”
Kini kaki jordan menendang tubuh rama. rama tampak mengerang kesakitan dan menggeliat di tanah.
“bagaimana bisa, esa rela menderita hanya karena orang seperti kamu?!”
‘buug..!’
***
Kevin tampak mondar-mandir di rumahnya. Sudah 2 jam rama tidak menghubunginya.
‘apa dia masih nunggu? Tapi di luar kan ujan?’ batinya gelisah.
Dia juga mencoba menghubungi esa, tapi panggilannya tidak terjawab dan akhirnya nomor itu tidak aktif.
‘ada apa ini? Apakah jordan..’
Ia memandang ke arah jendela. Dilihatnya hujan dan angin yang semakin deras.
Kevinpun segera mengambil kunci mobilnya dan beranjak menyusul rama.
Beberapa menit kemudia dia sudah sampai di depan rumah jordan. Ia bergegas mengambil payung dan keluar dari mobil. Hujan dan angin menerpa dengan derasnya. Begitu ia buka gerbang itu, matanya terbelalak. Ia lihat tubuh rama yang meringkuk di tanah dan jordan yang dengan kalap menendanginya.
“jordan!!” kevin segera berlari dan mendorong tubuh jordan.
“kevin, kamu jangan ikut campur!”geram jordan.
Kevin pun mengangkat tubuh rama dan membopongnya. “lo keterlaluan! Lo pikir esa bakal seneng liat lo nyakitin rama?!”
Jordan terdiam, giginya bergemeretak.
“sudah vin.. ga papa.. sakit ini ga sebanding dengan yang aku kasih ke esa.. “ucap rama lirih.
“ngomong apa lo ram! Udah, cukup ram. Mending kita pulang!”
“dia bener vin, sakitnya esa ga sebanding dengan yang dia terima saat ini”timpal jordan.
“diem lo! Tau apa lo tentang sakitnya esa? Harusnya lu mikir lagi, kalo esa tahu hal ini, apa mungkin dia bakal maafin lo?! Nggak! Dia bakal benci ma lo.! Inget itu..!”
Kevin pun berbalik dan dengan susah payah membopong tubuh rama yang sudah lemas. Sementara jordan terhenyak memandang genangan air yang bergemericik diterpa hujan. Hingga akhirnya mobil kevin hilang. Ia berbalik dan melangkah menuju rumahnya.
Saat ia masuk, suara esa masih menggema pilu. Jordan menutup matanya sejenak, ia membuka matanya yang mulai basah dan melangkahkan kakinya menuju kamar esa.
Sementara itu, esa sudah hampir kehabisan suara. Ia bersimpuh dan menangis di lantai. Segala rindu yang ia pendam selama ini melesak keluar tanpa kendali begitu mendengar suara rama.
‘akhirnya aku bisa mendengar suaranya lagi.. suara yang kupikr tak akan pernah aku dengar lagi.. aku ga bisa lagi ram.. aku ga bisa jauh lagi dari kamu..aku kangen.. aku pingin liat wajah kamu sekali lagi..’
Terdengar suara kunci bergemeretak. Esa segera mendongakkan wajahnya dan pintu itu terbuka. Jordan segera memeluknya dengan tubuhnya yang basah.
“kumohon sa.. jangan tinggalin aku..” ucapnya dengan nada tertahan.
Esa tidak menjawab apalagi menyambut pelukannya. Ia hanya membisu dengan wajah datar.
“jujur kak.. itu tadi rama kan?”
Jordan mengangguk.
Esa segera menggeliat dan melepaskan diri dari pelukan jordan.
“dimana dia sekarang?” tanya esa begitu ia lepas dari pelukan jordan.
Jordan hanya menunduk dengan wajah sendu. “dia sudah pergi, dengan kevin” jawabnya lirih.
Esa menatap dingin wajah jordan. “kenapa kak?kenapa kakak lakuin ini?“
“aku lakuin ini demi kamu sa! Aku ga mau jauh dari kamu! Aku ga ingin kamu sakit lagi karena dia! Apa kamu ga ingat apa yang dia perbuat ama kamu?”
Suara jordan meninggi dan bayangannya seolah menjadi tinggi, membuat tubuh esa menjadi terlihat mungil. Tapi esa tampak masih tetap pada ekspresi datarnya dan menatap jordan dengan mata basah.
“aku inget kak! Aku bahkan sadar, kalau aku ga akan bisa lupain itu. Tapi tetep aja.. cintaku ke dia lebih besar dari rasa sakit yang ia kasih! Aku bahkan rela disakiti puluhan, ratusan kali.. tapi aku akan tetap cinta ma rama.. kakak salah kalo kakak ngelakuin ini demi aku! Justru kakak lakuin ini demi keegoisan kakak sendiri kan?!”
Jordan terdiam. Bibirnya menganga dan bergetar tipis, matanya bergerak-gerak tidak percaya menatap esa.
Raut wajah esa kembali menjadi sendu melihat ekspresi jordan. Ia melangkah pelan melewati tubuh jordan yang mematung. Dalam keadaan saling memunggungi, esa melanjutkan kata-katanya.
“kakak.. kakak mengingatkanku pada aku yang dulu. Aku yang egois. Cinta ga bisa dipaksain kak.. kakak ga bisa memaksakan kehendak kakak pada orang yang kakak cintai. Memisahkan orang yang kita cintai dengan orang yang ia kasihi ga akan bikin dia cinta pada kita, tapi justru sebaliknya. Jangan jadi aku kak.. aku sudah melakukan kesalahan dimasa lalu karena keegoisanku itu, dan sekarang aku menyesal sampai mau mati. Kakak harus belajar untuk ikhlas..”
Esa pun melanjutkan melangkahkan kakinya hingga tangan jordan menahannya. Tampak wajahnya pilu dan basah oleh tangis. “plis... jangan tinggalin aku sa.. aku sayang ma kamu sa..”
Esa menghembuskan nafas panjang dan tersenyum tipis pada jordan.
“aku juga sayang ma kakak... tapi ga lebih dari sekedar cinta kakak dan adik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.. aku ga akan tinggalin kakak, tapi biarin aku terbang kak.. jangan kurung aku lagi dalam sangkar emasmu. Karena aku tahu bagaimana rasanya saat burung dalam sangkar emas itu pergi meninggalkan majikannya. Burung itu ga akan kembali lagi..”
Dengan tubuh menggigil perlahan jordan melepaskan tangan esa. Esa tersenyum padanya untuk terakhir kali dan pergi meninggalkannya.
Esa segera berlari menyusuri halaman sambil berlindung dibawah payung. Saat ia melewati pagar, kebetulan sebuah taksi lewat di depannya. “taksi!”
Taksi itu berhenti dan esa segera masuk kedalamnya. Dari kejauhan, jordan memandangi taksi itu pergi dan menghilang dari pandangan.
‘berjanjilah sa... berjanjilah untuk kembali...’
***
Kevin mendaratkan tubuh rama ke atas sofa. Kevin segera berlari mengambil handuk untuk mengeringkan tubuh rama.
“nih.. keringin dulu badan kamu.. ya ampun, sampek basah-basahan gitu, mana pake acara jotos-jotosan segala.. “keluh kevin sambil menyodorkan handuk tebal pada rama.
Rama tidak menyambut handuk di pangkuannya itu. Rama justru termenung dan matanya kosong seolah tak bernyawa. Kevin melihat hal itu. Ia menyambar handuk itu dan ia mengeringkan kepala rama dengan handuk itu.
“aku tahu perasaan lo.. tapi lo juga ga bisa terus gini.. lo ga bisa terus-terusan terikat pada kesalahan lo di masa lalu.. gue juga yakin kalo esa sudah maafin lo jauh-jauh hari. Lo mesti tau kalo esa masih cinta ma lo..” hibur kevin.
Rama tidak bergeming.
‘ting tong..’
Kevin seketika menghentikan gerakannya. “waduh, sapa lagi nih, bentar ya..” kevin pun meninggalkan rama dan menuju pintu.
Mata kevin seketika melebar ketika ia membuka pintu, yang berdiri di depannya adalah esa.
“esa..” tampak kevin tersenyum tidak percaya.
Esa membalas tipis senyum kevin. “dimana rama?”
“di..di dalam..”
Esa pun memasuki rumah kevin. Kevin membimbingnya ke ruang keluarga. Jantung esa seakan berdetak semakin kencang seiring langkah kakinya yang semakin dekat menuju orang yang ia rindu.
‘deg’
Esa melihatnya. Dia sedang tertunduk dengan handuk menutupi kepalanya dan rambutnya yang basah.
Air mata esa sudah tak terbendung lagi. Air mata itu seakan mendobrak dinding kelopak mata yang mencoba memebendungnya.
“rama..”
Suara esa terdengar parau dan bergetar. Suara itu membuat rama terhenyak. Dengan ragu dan perlahan rama mendongakkan wajahnya, hingga akhirnya dua pasang mata itu saling bertemu.
Bibir rama bergetar melihat esa. “sa.. apa itu kamu sa.. aku ga mimpi kan..?”ucapnya setengah tergagap.
Esa menggeleng pelan dan tersenyum “ini aku ram..”
Dan rama seketika bangkit dari duduknya dan berlari menuju esa, namun ia tiba-tiba terhuyung-huyung dan jatuh tersungkur, esa dengan cepat menangkap tubuhnya yang lemah.
dan esa bisa merasakan, air hangat yang menetes di pundaknya. Rama menangis di pelukannya. Tubuh rama terasa sangat panas didalam bajunya yang basah.
“maafin aku sa.. maafin aku..”
Esa bisa merasakan air mata rama yang jatuh deras di pakaiannya dan tubuh rama yang menggigil hebat.
“iya ram.. aku juga minta maaf ram.. aku yang egois.. “
“nggak sa.. aku yang salah... aku minta maaf sa.. jangan tinggalin aku lagi... aku sadar sa.. kalau aku sayang ma kamu sa..”
Esa terhenyak. Dia tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa tersenyum dan memeluk erat tubuh rama.
***
2 lampu bercahaya redup keemasan menyinari kamar kevin. Di sebuah ranjang yang mewah itu, tubuh rama terbaring lemah. Sebuah handuk kecil basah menempel di dahinya. Mata rama terpejam hingga esa datang menghampirinya. Esa duduk dengan perlahan di samping rama. ia sentuh leher rama dengan punggung tangannya, ‘hm.. masih panas banget..’.
setelah itu ia mengambil kapas dan obat merah lalu ia mengobati luka-luka di wajah rama dengan hati-hati dan prihatin. Dia benar-benar kecewa dengan perlakuan jordan. Ini sudah keterlaluan. Esa sama sekali tidak mendendam apa lagi meminta jordan untuk membalaskan pukulan rama dan kesedihannya. Justru dia benar-benar marah saat rama dibiarkan menunggu di tengah hujan deras bahkan dipukuli seperti ini. Kini hujan eras dan dinginnya angin sukses membuat rama demam tinggi.
Esa menghentikan gerakannya saat rama mengerang lirih. Perlahan ia membuka matanya.
“ah, maaf ram.. sakit ya..”
Rama tersenyum tipis. “nggak sa..”
“ehmm.. ya dah, mumpung kamu sudah bangun, makan dulu ya, trus minum obat..” esa beranjak dari ranjang itu namun ia berhenti dan menoleh saat tangannya di genggam oleh rama.
“nggak sa.. temenin aku..”pinta rama lirih.
Dengan kikuk esa kembali dan duduk di ranjang itu. Rama pun tampak berusaha bangkit dan duduk hingga kompres di dahinya terjatuh.
“eh, ram.. kenapa bangun.. udah kamu berbaring aja..” cegah esa panik, tapi dia langsung membisu ketika kepala rama bersandar di pundaknya.
‘deg’ jantung esa seakan ingin meloncat seperti cheerleaders.
“ram..”panggil esa pelan.
Sementara rama tampak memejamkan matanya dengan nyaman di pundak esa. Tangannya ia jalinkan di tangan esa, seperti yang dulu pernah esa lakukan padanya. Esa bisa merasakan denyut jantung rama yang berdegup kencang dan suhu badannya yang panas.
Bibir rama terbuka dan berujar lirih, “jangan tinggalin aku sa...”
Esa tersenyum lirih dan mengangguk. Ia menyandarkan pipinya di kepala rama dan mencium rambutnya.
“iya, ram.. aku ga akan ninggalin kamu lagi.. aku janji..”
Rama terdiam, lalu tertawa kecil. “aku.. dulu juga pernah bilang gitu ke kamu sa.. kamu inget?”
Esa mengangguk, bayangan masa lalu itu tampak berpendar di langit-langit kamar.
“dan aku ngelanggar janji itu.. aku minta maaf sa..”
Esa tersenyum tipis. “hehe.. itu kan masa lalu.. aku dah maafin semua kok... udah, jangan minta maaf lagi.. dari dulu kamu mang ga pernah berubah, kebanyakan maaf”
Rama terkekeh pelan lalu ia diam lagi, masih dengan senyumnya, seolah ia sedang menikmati masa-masa indah di masa lalu.
“aku bingung sa,,”
Alis esa mengeryit heran mendengar kata-kata rama. “bingung kenapa ram?”
Senyum di wajah rama sedikit memudar, “aku ga tau.. kenapa aku bisa begini.. padahal aku tahu ini salah..”
Wajah esa berubah getir. Dia tahu apa yang dimaksud rama. bahwa hubungan ini adalah hubungan yang terlarang.
“tapi kenapa.. kenapa aku ga bisa menampik perasaanku.. sejak nara nggak ada dan kamu pergi, setiap hari dan setiap malam, yang ada Cuma bayanganmu sa.. aku ga bisa ngelupain kamu.. apakah mungkin, aku mencintai kamu..?”
Esa membisu. Dia tidak tahu harus memberikan jawaban apa pada pertanyaan rama yang mungkin tak ada jawabannya.
“aku nggak tahu ram.. maaf.. aku ga tahu jawabannya.. yang jelas, aku disini mencintai kamu ram... meskipun kamu ga mencintai aku..”
Rama terdiam sesaat, lalu ia berkata lagi dengan lirih. “aku sebenarnya ngak tau, bagaiamana definisi cinta itu sebenarnya sa.. tapi jika yang namanya cinta adalah saat kau selalu ingin dekat dengannya dan tak ingin sekalipun meninggalkannya, saat kau menggeliat kesakitan ketika melihatnya bersedih, saat kau bahagia ketika melihat wajahnya yang tersenyum, saat kau ga bisa ngelupain wajahnya, dan saat kau merasa nyaman dan tentram di sisinya, maka aku mencintaimu sa.. “
Mata esa bergerak-gerak. Ia memandang rama dengan tidak percaya. ‘apa yang kamu bilang tadi ram? Apakah aku bermimpi?’ batin esa.
Jalinan tangan rama semakin erat. “sa.. sepertinya aku ga bisa bertahan lebih lama lagi sa..”
Esa terbelalak dan mengguncang tubuh rama. “kamu bilang apa ram..? kamu baik-baik aja kan?” ujar esa dengan kalut.
Dengan tangan satunya, ia mendongakkan wajah rama ke arahnya.
Wajah esa memutih ketika melihat wajah rama yang makin pucat dan panas. Matanya masih terbuka-terpejam lemah.
Esa benar-benar kalut. Jantungnya berdegup kenacang. Hal ini pernah terjadi sebelumnya.
‘kenapa ini?kenapa ini terulang lagi? Nggak! Ini nggak boleh terjadi lagi..!’
“sebentar ram.. aku panggil dokter ya,,!” saat esa akan beranjak lagi-lagi tangan rama menahannya kuat.
“jangan sa.. jangan tinggalin aku..”
Air mata esa sudah merembes keluar. Dengan pasrah ia duduk di ranjang itu dan menggenggam tangan rama.
“sa.. aku punya 2 permintaan ke kamu..”bisik rama.
Esa tak kuasa memandangnya. Ia tidak kuat dan tidak siap jika tragedi itu kan terulang kembali, bahkan kali ini pada orang yang paling ia cintai.
Saat esa masih bersimbah air mata, rama mendekati esa dan mengusap air matanya. “plis.. jangan menangis lagi sa.. “
Esa menggeleng pelan dan masih terus menangis,”nggak bisa ram.. aku ga kuat.. aku ga bisa kalau kamu tinggal.. akuu..”
Belum selesai esa bicara, bibir rama sudah membungkam bibirnya. Mata esa terbelalak. Bibir rama yang hangat itu mengecup lembut bibir esa. ini berbeda. Ini bukan ciuman seperti yang sebelumnya rama pernah perbuat. Ciuman kali ini terasa begitu manis. Inilah ciuman pertama yang rama berikan padanya. Ciuman yang selama ini esa rindukan. perlahan, esa larut dalam ciuman itu meski air mata terus mengalir tak terhenti.
Akhirnya rama melepas ciuman itu dan tangis esa mulai mereda. Mata rama memandang esa dengan sayu. Ia tersenyum tipis dan menjatuhkan kepalanya di bahu esa.
“rama... pliss.. jangan tinggalin aku..”isak esa sambil memeluk tubuh rama dan mengelus kepala rama.
“sa.. aku Cuma minta dua hal dari kamu sa..”
kesedihan esa makin menjadi. kalau bisa, ia ingin berteriak sekencang-kencangnya. Namun ia mencoba menahan kesedihannya dan mencoba tegar untuk menerima permintaan terakhir rama. “apa itu ram..?”isaknya, suaranya parau nyaris tak terdengar.
Dia seakan tidak berani mendengar permintaan rama. ia takut menapak hari tanpanya.
‘kenapa? Kenapa semua berakhir seperti ini? Kenapa saat aku mendapatkan cinta, dia harus pergi? Kenapa??’
Bibir rama terbuka, nafasnya yang hangat tampak tersengal-sengal.
“yang pertama, aku pingin kamu nyimpen ini sa.....” dengan gemetar, ia menyerahkan pin penguin nara.
Tangan esa gemetar saat meraihnya. “kenapa ram..?”
Rama tampak tersenyum tipis. “bukankah dia pernah bilang, kalau aku boleh nyerahin ini ke orang yang aku sayang.. mulai sekarang pakai pin ini sa, karena aku dah nemuin orang yang aku sayang.. nara akan senang kalau kamu yang make..”
Tangis esa makin deras, ia mencoba menguatkan tangannya untuk menggenggam pin itu dan tangan rama. “iya ram.. aku janji akan terus make pin ini..” gumam esa.
Rama tersenyum, “lalu kedua..”
Esa menggigil dan terdiam terisak menunggu kata-kata rama selanjutnya. Dipeluknya erat tubuh rama.
“aku..”suara rama terdengar makin parau.
“aku... pingin telor ceplok”
Tangis esa perlahan berhenti. Dengan tatapan bingung dan bibir menganga esa menatap wajah rama.
‘krik krik krik...’ suara jangkrik
Meski masih tampak sayu, mata rama terbuka dan memandang wajahnya, lalau dengan kedipan nakal ia tersenyum lebar pada esa.
“bruuakk..!’
Sebuah pukulan bantal mendarat di wajah rama. rama tampak tertawa terpingkal-pingkal sambil menyingkirkan bantal di wajahnya.
Ia melihat esa sudah beranjak dari ranjang itu, dia marah.
“hehe...mau kemana? Kok marah si?”tanya rama dengan wajah tanpa dosa.
Esa berhenti sesaat dan memandang rama dengan kesal. “aku ga marah kok! Aku Cuma pengen bunuh kamu..!! “
Tawa rama makin menjadi-jadi, wajahnya memerah. “haha.. jangan donk.. maaf lah sa... coz aku laper banget nih....”rengek rama.
Esa mendengus sesaat lalu berjalan lagi menuju pintu.
“loh sa.. mau kemana?”
Esa yang sudah memegang daun pintu menoleh ke rama, masih dengan wajah manyun,”katanya pengen telor ceplok?!”
“oh iya ya... hehe... yang enak ya..”
“tenang.. aku kasih bumbunya racun tikus ntar!” esa pun menutup pintu itu.
Saat ia menjauhi kamar, ia masih bisa mendengar rama tertawa puas. Diam-diam ia tersenyum dan menyeka sisa air matanya.
‘makasih ram.. makasih Tuhan.. karena Kau masih memberi kesempatan padaku untuk merasakan cinta. Aku tidak tahu sampai kapan cinta terlarang ini akan bertahan. Yang jelas, aku akan terus mencintainya. Selamanya akan begitu’
Ia pun menyelipkan pin penguin itu di bajunya.
***
Yup, begitulah. Cinta memang unik dan abstrak. Tidak ada yang bisa mendefinisikannya dengan jelas. Namun cinta ada dan setiap orang merasakannya. Cinta tidak seperti tanaman. Cinta tidak bisa tumbuh dengan rekayasa pembudidayaan. Cinta tumbuh dengan sendirinya. Tanpa paksaan dan dugaan.
‘ting tong..’
“iya sebentar..”suara kevin terdengar sayup-sayup dari luar pintu.
“aduh.. gini deh susahnya kalo ditinggal pembantu, ngapa-ngapain sendiri.. capek jadinya!”gerutu kevin dengan berbisik.
Begitu ia buka pintu, raut wajahnya berubah menjadi dingin.
“ngapain lo kesini?”
Jordan tampak menunduk dan akhirnya berani wajah kevin. “aku mau bicara dengan esa dan rama..”
Kevin tampak bimbang sesaat, namun ia akhirnya memepersilakan dia masuk.
Di ruang keluarga tampak esa dan rama tengah asik bercengkrama.
“nih.. hap!” seru esa sambil melempar kacang ke atas mulut rama.
“yah.. kamu nglempar ke mana sih..?”canda rama saat kacangnya meleset ia tangkap.
“yee.. kamunya yang kurang cekatan..hehe”kilah esa.
“halah.. kamu tuh, kurang profesional ngelemparnya..”
“eh enak aja.. aku sudah sabuk merah loh..!”
“apa hubungannya..??”
Keduanya pun terkekeh bersamaan, namun tawa mereka seketika terhenti ketika melihat jordan di hadapan mereka.
“sa..”panggilnya pelan.
“hmm.. apa?” jawab esa dingin. Dia masih marah dengan perlakuan jordan pada rama.
“aku kesini.. mau minta maaf..”
“nggak perlu minta maaf ke aku. Minta maaf ke rama.. kakak sadar kan, dengan yang kakak lakuin kemaren? Rama salah apa ke kakak?”suara esa makin meninggi dan mulai bangkit dari duduknya.
Rama segera mengusap pelan pundak esa dan berbisik menenangkannya. “sudah sa.. aku ga papa kok.. kamu tenang ya..”
Mendengar kata rama esa pun mulai mendinginkan hatinya dan kembali duduk di sofa.
“iya sa.. kakak sadar... kakak menyesal, kakak sudah khilaf kemarin... untuk itu plis maafin kakak.. ram.. aku juga minta maaf ke kamu.. kamu mau maafin ku kan?” tangan jordan gemetar dan terulur ke hadapan rama.
rama tersenyum lalu berdiri dan menyambut tangan jordan. Jordan menarik tangan rama dan sejurus kemudian merangkul tubuh rama.
“maafin aku ram.. aku sudah berprasangka jelek ke kamu.. itu semua aku lakuin karena aku sayang ma esa..”
“iya dan.. aku ngerti.. mulai sekarang aku akan terus jagain esa dan janji ga akan nyakitin dia lagi”balas rama.
Jordan melepas rangkulannya dan tersenyum puas pada rama. “makasih ram.. aku akan pegang terus janjimu itu”
Rama mengangguk tegas dan tersenyum, seolah berkata ‘kau bisa mengandalkanku!’
Esa tersenyum melihat pemandangan itu dan ia pun berdiri menghadap jordan. Sebenarnya jordan sangat ingin memeluknya, tangannya sudah gatal untuk memeluknya.
Esa mengulurkan tangannya pada jordan. “salam persahabatan”ujar esa sambil tersenyum.
Untuk sejenak jordan terdiam, ia tersenyum simpul lalu dengan ragu ia membalas salam esa.
dengan begini, semua berakhir dengan damai.
“oh iya, kemarin kan acaranya tertunda, sayang daging dan bumbunya kalo dibiarin gitu aja. Gimana kalo sekarang kalian aku undang pesta barbeque di rumahku?” tawar jordan.
Esa terdiam, lalu ia bertukar pandang dengan kevin dan rama.
***
“aaaaagg.... amm..” tampak esa sedang menyuapkan setusuk daging barbeque ke mulut rama. ternyata mereka enggan untuk melewatkan pesta barbeque di halaman belakang rumah jordan. Mumpung gratis juga, hehehe..
“hehe.. gimana? Enak kan babe? Aku sendiri yang bikin saosnya lohh..”ujar esa bangga.
Rama masih belum berkomentar, ia masih sibuk mengunyah daging di mulutnya. “ehhmm... waw..”
“waw? Hehe.. enak yah?”
Rama terdiam dan mengerling nakal ke arah esa. “waw.. rasanya galau banget..”
Sontak wajah esa memerah.”ooh... begono.. kalo gitu, mau tau, rasa yang enak itu gimana? Nih!”
Esa mendorong tubuh rama ke arah kolam renang tak jauh dari temapat mereka duduk.
“hooaaahh..”
‘byuurr...’
Tubuh rama sukses nyemplung di kolam itu, tampak esa tertawa terpingal-pingkal di pinggir kolam.
“wahahaha... enak kan..? tenang babe..!! aku akan menolongmuu..”
‘byuur..’
Kini esa yang berlagak jagoan juga ikut terjun di kolam. Saling menyibak air seperti anak kecil.
Dari jauh, jordan dan kevin duduk memandangi mereka.
Kevin tertawa kecil. “hehehe... liat mereka, kayak anak kecil ga pernah main di kolam”
Jordan tersenyum simpul memandangi mereka. Wajah esa dan rama yang bercahaya dalam pantulan air kolam.
Kevin melirik jordan dan bergumam lagi.
“lo sudah seharusnya seneng liat esa bahagia.. mungkin lo ga bisa milikin esa, tapi seenggaknya itu lebih menyenangkan saat melihat ia terbang riang dan bebas daripada melihat ia menunduk sedih dalam sangkar.”
Jordan tertawa pelan mendengar ucapan kevin dan ia menundukkan wajahnya.
‘ya.. aku mungkin ga bisa mikin kamu... tapi begini saja sudah cukup.. melihatmu tertawa selepas itu, yang bahkan tak pernah aku lihat selama kamu setahun disini. Mungkin aku sedikit iri padamu sa.. karena kamu sudah mendapatkan cintamu.. aku ga tau, apakah kelak ada orang yang bisa gantiin kamu di hatiku, tapi aku juga ga akan pernah berhenti berharap, kalau suatu saat kamu mau nerima cintaku.. setidaknya aku ingin diberi kesempatan untuk bisa membuatmu jatuh cinta padaku. Aku masih berharap, kalau kelak kamu akan mencitaiku meski kau kini tak cinta kepadaku.‘
***
The end