It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Baktiirmawan : sama banget kalau gitu.....Hehehhehe.....
Bentar lagi ya mau di upload ceritanya
@DItyadrew2 : Kelakuannya jangan ditiru ya....Ngaco banget
@rioadiansyah : Yang ini baru, tapi yang journal udah tamat.
Bentar ya....Mau di upload lagi
Lanjut ke part 2 ya.....
Turut mengundang juga pembaca yang sudah membaca Journal.
Mohon komentarnya ya....
Kebetulan sekolahku bersebelahan dengan SMA swasta, dan ada diantara mereka ada yang mempunyai sifat arogan dan sok jagoan. Terkadang mereka datang ke sekolah hanya untuk berkumpul bersama teman2nya sambil menegak obat-obatan yang bisa memabukkan.
Mereka biasa berkumpul di belakang gedung sekolah. Diantara mereka ada yang membuat hatiku tertarik. Wajahnya tidak terlalu cakep, namun sangat tegas garis mukanya, tingginya lebih rendah sedikit dibanding diriku. Tetapi dia mempunya tubuh yang tegap dan berotot.
Lengan seragamnya selalu dia gulung ke atas untuk memamerkan otot lengannya, sedangkan kancing baju atas dibiarkan terbuka , agar terlihat dadanya yang bidang. Pun bajunya tidak pernah dia masukkan kedalam celana seragamnya.
Dia pikir dengan dandanan seperti itu, bakal banyak wanita yang akan tertarik padanya ?.
“Salah besar pikiriannya.”
Terbukti, tidak ada seorang wanitapun yang mau mendekat ke gerombolan ini, atau minimal melirik saja tidak. Karena biasanya mereka yang menggoda para wanita yang melintas di depannya.
Hanya aku “AGAM PRATAMA” yang mau melirik dan mendekat, walaupun jaraknya tidak terlalu dekat. Terkadang aku suka melintas di depan orang ini, tapi kok tidak ada tanggapan sama sekali.
Suatu hari pernah aku tertangkap basah sedang melihat tubuhnya yang seksi itu. Dan dia menghardikiku dengan bahasa yang sedikit kumengerti.
“Naon siah….Ngadeuleu ka aing ?”
(Kenapa….ngelihat ke saya ?)
“Eh….Siapa yang liat loe ?” Kilahku
“Ge er banget jadi orang.” Ucapku sambil balik badan dan menjauh darinya.
Bukannya aku tidak berani, tetapi aku ngga suka membuat keributan di sekolah.
Baru saja aku melangkah beberapa meter, ada tangan yang menahan pundakku, sehingga aku reflek membalikkan tubuhku.
“Sia ngajak gelut ka aing ?”
(Kamu ngajak bertengkar dengan saya ?)
Dengan sigap aku raih tangannya yang ada di pundakku, kemudian aku cengkram kuat-kuat.
“Gue tunggu loe di ciungwanara jam 1 siang.” Ucapku sambil mendorong tubuhnya kebelakang.
Keberaniannya harus diberi acungan jempol, tetapi tenaga dan keseimbangannya tidak ada sama sekali. Mungkin karena terpengaruh obat-obatan yang ngga jelas.
Setelah pelajaran terakhir selesai, aku melajukan motorku ke jalan Ciungwanara yang lokasinya berada persis di belakang sekolahku. Jalanan ini jarang sekali dilalui oleh pejalan kaki maupun kendaraan bermotor.
Kulihat sudah ada dia beserta 2 orang temannya yang badannya tidak berotot, dan menurutku sama sekali tidak menarik.
“Kalau loe jantan, lawan gue sendiri-sendiri.”
“Tapi kalau loe mau gue katain bencong, maju semuanya.”
“Gue ngga takut.”
“Anj*ing sia…tong loba bacot.”
(Anj*ing kamu….jangan banyak omong)
“Dieu mun dek paeh”
(Sini kalau mau mati)
“Paehan we Mat…”
(Matiin saja Mat…)
“Tuman mun dibere hirup mah.”
(Keenakan kalau dikasih hidup)
Karena aku mempunyai keterampilan bela diri, jadi aku tidak takut sama sekali.
Orang yang disebut Mat itu bersiap-siap dengan kuda-kuda yang sangat asal sekali. Rupanya dia tidak mengerti teknik bela diri.
Kedua temannya berdiri dibelakang orang yang disebut “Mat”. Mungkin namanya Mamat atau entah lah.
“Hei Tomat…”
“Sini maju..”
“Anj*ing siah…”
“Ngaran aing lain tomat.”
“Rahmat anj*iiiing !!!.”
“Oooo…”
“Namanya Rahmat anj*ing.”
“Sini Rahmat anj*ing…maju !!”
Dengan muka merah menahan amarah, Rahmat berlari ke arahku, tepatnya dia mulai menyerang dengan emosi yang menganj*ing buta.
Sekitar 2 meter dari tempatku berdiri kulihat tangannya mengepal dan siap dia hujamkan ke mukaku, Rahmat menarik tangan kanan ke belakang untuk menambah kekuatan pukulannya.
Hal itu merupakan kesalahan terbesar yang dia lakukan, karena aku bisa melihat gerakan yang akan dia lakukan.
Aku hanya bergeser setengah meter ke kiri untuk menghindar dari pukulan dan tubuhnya Rahmat. Dan kemudian kepalan tangan kanan Rahmat dengan sukses menghujam angin, tubuhnya pun terlihat oleng dan terjerembab ke belakangku.
“Yaa….cuma segitu doang.”
“Ckckckckc….”
“Puss…pusss….”
“Eh salah…”
“Guk…guk…”
“Bangun dong Rahmat anj*ing.”
Tidak terima dengan perkataanku, Rahmatpun langsung segera berdiri. Celana bagian lututnya sedikit sobek akibat bergesekan dengan aspal, ada sedikit darah yang mulai merembes di lututnya.
“Anj*ing !!!”
“Kadieu sia mun wani !!!”
(Sini kalau berani)
Dengan santai aku mendekat ke arahnya. Dia sudah siap dengan kuda-kudanya yang sangat mudah di serang.
BUUKK !!!!
“Aaarrrrgggghhhh…”
“Anj*ing aing modar..” ucap Rahmat meringkuk di jalanan ini sambil memegang kemaluannya.
(Anj*ing saya mati…)
Cukup sekali tendang tepat di tengah-tengah selangkangannya, dia sudah terkapar.
Kemudian kulihat kedua teman-temannya yang amit-amit dan aku berani sumpah demi Ceu Odah penjual bubur ayam di dekat rumahku , mereka telanjang pun, aku ngga akan sudi memperkosanya.
“Heh…temennya Rahmat anj*ing.”
“Loe mau pulang tanpa sehelai benang pun atau loe mau enyah dari sini ?”
“Am..ampun A…” Jawab mereka berdua sambil berlari meninggalkan tempat ini.
Kembali Rahmat mengerang dari belakangku.
“Jang…Tulungan urang…”
“Cup…cup..cup..”
“Sakit ya pus…” ucapku sambil menepuk-nepuk kepalanya.
“Anj*ing sia….”
“Nyeri goblok…”ucapnya sambil menepis tanganku.
“Ayo berdiri…”
“Gue tambahin deh di bagian muka.”
“Supaya loe kelihatan lebih macho.”
“Geus atuh lah…”
“Ieu ge nyeri keneh”
(Sudah lah)
(Ini juga masih sakit)
“Woii….Ngomong itu pake bahasa Indonesia.”
“Ku aing dikepret siah…!!!”
(Sama saya di kepret siah)
“Eeh…iy…iya”
“Kalau loe masih penasaran sama gue, cari gue di kelas 3 A.”
“Panggil gue Agam Pratama !!!”
Setelah itu aku berjalan ke arah motorku yang berada tidak jauh dari tempatku.
Begitulah awal perkenalanku yang sangat berkesan dengan Rahmat, yang keesokan harinya aku akan panggil beserta nama belakangnya.
Ketika aku pulang sekolah sehari setelah perkenalanku dengan Rahmat, aku emosi.
Ya tentunya sangat, karena melihat motorku, ban belakangnya sudah kempes.
Tanpa berfikir panjang, aku bergegas menuju ke belakang sekolah untuk mencari Rahmat. Sesuai dengan dugaanku, dia sedang berbincang-bincang dengan kedua temannya yang amit-amit itu.
“RAHMAT ANJ*ING !!!”
“SINI LOE !!!”
“Naon Jing* ?”
(Apa Jin ?)
*asal kata dari anj*ing
“JANG JING JANG JING !!!!”
“NAMA GUE AGAM PRATAMA.”
“LOE TUH YANG NAMANYA RAHMAT ANJ*ING”
“IKUT GUE !!!” ucapku sambil menarik paksa tangannya.
“MINGGIR…MINGGIR…!!!” Ucapku menghardik siswa-siswi SMA yang menghalangi langkahku.
Banyak siswa-siswi SMA yang terheran-heran melihat kelakuanku.
Ya jelas mereka merasa heran, karena ternyata Rahmat salah seorang yang sangat ditakuti di sekolah ini sedang ditarik olehku. Dia seolah menjadi anj*ing yang dicucuk hidungnya, mengikuti langkahku tanpa perlawanan sedikitpun.
“TUH LIAT SENDIRI !!!”
“PASTI LOE YANG NGEMPESIN BAN MOTOR GUE.”
“KALAU LOE MASIH PENASARAN SAMA GUE, MARAHNYA SAMA ORANGNYA, JANGAN SAMA MOTOR GUE !!!”
“Haaahh….”
“HAA…HEE…HOO…”
“JAWAB SIAH !!!!”
“Sing sumpah Gam…”
“Lain urang eta mah...”
(Bukan saya itu mah)
“Terus kalau bukan loe, siapa lagi ??”
“Cepetan benerin motor gue.”
“Gam….Ma’nya maneh teu percaya ka urang.”
“Ieu mah lain urang nu ngagaweanana, bener da…”
(Gam…..Masa kamu ngga percaya sama saya)
(Ini mah bukan saya yang ngerjainnya, bener..)
“Gue ngga mau tau !!!”
“Cepetan benerin sekarang.”
“Atau mau gue kepret loe sekarang” ucapku sambil mengangkat tanganku dan siap memukul wajahnya.
“Eh….iy..iya..” ucap Rahmat yang dengan terpaksa harus membetulkan ban motorku.
***
suka pisan lah..
lanjut kang..
@prince17cm : Terimakasih ya udah mampir kesini.
Ditunggu komentar selanjutnya
@AwanSiwon : Iya...ini Agam yang ada di Journal. Waktu dia masih kelas 3 SMA.
Yang chocolate cap ayam jago sebagian ada kisah nyatanya.
@Baktiirmawan : Besok ya dilanjut lagi.....
@kiki_h_n : Pan sunda banget bahasa kasarnya....Hehehehhe
patokan saya adalah EYD, mungkin ini bisa memberi pencerahan tetang teknik penulisan dialog
http://saturindu.multiply.com/journal/item/450
tak bermaksud menggurui, tapi sayang jika naskah baik tapi teknik penulisannya belum sesuai.