It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
i can sleep know..
penasaran kelanjutan ceritanya ditunggu minggu dpn ya..
goodnight..
Para penonton...
Bapak-bapak, ibu-ibu semuanya
Silahkan masuk ke lapak choco
Rada panas agak seksi
Maafkanlah
#lol
Sudah hampir dua minggu ini aku menjalani kehidupanku yang baru. Aku sudah mulai berkenalan dengan banyak teman baru. Ada Siska si cantik Chinese yang supel luar biasa. Ada Gilang si model yang pendiam dan ada Ibrahim anak daerah sama denganku, tapi usilnya luar biasa sedikit mengingatkanku dengan Noval. Hmm…, apa kabarnya yah dengan dia?
Kehidupanku dengan si sapi pun berjalan normal, walau terkadang ada sedikit salah paham, tapi di akhir hari baik aku atau pun si sapi kami tidak pernah tahan untuk saling berdiaman lama-lama. Malah terkadang aku suka mengisenginya karena kalau dia udah manyun lucu luar biasa.
Yah segitu dulu dariku dan sekarang aku harus kembali mengerjakan tugas-tugas yang mulai berdatangan.
Siapakah orang yang bernama Gilang ini?
Kalau Miki bilang Gilang adalah teman barunya yang model, tapi pemalu dan pendiam. Pertanyaan yang timbul sekarang di benak gue benarkah? Well, memang saat Gilang dan teman-temannya Miki main ke kosan dia lebih banyak diam, tapi entah bagaimana gue mendapatkan gelagat aneh dari dia.
Terkadang gue ngegap dia lagi mandangin Miki. Mungkin kalau cara memandangnya biasa-biasa aja gue gak masalah, tapi gue melihat cara pandang dia itu aneh banget seperti dia melihat Miki dengan penuh makna.
Gue sih udah bilang sama Miki soal kecurigaan gue dan Miki bilang itu cuma perasaan gue. Apakah benar itu hanya perasaan gue saja? Beda dengan kasus Noval dulu sekarang gue bisa lebih percaya sama Miki, tapi apakah itu artinya gue harus menepis kecurigaan gue ke Gilang?
Hari ini aku di buat kaget setengah mati oleh Gilang.
Tadi pagi sebelum aku berangkat kuliah Gilang mengsmsku. Isi sms dari Gilang dia meminta ketemuan denganku sehabis jadwal kuliahku yang terakhir. Pikirku ada apa dengan Gilang? Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan Gilang?
Selesai kuliah langsung kutemui Gilang dan aku dibawanya kesebuah café. Sesampainya disana Gilang hanya terdiam dan tertunduk seperti memikirkan sesuatu. Aku tidak memaksanya bicara sampai dia sendiri yang memulainya.
“Miki…,” Gilang membuka suaranya. “Maaf yah Miki bukan maksudnya gue ikut campur.”
Aku mengkerutkan dahi. Aku tidak paham dengan yang di maksud Gilang.
“Shit!” Umpat Gilang kepada dirinya sendiri.
Aku tertegun, tapi tidak bergeming.
“Are you gay?” Tanya Gilang.
Jantungku berhenti. Napasku terasa sesak.
“Maaf Miki, maaf bukan maksud gue…,” Gilang memelas. “Gue juga gay Miki. Jadi bukan maksud gue menyerang lo, gue hanya ingin memastikan.”
Aku menatapnya lama, berusaha mencari-cari tanda-tanda kebohongan atau dia sedang menipuku. Tidak ada.
“Sorry gue salah, lupain omongan gue. Anggap gue habis salah makan obat.”
Kugigit bibirku. “Darimana elo mendapatkan kesimpulan seperti itu?”
Gilang menatapku seakan tidak percaya. “It’s oblivious. Elo dan aa lo mengeluarkan aura dua insan yang sedang di mabuk cinta.”
“Bagaimana lo tahu?”
“Gue tahu karena gue pernah merasakannya,”Mendadak airmuka Gilang berubah sedih. Gilang menghindar dari mataku. Dia sungguh-sungguh.
“Gue sendiri gak tahu apakah gue gay atau bukan? Jujur, gue sendiri selalu mempertanyakan diri gue dengan pertanyaan ini. Mungkin gue tidak bisa disebut gay karena pada kenyataannya gue sama sekali gak tertarik dengan pria mana pun, bahkan mungkin juga wanita. Tapi kalau gue di sebut sebagai gay hanya karena gue mencintai dia yang kebetulan adalah seorang pria? Ya, maka gue memang gay.”
“Do you love him?”
“More than my life itself.”
“Is he worthy?”
Aku terkekeh kecil, “For every air I breath.”
“Is he gay too?”
Gue terdiam, “Gue gak tahu, tapi rasanya dia juga akan menjawab hal yang sama.”
“Isn’t difficult having relationship with your own brother?”
“Pertama-tama yang perlu gue luruskan, gue dan dia sepupuan. Walaupun pada kenyataan gue sudah tinggal bersama keluarga aa semenjak gue kelas satu SD dan yah dari segi kedekatan saudara kami kakak-adik. Tapi…, buat kami berdua itu tidak masalah. Dia tetap kakak gue dan gue adik dia. Hanya yang berbeda sekarang kami berada frekuensi yang sama.”
“Bagaimana lo bisa seyakin itu? Bagaimana kalau tiba-tiba dia berubah hati? Bagaimana kalau suatu saat hubungan kalian di ketahui keluarga kalian?” Berondong Gilang terhadapku.
Aku kepalkan telapak tanganku. Rasa sakit itu, rasa perih itu, kenangan itu. Aku menggelengkan kepalaku sekencang-kencangnya. “Kalau sampai hari itu datang gue akan melepasnya.”
Gilang menatapku, lalu tertunduk lesu. “Maafin gue Miki. Maaf bukan maksud gue menginterogasi lo. Gue…, gue hanya melihat gue yang dulu didiri lo. Gue pernah sama dengan lo. Gue pernah mencintai seseorang yang gue kenal sejak gue kecil. Bahkan dia juga menerima gue, tapi sebulan sebelum gue lulus SMA dia mengatakan dia ingin menikahi seorang perempuan dan menjadi seorang laki-laki normal. Dengan santainya juga dia memberikan nasihat supaya gue juga menjadi lelaki normal.” Airmata mengalir deras di wajah Gilang yang tampan.
Aku terdiam membisu hanya bisa menatap Gilang perih. Apakah Gilang masa depanku?
“Terima kasih Gilang.”
“Terima kasih buat apa?”
“Buat kamu yang telah menjadi sahabat yang baik,” Kuberikan senyum tulus kepada Gilang.
Gilang tersenyum kembali, “Terima kasih juga telah mendengarkan gue.”
Gilang memintaku untuk tidak berkata apa-pun kepada dia. Aku mengiyakan karena memang tidak perlu. Tapi…, aku masih memikirkan pertanyaan Gilang dan jawabanku sendiri. Benarkah aku bisa melepaskannya?
Ajib deh hari ini. Pagi-pagi nganterin bonyok ke Bandung karena ada acara arisan dari keluarga bokap dan jam tigaan kita balik lagi ke Jakarta. Perubahan cuaca dari Bandung yang sejuk ke Jakarta yang hawanya memang lagi panas-panasnya bikin gue kegerahan gak ketulungan.
Sampai kosan gue istirahat sebentar, ngeringin keringat, terus mandi. Abis mandi gue melahap makanan yang memang sengaja di bungkus nyokap sisa arisan buat gue dan Miki. Sehabis makan bengong. Mau nonton gak ada acara yang bagus. Miki? Lagi sibuk banget ngerjain tugasnya.
Gue perhatiin punggung Miki yang lagi serius banget mantengin laptopnya. Seksi banget sih kamu Miki pake kaus oblong putih ketat dan celana pendek sepaha. Terlihat jelaslah kulit putih Miki dan pahanya yang seksi. Tiba-tiba ide nakal menggelayut di benak gue.
Gue deketin Miki dan gue tempel dagu gue di bahu Miki. “Yank banyak yah tugasnya?”
“Iya.”
“Seberapa banyak?”
“Dikit lagi.”
“Dikit lagi tuh segimana?”
“Mmm…, paling dua halaman lagi.”
“Oh gitu,” Gue buat Miki menoleh ke gue dengan paksa. Gue cium Miki liar dan lama. Miki sama sekali gak protes, malah ikut menikmati. Gue lepas ciuman gue saat Miki masih ingin terus.
“Kok udah?”
“Iya segitu aja. Sisanya aku terusin sendiri.”
“Sendiri?”
“Iya kalau diterusin, kamu nanti gak selesai tugasnya. Jadi aku nerusinnya di tempat tidur sendiri,” Gue tersenyum nakal. Gue membalikkan tubuh dan berjalan ke tempat tidur. Gue hiraukan Miki yang memperhatikan gerak-gerik gue.
Gue mengeluarkan Kebo kecil yang memang sedari tadi sudah menggelinjang gak jelas. Miki memutar tubuhnya dan kembali mengerjakan tugasnya, tapi gue tahu Miki sudah kena perangkap gue.
Gue mulai mengerjai Kebo kecil dan dengan sengaja gue mendesah kencang supaya Miki dengar. Desahan gue di balas Miki dengan mempercepat ketikannya supaya terdengar jelas suara ketikkannya. Gue pengen ketawa, tapi gue tahan.
Gak lama Miki menutup laptopnya dengan kasar, berdiri dan berjalan ke arah gue dengan wajah kesal. Miki mencengkeram kuat kerah kaus gue.
“You jerk!” Gue nyengir.
Langit bergemuruh dan petir berkilatan di luar jendela. Mau hujan pantes panas. Miki tak mempedulikan dan mencium gue tak sabaran. Secepat kilat gue membuka pakaian dan celana Miki. Miki masih mencium gue sambil tangannya mengelus Kebo kecil. Sedangkan tangan gue meremas gemas bokong Miki dan sesekali menusuk-nusuk.
“Hmm…,” Gumam Miki. Miki membuka pakaian dan celana gue lalu bertekuk di depan Kebo kecil. Ini nih yang gue suka banget kalau Miki udah horny banget. Dia mengemut Kebo kecil, pipinya merah dan dia menatap gue nanar. Ugh, seksi banget sampai bikin Kebo kecil hampir mau keluar. Hahaha.
Gue menarik Miki ke atas tempat tidur, membaringkannya, lalu gue tindih Miki dan menciumnya lama. Gue bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju lemari pakaian. Gue buka lemari dan membuka laci yang ada di dalamnya. Gue mencari-cari kondom yang gue taruh di situ, tapi…, kok gak ada? Cuma kotaknya doang yang kosong melompong.
“Sayang kondomnya habis,” Gue menggaruk-garukkan kepala.
“Masa yank?”
“Iya. Aduh gimana nih?” Gue meratapi nasib Kebo kecil yang malang.
“Hmm…, ya udah gak pake juga gak apa-apa.”
Gue melotot ke Miki. “Kamu yakin?”
“Yah yang penting pake pelumas yang banyak terus pelan-pelan,” No kondom? Yes, yes. Gue tahu emang gak aman kalau gak pake cuma jujur gue pengen banget tahu sensasinya tuh kayak gimana.
Dengan binalnya gue berjalan menuju Miki.
Miki cekikikan, “Dasar mesum.”
Gue mencium Miki sambil tentu mempersiapkan Miki. Ok, here we go. Wow, sumpah kerasa banget.
“Ssshh,” Miki mendesis kesakitan.
Gue mulai khawatir, “Kalau sakit mending gak usah.”
“Jangan. Tanggung. Pelan-pelan aja.”
Gak tega gue cium Miki tanpa bergerak, tapi Miki malah dengan sengaja melingkarkan kakinya di pinggang gue dan mau enggak mau membuat gue bergerak masuk.
“Ahh…,” Desah gue dan Miki.
Ya sudah kepalang tanggung akhirnya gue bergerak juga, tapi pelan-pelan. Meskipun gue udah pelan-pelan rasa panas hasil dari gesekan membuat gue benar-benar panas. Gue melihat Miki sudah mulai bisa menikmati makanya gue bisa mempercepat gerakan gue.
“Ahh…, aahh…, yank,” Desah Miki.
Gue mengganti posisi dengan Miki diatas gue dan membiarkan Miki yang mendominasi supaya mengurangi rasa sakitnya. Tapi tetap aja hot banget dan gue mengelinjang keenakan. Mata gue sudah mengedar gak karuan. Gue lihat keatas, ke Miki, ke samping. Hmm…, perasaan gue doang atau barusan gue melihat bayangan dari sela-sela bawah pintu?
“Ada apa yank?” Tanya Miki.
“Tadi perasaan aku lihat bayangan orang dari sela bawah pintu.”
Miki melirik ke bawah pintu, “Cahaya kilat kali yank. Ternyata hujan deras.”
“Iya kali yah. Ya udah balik lagi ke urusan kita,” Gue tersenyum mesum.
“Hahaha…, dasar,” Gue melingkarkan tangan gue ke leher Miki dan mendekatkan wajah Miki ke wajah gue. Gue cium Miki lamat dan semakin bergerak nafsu.
“Yank aku mau keluar.”
“Keluarin di dalem aja.”
“Yakin yank?”
“Hmm…, iya.”
Gue semakin bergerak cepat dan akhirnya klimakslah gue didalam Miki. Miki masih di atas gue, menciumnya dan gue membuat Miki klimaks juga dengan tangan gue. Asli that was the best sex yang pernah gue lakuin sama Miki.
Oke choco is back to business maaf klo cuma sedikit tapi emang untuk yang sekarang segini dulu sebelum kita masuk ke sesi yang huhuhu....
Oh yah choco jg ada pengumuman penting mulai besok ada pengaturan jadwal. Jadi choco bakal nulis selang-seling dengan lapak yang satunya lagi. Misalkan mulai besok choco nulis disini lapak yang atunya enggak. Terus besoknya lagi choco nulis dilapak yang sono yang ini enggak, tapi tenang aja prioritas choco tetep ada disini karena ini lapak yang duluan.
Maksud choco ngatur gini biar choco gak terlalu banyak beban dan bisa santai. Kan kalo santai bisa nulis yang banyak dan jauh lebih ok.
Buat semuanya terima kasih yah udah sabar sama choco dan masih mau baca tulisan choco.
I love you guys.
MANTEEEP DEH...!!!!
Tengkyu dah dimention
sama2
love u too choco.. >.<