It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
.~/ / \_. Ћ∂ª=D ~
_( \_ Ћ∂ª=D ~
Dasar bedul si Indah
Oh iya, baru inget, di sana ada Andri juga, jangan2 sama dengan Andri di sini. Lho adek kelasnya Agam donk!
@Chocolate010185, kasih info donk!
Sneng liat agam trsksa batin..haha #evil laugh
Ayo, buat tmen2 G yg pngn pny tmen cwe ky indh, cini cini sma aq..hehe #peyuk
Sneng liat agam trsksa batin..haha #evil laugh
Ayo, buat tmen2 G yg pngn pny tmen cwe ky indh, cini cini sma aq..hehe #peyuk
Sneng liat agam trsksa batin..haha #evil laugh
Ayo, buat tmen2 G yg pngn pny tmen cwe ky indh, cini cini sma aq..hehe #peyuk
Sneng liat agam trsksa batin..haha #evil laugh
Ayo, buat tmen2 G yg pngn pny tmen cwe ky indh, cini cini sma aq..hehe #peyuk
makin penasaran Agamnya ama siapa nantinya........
meskipun saya yakin punya sayalebih panjang *eh?
beeuuh..... yang mesum ada itu... anny arrow. ada gambar-gambarnya pula!
@FendyAdjie_ : Hahahah, apa coba ???
@bi_ngung : Ikut.....Aku juga mau.
@arieat : kenapa sampai tersiksa bathin ?
@hardyanuar1 : Lanjut ya ke part 22
@yuzz : Mesumnya kan sama aja kayak part awal. Jadi tidak diceritakan lebih detail. Hehehehe
@rulli arto : kalau yang part 22, terpuaskan ngga ?
@the_angel_of_hell : Pastinya mengeluarkan cairan. Kalau ngga, ngga bisa dipake dong. Hehehehe
@Adam08 : Ada di part 22, Agam jadinya sama siapa.
@didit_wicaksono : Bener banget, rada horrornya kalau nafsu birahinya memuncak. Bisa habis kita diperkosa.
@kiki_h_n : Ki, lanjut ya ke part 22
@black2_gemini : Hahahahaha....tau aja Agam itu siapa ?
@semua : Part 22 nya siap dibungkus.
@darkrealm : Heheheh....nanti disalamkan buat Indah. Dia paling suka manusia normal seperti Agam.
@secretrahasia : Part 22 sih ngga buat mendesah kok.
@D'day_Light : Mungkin kalau anak-anak sma di Bandung gaya banyolannya hampir sama kali ya... Lanjut ya ke part 22
@jorse : pengalaman ya...Hehehehe
@4ndh0 : Eh....siapa yang mau diperkosa ? sini..sini
@touch : Yang kali ini lebih cepat dari biasanya. Jika diperlambat, ada beberapa pengulangan cerita. Lanjut ya ke part 22
@bocahnakal96 : Siap....
@joeb : Ada kok di part 22, lanjut ya
@joenior68 : Aku ikut ngantri untuk diperkosa. Loh...
@danze : Di part 22 dijelaskan siapa pacarnya Agam.
Andri beda orangnya, karena Andri itu tinggalnya di Jakarta dan sekolahnya di jakarta.
@savanablue : Lanjut atuh ke part 22
@dollysipelly : Hehehehe....ngga ketulunga bedulnya
@black2_gemini : beda banget orangnya, karena Andri itu sekolah di jakarta kan...
@woonma : Wuaaa...ada fujoshi juga. Pasti kejam seperti Indah. Hehehehee...
@dido_firmansyah : Siap..bentar lagi mau di upload.
@revian97 : Siap...mau di upload part 22 nya
@omarovBaru : Ampuni saya kalau kurang mesum....Sini...sini, buat saya lebih mesum.
@sigma : Wuaaa......punya saya memang pendek banget. Nyerah kalau untuk urusan itu.
@Bluedragoste : Sekarang ya di upload lagi
Kakak @Zhan, aku selalu ada dihatimu.
Part 22 adalah akhir dari cerita Rumah Kebon Waru.
Maafkan saya kalau jika ada perkataan yang menyinggung baik langsung maupun tidak langsung.
Untuk sementara saya akan pensiun dulu dari BF.
Semoga teman-teman di forum ini bisa terhibur dengan cerita yang saya buat.
Minggu pagi ketika aku sedang terlelap, tiba-tiba ada yang mengejutkanku. Ada sesosok orang yang kepalanya diletakkan tepat di atas perutku. Biasa yang keisengan di pagi hari adalah Gilang. Nyaris saja aku akan membenamkan kepalanya jika tidak melihat si empunya. Fajar terlihat sedang tersenyum ke arahku.
“Duh….gue kira si Gilang yang iseng gini. Ternyata loe Jar. Tumben pagi-pagi udah datang ke sini ?” Aku sedikit menguap karena tadi malam aku tidur sangat larut.
“Ganggu istirahatmu ya Gam…Maaf deh, aku pulang aja kalau gitu.” Fajar hendak mengangkat kepalanya dari atas perutku, namun keburu kutahan.
“Loe tuh ya….Gue ngga merasa keganggu kok. Cuma nanya aja.”
“Pagi ini aku mau ke Rutan Kebon Waru, mau besuk Mas Hilmi. Makanya aku mampir dulu ke sini.” Fajar kali ini memiringkan tubuhnya menghadap mukaku.
“Jar, gue boleh ikut ngga ? Dari semalem gue kangen sama Mas Hilmi.” Ucapku sambil mengusap-usap rambutnya Fajar.
“Kamu kok kangennya sama Mas Hilmi ? Udah ngga kangen ya sama aku ?”
“Heheheh…kangen juga lah sama loe. Jar, gue boleh ngga minta izin sama loe.” Ucapku lembut.
“Mau minta izin apa Gam ? Pasti aku izinin selama kamu ngga minta untuk deketin Mas Hilmi.”
“Yaaa….Justru itu yang aku mau Jar, lagian Mas Hilminya juga belum tentu mau jadi pacarku. Gue cuma berusaha untuk mengejar aja.” Fajar mengangkat kepalanya dari atas perutku, kemudian dia menindih badanku, dan kedua tanganku dia cengkram. “Jar….Loe tega banget sih mau memperkosa gue pagi-pagi begini.” Lanjutku pasrah.
“Bukan mau memperkosa kamu, tapi kalau aku bilang ngga boleh, ya tetap ngga boleh !” Fajar sedikit membentak.
“Iya deh….gue ngga akan ngejar Mas Hilmi lagi.” Jawabku masygul. Fajar tersenyum ke arahku, sambil melepaskan cengkraman tangannya, kemudian dia pegang pipiku dengan kedua telapak tangannya.
“Kamu jangan sedih gitu….Minta yang lain aja ya.” Ucapnya lembut.
“Tapi kalau pagi ini gue ikut loe besuk Mas Hilmi boleh kan ?” Tanyaku.
“Kalau itu boleh, kamu mandi dulu sana, setelah itu kita berangkat.” Fajar bangkit dari atas tubuhku, kemudian dia merebahkan badannya di sampingku. Aku pun beranjak dari kasur dan segera berjalan menuju kamar mandi untuk melakukan rutinitas di pagi hari.
Setelah selesai, kami langsung menuju lapangan Gasibu untuk mencari sarapan. Tentunya menggunakan motorku, sedangkan motornya Fajar diparkirkan di rumahku. Seperti minggu pagi sebelum-sebelumnya, lapangan ini sudah dipadati orang-orang yang berolah raga, dan banyak sekali stand dadakan yang hanya ada di minggu pagi.
Aku parkirkan motorku di depan gedung sate yang sudah banyak motor yang berjajar rapih disini. Setelah itu kami berdua menuju salah satu stand yang menjual makanan untuk sarapan pagi. Aku memesan lontong kari, sedangkan Fajar memesan bubur ayam.
Setelah menyelesaikan sarapan pagi, aku hendak membeli rokok dan oleh-oleh untuk Mas Hilmi. Untungnya di sini banyak yang jual makanan ringan, sehingga aku tidak perlu repot-repot menunggu supermarket buka.
“Gam….untuk apa makanan sebanyak itu ?” Tanya Fajar ketika aku membeli keripik kentang.
“Untuk Mas Hilmi dong….Hehehehe.”jawabku sambil tersenyum. Fajar terlihat cemberut pada saat aku mengucapkan kata barusan. “Iya…Iya…Gue ngga akan mengejar Mas Hilmi kok. Tapi makanan ini kan buat tahanan yang lainnya juga. Ngga mungkin kan Mas Hilmi makan sendirian, pasti yang lainnya juga minta. Makanya gue beli agak banyak.”
“Awas aja kalau sampai ngejar Mas Hilmi.” Ucap Fajar sambil merebut kantong kresek yang berisi buah-buahan dari tanganku.
“Gue janji ngga akan ngejar Mas Hilmi lagi.” Ucapku sambil mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahku.
Setelah membeli makanan, minuman dan rokok telah aku beli, aku melajukan motorku menuju Jalan Jakarta. Seperti biasanya, tangannya Fajar melingkar di pinggangku. Terkadang dia mengelus perutku dan dadaku selama dalam perjalanan. Dia begitu pandai memainkan perasaanku, dan membuat hatiku semakin terikat kepadanya.
“Gam…Kok kamu ngga ceria seperti biasanya ? Ada masalah apa ?” Tanya Mas Hilmi ketika aku sudah memberikan oleh-oleh untuknya.
“Eh, ngga ada masalah apa-apa kok Mas.” Ucapku sambil tersenyum. Aku coba mengelak dari tuduhan Mas Hilmi yang bisa melihat perubahan sikapku.
“Jangan bohong Gam, pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan.” Kata Mas Hilmi yang menyerangku agar aku mau menceritakan masalahku.
“Beneran ngga ada kok Mas….Mas Hilmi baik-baik aja kan di sini ?”Kucoba untuk balik bertanya agar Mas Hilmi tidak menanyakan keadaanku saat ini.
“Sejauh ini masih baik-baik aja Gam, semoga aja bisa bertahan sampai urusannya selesai.” Ucap Mas Hilmi.
“Saya berharap minggu ini hakimnya memutuskan bebas untuk Mas Hilmi. Ngga tega juga lihat keadaan Mas Hilmi seperti ini.”
“Semoga ya Gam….Mungkin ini juga belajaran yang sangat berharga buatku.” Ucap Mas Hilmi.
“Gam…Aku boleh minta izin untuk berbicar berdua dengan Mas Hilmi ?” Ucap Fajar yang duduk di samping Mas Hilmi. Mas Hilmi sedikit canggung dengan permintaan Fajar tersebut.
“Eh…iya Jar, gue ke situ dulu kalau begitu.” Aku menunjuk ke arah jendela yang bisa melihat keadaan dalam penjara. Kemudian aku beranjak dari kursi ini dan berjalan menuju jendela yang kumaksud.
Di luar sana aku hanya bisa melihat halaman yang ditumbuhi rumput dan tumbuh-tumbuhan yang berbunga warna-warni. Sangat tertata rapih sekali. Ada sebuah gerbang jeruji besi berwarna hijau yang membatasi antara halaman ini dengan tempat para tahanan. Sebatas aku memandang, ada sebuah ruangan dengan pintu yang terbuat dari jeruji besi, dan jendela tanpa kaca, juga terdapat jeruji besi. Hanya ada beberapa orang saja yang terlihat dari balik jeruji besi.
Sesekali aku pandang Mas Hilmi yang sedang serius berbicara dengan Fajar. Nampaknya bukan masalah yang sepele, karena terlihat dari raut wajah Mas Hilmi yang mengerutkan dahinya. Dua orang kakak beradik ini bisa membuat hatiku tergetar, namun seperti ada benteng yang sangat tinggi yang menghalangiku untuk mengejar salah satu dari kedua orang ini. Sekarang tidak ada dilema lagi di dalam hatiku, kedua orang ini sudah bukan lagi mangsa yang harus ku kejar. Aku harus mencari mangsa lainnya yang siap untuk diburu. Kembali kupandang hamparan rumput dan beberapa tumbuhan yang sedang memamerkan bunga yang cantik-cantik.
Ntah berapa lama aku melamun memandang halaman ini, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku dari belakang. Pada saat kupalingkan wajahku, Fajar sedang tersenyum ke arahku, tangannya mulai merangkul badanku dan mengajakku duduk kembali ke tempat semula.
“Kamu jangan murung terus ya Gam.” Ucap Mas Hilmi sambil tersenyum penuh arti sesaat setelah aku duduk di hadapan Mas Hilmi.
“Hehehehe….ngga murung kok Mas, tadi saya cuma lihat-lihat kondisi di dalam rutan ini.” Elakku.
Tiba-tiba ada suara sipir yang berteriak, “WAKTU BESUK SUDAH HABIS. HARAP PENGUNJUNG MENINGGALKAN RUANGAN INI”
Aku dan Fajar pun berpamitan kepada Mas Hilmi, rasanya aku ingin membawa lari Mas Hilmi dari tempat ini. Tapi apa daya, aku hanya bisa berbuat semaksimal yang kubisa, seenggaknya bisa memperingan masalah yang sedang dihadapi Mas Hilmi.
Sepanjang perjalanan, tidak ada satu kata pun yang terucap dari mulutku. Ntah apa yang sedang kupikirkan, tapi aku merasa Fajar memelukku erat. Aku sebenarnya menikmati momen seperti ini, tetapi tidak akan lama lagi, aku harus menghilangkan perasaan cintaku kepada Fajar.
Sesampainya di rumah, aku langsung mengajak Fajar menuju kamarku. Kedua orangtuaku dan Gilang sepertinya sedang menikmati hari minggu di luar rumah. Fajar langsung merebahkan diri di atas kasur, sedangkan aku menyiapkan minuman dan makanan kecil untuk Fajar.
Pada saat aku meletakkan toples dan minuman dingin di atas meja belajar, Fajar memelukku dari belakang. Dia kembali menyenderkan kepalanya di bahuku.
“Kamu marah sama aku ya ?”Tanyanya lembut. Kembali aku merasakan ragaku melayang-layang entah kemana.
“Ngga ada alasan gue marah sama loe, memangnya kenapa Jar ?” Tanyaku. Fajar membimbing tubuhku menuju ke kasur. Aku rebahkan tubuhku yang disusul dengan Fajar yang merebahkan tubuhnya di samping badanku. Posisi tubuhnya Fajar miring menghadap diriku, sedangkan aku hanya terlentang menghadap langit-langit.
“Gam…aku boleh minta sesuatu ngga ?” Tanya Fajar serius.
“Apa pun yang loe minta, pasti gue kasih Jar….Heheheheh.” Aku berusah tertawa untuk menghilangkan rasa canggungku kepada Fajar.
“Kamu tuh ya….Aku minta kamu tulis di secarik kertas, siapa yang akan kamu pilih diantara kami berdua untuk dijadikan pacar kamu.” Ucap Fajar bersemangat. Aku langsung memalingkan wajahku ke arah Fajar.
“Tapi Jar, tadi pagi loe kan melarang gue untuk mendekati Mas Hilmi, sedangkan aku sendiri ngga mungkin meminta loe supaya jadi pacar gue. Gue sepertinya ngga akan memilih di antara kalian berdua Jar.” Ucapku membeberkan permasalahan yang membuat aku sedikit murung.
“Tadi waktu kita besuk Mas Hilmi, aku bicara serius tentang hal ini. Salah satu di antara kami, ada yang memilihmu untuk menjadikanmu sebagai kekasih hati. Sudah aku tulis namanya dan aku simpan di dalam dompetku. Rencananya tulisan ini akan aku buka pada sidang putusan Mas Hilmi. Jika nama yang tertera dalam dompetku sama dengan yang kamu pilih, berarti kamu boleh untuk berpacaran dengan yang kamu pilih, tetapi jika tidak sesuai, dengan berat hati kamu harus mencari orang lain.”
“Tapi Jar, gue ngga mau memaksakan kehendak untuk kali ini. Dan gue ngga mau kalau kalian berdua terpaksa melakukannya. Lebih baik gue ngga usah pilih salah satu di antara kalian ya…” Fajar mengangkat kepalanya dari atas perutku, kemudian dia memegang pipiku dengan kedua telapak tangannya.
“Ngga ada yang merasa terpaksa dalam hal ini, dan tadi kamu udah bilang kalau kamu akan memberikan apa yang kuminta ! Pada saat putusan sidang Mas Hilmi, kamu harus sudah menuliskan nama yang kamu pilih, PAHAM !”Kata Fajar dengan penekanan. Aku terlalu lemah menghadapi orang yang kucintai dan kusayangi, sehingga dengan terpaksa aku harus memenuhi permintaannya Fajar.
Sebelum aku memutuskan untuk menulis nama siapa yang akan aku pilih, aku harus berkonsultasi dulu kepada Indah agar aku dapat memantapkan hatiku. Aku ceritakan seluruh persoalannya pada saat jam istirahat sedang berlangsung keesokan harinya, ketika kami sedang melahap batagor di kantin sekolah.
“Jadi menurut loe, gue pilih siapa Dah ?” Tanyaku sambil memasukkan potongan batagor ke dalam mulutku.
“Kamu maunya yang mana Gam ?” Indah meletakkan garpunya di atas piring untuk mendengarkan jawabanku.
“Yaa…loe ditanya malah balik tanya. Udah ah gue mau balik ke kelas aja.” Aku hendak beranjak dari tempat duduk dan keburu dirangkul oleh Indah. Sehingga aku urungkan niatku untuk kembali ke kelasku.
“Iya…iya….gitu aja cemberut.” Ucap Indah sambil mengelus-elus kepalaku. “Sekarang yang jadi pertanyaan, siapa yang bakal memilih kamu untuk dijadikan pacar ?” Kali ini tangannya Indah memegang bahuku dan merapatkan tubuhnya.
“Gue rasa sih Mas Hilmi yang bakal memilih gue, soalnya kalau Fajar ngga mungkin. Dia kan ngga sama seperti gue Dah.”
“Berarti kamu pilih Mas Hilmi aja Gam. Aku udah ngga sabar lihat kamu punya pacar.” Ucap Indah bersemangat sambil tersenyum ke arahku.
“Gue rasa seperti itu Dah….Tapi kenapa sebelumnya Fajar melarang gue untuk tidak mendekat Mas Hilmi ?”
“Oh iya ya…Tapi kalau kamu yakin suka Mas Hilmi, kamu pilih dia aja Gam.”
“Dulu gue pikir Fajar itu orangnya lembut dan penurut. Tetapi setelah gue mengenal lebih dekat, dia orangnya tegas dan galak Dah. Itu yang membuat gue semakin jatuh cinta sama Fajar. Apa gue tulis nama Fajar aja kali ya ?”
“Sama siapa pun aku setuju Gam. Apalagi kalau kamu pacaran dengan Fajar, duh pasti aku bisa multi orgasme lihatnya.”
“Tapi kalau gue pilih Fajar, loe jangan bilang-bilang sama Rina ya. Gue sama sekali ngga enak kalau sampai Rina tau.”
“Pastinya Gam, kamu kan kekasih hatiku.” Kata Indah sambil melingkarkan tangan yang satunya lagi di leherku. Walaupun reputasiku kian rusak di sekolah ini gara-gara perlakuan Indah seperti ini, tapi seenggaknya Fajar percaya kalau aku ini seorang lelaki normal.
Aku semakin mantap untuk menuliskan nama Fajar sebagai pilihanku untuk dijadikan pacarku. Jika ternyata Mas Hilmi yang memilihku, aku tidak akan menyesal dengan pilihanku sendiri. Kutulis nama Fajar di sebuah kertas dan kulingkari dengan gambar hati, setelah itu aku lipat dan kumasukkan ke dalam dompetku. Kertas ini akan kembali kubuka pada hari Kamis dimana Mas Hilmi menghadapi putusan sidang.
Hari Kamis minggu ini adalah hari yang sangat menegangkan baik menurutku maupun menurut Fajar dan Mas Hilmi. Aku sama sekali tidak berani untuk masuk ke dalam ruang sidang, karena aku tidak siap mendengarkan hakim membacakan amar putusan untuk Mas Hilmi. Sudah hampir 30 menit aku menunggu dengan kecemasan yang amat sangat.
Aku hanya bisa memandang pintu ruang sidang yang sedikit tertutup. Sidangnya Mas Hilmi memang terbuka bagi umum, sehingga orang yang tidak mempunyai kepentingan apa-apa bisa dengan leluasa keluar masuk ke dalam ruang sidang tersebut.
Tiba-tiba dari dalam ruang sidang berhambur keluar para pengunjung yang tadi sempat mengikuti jalannya persidangan. Fajar pun keluar dari ruang ini dengan bersimbah air mata. Aku terperanjat melihat Fajar dalam keadaan seperti itu. Aku langsung menyerbu ke arahnya sambil memeluk tubuhnya. Fajar pun membalas pelukanku. Aku sudah tidak perduli dengan orang sekitar yang memandang prilaku kami berdua.
“Jar, gimana keputusannya ?” Aku usap sedikit air mata yang merembes melewati sudut matanya dengan menggunakan telapak tanganku.
“Gam……Makasih ya, kamu sudah mengupayakan dan membantu kami semaksimal mungkin.” Ucap Fajar sambil menatapku dengan mata sayu.
“Bukan masalah buat gue Jar, terus keputusannya bagaimana ?” Aku semakin penasaran untuk mendengarkan hukuman apa yang bakal dijatuhkan kepada Mas Hilmi.
“Hakim menyatakan Mas Hilmi tidak bersalah, dan hari ini Mas Hilmi sudah harus dibebaskan dari segala tuntutan hukum.”
“HAAAA…..YANG BENAR JAR !” Aku terlonjak girang mendengar penjelasan Fajar. Semakin aku eratkan pelukkanku. Nyaris saja aku hendak mencium Fajar karena eforiaku, tetapi aku keburu sadar jika saat ini kami tidak sedang berada di kamarku.
Ada rasa haru yang kurasakan saat ini yang terlihat dari beberapa tetes air mata yang mulai mengalir dari sudut mataku. Beberapa saat kemudian , Pa Agung dan Mas Hilmi berjalan keluar dari ruang sidang. Kulepaskan tubuhnya Fajar dari pelukanku, aku berjalan menuju mereka berdua.
“Pa Agung, terimakasih ya sudah bantu Mas Hilmi selama proses persidangan sampai dengan putusan.” Ucapku santun dan langsung menyalami tangannya Pa Agung.
“Ini bukan hal besar kok Gam….Nanti kalau ketemu Bapakmu, sampaikan salam dari saya. Sekarang saya harus segera meninggalkan tempat ini, karena masih banyak yang harus saya kerjakan.” Kata Pa Agung sambil melepaskan jabatan tangannya.
“Iya Pa Agung, nanti saya sampaikan, sekali lagi saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.”
“Sama-sama Gam…Saya duluan ya.” Pamit Pa Agung yang diiringi dengan bungkukan badan kami bertiga untuk menghoramatinya.
Setelah Pa Agung berlalu dari hadapan kami bertiga, aku langsung memeluk Mas Hilmi tanpa minta persetujuan Fajar, dan sambil berkata, “Mas Hilmi, selamat ya…Akhirnya Mas Hilmi bisa menghirup udara bebas lagi.”
“Terimakasih ya Gam, kalau bukan karena bantuan dan dukunganmu, mungkin sekarang aku belum bisa menghirup udara bebas.”
“Sama-sama Mas Hilmi. Eh Mas, sekarang prosesnya bagaimana lagi ? Apa sudah bisa langsung pulang ke rumah ?” Tanyaku sambil melepaskan tubuhnya Mas Hilmi dari pelukanku
“Aku harus ngurus administrasi putusanku ke Rutan Kebon Waru, tapi nanti sore juga sudah beres kok.”
“Mas Hilmi ke sananya saya bonceng aja, ngga usah pake mobil tahanan.” Ajakku. Fajar hanya memandangku tanpa komentar sedikit pun.
“Ngga bisa Gam, aku harus ikut mobil tahanan dulu. Karena namaku masih tercatat di Rutan Kebon Waru.” Ucap Mas Hilmi sambil mengucek-ucek rambutku.
“Gam, nanti kita jemput aja Mas Hilminya di Rutan Kebon Waru.” Ajak Fajar sambil menepuk bahuku. Walaupun kami tidak berada di satu motor yang sama dalam perjalanan menuju Rutan Kebon Waru, namun hatiku saat ini sedang bergembira dengan putusan bebas yang dijatuhkan hakim di Pengadilan Negeri Bandung.
Sambil menunggu Mas Hilmi di depan pintu masuk Rutan Kebon Waru, Fajar kembali menanyakan hal yang berkaitan dengan pilihanku.
“Sudah ditulis kan nama orang yang kamu pilih ?” Tanya Fajar lembut. Aku pun mengeluarkan kertas terlipat yang kuselipkan di dompetku.
“Ni…udah gue tulis.” Ucapku pongah, sambil menunjukkan kertas terlipat kepada Fajar.
“Heheheheh….Nanti kalau Mas Hilmi sudah keluar, kita buka sama-sama ya…”
“Jar, loe yakin dengan hal ini ? Gue ngga mau kalau ada yang terpaksa.”
“Yakin 100% Gam….Orang yang memilih kamu memang benar-benar jatuh cinta sama kamu.”
“Yang bener Jar, berarti diantara kalian ada yang sama dengan gue ?” Tanyaku bersemangat.
“Ada Gam, tapi ngga murni 100% homo. Bisa dikatakan biseks kali ya.”
“Haaaa…..gue jadi tambah bersemangat. Siapa Jar yang agak sedikit belok lurus ngga jelas gitu ?”
“Kamu tuh ya, nanti juga bakal tau kok siapa yang kamu bilang ngga jelas itu.”
“Duh, gue udah ngga sabar mau tau siapa orang yang ngga jelas itu. Moga-moga aja orang itu pilihan gue.”
“Kalau memang ternyata itu pilihan kamu, berarti status kamu harus segera ditingkatkan ya Gam ?”
“Pastinya Jar, yang jelas malam ini gue mau berduaan dengan orang yang jadi pilihan gue.” Aku membayangkan andaikata Fajar yang memilihku, sepanjang malam akan kubuat dia bergelinjang. Aku sudah bisa membayangkan wajahnya dalam keadaan seperti itu. Pasti seksi banget.
“Gam, sini aku bisikkin…” Kaa Fajar sambil mendekatkan kepalanya ke arahku.
“Kenapa harus berbisik, di sini kan ngga ada orang sama sekali.”
“Untung aja ngga ada orang, kalau ada pasti sudah liat gundukan yang ada di celana panjangmu.”
“Haaa….”Aku langsung menutup bagian selangkanganku dengan kedua tanganku. “Kok loe memperhatikan bagian ini sih ?”Lanjutku.
“Hahahaha…..Kamu tuh aneh banget. Pasti lagi ngebayangin hal yang paling mesum ya ?”
“Hehehehe….loe tau aja Jar.” Pada saat aku mengucapkan kata tersebut, tiba-tiba pintu depan Rutan ini terbuka. Terlihat Mas Hilmi keluar dari pintu itu diiringi seorang sipir. Setelah berpamitan, sipir tersebut kembali kedalam dan menutup pintu itu.
Aku dan Fajar langsung menyerbu Mas Hilmi yang hanya membawa 2 bungkusan.
“Apaan itu Mas ?” Tanya Fajar sambil menunjuk ke arah kantong kresek berwarna hitam yang berada di tangan kanannya Mas Hilmi.
“Ini bajuku semuanya.” Kata Mas Hilmi sambil memperlihatkan isi dari kantong keresek itu.
“Mas Hilmi, buang aja bajunya, ngga usah dibawa. Nanti kita beli lagi aja bajunya. Takutnya bawa sial baju yang dipake di dalam tahanan.”
“Benar juga ya Gam….Aku buang aja di tempat sampah kalau begitu.” Kata Mas Hilmi sambil meletakkan bungkusan itu ke dalam tong sampah yang ada di dekat tempat parkiran motor.
“Kita sekarang mau ke mana dulu ?” Tanya Fajar.
“Kita syukuran aja dulu Jar, kecil-kecilan lah. Lagian selama Mas Hilmi di dalem situ, pasti makanannya ngga enak ya Mas ?”
“Iya Gam, makanan di dalam tahanan mana ada yang enak. Tapi karena laper, jadi terpaksa harus dimakan.”
“Nah sekarang Mas Hilmi mau makan di mana ? Mau makan ayam goreng renyah, pizza atau mau makan di BIP ?” Tanyaku bersemangat.
“Makan ayam goreng aja yuk Gam, sepertinya udah lama aku ngga makan di tempat seperti itu.”
“Yang di jalan Riau aja kalau gitu, makan ayam goreng pak tua berjenggot putih ya Mas….”
“Mas Hilmi bawa motorku, aku boncengan dengan Agam ya.” Kata Fajar. Aku dan Mas Hilmi melajukan motornya menuju Jalan Riau. Sedangkan Fajar selama dalam perjalanan selalu memeluk tubuhku, terkadang dia eratkan untuk memberikan kehangatan bagi tubuhku.
Sesampainya di restauran cepat saji, aku memesan 3 paket ayam. Mas Hilmi memilih tempat duduk di dekat jendela. Sedangkan Fajar berada di sampingku, membantu mengangkat makanan untuk kami bertiga.
Setelah makanan telah siap di santap, kami bertiga berdoa terlebih dahulu dan mengucap syukur atas bebasnya Mas Hilmi dari jeratan hukum. Kemudian kami langsung menyantapnya dengan lahap. Terlihat pancaran kebahagiaan dari raut wajah Mas Hilmi. Wajahnya begitu mempesona, tapi aku lebih memilih Fajar karena dia mempunyai karakter yang keras dan tegas, dan memang semenjak dahulu aku sudah jatuh cinta kepada Fajar.
“Gam…sekarang keluarkan kertas yang sudah kamu tulis nama yang akan kamu pilih.” Ucap Fajar ketika kami semua sudah menghabiskan seluruh makanan yang ada di atas meja. Kembali kukeluarkan kertas lipat dari dalam dompetku.
“Ini Jar…”Kataku sambil menyodorkan secarik kertas lipat kepada Fajar. Dia pun mengeluarkan kertas dari dalam dompetnya. Kedua kertas itu kemudian dia serahkan kepada Mas Hilmi.
“Sekarang Mas Hilmi aja yang baca ya….” Kata Fajar. Mas Hilmi mulai membuka kedua kertas tersebut.
“Mmmm….yang mana dulu yang harus kusebutkan ?” Ujar Mas Hilmi dengan muka serius.
“Punya saya dulu Mas…” Kataku bersemangat. Kemudian Mas Hilmi melirik kepada Fajar. Fajar pun terlihat agak sedikit tegang.
“Agam menulis nama Fajar dengan lingkaran hati. Kamu memangnya jatuh cinta ya sama Fajar ?” Tanya Mas Hilmi. Mukaku terasa sedikit panas akibat pertanyaan tersebut.
“Eh…Iy…iya Mas, sudah dari dulu saya suka sama Fajar.” Jawabku terbata-bata. Mungkin kata-kata ini sudah biasa di dengar Fajar.
“Mmmm….Kamu mau dengar tidak siapa diantara kami berdua yang memilihmu ?” Tanya Mas Hilmi.
“Mau….mau….Saya dari tadi sudah ngga sabar siapa orang yang ngga jelas itu. Mas Hilmi atau Fajar ya. Heheheh…”
“Kamu buka aja sendiri kertasnya, agar kamu lebih percaya.” Ucap Mas Hilmi sambil menyodorkan secarik kertas kepadaku. Aku menerimanya dengan tangan gemetar. Jantungku berdetak begitu kencang.
Perlahan-lahan kubuka lipatan kertas ini, dan kubaca apa yang tertulis di dalam kertas ini. Setelah memastikan siapa yang mamilihku, aku langsung tersenyum kepada Mas Hilmi.
“Udah tau kan siapa yang memilih kamu ?” Tanya Mas Hilmi yang membalas senyumanku.
“Udah Mas, ini serius kan…..”
“Aku serius banget Gam, mulai sekarang kamu ada di genggaman tanganku.” Kali ini Fajar yang berbicara dengan tegas. Semakin aku jatuh cinta dengan ucapannya tersebut.
“Iya Jar….Mulai sekarang kita bisa yayang-yayangan kalau gitu.”
“Hehehhee…nanti malam ya aku nginep di rumah kamu.”
“Eh….belum waktunya kalian melakukan hubungan intim.” Kata Mas Hilmi sambil memandang tajam Fajar.
“Loh, memangnya kapan waktu yang tepat ? Kita kan ngga bisa nikah Mas. Lagian juga Agam kan ngga akan hamil kalau sampai aku perkosa.”
“Oh iya ya....”Kata Mas Hilmi sambil mengaruk kepalanya. Aku semakin bersemangat karena Fajar bilang akan memperkosaku. Kabar gembira ini tentu saja aku ceritakan kepada Indah keesokan paginya sebelum jam belajar mengajar berlangsung.
Indah terlihat sangat girang mendengar aku telah resmi menjadi pacarnya Fajar. Tanpa ada malu sedikit pun dia memelukku di taman depan kelasku. Sebenarnya ini bukan pemandangan yang aneh, karena Indah kerap kali memelukku seperti ini.
“Gam, aku semakin cinta sama kamu.” Ucap Indah sambil memegang pipiku dengan kedua telapak tangannya. “Terus tadi malam kamu melakukan apa aja dengan Fajar ?”
“Mmmm…..Cerita ngga ya…Nanti kalau cerita, loe bakal memperkosa gue deh. Ngga usah aja ah…” Ucapku menggoda Indah.
“Kamu mau cerita ngga ?!” Kata Indah sambil menjepit hidungku dengan jari-jarinya.
“Arrggghhh…Iya…iya…Gue cerita, tapi lepasin dulu hidung gue, sakti tau !” Kataku dengan suara yang agak sedikit bindeng.
“Anak baik…sekarang cerita ya.” Kata Indah sambil menepuk-nepuk kepalaku.
“Setelah acara makan malam, dengan binal Fajar langsung menindih tubuhku. Aku hanya pasrah menerima apa yang akan dilakukan Fajar. Perlahan-lahan dia mulai mencium bibirku. Terasa sangat lembut sekali Dah….Gue baru pertama kali merasakan ciuman dengan seseorang.”
“Aku mauuuu…..” Kata Indah merajuk. “Terus setelah itu gimana lagi Gam ?” Lanjutnya.
“Gue merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bagian selangkangan. Gue coba untuk meraih benda yang sangat keras itu. Tapi Fajar langsung memegang kedua tangan gue. Gue menuruti keinginannya untuk menjadi orang yang pasif. Kemudian dia melucuti seluruh kain yang melekat di badan gue. Dia mulai mencumbu dari atas sampai dengan selangkangan gue. Tau ngga Dah, pedang sakti gue dia lumat habis.”
“Haaa….Fajar mau melakukan seperti itu ? Terus gimana lagi Gam ?”
“Mau Dah….Setelah beberapa menit dia berkutat di bagian itu, gue udah ngga tahan untuk beraksi. Gue rebahkan badannya, dan mulai gue lucuti semua pakaiannya. Pedang saktinya sudah menjulang ke atas, siap bertempur Dah.”
“Waaaa…besar ngga punya Fajar ?” Tanya Indah sambil mengeratkan rangkulan tangannya di bahuku.
“Hampir sama dengan gue Dah, lebih dikit. Hehehehehe….”
“Kayaknya celanaku udah basah banget Gam…tapi aku masih penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Terus gimana lagi ?” Tanya Indah bersemangat.
“Gue melakukan hal yang sama seperti Fajar lakukan sebelumnya. Terkadang gue perhatikan wajahnya yang sedang menikmati stimulus yang gue lancarkan kepadanya. Dan ekspresi itu yang dari dulu gue dambakan Dah….Deeeuhhhh, itu mukanya benar-benar seksi banget.”
“Aduh…..Bentar….Bentar…” Tangan Indah mencengkram bahuku sangat keras.
“Kenapa Dah ?” Tanyaku heran.
“Aku tambah basah Gam….Lanjut lagi ceritanya.”
“Nah setelah itu, Fajar kembali memimpin permainan, posisi gue kali ini kembali di bawah. Dia mulai menggesek-gesekkan tubuhnya. Gue merasakan sensasi yang sangat berbeda. Semakin lama semakin memuncak dorongan dari dalam tubuhku yang akan keluar melalui kemaluanku. Kucoba beberapa kali untuk menahannya, tapi karena posisiku di bawah sehingga tidak bisa berbuat banyak, akhirnya keluar juga Dah….Dan ternyata hampir berbarengan, Fajar pun mengeluarkan cairan tubuhnya.”
“Waaaa……Aku celanaku sudah basah kuyup. Eh tapi kok kamu ngga minta Fajar untuk menjadi matahari terbit ?”
“Gue ngga berani Dah, takutnya dia marah. Loe tau sendiri kan kalau Fajar itu sebenarnya galak banget.”
“Tapi kan kamu bisa bela diri Gam ? Kenapa kamu kok malah takut sama dia ?”
“Deeuuuhh….Gue dari dulu mana berani sama loe dan Gilang. Pokoknya orang-orang yang gue sayangi gue pasti takut lah. Tapi minggu depan gue udah merencanakan bulan madu sama dia Dah.”
“Kamu mau bulan madu ke mana Gam ?”
“Mmmm….Gue mau sewa kamar di Sari Ater Lembang Dah, di sana kan bisa sekalian berendam air anget. Berangkat sabtu, minggu siang pulang. Duh, gue ngga sabar pengen cepet hari sabtu.”
“Nanti yang jadi matahari terbitnya siapa kalau begitu ?”
“Mmmmm…Terserah Fajar aja Dah, gue mau aja jadi apapun selama itu bisa membuat dia bahagia.”
“Pokoknya kamu harus cerita apa yang terjadi pada saat bulan madu di Sari Ater Lembang !” Ucap Indah dengan penekanan. Obrolan kami pun harus diakhiri karena bel sekolah yang menandakan jam kegiatan belajar mengajar telah berbunyi. Indah pun merangkul tubuhku agar masuk ke dalam kelas.
Begitulah awalnya aku mempunyai seorang kekasih. Ntah sampai kapan aku menjalin kasih dengan Fajar. Tetapi aku akan selalu berbuat maksimal agar Fajar tetap berada di dalam hatiku.
***