It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@alby_unyu2 : siap...siap....Bentar ya, mau di upload lagi
@just_pie : pasti dilanjut...moga-moga aja bisa setiap hari di update.
@joe_senja : hahahaha.....ada ya cowok tomboy ?
@the_yanuars : pasti di mention setiap cerita ini di update. Makasih ya udah meninggalkan jejak di cerita ini
@jakasembung : siap...siap....Bentar lagi mau di upload part 3
@riodiansyah : Selanjutnya masih ada bahasa sundanya, tapi ada terjemahannya kok dibawahnya. Tapi bukan bahasa sunda yang rumit kok.
@kiki_h_n : Kiki...punten wengi pisan nembe di upload, da tadi miting heula sareng si bos.
Maaf semuanya kalau update ceritanya terlalu malam. Semoga teman-teman bisa terhibur dengan part 3 ini.
Ada beberapa temanku yang melihat kejadian beberapa hari yang lalu, dan bertanya tentang hubunganku dengan Rahmat. Mereka heran kenapa Rahmat yang terkenal berandalan, bisa aku taklukan.
Sama halnya dengan yang lain, Indah pun bertanya kepadaku tentang hubunganku dengan Rahmat.
“Gam….Sejak kapan kamu berhubungan dengan Rahmat ?”
“Baru aja beberapa hari yang lalu. Memangnya kenapa Dah ?”
“Dia kan anak SMA sebelah, dan sangat brandal banget.
Kata teman-teman yang lain, kok dia bisa jadi nurut sama kamu.”
“Hehehehe….”
“Jangan cengar cengir gitu dong. Aku kan butuh jawabannya.”
“Ntar loe bilang-bilang lagi ke yang lainnya.
Ngga ah…Gue ngga akan kasih tau…”
“Sumpah deh aku ngga akan kasih tau yang lainnya.”
“Sumpah demi apa ? Ayo angkat tanganmu untuk bersumpah.”
“Emmmm….Sumpah demi Kang Brad Pitt, aku akan menjaga rahasia ini.”
“Ngga…ngga….Gue ngga terima nama artis.”
“Yaaa….aku kan ngefans banget ama kang Brad Pitt.”
“Loe harus bersumpah demi nama-nama ilmuan.
Khusus nama-nama guru di sekolah ini, udah gue hak paten.
Loe ngga boleh gunakan lagi.”
“Emmmm…siapa ya ? Oh iya…Sumpah demi Rudolf Diesel penemu mesin diesel, aku akan menjaga rahasia ini.”
“Ok…sumpah loe gue terima.”
Kemudian aku menceritakan secara detail kejadian beberapa hari lalu.
“APA…!!!!!”
“Ini orang….Bisa ngga sih kalau ngomong ngga bikin orang jantungan.”
“Kamu berkelahi sama dia ?
Kok dia bisa kalah ?
Badannya aja lebih berotot dibanding kamu ? Terus…..”
“DIAAAMMMM !!! Kalau mau tanya satu-satu dong…”
“Iya deh….Kok kamu bisa ngalahin dia ?”
“Gue kan dari kecil ikutan karate Dah.
Jadi kalau cuma ngelawan si Rahmat yang hanya berotot aja, gampang banget.
Eh tapi badannya seksi loh Dah. Aku suka lihatnya.”
“APAAA !!!!”
“Huss…..!!!”
“Mata kamu kayaknya katarak deh…Masa kamu suka sama dia ?
Amit-amit deh kalau aku sih. Madesu.”
“Apaan tuh madesu ?”
“Masa depan suram.”
“Gue mah ngga butuh untuk masa depan. Yang jelas gue penasaran dengan keseksian tubuhnya.”
“Pasti otakmu mesum ya ?”
“Namanya juga laki Dah…Normal kalau memikirkan seputar selangkangan laki.”
“Sinting !!! Terus kamu mau pacaran sama dia ?”
“Emang loe pikir kalau gue deketin Rahmat, disuruh pacaran sama dia.
Terus minta restu kepada orangtua gue dan orangtua dia.
Terus nikah. Terus punya anak ? Ngga lah yau…”
“Iya juga sih..”
“Nah itu loe tau sendiri. Gue mah ngga ada rasa cinta sama dia.
Cuma penasaran aja, pengen liat dia telanjang. Pasti seksi banget.”
“HAAAHHHHH !!!!!”
“Monyong…!!! Mata loe tuh kayak liat setan aja.
Gue bukan setan tau.”
“Emang kalau misalnya dia telanjang di depan kamu, mau kamu apakan ?”
“Emmmm…Gue ngga tau Dah.”
“Kalau ml nya laki dengan laki tuh gimana sih Gam ?”
“Mana Gue tau Dah…Soalnya gue juga belum berpengalaman.”
Tetapi pertanyaan Indah membuatku menjadi penasaran, bagaimana sebenarnya jika sesama lelaki saling berhubungan badan.
Sejak saat itu aku rajin mencari referensi tentang hubungan sesama jenis. Aku coba cari ke toko buku Gramedia yang berada di jalan Merdeka, tetapi tidak kudapatkan apa yang kucari.
Kemudian aku mencari buku tersebut ke jalan Cikapundung. Jalan ini berada tidak jauh dari alun-alun Bandung. Di sepanjang jalan ini, ada beberapa pedagang yang menjajakan buku baru dan buku bekas. Untuk buku baru, harganya jauh lebih murah dibanding harga di toko buku Gramedia.
Pada saat aku kebingungan untuk mencari buku yang kumau, salah seorang pedang kaki lima ini mendekat kepadaku.
“Cep*…milarian naon ? Stensilan ?”
(Cep…..mencari apa ?)
*Cep panggilan untuk anak sunda
“Stensilan apaan Bang ? Gue lagi cari buku tentang pendidikan sex.”
“Ohh…ada-ada. Bentar ya Cep…Mamang ambil dulu.”
Orang tersebut berlalu dari hadapanku, dan berjalan menuju salah satu gerobak kotak tertutup terbuat dari seng dengan rangka kayu. Gerobak tersebut terparkir di samping trotoar jalanan ini. Sekitar 5 menit kemudian, orang itu kembali kepadaku sambil membawa beberapa buku yang tertutup koran.
“Cep….tinggal pilih aja buku-bukunya.”
Kulihat judul-judul buku yang disodorkan kepadaku. Ada salah satu buku yang berjudul “Selembut Sutra” karangan Enny Arrow. Dan ada beberapa buku lainnya yang sama pengarangnya namun berbeda judul. Selain itu juga ada majalah yang cover depannya terdapat gambar seorang wanita yang hanya menggunakan celana dalam saja, di belakang wanita tersebut ada seorang lelaki dengan tubuh kekar sedang memegang dada wanita itu.
Ada 1 kotak yang sedikit menarik perhatianku. Kotak ini mirip dengan kotak kartu remi, namun cover depannya bergambar wanita seronok yang sedang menghisap kemaluan pria.
“Bang…ini kartu remi ya ?”
“Iya Cep…”Ucap pedagang itu sambil berbisik-bisik. Murah da Cep.
Cuma 50 ribu aja.”
“Gue mau beli, tapi yang normal gambarnya. Ini sih penyimpangan Bang.”
“Atuh cep…kalau gambar yang normal mah, ada di warung rokok.
Yang warna merah sama warna biru mun teu salah mah.”
“Kalau itu sih gue tau Bang…Maksud gue, gambarnya yang laki sama laki. Ngga ada perempuannya…”
“Heudeeuhhh…si kasep mah sok aya-aya wae.
Ngga ada atuh gambar pameget sareng pameget mah.” Ucapnya dengan bahasa Indonesia campur sunda.
(Pameget = lelaki. Sareng = dan/bersama)
“Ya udah kalau ngga ada. Gue ngga mau beli.” Ucapku ketus.
“Eh…bentar atuh Cep..Meni langsung pundung kitu.
Nih yah…Mamang cariin sekarang, tapi harganya lebih mahal. Mau ngga ?”
“Ok….Gue tunggu 10 menit. Barangnya harus ada, kalau ngga ada gue langsung pulang.”
“Siap lah cep…Antosan sakedap nya.”
(Tunggu sebentar ya.)
Kemudian pedagang itu setengah berlari ke arah gerobaknya untuk menyimpan buku-buku yang dia tawarkan kepadaku. Setelah itu dia berjalan ke arah ujung trotoar ini dan berbincang-bincang dengan salah satu rekannya.
Sambil menunggu, aku melihat-lihat buku-buku bekas yang tergelar di trotoar ini. Selain buku-buku pelajaran, ada juga komik-komik bekas. Kuperhatikan judul-judul komik bekas ini.
“Aahhhaaa….”
Rupanya ada komik yang berjudul City Hunter Seri 1 sampai dengan 10. Waktu aku di Jakarta, temanku ada yang punya 1 buku komik ini seri 3. Cerita dektektif konyol dengan sedikit mesum. Aku berencana akan membelinya.
“Cep….ini ada. Tapi harganya 75 ribu.”
“Mahal amat Bang ?”
“Pan ini mah edisi sepecial.” (pake c ucapan pedagang tersebut)
“Kalau dengan komik ini jadi berapa Bang ?” sambil menunjukkan 10 buku komik berjudul City Hunter.
“Buat penglaris mah, 150ribu lah semuanya.”
“Yeee…..tetep aja mahal. Nih gue punya 125ribu.
Kalau mau, gue ambil semuanya.
Kalau ngga, gue pulang sekarang.”
“Tambihan atuh Cep…”
“Ga jadi deh kalau gitu. Gue mau balik aja.”
“Tuh nya si kasep teh meni pundungan.”
“Niat ngga jualannya ?”
“Eh…iya atuh kasep. Sok lah mamangnya dikasih 130ribu. Yang 5000 buat beli rokok.”
“Enak aja…5000nya buat beli bensin motor gue.
Masa gue harus ngesot pulang ke rumah.”
“Ah…si kasep aya-aya wae.
Iya lah…mamang yang ngalah. Ada yang mau dibeli lagi ngga ?”
“Ntar aja Bang…Kalau gue butuh, pasti cari abang disini.”
“Siap lah…”
Dengan hati senang aku melajukan motorku menuju rumahku. Ingin rasanya untuk segera sampai dan melihat majalah yang aku beli.
Sesampainya di rumah, aku langsung segera masuk ke dalam kamarku untuk melihat majalah yang telah kubeli di jalan Cikapundung.
“Wuuuaaaa…..”
Aku benar-benar tercengang. Baru kali ini aku melihat gambar lelaki dengan tubuh yang sangat kekar sedang berhubungan intim dengan lelaki lagi yang tubuhnya sama kekarnya. Hasyratku pun langsung memuncak.
Kuperhatikan satu demi satu halaman majalah ini. Ada juga artikel yang berisi tentang kehidupan salah satu tokoh pemain blue film bernama Jeff Striker. Kuperhatikan wajah dan tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun. Memang sangat sempurna sekali.
Klek…!!
Aku mendengar pintu kamarku dibuka oleh seseorang. Dengan sigap aku langsung memasukkan majalah ini ke dalam laci meja belajarku.
“Bang Agam…Bantuin aku dong ngerjain PR matematika.”
“Iya ntar…Loe tunggu aja di kamar loe sendiri. Gue lagi sibuk.”
“Sibuk apa sih Bang ?
Eh….” Ucap Gilang sambil menunjuk ke arahku.
“Kenapa Dul ?”
“Siang-siang kok konak sih Bang ? Hayo lagi ngapain ?”
“Sana-sana…Anak kecil ngga boleh tau urusan orang dewasa.” Ucapku sambil beranjak dari kursi dan mendorong Gilang keluar dari kamarku.
“Iya…iya…Tapi janji loh, bantuin aku ngerjain PR matematika.”
“Iya Dul…Nanti gue bantuin.”
Untung saja adikku tidak melihat majalah yang kubeli tadi. Pasti urusannya lain kalau sampai dia melihat majalahku. Gawat kan kalau dia ikutan horny juga, amit-amit deh kalau aku dijadikan tempat pelampiasan nafsunya.
Walaupun wajah adikku ganteng, tapi aku sama sekali ngga ada nafsu melihat dia telanjang ketika kita sedang mandi bersama. Apa kata ibu-ibu sosialite yang suka bergosip sana-sini, jika Agam Pratama berhubungan badan dengan Gilang Samudra yang notabene adik kandungnya sendiri.
“Hiiii…..Serem…!!!”
Jangankan hubungan sedarah, aku hanya membawa temanku Indah datang ke rumahku saja, beritanya sudah sampai ke seluruh Indonesia Raya.
Suatu saat Indah meminta bantuanku untuk mengerjakan tugas Biologi. Padahal aku sudah bilang, kalau semua jawaban ada di dalam buku pelajaran. Tapi dia memaksaku untuk membantunya.
“Ayolah Gam….Please…Please…..”
“Terus ngerjainnya dimana ?
Gue males kalau disuruh datang ke rumah loe yang di ujung berung itu. Jauh banget tau.”
“Ya udah, ngerjainnya di rumah kamu aja ya..”
“Hari ini kan ibu-ibu sosialite lagi ngumpul di rumah gue.”
“Memangnya kenapa Gam ?”
“Ngga ada tempatnya Dah….Paling ngerjainnya di kamar gue.”
“Boleh juga tuh, sekalian aku pengen tau kamar kamu tuh serapih apa.”
“Tapi loe ngga boleh perkosa gue loh…Awas aja kalau sampai kejadian, gue laporin ke Kak Seto.”
“Kucluk….dimana-mana juga laki-laki yang memeperkosa wanita.”
“Ahh…Tetep aja loe suka melecehkan gue.”
“Kapan aku pernah melecehkan kamu ?”
“Tuh buktinya kalau loe minta dibonceng motor gue. Dengan sengaja loe menempelkan dada loe ke punggung gue. Itu namanya pelecehan tau !!!!”
“Motor kamunya tuh yang nungging. Makanya pake motor bebek aja.”
“Ya udah buruan naik, tapi halangin pake tas, supaya dada loe ngga nempel ke punggung gue.”
“Iya..iya…”
Dengan berat hati aku membonceng Indah menuju ke rumahku. Sesampainya di rumah, aku tidak langsung mengajak Indah masuk ke dalam rumahku. Kami duduk-duduk di teras depan rumah sambil mendengarkan ibu-ibu sosialite bergosip.
“Eh…Jeung…Jeung…tau ngga kabarnya Pa Anwar.”
“Ada apa dengan Pa Anwar Jeung Nunu…?”
“Dia kan sedang digugat cerai oleh istrinya yang tidak suka bergaul itu.”
“Eh memangnya kenapa Jeung ? Pa Anwar ketahuan selingkuh ya ?”
“Nih dengerin ya baik-baik….”
“Gosipnya sih Pa Anwar habis dari ma’ Erot.”
“APAAAA…..!!!”
“Pasti punyanya Pa Anwar tambah besar dan panjang ya Jeung…”
“Duuuhhh…kok aku jadi gerah gini ?”
“Kok bisa gerah gitu Jeung Rina ?”
“Gerah karena penasaran pengen liat burungnya Pa Anwar Jeung Dewi.”
“Eh…Kalau panjang gitu kan bisa untuk ngeplak nyamuk jeung…Tapi saya juga mau ah kalau dikeplak pakai burungnya Pa Anwar.”
Lama-lama gerah juga aku mendengar mereka bergosip. Kemudian aku putuskan untuk mengajak Indah masuk ke dalam rumahku.
“Ehem…Ehem….Assalamualaikum….”
“Waalaikumsalam…” Jawab mereka berbarengan sambil melirik ke arah kami berdua.
“Eh….baru pulang ya nak Agam…Aduh ini teh siapa ? Meni cantik begini ?”
“Teman sekolah saya Tante….Indah namanya”
“Selamat siang Tante….”
“Jeung Lely….si Agam meni pinter ya cari calon istri.”
“Eh Gam….Jangan lupa pakai kondom. Kan ngga enak kalau masih sekolah sudah menghamili anak orang.”
“Eh….Ngga kok tante…Indah hanya teman saja kok.”
“Teman tapi mesra gitu….Hihihihi…”Ucap tante Dewi sambil tangannya menutup mulutnya yang sedang nyengir kuda.
“Sayang…ajak Indah masuk sana.”
“Iya Mah…..Yuk Dah…..”
Baru saja beberapa langkah aku masuk ke dalam rumahku beserta Indah, Ibu-Ibu Sosialite ini sudah mulai bergosip kembali. Dan kudengar namaku dan Indah disebut-sebut juga.
“Begitu tuh kelakuan ibu-ibu sosualite Dah…”
“Aku baru tau loh Gam….”
“Loe kalau perhatikan, kita bisa tau siapa yang paling berkuasa di antara mereka.”
“Memangnya kelihatan dari apanya Gam ? Perhiasannya atau mobilnya ?”
“Bukan Dah….liatin aja rambut mereka.”
“Semuanya pada di sasak ya…”
“Nah…sasak yang paling tinggi, menandakan dia yang paling berpengaruh.”
“Yang bener Gam….Berarti ibu kamu yang jadi ratunya.”
“Hehehehhe……hebat juga mata loe. Eh Dah…Gue kok masih penasaran ya sama Rahmat.”
“Penasaran apalagi sih ?”
“Gue masih pengen liat dia telanjang di hadapan gue.”
“Mana mau si Rahmat telanjang di depan kamu.”
“Gue perkosa aja kalu gitu ya Dah ?”
“Buesyet deh….Kamu tuh ya, sama aku takut diperkosa. Sedangkan sama yang badannya berotot malah kamu yang mau memperkosa. Otakmu udah error banget.”
“Lah…kalau otak gue error, kenapa loe masih tanya pelajaran Biologi ?”
“Hehehehehe….Terus rencana kamu mau gimana dengan Rahmat ?”
“Besok mau aku ajak aja ke sini Dah…”
“Terus kalau dia ngga mau ditelanjangin, gimana Gam ?”
“Kepret aja mukanya, sekalian dikasih bogem mentah di matanya. Keren kan…”
“Agam…Agam….untung ya kamu tuh doyannya sama laki, coba kalau doyannya sama cewek. Bisa merem melek mataku setiap hari.”
“Iiiyyyaaakkkk….Ngga lah yah kalau disuruh memperkosa loe. Ngga nafsu sama sekali.”
***