It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mimpi memang terkadang berbeda seratus delapan puluh derajat dari realita. Saat di mana ia hanya bisa melihat Girin dari layar kaca--meskipun Mbak Ita adalah manager Girin--tapi ia sama sekali belum pernah bertemu dengan idolanya itu, saat itu ia begitu berharap bisa bertatap muka dengan pujaannya itu. Tapi apa yang terjadi? Keinginannya yang ingin berjumpa dengan girin walau sekali saja itu, membuahkan masalah baginya. Bahkan sejak hari pertama pertemuan mereka.
Hergy tak pernah mendapat perilaku bersahabat dari Girin. Idolanya itu selalu memusuhinya. Awalnya Hergy merasa bingung, kesalahan apa yang sudah ia perbuat, sehingga Girin begitu membenci dirinya. Dan sebelum alasan itu ia ketahui, ia selalu bertekad akan bertahan dari semua penindasan yang Girin berikan padanya. Ia bertekad untuk merubah semua sikap permusuhan Girin menjadi sikap manis yang menenangkan. Tapi sekarang, Hergy memilih mundur setelah mengetahui alasan dibalik kebencian yang selalu Girin tunjukkan padanya.
Girin tidak sudi memiliki saudara seperti dirinya. Girin menentang pernikahan Papa dan Tante Lidya hanya karena dirinya. Hergy merasa sedih. Selama ini ia hidup dengan nyaman dan diberikan kasih sayang yang melimpah dari Mbak Ita dan Papa. Ia menganggap Mbak Ita sebagai kakak kandungnya dan Papa adalah Papa kandungnya. Ia ingin membalas kebaikan dua orang yang dianggap Hergy sebagai malaikat tanpa sayap itu.
Hergy beranggapan, mungkin inilah saatnya ia berkorban demi Papanya. Papa terancam batal menikah dengan Tante Lidya, jika Hergy masih ada di rumah itu. Girin pasti tak akan merubah pendiriannya. Hergy memilih mengalah. Ia rela meninggalkan rumah. Toh suatu saat nanti pikirnya, ia juga akan keluar dari rumah itu...
"Adaw!"teriak Hergy sambil mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit.
"M-maaf..."ujar seseorang sambil mendekati Hergy.
Seorang lelaki berambut gondrong, berkaca mata dan mengenakan celemek berdiri di hadapan Hergy.
Hergy mengerutkan keningnya.
Aneh sekali dandanan ini orang, pikir Hergy. Rambutnya lurus dan gondrong seumpama rocker, eh tapi pake celemek dan membawa plastik buah.
"Maaf, saya tidak sengaja,"kata lelaki itu.
"Iya..tak apa-apa.."kata Hergy meski sedikit jengkel.
Lelaki itu meneliti Hergy dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Sendirian di sini ngapain? Sebentar lagi malam,"kata lelaki itu.
"Ngg..."
"Lebih baik cepat pulang ke rumah. Di sini tempat mangkal preman..."
"Ha?!"
"Iya. Lebih baik kalau malam jangan lama-lama di sini..."
"Aku nggak punya rumah!"kata Hergy.
Lelaki itu mengerutkan keningnya.
"Masa?"ucapnya tak percaya.
Hergy mengangguk.
Lelaki itu meneliti Hergy sekali lagi. Ia mungkin kebingungan. Seorang pemuda tampan dan tampak bersih di depannya itu mengaku tidak punya rumah? Sulit untuk dipercayai.
"Apa kamu serius?"tanya lelaki itu lagi.
"Aku serius..."
"Hmmm...kalau begitu, bagaimana kalau kamu ikut aku saja?"
"Yang benar?"tanya Hergy kegirangan.
Lelaki itu mengangguk.
"Ayo!"
Hergy mengangguk dengan semangat.
%%%
@Awansiwon : nggak tw th..
Hergy mengangguk.
"Nah...untuk sementara, kamu boleh tinggal di sini."
"Terima kasih banyak Tuan..."
"Tapi, ada syaratnya. Mau?"
"Eh?"
"Kamu harus kerja di sini, bagaimana?"
"Kerja? I-iya, aku terima!"jawab Hergy.
"Good! Namaku Alex, siapa namamu?"tanya Lelaki bernama Alex itu.
"H...hergy."
"Hergy? Uhm...keluarga?"
"A, aku yatim piatu..."
"Oh, maaf!"kata Alex.
"Nggak apa-apa..."
"Ayo masuk..."ajak Alex lagi sambil mempersilahkan Hergy masuk lebih dulu.
Hergy mengangguk.
Alex mengikuti dari belakang dengan mimik wajah seperti berpikir.
Alex merasa de javu. Ia sepertinya pernah melihat Hergy. Tapi di mana??"
"Waahh...rumahnya natural sekali..."gumam Hergy sembari memperhatikan furniture yang semuanya terbuat dari kayu dan bewarna tanah dan kecokelatan.
Alex tersenyum.
Di mana ya?? Alex masih mengingat-ingat.
"Tuan Alex, kamu sudah menikah?"tanya Hergy.
Alex mengangguk.
Ngg...di...akh! Masa sih?? Alex masih berusaha untuk mengingat.
"Oh...! Iya..."gumam Alex kemudian sembari mengangguk-angguk.
"Ada apa?"tanya Hergy.
"Ti..tidak!"
Ya, mirip dengan yang ada di foto! Yang pernah dicorat-coret sama dia,gumam Alex dalam hati sambil tersenyum pada Hergy.
"Tapi masa, sih?"desis Alex lagi masih tak percaya dengan ingatannya.
"Maaf, tugasku apa ya?"tegur Hergy.
"Eh, hampir lupa! Pekerjaanmu mengasuh anakku!"
"Ha?!"
"Belakangan ini kami sedang banyak pengunjung. Anakku sempat tak terurus. Singkatnya...kamu jadi baby sitter selama kami sibuk. Bisa mengacuk anak kecil, kan?"
"Ngg..."
"Seorang anak laki-laki..."sambung Alex.
"I..tapi, aku belum pernah mengasuh sebelumnya,"jawab Hergy terus terang.
"Kamu pasti bisa,"kata Alex meyakinkan.
"B-baiklah..."
"Kalo begitu, ayo kita menemui Alvin, anakku!"ajak Alex.
Hergy mengangguk.
@touch : ntar tw sendiri y.
@Tea_for_two : ya. Menyalahin aturan nggak kira2? ada bbrp perubahan. Cm untuk menghibur teman2 di sini n bukan untuk tujuan komersil.