BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

RUMAH KEBON WARU (END)

1323335373868

Comments

  • Ntong lami nyak @Chocolate010185!
  • bi_ngung wrote: »
    Saya juga sama kayak indah, kalo baca story ini CD saya jadi lembab.

    @bi_ngung : hahaha...itu kan cuma 1 part aja. Lanjut ya ke part 13
  • Lanjuuuuuuuuuuuuttttttt.....

    @bocahnakal96 : Siap....mau dilanjut
  • arieat wrote: »
    Ntong lami nyak @Chocolate010185!

    @ariet : Bade di upload...
  • 13

    Ada sebuah pepatah yang berbunyi “Kenalilah dirimu sendiri sebelum mengenal orang lain.” Sepertinya mudah untuk menerapkan pepatah ini, tetapi banyak sekali orang yang tidak mengenal dirinya sendiri. Dari pertama kali aku mengetahui pepatah ini, aku sudah menerapkannya kepada diriku sendiri. Salah satu yang kukenal tentang diriku sendiri adalah sifat ingin tahuku sangat besar, sama besarnya dengan libidoku. Terutama jika aku berdekatan dengan seorang lelaki yang aku suka seperti Fajar.

    Keinginanku untuk mengetahui tubuhnya Fajar pada saat dia tidak menggunakan sehelai benang pun sangat besar sekali. Sama besarnya dengan libidoku yang ingin menggauli tubuhnya sampai hasyrat birahi ini terpuaskan.

    Sepanjang siang sampai dengan sore hari, otakku sudah berlumuran hal-hal yang cemar. Aku ingin sekali melihat ekspresi wajah Fajar ketika dia menggelinjang akibat perbuatanku seperti yang aku lakukan kepada Ipung.

    Tok….tok….tok…..

    “Bang Agam….!!!” Suara Gilang memanggilku dari balik pintu kamarku.

    “Masuk aja Dul….” Aku malas beranjak dari kasur. Biasanya juga Gilang langsung masuk ke dalam kamarku tanpa harus kubuka pintu kamarnya.

    “Bang….Ni ada temennya Bang Agam. Masuk aja Mas Fajar…” Gilang mempersilahkan Fajar masuk ke dalam kamarku.

    Aku tidak menyangka jika Fajar datang lebih cepat dibanding dugaanku. Tentu saja hal ini membuat aku gelagapan, karena aku hanya mengenakan celana boxer tanpa mengenakan baju.

    “Eh Jar…. Ma..masuk.” Ucapku tergagap. Aku langsung bangkit dari kasurku dan bergegas menuju lemari bajuku untuk mengenakan kaos.

    “Dul…tolong buatkan air minum buat Mas Fajar ya, sekalian buat gue juga.”

    “Iya Bang….Mas Fajar mau minum apa ? Kopi, teh, atau air jeruk ?”

    “Air putih aja Lang….Terimakasih ya…”

    “Sama-sama Mas Fajar….” Ucap Gilang berlalu dari kamarku sambil menutup pintu kamar.

    “Santai aja Gam….Maaf ya ganggu waktu istirahat kamu.” Fajar berjalan ke arah kasurku, kemudian dia duduk di sudut kasur.

    “Eh…Ngga ganggu kok Jar. Gimana kabar Mas Hilmi ? Tadi ketemu ngga dengan pengacaranya ?” Tanyaku sambil berjalan menuju meja belajarku kemudian duduk di kursi.

    “Tadi aku sudah ketemu dengan pengacaranya, beliau akan segera minta penangguhan penahanan ke kejaksaan siang tadi. Tapi Gam…aku sekarang benar-benar lagi sedih.” Terlihat ekspresi wajah Fajar yang begitu memelas.

    “Memangnya kenapa Jar ? Ada masalah lain ?” Tanyaku sambil mendorong kursi yang beroda ini mendekati Fajar.

    “Pagi tadi Mas Hilmi dibawa ke kejaksaan yang ada di jalan Riau. Aku hanya mengikutinya dari belakang. Sebelum aku pulang dari kantor kejaksaan, Mas Hilmi sudah dibawa pergi lagi. Katanya dititipkan di Rutan Kebon Waru.”

    “Haaa….Rutan Kebon Waru itu yang ada di jalan Jakarta kan ?” Hatiku ikut terenyuh mendengar penjelasan Fajar. Aku langsung membayangkan cerita Babe beberapa waktu yang lalu tentang kehidupan di penjara.

    “Iya Gam….Aku sudah tidak bisa ketemu setiap saat, karena di sana ada jadwal kunjungannya. Aku kasihan sama kakakku kalau sampai dia masuk ke dalam penjara.” Fajar menarik nafas dalam dan langsung membuangnya sambil menutup mukuanya dengan kedua tangannya. Dia terlihat sangat frustrasi menghadapi permasalahan ini.

    “Sabar ya Jar…Gue selalu ada untuk loe kok…”Ucapku sambil berdiri kemudian mengelus punggungnya Fajar untuk memberikan sedikit ketenangan jiwa.

    “Makasih ya Gam….Sampai saat ini aku belum kasih tau permasalahan ini kepada kedua orangtuaku. Pasti mereka akan sangat terkejut jika tahu.”

    Aku duduk di atas kasur samping Fajar, kemudian kugenggam kedua tangannya sambil berkata “Jar….sebagai lelaki sejati, kamu harus bisa memegang janji dan amanat. Apapun kondisi yang terjadi, kamu tidak boleh tergoyahkan. Mas Hilmi kan sudah memberikan amanat bahwa permasalahan ini jangan sampai diceritakan kepada kedua orangtua kamu. Mau ngga mau, kamu ngga boleh bilang kepada mereka.”

    “Bang Agam….” Terdengar suara adikku dari balik pintu kamar. Aku melepaskan genggaman tangan Fajar lalu beranjak dari kasur untuk membuka pintu kamar yang tidak terkunci.

    “Makasih ya Dul….taro aja minumannnya di atas meja belajar.” Gilang berjalan menuju meja belajar kemudia meletakkan baki yang di atasnya terdapat dua gelas air putih dan 2 toples cemilan.

    “Sama-sama Bang…Mas Fajar, aku tinggal dulu ya…”Ucap Gilang sambil berlalu dari kamarku.

    “Iya Lang…Makasih ya…” Gilang hanya tersenyum manis ke arah Fajar, kemudian dia menutup pintu kamarku.

    “Adikmu baik banget ya Gam….”Tanya Fajar dan masih duduk di posisi yang sama.

    “Anak manja Jar….Dari dulu dia ngga mau jauh dari gue dan selalu manjanya sama gue, padahal sama bokap dan nyokap dia selalu dimanja.” Aku mengambil segelas air putih dan memberikan kepada Fajar.

    “Makasih ya Gam…”Ucapnya sambil menerima gelas pemberianku. Aku kembali duduk di kursi belajarku yang posisinya berhadapan dengan Fajar.

    “Jar…sidang perdananya mulai kapan ?” Tanyaku kepada Fajar yang mulai meminum air dari gelas yang dia genggam.

    “Katanya mulai minggu depan Gam…Jadwalnya aku belum dikasih tau. Pengacaranya yang bakal urus semuanya.”

    “Eh Jar, gue mau tanya tentang kasusnya Mas Hilmi, sebelum dia membeli handphone dari temennya, dia tau ngga barang itu hasil kejahatan ?”

    “Aku juga sudah pernah tanyakan ke Mas Hilmi, dia bilang ngga tau sama sekali kalau handphone itu hasil dari kejahatan temen kampusnya.”

    “Tadi sebelum sampai rumah, gue cari cari artikel di Gramedia tentang pasal 480 KUHP, pasal 2 menyebutkan Barangsiapa mengambil untung dari hasil suatu barang, yang diketahuinya atau patut dapat disangkanya, bahwa barang itu diperoleh karena kejahatan. Kalau Mas Hilmi tidak tahu barang itu hasil dari kejahatan apalagi membelinya sesuai dengan harga pasar, kemungkinan besar dia bisa bebas.”

    “Eh…kamu udah baca ya pasalnya ? Untuk membuktikan kalau Mas Hilmi tidak curiga dengan barang itu, bagaimana Gam ? Padahal disebutkan kalau terdakwa tidak perlu tahu dengan pasti asal barang itu dari kejahatan apa, akan tetapi sudah cukup apabila ia patut dapat menyangka barang itu adalah barang hasil kejahatan. Itu kan sulit dibuktikan Gam ?”

    “Iya juga sih Jar….Tapi Mas Hilmi kan beli barangnya sesuai dengan harga pasaran, berarti dia ngga ambil keuntungan. Sekarang tinggal lihat lokasi pembelian, waktu kejadian siang atau malam, dan transaksinya mencurigakan atau ngga ?”

    “Aku ngga sejauh itu nanyanya Gam….Yang jelas aku ngga salah untuk meminta bantuan kamu. Kamu orangnya pinter banget Gam.”

    “Hehehehe…Loe tuh ya, lagi ngomong serius malah memuji gue. Mending kita ke ruang tengah aja yuk, siapa tau bokap dan nyokap gue udah datang. Kan loe mau ketemu mereka berdua.”

    “Iya Gam…Aku mau mengucapkan terimakasih atas bantuan mereka.”

    “Ya udah yuk…” Ucapku sambil berdiri dan mengajak Fajar menuju ruang tengah.

    Ternyata di ruang tengah, hanya ada ayahku saja yang sedang duduk santai sambil melihat berita sore. Kegiatan rutin yang selalu dilakukan setelah pulang dari kantor.

    “Pah….Kenalin calon nih….”Ucapku sambil mendorong Fajar supaya mendekat ke arah ayahku. Fajar melirikku heran tanpa bisa berucap sedikitpun, karena ayahku sudah langsung berkata

    “Jagoannya Papah tuh punya calon apaan ? Ini yang namanya Fajar ya ?” Ucap ayahku sambil menyambut tangannya Fajar yang terlebih dahulu disodorkan ke ayahku.

    “Sore Om….Saya Fajar.” Fajar bersikap manis di depan ayahku. Kemudian aku menyuruhnya duduk di kursi samping kursi panjang. Sedangkan aku duduk di sebelah ayahku.

    “Om…Maaf sebelumnya, saya jadi merepotkan Om karena kasus kakak saya. Saya juga mau mengucapkan terimakasih atas bantuan Om untuk kakak saya.”

    “Ngga usah sungkan gitu Jar….Om tadi pagi sudah suruh pengacara datang menemui kakakmu di Polwiltabes. Katanya sore ini kakakmu dipindah ke Rutan Kebon Waru ya…?”

    “Iya Om…tadi pagi saya juga ketemu dengan Pak Agung, beliau bilang akan urus kasusnya kakak saya.”

    “Om berharap kasus kakakmu segera selesai, kasihan juga orang yang ngga bersalah harus di hukum.”

    “Termakasih sekali lagi saya ucapkan Om…Saya masih belum bisa membalas kebaikan yang dilakukan Om kepada saya”

    “Bukan hal yang besar kalau untuk Om…Biar Tuhan saja yang balas ya….Oh iya, jagoannya papah belum jawab pertanyaan papah. Calon apa tadi ?”

    “Hehehehe….lain kali aja ah. Pah, Agam ke kamar dulu ya. Yuk Jar, ke kamar lagi.”

    “Kamu tuh ada-ada aja, ya sudah sana ngobrolnya di kamar aja. Kasihan Fajar kalau di suruh ngobrol di sini.”

    “Permisi dulu ya Om…saya balik lagi ke kamarnya Agam.” Ucap Fajar sambil beranjak dari kursi ruang tengah kemudian berjalan mengikutiku menuju kamarku. Sesampainya di kamar, Fajar langsung bertanya tentang omanganku barusan.

    “Gam…maksud calon itu apaan ?” Tanya Fajar sambil duduk di atas kasurku.

    “Eh..an..anu…calon pacar maksudnya.” Jawabku sambil menggaruk-garuk kepalaku dan menyengir kuda.

    “Siapa calon pacar kamu ? Bukannya pacar kamu itu Indah ?” Lanjut Fajar yang masih heran dengan jawabanku.

    “Duh…Indah selalu merusak reputasi gue sebagai cowok normal.”gerutuku yang terdengar oleh Fajar.

    “Haaa…Maksudnya apaan Gam ? Aku sama sekali ngga ngerti.” Fajar terlihat lebih bingung, aku langsung duduk di kursi dekat dengan Fajar.

    “Mmmm….Kalau gue ngomong sekarang, takutnya loe tambah berat bebannya. Lebih baik nanti aja deh…” Kali ini aku serius di hadapan Fajar.

    “Aku penasaran Gam…Lebih baik kamu ngomong aja sekarang.” Ucap Fajar dengan muka serius.

    “Ok deh….Tapi loe ngga usah dimasukkan ke dalam hati ya.”

    “Iya Gam….Aku janji ngga akan dimasukkan ke dalam hati.”

    “Dari waktu kelas 2 SMA gue udah suka sama loe Jar, tetapi gue sadar kalau loe udah punya pacar yang notabene temen sekelas gue.”

    Kali ini Fajar terlihat shock mendengar penjelasanku yang singkat padat tanpa ada embel-embel. Karena aku sama sekali tidak suka basa basa yang basi seperti yang dilakukan ibu-ibu sosialite.

    “Gam….Bukannya kamu pacaran dengan Indah ? Mana mungkin kamu bisa suka sama aku ?”

    “Ya udah deh kalau ngga percaya, yang jelas gue dari dulu suka sama loe Jar….Tapi gue ngga mau memaksakan diri untuk menuntut loe jadi pacar gue.”

    “Gam….aku sekarang ngga bisa berkomentar sedikit pun. Maafkan aku ya…” Ucap Fajar sambil menatapku. Entah apa yang ada di dalam pikirannya, aku sama sekali tidak bisa membacanya karena aku bukan seorang cenayang yang bisa tau segala hal.

    “Loe kan udah janji ngga akan dimasukkan ke dalam hati, seperti yang udah gue bilang tadi, sebagai lelaki sejati harus bisa memegang sebuah janji. Gue juga janji ngga akan memperkosa loe malam ini dan malam-malam selanjutnya kalau loe tidur di rumah gue, kecuali loe yang minta. Hehehehe…”

    Fajar hanya tersenyum masygul tanpa berucap sedikit pun. Sepanjang malam setelah acara makan malam bersama keluargaku, aku tidur berjauhan dengan Fajar, karena aku takut terjadi hal-hal yang aku inginkan. Hal ini pun aku ceritakan seluruhnya kepada Indah ketika jam pelajaran pertama belum dimulai.

    “Kamu ngga takut apa kalau Fajar marah dan kecewa sama kamu ?” Tanya Indah

    “Kenapa mesti takut, gue kan cuma bilang aja kalau gue suka sama dia. Tapi gue ngga memaksanya untuk menjadi pacar gue. Lagian kenapa dia mesti kecewa ? Kalau Ipung wajar marah dan kecewa sama gue. Itu gue akuin kalau gue emang kurang ajar dan salah sama Ipung.”

    “Iya juga sih….Tapi kalau dia menjauh dari kamu bagaimana ?” Lanjut Indah

    “Mmmm…Gue juga ngga terlalu perduli, yang jelas gue ngga mau memaksa orang untuk mendekati atau menjauhi gue. Itu urusan pribadinya masing-masing.” Ucapku sambil menikmati angin pagi yang terasa sejuk menembus kulitku. “Eh Dah….Gue kok kangen ya ama Ipung.”

    “Pasti kamu kangen liat ekspresi mukanya pada saat dia menggelinjang ya…”

    “Hehehehehe….gue kangen mukulin orang Dah, kan si Ipung lagi marah tuh sama gue. Lumayan kan kalau diajak berantem.”

    “Kamu tuh ya Gam, dari dulu ngga pernah berubah, senengnya berantem melulu. Kalau kamu emosi sama diri sendiri, jangan dilimpahkan ke orang lain.”

    “Siapa yang emosi pada diri sendiri, gue itu pengen merawanin si Ipung. Waktu itu kan Ipung belum jadi matahari terbit.”

    “Gam…Gam….Sini deh aku bisikkin.” Indah mendekat ke arahku.

    “Kenapa Dah ?” Bisikku penasaran.

    “KAPAN KAMU MAU MERAWANIN AKUUUU !!!!!!!” Teriak Indah persis di depan kupingku. Aku terlonjak kaget mendengar jeritan Indah. Hampir saja aku terjatuh dari kursi panjang yang berada di taman depan kelasku.

    Hening dan sepi terasa, karena semua orang terheran-heran memandang ke arah kamu berdua. Aku langsung berdiri dan berkata…

    “MAAF…MAAF…TEMAN GUE YANG SATU INI PENYAKIT JIWANYA SEDANG KAMBUH. SIL….”Ucapku sambil mengankat ke dua tanganku Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku. Mulutku langsung dibekap Indah.

    “Pilih diam atau aku perkosa kamu di wc wanita ?” Indah memelukku dari belakang dengan kedua tangan dia lingkarkan di leherku.

    “Am…ampun Dah….Gue pilih diem aja deh daripada kehormatan gue direnggut sama loe.” Ucapku terbata-bata karena aku sangat sulit bernafas akibat lilitan tangan Indah.

    “Pinter anak manis….Awas kalau sampai melarikan diri lagi, aku ngga akan segan-segan memperkosa kamu di depan kelas.” Ancam Indah

    “Ya ampun…loe kok jahat banget sih sama gue ? Reputasi gue udah hancur lebur sekarang, ditambah lagi kalau sampai gue diperkosa. Mau dibawa ke mana masa depan gue.” Ucapku lesu sambil duduk kembali di kursi panjang.

    “Kamunya sih, ngga mau merawanin aku. Padahal aku kan mau banget diperawanin kamu Gam…” Ucap Indah yang duduk di sampingku.

    “Weiiiittt….Gue masih normal tau !!!! Sembarangan aja buat orang belok” Jawabku sewot. Obrolan kami berdua terpaksa terhenti karena lonceng sekolah yang menandakan kegiatan belajar mengajar di pagi hari ini sudah berbunyi. Kami berdua masuk ke dalam kelas. Indah berjalan di sampingku sambil merangkul tubuhku. Terlanjur rusak reputasiku di sekolah ini sebagai lelaki normal, aku hanya bisa pasrah saja menerima kelakuan Indah terhadap diriku.
    ***
  • Aduh Agam nantinya pacaran sama siapa yaaa ><
  • hahahah, makin gokil aja nih
  • hmmm.. agam tuh juara banget yah.. keren lah.. bisa ga yah kiki kayak agam..? #ngayal tingkat presiden

    indah.... bodor pisan lah.. meni pnasaran dperawanin ma agam.. hahaha..
  • love this part... :-P
  • lanjut ya [-O<
  • Just_PJ wrote: »
    lanjut ya [-O<

    second that
  • haha buset dah kyknya yg bs bikin agam keok cma si indah.
    AGAM KITA "BLA BLA BLA" YUK!. lo gk mau ama gilang aja dh. Gilang kita main kawin2an ma kakak yuk?!

    Eh ada kang @Chocolate010185 gk jadi ah lang aq di plototin th.
    #merinding ajep-ajep
  • Makin suka ma cerita ini..
  • @Chocolate010185 jgn bilang nti si fajar ♏ªªªáàÛú nerima si agam karna balas budi ya!
Sign In or Register to comment.