It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
owh....bukannya kita bisa dugem di gunung salak juga?
Kasian amir..
anang ada ada aja dehhh....
poto nya udh gw apus
ngeri bgt liat nya abis terlalu lebaiyyyyy.....
dian sastro is de best poko na mahh...
[img][/img]
buakn gunung
jatuh pas lepas landas dulu msh dalam kota daerah Kopo yh
lupa...
Selain Kornel, 5 Direksi PT DI Diundang Joyflight
INILAH.COM, Bandung - Selain Ir Kornel M Sihombing, jajaran direksi PT Dirgantara Indonesia (DI) lainnya mendapatkan undangan joyflight pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100. Setidaknya ada lima undangan yang diberikan untuk jajaran direksi PT DI.
Humas PT DI Rakhendi Triyatna menegaskan, Ir Kornel Sihombing merupakan perwakilan PT DI untuk menghandiri acara joyflight pesawat SSJ 100. Selain korban, sebenarnya sejumlah Direksi PT Di juga mendapat undangan yang sama.
"Pak Kornel menjadi perwakilan PT DI, namun sebenarnya ada sekitar lima orang perwakilan tapi terjebak kemacetan sehingga terlambat mengikuti acara joyflight," kata Rakhendi saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (10/5/2012).
Menurut Rakhendi, Kornel sudah bekerja di perusahaan penerbangan itu sejak tahun 1992. Kornel merupakan lulusan Sarjana Teknik Mesin ITB dan S2 di TU Delft Belanda. Saat ini, Ir Kornel M Sihombing menjabat sebagai Kepala Divisi Bisnis Direktorat Aerostructure PT Dirgantara Indonesia
"Kornel merupakan salah satu aset terbaik PT DI. Lalu, beliau merupakan penata ulang aerostruckture (pembuatan komponen pesawat,red) dan memiliki nasionalis yang tinggi," pungkasnya.[ang]
ruang hati | May 11, 2012 | Comments 0
Penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan perusahaan Rusia masih belum jelas. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), lembaga berwenang yang melakukan penyelidikan, tentu membutuhkan waktu untuk mengungkapkan apa penyebab kecelakaan tersebut. Sukhoi Superjet 100 melakukan joy flight, Rabu (9/5/2012), dari Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta. Pesawat itu tiba-tiba hilang kontak pada ketinggian 10 ribu kaki, lalu ditemukan jatuh di lereng Gunung Salak, Jawa Barat, Kamis (10/5/2012). Pesawat itu mengangkut 42 penumpang (antara lain jurnalis, pengusaha, pramugari, dan pilot Sky Aviation), serta delapan kru.
Berbagai pertanyaan dan dugaan muncul di publik, yang kira-kira terkait dengan pertanyaan mengapa kecelakaan tragis itu bisa terjadi. Seorang pilot demo terbaik, Mogomed Tolboev, mengatakan kepada media Rusia bahwa kecelakaan Sukhoi Superjet 100 kemungkinan terkait dengan masalah persiapan penerbangan.
“Kemampuan para awak Sukhoi selalu diandalkan dan hanya sedikit yang meragukan. Tur promosi Superjet ini adalah yang pertama dengan pilot profesional dan berpengalaman,” tulis BBC yang menggambarkan faktor kemampuan awak dan pilot bisa diandalkan. Dilansir TRIBUNnews.com, Pemimpin Redaksi Angkasa Adrianus Dharmawan menilai, pesawat Sukhoi SSJ 100 itu melakukan penerbangan yang tidak lazim. Hal itu disebabkan adanya penurunan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.
“Prosedur penerbangan secara umum, bila di daerah pegunungan ada cuaca buruk, minimal harus terbang beberapa ratus kaki di atas ketinggian maksimal gunung di situ,” kata Dharmawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/5/2012).
Dharmawan mengatakan, di lokasi tersebut terdapat tiga gunung, yakni Halimun, Pangrango, dan Salak. Gunung tertinggi adalah Halimun, yakni 8.000 kaki. Anggota DPR RI Teguh Juwarno menyoroti alat Emergency Located Transmitter (ELT) yang terdapat pada pesawat Sukhoi Superjet 100. Alat ini ternyata tidak menyala saat pesawat itu menabrak tebing. Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara mempertanyakan keputusan petugas Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soekarno Hatta Cengkareng yang mengizinkan Sukhoi terbang rendah hingga 6.000 kaki dari sebelumnya 10.000 kaki. Nahas, pesawat tersebut menabrak Gunung Salak dan ditemukan jatuh di puncak Gunung Salak II yang memiliki ketinggian 7.152 kaki.
Muncul pula pertanyaan lain. Benarkah faktor penyebab kecelakaan adalah penggunaan handphone pada saat pesawat Sukhoi itu sedang terbang? Berbagai pesan berantai mengenai masalah ini muncul sejak Kamis (10/5/2012) malam.
Ada yang menyertakan link (tautan) berita yang terkait dengan dugaan tersebut. Pagi ini muncul lagi. Salah satunya dari Kompasiana, blog yang dioperasikan KOMPAS.com. Tulisan dari blogger dengan nama Seand Munir ini berjudul “Ternyata Para Penumpang Sukhoi Itu Mengaktifkan HPnya di Pesawat”. Tulisan tersebut, Jumat (11/5/2012) pagi ini, sudah dibaca 135.980 kali, termasuk yang paling banyak dibaca. Artikel itu cukup panjang, terutama mengulas bagaimana bahaya sinyal telepon selular dalam penerbangan, tapi bagian yang mengulas mengenai penumpang yang menggunakan HP hanya ini:
“Sejumlah penumpang pesawat naas Sukhoi itu ternyata mengaktifkan HPnya tepat di saat pesawat sedang terbang. Terbukti sejumlah panggilan ke HP mereka nyambung. Padahal ini sangat tak diperbolehkan dan bisa membahayakan penerbangan. Misalnya telepon seluler alias HP dua wartawan majalah Angkasa, masih aktif saat dihubungi pukul 17.00 WIB. Tapi keduanya tidak mengangkat telepon. Demikian juga seorang istri yang mengontak suaminya di Sukhoi itu juga aktif HPnya. Apakah karena para penumpang itu menganggap Sukhoi kali ini adalah dalam penerbangan Joy flight? di luar jalur penerbangan komersial biasa?”
Tentu KNKT-lah yang perlu menyelidiki kemungkinan ini. agaimanapun, kecelakaan besar itu, yang merenggut begitu banyak nyawa, harus diteliti dan hasilnya dilaporkan ke publik. Akbar Faisal, anggota DPR RI dari Partai Hanura, mengirim komentar kepada media. “Peraturan tentang keselamatan penerbangan itu sangat baku tapi seringkali penumpang masa bodoh dan baru sadar ketika kecelakaan sudah terjadi,” katanya. Seperti banyak pihak, Akbar berharap KNKT mampu menjawab mengapa Sukhoi naas itu bisa jatuh. “Kinerja KNKT sejauh ini masih sangat bagus. Kita tunggu hasil investigasi mereka,” ujar Akbar. Ya, kita tunggu KNKT sembari mengirimkan doa kepada para korban. Juga doa untuk keluarga korban yang menanti dengan cemas.
Public Relation Manager XL Henry Wijayanto, mengabaikan regulasi yang ada dapat mengganggu penerbangan. Sistem instrumen pendaratan pesawat terbang yang mengkontrol jarak vertikal dan penyesuaian dengan landasan pacu, merupakan sistem paling sensitif yang ada di pesawat. Sistem navigasi pesawat, ternyata kerap menggunakan frekuensi yang bersebelahan dengan frekuensi radio. Lantas, apakah jika HP penumpang Sukhoi nahas masih aktif sampai sekarang, posisinya dapat dilacak? “Kalau menyala atau memang sepanjang ada coverage (sinyal), tentunya bisa terdeteksi oleh pihak operator. Sinyal akan dipanjangkan dari HP ke menara BTC terdekat hingga akhirnya ditangkap pihak kami. Itu.. Kalau ada sinyal,” bincang Henri kepada Media di Jakarta, Jumat (11/5). Henry berusaha bijak.
Ia tidak mau mengkomentari atau memberikan kebenaran soal kabar jatuhnya Sukhoi lantaran sistem di pesawat rusak akibat adanya HP yang diaktifkan. “Biarkan pihak-pihak berwajib yang memberikan komentar. Saya tidak mau meninggalkan asumsi yang dapat membuat informasi menjadi simpang siur,” tandasnya. Pihak XL sendiri siap membantu mendeteksi lokasi jatuhnya pesawat melalui sinyal HP. “Jika diperlukan, kami siap,” kata Bos Humas XL itu. Benar tidaknya kabar yang berembus, setiap insan sejatinya menaati peraturan yang ada. Jadi, saat pesawat hendak take off, ada baiknya menonaktifkan HP Anda. (Sumber)
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/11/beredar-rumor-hp-masih-nyala-penyebab-kecelakaan-sukhoi/
ruang hati | May 11, 2012 | Comments 0
Penyebab jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 buatan perusahaan Rusia masih belum jelas. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), lembaga berwenang yang melakukan penyelidikan, tentu membutuhkan waktu untuk mengungkapkan apa penyebab kecelakaan tersebut. Sukhoi Superjet 100 melakukan joy flight, Rabu (9/5/2012), dari Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta. Pesawat itu tiba-tiba hilang kontak pada ketinggian 10 ribu kaki, lalu ditemukan jatuh di lereng Gunung Salak, Jawa Barat, Kamis (10/5/2012). Pesawat itu mengangkut 42 penumpang (antara lain jurnalis, pengusaha, pramugari, dan pilot Sky Aviation), serta delapan kru.
Berbagai pertanyaan dan dugaan muncul di publik, yang kira-kira terkait dengan pertanyaan mengapa kecelakaan tragis itu bisa terjadi. Seorang pilot demo terbaik, Mogomed Tolboev, mengatakan kepada media Rusia bahwa kecelakaan Sukhoi Superjet 100 kemungkinan terkait dengan masalah persiapan penerbangan.
“Kemampuan para awak Sukhoi selalu diandalkan dan hanya sedikit yang meragukan. Tur promosi Superjet ini adalah yang pertama dengan pilot profesional dan berpengalaman,” tulis BBC yang menggambarkan faktor kemampuan awak dan pilot bisa diandalkan. Dilansir TRIBUNnews.com, Pemimpin Redaksi Angkasa Adrianus Dharmawan menilai, pesawat Sukhoi SSJ 100 itu melakukan penerbangan yang tidak lazim. Hal itu disebabkan adanya penurunan ketinggian pesawat dari 10 ribu kaki ke 6.000 kaki.
“Prosedur penerbangan secara umum, bila di daerah pegunungan ada cuaca buruk, minimal harus terbang beberapa ratus kaki di atas ketinggian maksimal gunung di situ,” kata Dharmawan di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (10/5/2012).
Dharmawan mengatakan, di lokasi tersebut terdapat tiga gunung, yakni Halimun, Pangrango, dan Salak. Gunung tertinggi adalah Halimun, yakni 8.000 kaki. Anggota DPR RI Teguh Juwarno menyoroti alat Emergency Located Transmitter (ELT) yang terdapat pada pesawat Sukhoi Superjet 100. Alat ini ternyata tidak menyala saat pesawat itu menabrak tebing. Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara mempertanyakan keputusan petugas Air Traffic Controller (ATC) Bandara Soekarno Hatta Cengkareng yang mengizinkan Sukhoi terbang rendah hingga 6.000 kaki dari sebelumnya 10.000 kaki. Nahas, pesawat tersebut menabrak Gunung Salak dan ditemukan jatuh di puncak Gunung Salak II yang memiliki ketinggian 7.152 kaki.
Muncul pula pertanyaan lain. Benarkah faktor penyebab kecelakaan adalah penggunaan handphone pada saat pesawat Sukhoi itu sedang terbang? Berbagai pesan berantai mengenai masalah ini muncul sejak Kamis (10/5/2012) malam.
Ada yang menyertakan link (tautan) berita yang terkait dengan dugaan tersebut. Pagi ini muncul lagi. Salah satunya dari Kompasiana, blog yang dioperasikan KOMPAS.com. Tulisan dari blogger dengan nama Seand Munir ini berjudul “Ternyata Para Penumpang Sukhoi Itu Mengaktifkan HPnya di Pesawat”. Tulisan tersebut, Jumat (11/5/2012) pagi ini, sudah dibaca 135.980 kali, termasuk yang paling banyak dibaca. Artikel itu cukup panjang, terutama mengulas bagaimana bahaya sinyal telepon selular dalam penerbangan, tapi bagian yang mengulas mengenai penumpang yang menggunakan HP hanya ini:
“Sejumlah penumpang pesawat naas Sukhoi itu ternyata mengaktifkan HPnya tepat di saat pesawat sedang terbang. Terbukti sejumlah panggilan ke HP mereka nyambung. Padahal ini sangat tak diperbolehkan dan bisa membahayakan penerbangan. Misalnya telepon seluler alias HP dua wartawan majalah Angkasa, masih aktif saat dihubungi pukul 17.00 WIB. Tapi keduanya tidak mengangkat telepon. Demikian juga seorang istri yang mengontak suaminya di Sukhoi itu juga aktif HPnya. Apakah karena para penumpang itu menganggap Sukhoi kali ini adalah dalam penerbangan Joy flight? di luar jalur penerbangan komersial biasa?”
Tentu KNKT-lah yang perlu menyelidiki kemungkinan ini. agaimanapun, kecelakaan besar itu, yang merenggut begitu banyak nyawa, harus diteliti dan hasilnya dilaporkan ke publik. Akbar Faisal, anggota DPR RI dari Partai Hanura, mengirim komentar kepada media. “Peraturan tentang keselamatan penerbangan itu sangat baku tapi seringkali penumpang masa bodoh dan baru sadar ketika kecelakaan sudah terjadi,” katanya. Seperti banyak pihak, Akbar berharap KNKT mampu menjawab mengapa Sukhoi naas itu bisa jatuh. “Kinerja KNKT sejauh ini masih sangat bagus. Kita tunggu hasil investigasi mereka,” ujar Akbar. Ya, kita tunggu KNKT sembari mengirimkan doa kepada para korban. Juga doa untuk keluarga korban yang menanti dengan cemas.
Public Relation Manager XL Henry Wijayanto, mengabaikan regulasi yang ada dapat mengganggu penerbangan. Sistem instrumen pendaratan pesawat terbang yang mengkontrol jarak vertikal dan penyesuaian dengan landasan pacu, merupakan sistem paling sensitif yang ada di pesawat. Sistem navigasi pesawat, ternyata kerap menggunakan frekuensi yang bersebelahan dengan frekuensi radio. Lantas, apakah jika HP penumpang Sukhoi nahas masih aktif sampai sekarang, posisinya dapat dilacak? “Kalau menyala atau memang sepanjang ada coverage (sinyal), tentunya bisa terdeteksi oleh pihak operator. Sinyal akan dipanjangkan dari HP ke menara BTC terdekat hingga akhirnya ditangkap pihak kami. Itu.. Kalau ada sinyal,” bincang Henri kepada Media di Jakarta, Jumat (11/5). Henry berusaha bijak.
Ia tidak mau mengkomentari atau memberikan kebenaran soal kabar jatuhnya Sukhoi lantaran sistem di pesawat rusak akibat adanya HP yang diaktifkan. “Biarkan pihak-pihak berwajib yang memberikan komentar. Saya tidak mau meninggalkan asumsi yang dapat membuat informasi menjadi simpang siur,” tandasnya. Pihak XL sendiri siap membantu mendeteksi lokasi jatuhnya pesawat melalui sinyal HP. “Jika diperlukan, kami siap,” kata Bos Humas XL itu. Benar tidaknya kabar yang berembus, setiap insan sejatinya menaati peraturan yang ada. Jadi, saat pesawat hendak take off, ada baiknya menonaktifkan HP Anda. (Sumber)
Read more at: http://www.ruanghati.com/2012/05/11/beredar-rumor-hp-masih-nyala-penyebab-kecelakaan-sukhoi/
[img][/img]
Jejak KTP di Jenazah Sang Negosiator Brilian PT DI
Almarhum Kornelis M Sihombing (insert)
Dia cukup cerdas, enerjik. Jadi Pak Kornel ini tidak memasarkan produk PT DI, tapi dia mendapatkan order untuk komponen
Khoirul Saleh, kolega almarhum M Sihombing
Potongan Tubuh Manusia dan Pesawat Bergelantungan di Pohon
Berita Terkait: Pesawat Sukhoi Jatuh
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Ridwan Hakim (20) tiba di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100, di tebing Gunung Salak I, Batutapak, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (11/5/2012) pukul 10.15 WIB.
Ia tiba bersama dua rekannya, Komarun (20) dan Kurniadi (21), serta sejumlah anggota Marinir.
Ridwan mengungkapkan, setiba di lokasi, ia dan dua rekannya melihat banyak potongan tubuh manusia, dan pesawat berserakan di bibir tebing dengan kemiringan sekitar 85 derajat.
Potongan tubuh manusia dan pesawat juga tampak bergelantungan di atas pohon dengan kondisi hangus.
Berada di ketinggian 2.006 kaki di atas permukaan laut selama sekitar dua jam, Ridwan mengaku sempat membantu anggota Marinir memasukkan sejumlah potongan tubuh manusia ke dalam empat kantong mayat.
"Posisinya di slep, tebing. Sepertinya pesawat itu meledak. Tadi sudah diambil. Tadi sebelum kami turun, saya sempat angkat potongan jenazah. Yang kami lihat ada empat kantong mayat," ujar Ridwan di Posko Utama kecelakaan SSJ 100, Balai Ternak Embrio, Cipelang, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5/2012) petang.
Menurutnya, keempat kantong mayat itu dibawa ke puncak Gunung Salak dengan cara manual.
"Tadi, sebelum kami turun, bapak-bapak Marinir sedang membuat landasan helikopter di Puncak Gunung Salak 1, dan diuji coba, mungkin sekarang bisa digunakan," jelasnya.
Karena berupa potongan tubuh, Ridwan tak bisa memastikan jumlah korban yang ada di keempat kantong mayat tersebut.
"Yang saya lihat, di kantong mayat itu ada seorang perempuan dan dua laki-laki," tuturnya.
Ridwan dan dua rekannya merupakan anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Indonesa (UI) angkatan 2010. Mereka bersama sejumlah anggota Marinir menjadi kelompok pertama yang tiba di lokasi. (*)
Maaf, Ini Tragedi, Bukan Sinetron!
OPINI | 13 May 2012 | 18:33 Dibaca: 120 Komentar: 3 Nihil
“Sudah kewajiban media, termasuk tipi buat menyiarkan berita. Apalagi ini kan berita penting…” kata Ulis Kodir kepada warga yang ramai-ramai menonton berita perkembangan tragedi jatuhnya pesawat Sukhoi di televisi yang nangkring di pos ronda Cibangkonol. Pos ronda itu sendiri sudah hampir seperti landasan helikopter di Pasir Pogor, ramai dikunjungi warga yang penasaran.
“Masalahnya Lis, media itu, terutama tipi, sudah membuat tragedi ini seperti telenovela, sengaja dipanjang-panjangkan, ditambah-tambahi, bahkan sengaja dibuat semakin dramatis dan tragis dengan menyajikan tangisan keluarga korban, kantong mayat yang diangkut, dan komentar-komentar yang nggak perlu!” kata Mang Jarot yang setia menonton perkembangan berita itu sejak empat hari yang lalu, seolah dia punya keluarga yang menjadi korban.
“Terus maunya bagaimana?” tanya Ulis Kodir, Sekretaris Desa Cibangkonol itu. “Ya kalau mau diberitakan, beritakan saja, nggak usah ditambah-tambahi dengan pidio klip orang nangis, kantong mayat diangkut, puing-puing pesawat, ambulan bolak-balik, terus pake ditambahi judul mengerikan dan lagu yang mendayu-dayu.. Cing hargai perasaan keluarga korban atuh…” kata Mang Jarot lagi. “Sudah gitu, ada tuh tipi yang kerjaannya mewawancarai keluarga korban, sampai didatangi ke rumahnya segala, itu kan namanya nggak punya empati!”
Ulis Kodir mengangguk-angguk tanda setuju, beberapa orang juga sepakat dengan argumen Mang Jarot itu. “Ya kalau bagian itu saya juga setuju. Banyak media yang lebay, bikin acara ulasan kiri kanan, tapi pake diselingi iklan yang ketawa-ketawa, kesannya gimanaa gitu, orang lagi susah masih juga mengambil keuntungan sambil ketawa-ketawa…” kata Ulis Kodir.
“Katanya malah beredar poto-poto kondisi korban di internet sama bebe-em. Eta yang nyebarin poto bener-bener nggak punya perasaan pisan nya…” Mang Usep ikut nimbrung. Mang Jarot melirik, “Bener tah, dimana perasaannya orang yang kayak gitu. Saya juga sebel sama masyarakat yang merubung lokasi kejadian, bukannya bantuin, malah ngerubung, menghalangi jalan. Sama tuh, dengan wartawan yang nanya-nanya terus sama orang yang sedang bekerja!” kata Mang Jarot.
“Ah, tapi ada juga kok berita yang bagus, ada yang memberitakan warga yang ikut menyumbang makanan buat tim relawan, ada berita relawan yang berhari-hari ninggalin keluarganya demi tugas, terus disorot sedang solat berjamaah di hutan…” kali ini Mang Ili ikutan nimbrung. “Kalau berita yang model gini kan menenangkan, masyarakat simpati, terus keluarga korban juga mungkin merasa lebih tenang, karena keluarga mereka ditangani oleh orang-orang yang baik dan soleh….” sambungnya.
“Kalau menurut saya mah, daripada memaki-maki stasiun tipi yang kurang berperasaan dan memperlakukan kejadian ini seperti sinetron, atau memaki-maki orang yang menyebarkan gambar korban, atau sebel sama orang yang nonton di lokasi, wartawan yang nanya-nanya orang yang sedang kerja, atau orang yang mengaku ahli penerbangan dan malah menebak-nebak yang belum tentu bener, terus kita di sini hanya nonton mereka tanpa berbuat apa-apa, mendingan pulang, diam di rumah, kirim doa buat korban, atau mumpung sekalian lagi ngumpul, mendingan kita matikan tipi, terus berdoa bersama!” kata seseorang. Warga melirik, ternyata yang ngomong adalah si Kabayan yang berdiri di luar pos ronda.
“Tah, bener Kabayan. Sok matikan tipinya!” kata Ulis Kodir. Seseorang lalu mematikan televisi. “Sok pimpin doanya…” kata Ulis Kodir lagi sambil melirik Mang Jarot, Mang Jarot melirik Mang Ili, Mang Ili melirik lagi pada Kabayan. Kabayan garuk-garuk kepala, “Daripada saya salah, mendingan saya panggil Ajengan Iding saja ya, buat memimpin doanya!”
Kabayan meninggalkan pos ronda untuk memanggil Ustadz Iding, warga yang ada di situ tak ada yang berani bergerak, apalagi sampai menyalakan televisi, takut dianggap tidak punya rasa empati. Dalam hati, mereka juga menyesal telah menjadikan tragedi ini layaknya sebuah tontonan.
Jogja, 13 Mei 2012
(Teriring doa bagi para korban dan ucapan belasungkawa bagi keluarga yang ditinggalkan)
dan buat bang
kolonel sihombing alumni MS ITB.
semoga dirimu selamat yah bang. Amin Tuhan!
masih terngiang semua materi organisasi dan manajemen waktu yang kau pernah berikan ke kami.
blom ada data tambahan dari mu;...default...
kyk nya kamu mmg ngetem gk ke mana2 lagi yah...
ada yg ngajakin ke bali dia butuh temen
pliss lah;...fokus gw baru ke yg lain...
asli nya si asik aja kalo jalan ama dia;...muscled abess....