BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

RUMAH KEBON WARU (END)

1293032343568

Comments

  • omarov wrote: »
    kalaw kaata agnes monica di indonesian idol,,, WAWWWWWWWWWWWWWWWWW,,, dan menurut rianty cart wright imb,,, i like ittttt hahahhahahh @Chocolate010185,,,, kamu keren banget dah bikin cerita,,,,, mengobok2 kont*l gw nehhhhh =(( :x

    @omarov : Kali ini ngga ada mesumnya kok....Gawat nih kalau terus2an mesum. Hehehehe....
  • Like this.. Lanjuuuuuuuuuuuuuutttt.....!!!!

    @bocahnakal96 : Siap laksanakan......!!!
  • treezz wrote: »
    Agam gokil! Muke gile! Hahahaha

    *diem2 nyembunyiin Gilang di kamar*

    @treezz : Gilang jangan disembunyikan....:(( :((
  • lembuswana wrote: »
    agam bikin ga kuat ama pesonanya... :D

    bang @Chocolate010185 pesona agam mengalihkan hariku :p

    @lembuswana : pesonanya Agam seperti bunga mawar, kalau ngga hati-hati bisa kena durinya
  • AkselEE wrote: »
    hadirrrrr ,
    skalian bca critanya :)

    @AkselEE : lanjut ya ke part 12
  • str8 wrote: »
    AkselEE wrote: »
    hadirrrrr ,
    skalian bca critanya :)

    mari silahkan masuk ke kamar sudah kami booking... hehheehhe...

    @Chocolate010185, silahkan dlanjutkan ceritanya... jgn hiraukan kami ya.... kami akan terus membaca dari balik kamar itu...

    @lembuswana, enak ya rame2... ikutan donk pastinya... gk ada lu gk rame... *brasa nntn iklan...

    @str8 : Lanjut ya ke part 12.....Ikut dong ke balik kamar.... :x
  • Hehehe sambil kerja baca cerita jalan terus nehhh

    @didit_wicaksono : Kalau sekarang bacanya sambil istirahat ya....

    Lanjut ke part 12
  • aji_dharma wrote: »
    bungassssss= bagusssssss= cantikkkkkkkkkkkkk

    @aji_dharma : Terimakasih..... >:D<

    Lanjut ya ke part 12
  • lanjutt

    @andre_patiatama : Siap mau dilanjut ke part 12
  • mahardhyka wrote: »
    jangan lupa tag aku jg yah kalo dah update.....
    Buruannnnnn

    @mahardhyka : Siap...pasti akan di tag
  • aku dimention ya klo dah update.. :D

    @FendyAdjie_ : Lanjut ya ke part 12
  • savanablue wrote: »
    @cocholate010185 thx dah mantion critanya makin seru neeh.. Klo menurut aq nama obat penenangnya gak perlu di sebut satu2 coz bisa2 ada yg salah gunain,untung obat perangsangnya gak d sebut meskipun ada b'brapa yg tanyain !

    @savanablue : Sebenarnya ditulis dan dijelaskan agar supaya tau bahwa obat itu sangat berbahaya. Dan diharapkan agar pembaca, tidak mengkonsumsi obat-obatan sejenis itu.

    Kalau obat perangsang memang sengaja tidak di tulis jenis dan merk dagangnya
  • 12

    Setelah bel sekolah berbunyi yang menandakan kegiatan belajar mengajar hari ini telah berakhir, aku langsung bergegas menuju tempat parkiran motor. Sudah tak sabar aku ingin bertemu dengan Fajar. Walaupun aku tidak tahu apa yang akan diminta Fajar dariku, namun akan aku lakukan apa pun yang dia minta.

    Tidak hanya diriku yang tergesa-gesa menuju tempat parkir ini, ada beberapa siswa-siswi lain yang juga sama denganku. Perbedaannya, mereka langsung menuju motornya masing-masing dan berlalu dari tempat ini. Sedangkan aku hanya berdiri di samping motorku sambil menunggu Fajar tiba. Tidak lama aku menunggu, kulihat Fajar berjalan dari kejauhan menuju tempatku berdiri.

    "Gam...." Sapanya dari kejauhan sambil melambaikan tangannya. Akupun membalas lambaian tangan Fajar. "Kamu siang ini beneran ngga ada acara kan ?" Lanjut Fajar setelah berada di hadapanku.

    "Ng...ngga ad..ada acara kok Jar." Sukses juga dia membuatku grogi.

    "Ada yang mau aku bicarakan sekalian aku mau minta tolong Gam. Tapi lebih baik kita bicaranya ngga di sini." Terlihat muka Fajar kali ini lebih serius. Aku menatapnya serius walaupun di dalam hati, aku sangat mengagumi kesempurnaan wajahnya.

    "Loe mau bicara dimana Jar ? Gue ngikut aja kemana loe mau."

    "Enaknya dimana ya Gam ?"

    "Atau mau di rumah gue aja Jar, kalau jam segini paling cuma ada adik gue aja."

    "Rumah kamu ada dimana Gam ? Jauh ngga dari sini ?"

    "Ngga kok Jar....Deket toko kaset Aquarius."

    "Deket kalau itu sih, tapi aku ngga ngerepotin kan kalau ke rumah kamu ?"

    "Ngga lah Jar....Loe ngikutin gue ya."

    "Sippp..." Kemudian aku menuju motorku, setelah kunyalakan mesinnya, aku mulai melajukan motorku ke arah rumahku. Kulihat dari spion Fajar mengikutiku dari belakang. Sesampainya di rumah, aku mengajak Fajar menuju kamarku. Siapa tau aku bisa sedikit mencolek-colek dia tanpa terlihat oleh Gilang.

    "Jar...Loe mau minta tolong apa ? Gue siap bantu loe."

    "Aku bingung mesti ngomong dari mana ya....Aku sebenarnya malu banget mau minta tolong sama kamu."

    "Santai aja kalau sama gue, ngga usah malu Jar."

    "Ini masalah kakakku. Tapi kamu jangan bilang-bilang sama yang lainnya ya." Fajar yang duduk di atas kasurku agak sedikit gelisah.

    "Siap Jar....Gue sumpah ngga akan bilang siapa-siapa." Ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah. Kulihat Fajar menghelaikan nafas seolah masalah yang dihadapinya sangat berat sekali.

    "Gini Gam....udah 2 minggu lebih kakakku ditahan di Polwiltabes."

    "Haaa....Masalahnya kenapa Jar ? Kok loe baru ngomong sekarang ?" Aku langsung menyela pembicaraannya dia.

    "Masalahnya sih simpel Gam, dia beli handphone dari temen kampusnya. Ternyata handphone yang dia beli itu hasil curian. Kakakku dituduh sebagai penadah." Fajar memandangku dengan mata nanar. Aku iba melihat dirinya saat ini, ingin rasanya aku memeluk tubuhnya.

    "Terus temen kampusnya ditahan juga ngga ?" Lanjutku.

    "Dia udah lebih dulu ditangkep Gam. Permasalahannya, kakakku ngga mau kalau kedua orangtuaku tau kasus yang dihadapi kakakku. Jadi selama ini aku yang harus mengurus segala sesuatunya."

    "Sekarang apa yang bisa gue bantu Jar ?" Aku bersikap empati untuk meringankan beban yang dihadapi Fajar. Aku tidak ingin melihat orang yang aku idam-idamkan sedih dihadapanku.

    "Aku sekarang butuh pengacara Gam. Seenggaknya untuk memperingan kasus kakakku, Tapi aku berharap semoga dia bisa bebas."

    "Nanti malam gue coba tanyakan dulu ke bokap gue, siapa tau dia punya kenalan pengacara handal. Terus selain itu apa yang loe butuhkan ?"

    "Sementara itu aja dulu Gam....Rencananya siang ini aku mau besuk kakakku." Ucapnya masygul.

    "Jar...gue boleh ikut ngga ke tempat kakak loe ?" Tanyaku bersemangat.

    "Boleh Gam...Aku juga sebenarnya butuh banget teman untuk menemaniku, tetapi aku bingung harus ajak siapa."

    "Rina tau ngga kasus ini ?"

    "Sejauh ini sih, aku belum kasih tau dia dulu Gam....Aku benar-benar malu."

    Aku sedikit heran, kenapa Fajar tidak malu mengungkapkan masalah ini ke diriku, sedangkan ke orang lain bahkan pacarnya sendiri dia malu. Tapi lebih baik aku tidak menanyakan hal ini, karena akan membuat dia terbebani.

    Sebelum berangkat ke Polwiltabes yang lokasinya berada di jalan Jawa, aku terlebih dahulu mengajak Fajar untuk menyantap makan siang di rumahku. Setelah selesai, kami langsung menuju ke jalan Jawa dengan motorku. Aku menjalankan motor ini dengan kecepatan sedang, terkadang aku menginjak rem dadakan agar tubuhnya Fajar merapat ke punggungku. Perasaanku begitu melayang setiap kali bersentuhan dengan tubuhnya. Tapi di tengah perjalanan Fajar memeluk pinggangku tanpa ragu. Aku sedikit menggelinjang untuk sesaat akibat perlakuannya itu dan otomatis celanaku pun terasa lebih sesak. Aku mulai mengurangi kecepatan motorku agar aku bisa menikmati momen seperti ini lebih lama.

    Mau diperlambat bagaimana pun, motorku secara pasti sampai juga di jalan Jawa, karena lokasinya tidak terlalu jauh dari rumahku. Setelah memarikirkan motor, aku langsung diajak Fajar menuju gedung di sisi kanan. Kami berdua masuk ke dalam gedung ini, aku disuruh duduk di ruang tunggu. Kemudian Fajar berlalu menuju petugas piket. Entah apa yang sedang dia bicarakan, aku hanya melihat sekeliling ruangan ini. Ada suara gebrakan meja disertai suara lelaki yang dengan lantang membentak seseorang, dan orang yang dibentaknya menangis sambil meminta ampun.

    Selang beberapa saat, Fajar berjalan ke arahku, kemudian dia mengajakku ke sebuah lorong kanan gedung ini. Di sini juga ada 2 orang petugas piket. Fajar langsung berbicara dengan petugas tersebut untuk meminta ijin bertemu dengan kakaknya. Di dinding belakang petugas piket ini, ada papan tulis yang bertuliskan daftar nama tahanan beserta pasal yang dilanggar para tahanan tersebut.

    Aku dan Fajar disuruh masuk ke sebuah ruangan yang agak sedikit kotor. Di salah satu sisi ruangan ini, terdapat teralis besi dan dibaliknya ada ruangan kecil yang menyambung ke ruang tahanan.

    "Jar, nama kakakmu siapa ?" Kata pertamaku yang terucap semenjak aku berada di kantor ini.

    "Namanya Hilmi Hendrawan..."

    "Tadi gue liat nama Hilmi Hendrawan, pasalnya 480 ya Jar ?"

    "Iya Gam..." Ucapnya singkat. Menurutku Fajar merupakan aktor ulung. Sikapnya di sekolah tidak menunjukkan jika dia sedang dalam masalah yang pelik. Fajar terlihat gelisah dan sesekali dia menarik nafas dalam-dalam, kemudia dia buang sekaligus.

    Beberapa saat kemudian ada seseorang lelaki yang muncul di balik jeruji ini dengan menggunakan baju tahanan berwarna biru tua. Sepertinya baju itu merupakan baju seragam khusus para tahanan. Wajahnya agak mirip dengan Fajar, namun terlihat lebih dewasa. Aku yakin lelaki ini adalah kakaknya Fajar. Kulihat Fajar langsung menyerbu lelaki tersebut.

    "Mas Hilmi...Gimana kabarnya ? Kasusnya bagaimana ?" Tanya Fajar kalut.

    "Baik-baik aja Jar, tapi kasusku katanya sudah P21." Jawab Hilmi masygul.

    "Maksudnya apaan Mas ?"

    "Berkasnya sudah lengkap, katanya besok akan langsung dilimpahkan ke kejaksaan. Kemungkinan besok aku mulai dipindah ke rutan Jar."

    "Astaga.....Mas sampai sekarang ibu dan bapak belum tau kasus ini. Aku harus berbuat apa Mas ?" Fajar terlihat sangat frustrasi.

    "Kamu ngga usah berbuat apa-apa Jar, aku sama sekali ngga mau mengecewakan mereka berdua."

    "Mas Hilmi, maaf sebelumnya kalau saya lancang. Tapi boleh ngga kalau saya coba bantu cari jalan yang terbaik untuk Mas Hilmi."

    "Oh iya Mas...maaf aku belum memperkenalkan teman sekolahku. Namanya Agam Pratama."

    "Hilmi….” Aku meraih tangannya yang terulur melalui jeruji penghalang antara ruangan aku berdiri dengan ruangan Hilmi berdiri.

    “Mas Hilmi, nanti malam saya coba cari pengacara untuk mendampingi Mas Hilmi pada saat sidang.” Ucapku sambil melepaskan genggaman tangannya.

    “Gam…sebelumnya aku mengucapkan terimakasih, tapi biaya pengacara kan mahal banget. Aku ngga sanggup untuk bayarnya. Lebih baik aku pasang badan aja daripada harus merepotkan banyak orang.”

    “Mas Hilmi ngga usah pikirin masalah biaya, aku bisa usahakan semaksimal mungkin.” Fajar berusaha memberikan keteduhan hati untuk kakaknya yang sedang dalam masalah.

    “Iya Mas….Pokoknya saya dan Fajar akan cari jalan yang terbaik untuk Mas Hilmi.” Lanjutku dengan muka serius. Tapi memang aku benar-benar serius akan membantu Fajar semaksimal mungkin.

    Permasalahan ini aku ceritakan kepada kedua orangtuaku pada saat acara makan malam tiba. Ayahku langsung menghubungi seorang temannya yang mempunyai profesi pengacara. Setelah selesai berbicara dengan sesorang melalui telpon gengamnya, ayahku memberitahukan bahwa besok pagi pengacaranya akan langsung datang menemui Hilmi di Polwiltabes.

    Keesokan paginya setelah aku sampai di sekolah, aku langsung mencari Fajar di kelas 3 J. Kulihat dia sedang bersenda gurau bersama teman-temannya. Tidak terlihat sedikit pun raut muka yang kulihat kemarin sore.

    “Fajar….” Panggilku. Dia langsung menoleh ke arahku yang berdiri di pintu masuk kelas ini. Setelah melihatku, dia langsung bergegas ketempaku.

    “Gam…ngobrolnya di luar kelas aja yuk…” Mukanya Fajar masih terlihat ceria. Kemudian kami berjalan menuju taman yang ada di depan kelas.

    “Jar…bokap gue udah kirim pengacara ke Polwiltabes sekarang. Rencananya beliau akan mengajukan permohonan penangguhan penahanan ke kejaksaan.”

    “Bisa gitu ya Gam ? Aku sama sekali ngga ngerti kalau masalah hukum.” Wajah kalutnya mulai terlihat, walaupun tidak seperti kemarin.

    “Gue juga ngga tau kalau masalah hukum Jar, tapi biar pengacara aja yang urus semuanya.”

    “Gam…biaya pengacaranya berapa ? Uang tabunganku ngga terlalu banyak, rencananya siang ini aku mau jual motorku untuk bayar pengacara.”

    “Loe ngga usah pikirin masalah biaya Jar, lagian motornya ngga harus dijual juga kok. Bokap gue yang nanggung semuanya.”

    “Ngga usah Gam…aku ngga mau sampai ngerepotin orang tua kamu.” Ekspresi wajah Fajar terlihat memelas memandangku.

    “Sekarang yang jadi masalah adalah bagaimana caranya kakak loe keluar dari penjara dan terbebas dari hukum. Untuk masalah uang, dikesampingkan aja dulu.” Aku harus membuat hatinya damai berada disampingku.

    “Gam…aku jadi ngga enak sama kamu. Makasih ya Gam….” Ucap Fajar sambil merangkul badanku. Aku merasa badanku melayang sekitar 10cm dari permukaan tanah akibat rangkulan Fajar.

    “Sama-sama ya Jar….” Aku berusaha untuk bersikap wajar, walaupun celana seragamku mulai terasa sempit. Beberapa saat kemudian Fajar melepaskan rangkulannya pada tubuhku.

    “Sepertinya pagi ini aku harus kesana Gam. Nanti sore aku mau mampir ke rumahmu ya…aku mau ketemu dengan orangtua kamu.”

    “Mampir aja Jar, sekalian nginep dirumah gue. Loe bawa baju seragam buat besok.” Fajar terlihat ragu dengan ajakanku. Tapi akhirnya dia menyetujui untuk menginap malam ini di rumahku.

    Aku hanya meceritakan tentang rencana Fajar yang akan menginap di rumahku nanti malam kepada Indah pada saat jam istirahat pertama. Permasalahan utamanya aku tidak berani cerita sebelum mendapatkan ijin dari yang bersangkutan.

    “Ada angin apa Fajar mau diajak nginep di rumah kamu ?” Tanya Indah sambil mengunyah batagor yang dia beli di kantin.

    “Katanya sih mau belajar bersama Dah…”Elakku.

    “Haaa….emang mata pelajarannya ada yang sama ? Kalau dia mau ngajak belajar bersama, aku juga mau ikut.” Indah menatapku curiga.

    “Eh….loe ngga boleh ikut. Bisa berantakan semua rencana gue.”

    “Kamu emang punya rencana apa lagi Gam ? Pasti sama dengan yang kamu lakukan kepada Ipung ya ?”

    “Hehehehe…kalau yang ini lain Dah. Teknik yang kemarin udah ngga gue pake lagi, soalnya sukses membuat Ipung marah. Gue ngga mau kalau Fajar sampai marah sama gue. Eh tau ngga Dah….Kakaknya Fajar cakep juga loh. Kalau aku disuruh milih, pasti aku pilih kakaknya.”

    “Memangnya kamu kenal dimana dengan kakaknya Fajar ?”

    “Kemarin siang kan aku ketemu dengan kakaknya Fajar. Loe kalau liat kakaknya, eemmmmm….dijamin rok loe basah kuyup.”

    “Yang bener Gam ? Padahal setiap ketemu kamu, aku harus ganti celana dalam loh….”

    “Haaa….apa hubungannya celana dalam loe dengan gue ?” Mulutku yang penuh dengan batagor terbuka mendengar pernyataan Indah barusan.

    “Muka kamu sih bisa membuat hatiku teduh, jadi aja yang bawah lembab dan basah karena kurang cahaya.”

    “Wuuueee…..”Semua makanan yang ada di mulutku aku muntahkan termasuk yang sudah masuk ke dalam perutku. Kudengar Indah cekikikan sambil memijit pundakku.

    “Ayo sayang…rok seragamku sudah mulai basah nih…”Indah mulai mengerayangi tubuhku. Aku sama sekali tidak bisa menghindar karena perutku masih terasa mual.

    “TOLONG GUE MAU DIPER Memmemm…..” Indah membungkam mulutku agar aku tidak bisa melanjutkan kalimatku.

    “Ssstttt…..Bisa diem ngga sih ?” Indah merangkulku dari belakang, dan mulutnya sangat dekat sekali dengan telingaku. Belum sempat aku mengeluarkan kata-kata, dia kembali berucap.“Kalau ngga bisa diem, aku jilat kupingnya sampai merem melek.” Terdengar suara Indah serak-serak mendesah. Hendusan nafas Indah terasa banget di kupingku membuat bulu kudukku berdiri semuanya.

    “Wuaaaa…..Tolong….Tolong….”Jeritku sambil berontak dari rangkulan Indah dan berlari menuju kelas. Aku sudah tidak memperdulikan siswa-siswi yang duduk di kantin sambil menatapku heran akibat jeritanku. Yang kudengar hanya suara Indah yang tertawa terpingkal-pingkal.

    ***
  • asyik.. mdh2n dpt komen pertama..

    wah skarang agam pdkt ma fajar yah, pucuk dicinta ulam tiba nih..

    indah.... lucu pisan... mau dong yg kayak indah.. hahaha..
Sign In or Register to comment.