It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
konflik besar sudah dimulai
Masih tak ada tanda-tanda perubahan darinya. Dia semakin jauh dan tenggelam kedalam kubangan. Tak adakah cara bagiku untuk menariknya kembali kedekapanku?
Sudah puluhan kali kata-kata baik-baik saja meluncur dari mulutku kepadanya, tapi tak satupun kurasakan kebenarannya. Tak tahukah dia kalau aku merasakan sakit yang sama?
“Yank makan yah?” Rayuku kepadanya. Kalau aku tidak memintanya makan dia sama sekali tidak akan menyentuh makanannya.
Kutatap tubuhnya yang mulai mengurus. Gurat-gurat lelah mewarnai wajahnya yang tampan. “Miki jam berapa sekarang?” Suaranya parau. Aku menghela napas karena tak ada lagi kata panggilan sayang darinya untukku.
“Jam tujuh pagi. Kamu sarapan dulu. Aku udah siapin bubur,” Dia bangun dan terduduk di tempat tidur. Kusuapi dia sedikit demi sedikit.
“Udah Mik,” Ucapnya baru beberapa suap. Aku tidak memaksanya menghabiskan makanannya.
“Kalau gitu aku berangkat kuliah sekarang yah yank. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku,” Sebenarnya aku tidak mau meninggalkannya, tapi tempo hari dia menyuruhku untuk terus masuk kuliah dan membiarkannya sendirian dulu. Jika memang itu yang dia inginkan maka aku akan menurutinya.
Kakiku terasa lesu untuk terus melangkah. Bagaimana caraku untuk memperbaiki segalanya? Tapi apa yang perlu diperbaiki? Kami saling mencinta, apakah itu dosa? Apa hanya karena dia dan aku laki-laki maka segalanya menjadi salah?
Tidak adil. Ini tidak adil.
Kumenatap diantara dua jalur jalan didepanku. Jalur kiri akan membawaku kepada kehidupanku yang normal. Tapi aku sedang malas. Aku sedang tidak ingin berpura-pura baik-baik saja di saat segalanya kacau seperti ini.
Jalur kanan? Entah kemana jalur ini akan membawaku. Mungkin jalur ini akan membawaku pergi jauh. Jauh dari semua ini. Aku menghela napas. Tidak mungkin aku bisa pergi dengan keadaan seperti ini.
Rumah? Jalur ini bisa juga membawaku pulang. Tapi pulang untuk apa? Apakah aku masih diterima disana? Apakah bisa memperbaiki segalanya?
Pertanyaan terakhir berputar-putar dibenakku. Tanpa kusadari kuberlari mengambil jalur itu.
Konflik cerita plu keluarga, selingkuh n pernikahan
Kupandangi rumah ini. Rumah yang telah menampungku. Rumah yang menjadi tempatku berteduh. Dirumah ini aku menjadi lengkap.
“Miki?” Suara seorang perempuan membuyarkan lamunanku. Kumenoleh, mencari pemilik suara itu.
“Bi Uneh?”
“Ya Allah bener Miki,” Sekejap airmata bi Uneh terurai. Aku berlari mendekatinya.
“Bi Uneh kenapa?”
Tidak menjawab pertanyaanku bi Uneh langsung memelukku.
Kurasakan tubuhnya gemetar dan aku pun tak sanggup untuk menahan airmataku.
“Miki, si mamah sakit,” Ucap bi Uneh tersedu-sedu.
“Miki tahu bi.”
“Atuh kenapa jadi gini sih Miki?”
Aku sendiri tidak tahu bi.
“Mamah, papah sayang sekali sama aa dan Miki, tapi kenapa kalian seperti ini?” Rintih bi Uneh.
Aku menggigit bibir. “Aa dan Miki saling mencintai bi, apa kami salah?”
Bi Uneh menatapku tak percaya. “Sing eling Miki. Kalian tuh-“
“Laki-laki,” Potongku cepat. “Memangnya kenapa bi? Salah? Lalu Miki harus berubah kelamin dulu biar menjadi benar? Perasaan aa dan Miki sama kayak orang lain bi. Gak ada bedanya,” Kemarahan ini membuncah.
“Kenapa aa dan Miki yang harus mengalah?” Tak kuat lagi kujatuhkan wajahku di atas lututku.
“Maafin bibi yah Miki. Bibi teh gak bermaksud buat Miki sedih, bibi cuma khawatir. Bibi teh udah ngasuh kalian dari kecil jadi bibi teh tahu sifat aa dan Miki. Makanya bibi kaget naha aa dan Miki bisa begini? Punya perasaan sayang mah gak apa-apa. Semua orang juga pernah ngerasainnya. Tapi Miki, memangnya hubungan aa dan Miki teh bisa sampai kapan? Gak mungkin pan selamana. Suatu saat pasti berakhir dan setelah berakhir apa aa dan Miki bisa balik lagi seperti semula? Jadi adik-kakak? Udah gitu sekarang si mamah dan si papah udah tahu, terus Miki mau begini aja sama si mamah dan si papah?”
Kutatap wajah bi Uneh.
“Jangan cuma nurutin nafsu, Miki harus pikir perasaan mamah dan papah. Ini juga masih untung mamah Miki gak tahu. Kalau tahu bibi mah gak bisa ngebayangin gimana nanti hubungan keluarga si mamah. Bibi mah yakin Miki jeung si aa mah da balager, saroleh pasti tahulah apa yang terbaik.”
Yang terbaik?
“Miki mau masuk kedalam?”
Aku mengangguk pelan, “Tapi bi, apa mamah mau ketemu Miki?”
Bibi berpikir sejenak. “Insya Allah mau. Gimana pun si mamah masih sayang aa sama Miki pasti enggak mungkin menghindar selamanya. Yang penting sekarang mah Miki harus ikhlas dan tulus ketemuan sama si mamah,” Bi uneh tersenyum lebar padaku.
Aku pun tersenyum balik padanya. “Iya bi.”
“Ayo atuh sekarang tadi si mamah lagi di ruang tivi sama si papah, jadinya kesempatan,” Bi Uneh menarikku masuk. Jantungku berdetak kencang, tapi aku mendapatkan sedikit ketenangan dari kata-kata bi Uneh.
Benar kata bi Uneh mamah dan papah sedang berada di ruang keluarga. Sempat aku ragu, tapi bi Uneh tetap meyakinkanku untuk terus masuk. Aku menghirup napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya.
“Teh, kang. Ini ada Miki,” Mamah dan papah menoleh padaku. Mereka menatapku datar. Aku hanya bisa menelan ludah. “Miki bi Uneh ke dapur dulu.”
“Tapi bi…”
“Udah yang ikhlas Miki,” Bi Uneh meninggalkanku berdiri sendirian di sudut ruangan.
“Pah. Mah.”
“Mau apa kamu kemari?” Tanya papah dingin,
“Mi…, Miki-“
“Tolong Miki kalau kamu kesini hanya untuk meminta maaf yang hampa lebih baik kamu keluar saja. Lihat mamah kamu sekarang, memangnya kamu enggak kasihan?”
Kutatap mamah yang tak lagi melihat kepadaku. Pandangannya kosong dan wajahnya tampak sangat sayu. Ma…, mah maafin Miki. Bukan maksud Miki. Lagi airmataku mengalir deras. Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Papah beranjak dari kursinya dan mendatangiku. “Udah Miki lebih baik kamu balik kekosan aja,” Papah berusaha mendorongku keluar, tapi aku bertahan.
“Tapi pah Miki mau minta maaf.”
“Lalu apa? Miki pikir minta maaf saja cukup? Papah dan mamah sudah terlalu kecewa sama kamu dan aa. Permintaan maaf yang enggak berarti apa-apa hanya menambah kekecewaan kami berdua.”
Aku menggamit bibirku, lalu aku berlari menghindari papah dan mendatangi mamah. Aku bersimpuh didepan mamah, “Mah? Mamah harus dengerin Miki. Aa gak salah apa-apa mah, yang salah tuh Miki. Miki yang udah buat aa seperti sekarang ini. Kalau mamah mau salahin orang, salahin Miki mah, tapi jangan salahin aa. Anak mamah sendiri,” Ini untuk yang terbaik.
“Miki kesini mau terima kasih sama mamah, sama papah, sama bi Uneh yang udah rela ngebesarin Miki dengan ikhlas. Dan maafin Miki karena Miki udah ngerusak aa. Enggak sepantasnya orang luar kayak Miki berbuat kayak begini untuk ngebalas budi mamah. Mamah mau benci Miki seumur hidup juga boleh. Cuma satu yang Miki minta. Tolong yah mah jangan lupain Miki.”
“Kamu ngomong apa?” Tanya mamah tiba-tiba.
“Mah?”
“Orang luar siapa?”
“Mi-“
“Kamu pikir mamah sepicik itu.”
Kubenamkan wajahku di tangan mamah. “Maafin Miki mah, bukan itu maksud Miki.”
“Biarpun mamah enggak melahirkan Miki, tapi buat mamah Miki selalu anak mamah. Mamah hanya sedih Miki,” Ucap mamah pelan. “Mamah sedih dua anak mamah udah tega bikin hati mamah berkeping-keping. Mamah nanya ke diri mamah sendiri, apa yang salah dari cara mamah membesarkan anak-anak mamah? Apa mamah kurang memberikan kasih sayang ke anak-anak mamah? Apa mamah udah ngejahatin anak-anak mamah?”
Dada ini terasa terhantam palu. “Enggak mah. Mamah adalah ibu yang baik. Mamah udah ngebesarin kita dengan baik.”
“Terus kenapa atuh Miki? Kenapa?” Mamah merintih pelan.
Kupeluk mamah erat, “Maafin Miki mah. Maaf.” Beribu maaf kubisikkan ditelinga mamah, tapi aku tahu hati mamah masih sangat terluka.
Bi Uneh benar hanya ada satu jalan terbaik yang harus aku tempuh. Dan mengorbankan keluarga bukanlah jawabannya.
Kalau kalian tanya apakah aku tidak sakit? Tentu aku teramat sangat sakit. Tapi inilah hidup kita tidak mungkin mendapatkan segala yang kita inginkan. Hanya ada satu hal yang menguatkanku saat ini.
Rasa ini. Rasa cintaku kepadanyalah yang menguatkanku.
Yup sekian dulu untuk hari ini. Maaf yah kalau tulisan choco kurang enak hari ini kayaknya emang mood choco lagi gak to the max. Mudah2an besok2 bisa membaik. Amin.
Selamat malam semuanya.