It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
coklat batangan gw suka, sabun batangan gw pake..
apalagi?
masa daging batangan? XD
1. Masih bnyk kekurangannya terutama cara penulisan (kek nya ga make proses editing dulu sblm di post).
2. Membingungkan
3. Alurnya terlalu cepat berubah
4. Overall 5.5 bwt keseluruhan cerita ini
5. Kalo ada polling 'masih mau membaca cerita ini lagi?' jwbn gw pikir2 dulu deh.
Bwt para penggemar ts,sorry ya cuma mw bikin ts nya jadi lbh baik aja.
Namanya semua belajar berkarya tul gak ??? Hehehee....
Lanjuuuttt........!!!!
Saat aku membuka mata, dunia tampak berpendar-pendar keemasan. Benda-benda seakan dilapisi cahaya berkilauan. Inderaku bangkit, menajam, mengubah semua rangsang yang menyentuhnya menjadi sensasi yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.
Kak Willy juga telah bangun, duduk tegak di tempat tidurnya. Dia menatapku linglung, seperti mabuk. "Sudah bangun?" tanyanya berbasa-basi pagi.
"Belum, masih tidur!" nada suaraku yang ceria mengkhianati kesinisan kata-kataku.
Kak Willy tidak menjawab. Dia menarik nafas panjang, menghirup serbuk-serbuk cahaya yang bermain di sekelilingnya. Senyumnya mengembang lebar. Sebuah tawa kecil lolos dari bibir tipisnya, lalu semakin membesar seperti gelontoran air dari keran yang diputar perlahan. Sekarang lihatlah dia! Begitu bahagia. Begitu menggoda.
Kuambil handphone-ku yang tergeletak diatas meja. kutatap layar HP-ku. 9 panggilan tak terjawab dari Tristan. aku langsung menekan tombol hijau pada layar. Tak lama, dibalik HP-ku ini sudah ada yang mengangkat.
“Halo! Kenapa Tris?” tanyaku.
“Lo dimana?” tanyanya balik.
“Ditempat yang aman!” aku terkekeh.
“Gue serius! Kemaren sore gue cek ke kostan lo, nggak ada,”
“Gue dirumah emak gue!” Aku bebohong.
“Ooh, tadinya kami mau ajak lo ke puncak, karena lo nggak bisa di hubungin, terpaksa kami tinggalin.”
“Ehm, ya udah! titip salam ku untuk Poppy, sama emak-emak lo orang berdua?”
“He’eh!”
Klik. Aku menutup telpon.
Huuffhhh… sudah lama Aku tak mengobrol dengan Tristan … Mereka sibuk sekali dengan tugas-tugas mereka..
Aahhh.. hari ini aku tak ada jadwal kuliah. Enaknya kemana yaa…. Aissshh. Membosankan sekali.
Aku berjalan keluar kamar menuju dapur. Terlihat Kak Willy sedang sibuk dengan masakannya. Aku memperhatikannya sambil bersandar diantara penghalang pintu dan melipat kedua tanganku di dada layaknya seorang majikan yang mengawasi bawahannya.
“Sudah selesai telponannya?” ujar Kak Willy sambil menata masakannya itu di meja makan.
“Ehm, Sudah,” kataku sambil tersenyum.
“Ayo sarapan..” Ajaknya.
Aku langsung duduk dan menyantap nasi goreng itu tanpa merasa sungkan. Suapan demi suapan berhasil masuk dengan cepat. Rasa nasi gorengnya ternyata luar biasa lebih enak. Rasanya nasi goreng ini ada bumbu tersendiri yang membuat rasanya sangat berbeda dengan nasi goreng yang lain. Perutku terasa perih karena tidak di isi dari kemarin. Kak Willy hanya melongo melihatnya.
“Pelan-pelanlah nanti tersedak!” Kak Willy menyodorkan air minum.
“ Ehmm… enak banget… pake resep apaan nih? “ pujiku.
“ Hhahaha… resep rahasia!. “ katanya dengan lantang.
“ Ouh… yaa? Bisakah aku mencurinya,“ tanyaku.
“ Hhahahaha…. ada – ada aja.. emanknya kraby petty? “ sekarang dia yang balik bertannya.
Aku terkekeh.
Setelah aku selesai sarapan, aku duduk di sofa sedangkan Kak Willy, sepertinya sedang mencari sesuatu di lemari.
“Angkatlah kakimu..!” titah Kak Willy kemudian duduk di sampingku.
“Eh…??” Aku mendongak.
“Kalau ga di obati nanti bisa infeksi!!” Kak Willy mengangkat paksa kedua kakiku kemudian diletakkan dipangkuannya. Aku jadi duduk menyamping sedangkan Kak WIlly duduknya sedikit bergeser. Kak Willy mengoleskan obat anti septik pada luka bakar di betisku, terlihat kulit-kulit ariku mengelupas.
“Aww..” Aku meringis kesakitan. Kak Willy mendongak lalu mengoleskan anti septik itu sambil meniup pelan lukanya.
“Kakimu kena knalpot motor kemarin sore kan?” tanyanya.
“Heh?” kataku bingung. Aku saja tidak menyadarinya. Bahkan aku tidak merasa sakit. sungguh aneh. Tapi, bagaimana dia bisa tahu.
“Kau tidak tahu?” katanya sedikit kaget.
Aku menggaruk-garuk kepalaku yang nggak gatel. “Kok, kakak bisa tahu?”
“Tadi malem, saat kau tidur, aku nggak sengaja nyenggol lukamu itu. Kau meringis.”
“Maaf Kak, aku terlalu merepotkanmu,” gumamku pelan.
Dia tersenyum tipis.
Aku menghela nafasku. Lagi-lagi aku mengeluh.
"Kenapa, Grey?" tanya Kak Willy. Bibirnya masih tersenyum, tapi mata sipitnya memancarkan kekhawatiran. Dia membuatku merasa seakan-akan aku anak kucing yang pertumbuhannya tak seperti seharusnya. "Ada sesuatu yang salah?" tanyanya lagi.
"Nggak. Aku cuma…malas pulang.”
Mianhae ,...!
"Aku senang kalau kamu ingin menghabiskan lebih banyak waktu di sini, Grey. Make yourself at home," Kehangatan merambat hingga ke matanya yang serupa lengkungan bulan sabit. Sampai aku melihat Kak Willy saat itu, aku tidak tahu manusia dapat berpendar begitu rupa.
Aku membalas keramahan itu dengan senyum. "Aku bercanda, Kak!” jawabku.
“Beneran juga nggak apa-apa!”
Aku terkekeh. “Dengan senang hati.”
***
-Dirga Pov-
Aissshh. Membosankan sekali. Hanya sendiri di dalam rumah terkutuk ini.
Aku berjalan ke dapur, mencari makanan. Ya,ampun. Aku baru ingat kalau persediaan makananku sudah habis. Saat membuka kulkas, isinya sudah hampir kosong. Lebih baik aku pergi belanja saja hari ini.
Isi troli ku sudah hampir penuh. Aku mengecek lagi belanjaanku. Ku rasa sudah cukup. Aku membawa troli yang hampir penuh ini ke kasir dan membayar belanjaanku.
Ternyata belanjaanku lumayan berat Aku menenteng dua kantong plastik besar ditanganku. Saat berjalan keluar, tiba-tiba hape didalam tasku berbunyi. Sialan!.. siapa yang menelponku? Tak tau apa kalau aku tak bisa memegangnya. Aku berniat mengabaikan suara hapeku. Tapi orang-orang disekitar ku melihat aneh ke arahku. Aissshh.. ku rasa volume nya tak terlalu kuat, tapi kenapa mereka masih saja melihatku.
Aku berjalan ke pinggir, meletakkan kantong belanjaanku kelantai dan buru-buru mengambil hape di tasku yang masih saja berbunyi. Siapa yang menelponku ini? Menyebalkan sekali. Saat aku baru mengeluarkan hapeku dari tas dan ingin menjawab telponnya, hape itu tiba-tiba saja melayang(?) dari tanganku. “YAAAA!!!!”
Aku melihat seorang cowok dengan gesitnya menangkap hapeku sebelum jatuh ke lantai. Huuuhhh.. Aku menghela napas lega… hampir saja.
Dia seseorang yang kukenal. Grey?
Grey menyerahkan hapeku.
“Lain kali hati-hati, Kak…”
"Hei, Kak," dia menegurku lagi, membuatku memusatkan pandangan pada matanya. “Jangan bengong!”
“Terserah gue!” ucapku ketus.
Aku terkejut mendengar suaraku sendiri. Dingin, berjarak. Akukah yang bicara itu? Tidak bisa dipercaya.
Grey tersenyum kecut.
Dia langsung berlalu meninggalkanku. Ahh, kenapa aku merasa bersalah. Haruskah aku minta maaf padanya?
Aku memalingkan wajahku kebelakang untuk melihatnya lagi. Aaahhh.. ternyata dia juga berhenti ditempatnya dan. Apa aku tak salah lihat?? Dia… menatapku??
Ahh.. aku bisa melihat dia tersenyum dari matanya itu, meskipun melihat dari jauh. Setelah beberapa saat, dia mengalihkan pandangannya sekilas dan berjalan lagi.
Aaahhhh… aku menggelengkan kepala dan meraih kantong belanjaanku. Aku harus pulang sekarang.