It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Namaku Ferdi. Orang tuaku sebetulnya asli Jakarta. Tapi, karena dari kecil udah tinggal di daerah Bogor, akhirnya logat Jakarta tidak membekas dalam omonganku. Terkadang, bahasaku membuat orang yang lebih tua miris melihatnya. Namun, mau bagaimana lagi? Bahasaku campur-campur dengan bahasa sunda yang agak kasar, khususnya kalau memanggil aku-kamu. Jadi, kalau kalian bertemu denganku, harap maklumi aku. Aku akan berusaha untuk memperbaikinya.
Di kampus, dan di keseharianku, aku berinteraksi dengan banyak orang. Aku tahu itu. Maksudku, kalau dibanding dengan teman-temanku, Dira, Dimas, Ray, dan Tommy, aku berani taruhan kalau aku adalah yang paling banyak memiliki teman lintas fakultas mulai dari Fakultas Sastra, sampai Fakultas Teknik, bahkan setaraf Ray yang ketua himpunan. Narsis? Emang itu nama tengahku. Hehehe… Apapun nama tengahku, cukup panggil aku Ferdi.
“Fer…! Fer...! Sini mampir dulu” Kata Nita.
Nita adalah anak Ekonomi kenalanku. Sebenarnya, dia yang ingin berkenalan denganku saat aku bermain basket dengan anak-anak Ekonomi kenalanku. Sejak dia melihatku di lapang basket tersebut, akhirnya dia selalu mengikuti dan mencaritahu tentangku ke teman-teman yang lainnya, khususnya Tommy.
Tommy itu temen paling dekatku. Kalau semua yang kukenal diibaratkan Sekarung kerupuk, aku ambil empat; Dira, Dimas, Tommy, dan Ray. Dan Tommy adalah satu kerupuk yang aku simpan sampai akhir untuk menemaniku makan. Jadi, dia yang paling tahu aku bagaimana. Selain dia suka ngeband dan aku suka musik, selebihnya banyak kebiasaan kita yang mirip satu sama lain, salah satunya sama-sama tidak suka kotor. Jika dibandingkan dengan kebanyakan anak-anak band yang berdandan seadanya, tidak akan terlihat kalau dia ngeband juga. Dia sangat rapih dan memperhatikan penampilan.
Prinsipnya dalam bermain band adalah : We are boys, and our team is a band. So, We are boysband. What is the different between Westlife or Super Junior and us?
“Makasih, Nit. Lain kali ya” Kataku sambil mengangkat tanganku memberikan isyarat menolak “Ada perlu eung…” Cukup dengan lambaian tanganku, Nita terlihat kesenangan. Hahaha… Entahlah, kadang aku merasa cewek-cewek bersikap berlebihan padaku dan setiap aku berdekatan dengan perempuan yang lain, makan jadi bahan gossip dimana-mana. Ampun.
Aku mampir ke studio band kampus tempat Tommy dan band-nya sering latihan. Dari balik kaca, kulihat Tommy sedang latihan. Tommy sempat melambaikan tangannya saat melihatku. Setelah lagu selesai, Tommy langsung menghampiriku di luar ruangan.
“Gimana hari ini?” Tanya Tommy
“Baik. Sekarang mau balik sih sebenernya. Mau ngajak maneh nengokin Dira” Kataku
“Masih sakit ya?”
“Iya. Tadi pagi sih badannya masih anget” Kataku “Mau ke kost-an?” Tanyaku.
“Em.. boleh. Tunggu lima belas menit lagi kalau gitu. Ada kumpul dulu sebentar” Katanya.
“Oh, Oke” Aku setuju untuk menunggunya
Tiga puluh menit kemudian, Tommy baru selesai rapat. Gitar telah dibawa dipunggungnya.
“Fer, sori ya. Ngaret” Katanya
“Gak apa-apa. Udah biasa kan? Hehe..” Kataku sambil bercanda “Ayo pulang” Ajakku.
“Kita pake motorku aja” Kata Dimas.
“Wowowowow!! Akhirnya… Hasil manggung. Kapan pecah celengan nih Tom?” Kataku bersemangat.
“Dua hari yang lalu. Udah ayo” Katanya. Tommy mengajakku menuju parkiran dimana motornya disimpan.
“Nih…” Tommy menyerahkan helmnya padaku.
Akhirnya, setelah ratusan kali menemani Dira naik bus kota, aku dapat juga menikmati suasana jalanan tanpa harus kena panggang dan bau keringat.
“Fer, Lo orang pertama yang gua bonceng pake motor ini” Kata Tommy.
“ah, yang bener? Sungguh suatu kehormatan” Kataku.
Tommy menambah kecepatan motornya, sehingga mau tak mau aku memeluknya. “Woi..! Tom! Hati-hati!” Kataku memperingatkan saat menyalip beberapa angkot. Aku memukul helm Tommy dari belakang “Tom! Hati-hati di perempatan dekat taman kota biasanya ada razia”
“Santai aja bung! Semua lengkap kok. Masa motor baru kena razia” Katanya
“Masalahnya bukan motor yang dirazia. Tapi orang jelek” Kataku bercanda.
Mengirit waktu lebih dari setengah jam jika dibandingkan dengan menggunakan bus. Kami telah sampai di kostanku. Aku berjalan masuk ke kostan sementara Tommy memarkirkan motor barunya.
“Dir, maneh sehat?” Tanyaku sambil membuka kamar Dira.
“Eh, maneh Fer” Kata Dira yang sedang duduk di kasurnya sambil menonton televisi.
“Gimana panasnya?” Tanyaku
“Udah mendingan Fer. Tinggal lemesnya” Kata Dira.
“Yo..!” Tommy masuk ke kamar Dira.
“Oh, Tom! Kemana aja?” Tanya Dira.
“Ada aja. Hahaha… Gimana sakit lo? Ni, Gua bawa jeruk buat lo” Kata Tommy sambil menaruh kantong keresek hitam di meja.
“Wah, makasih Tom. Jadi ngerepotin” Katanya Dira.
“Biasa, Dir. Ada yang pecah celengan. Jeruk doing mah gak seberapa. Noh, motor di luar” Kataku.
“Wah…! Sukses band kamu, Tom” Kata Dira.
“Iya, thanks ya. Dukungan lo sama yang lain ngebantu banget buat band gua” kata Tommy.
“Dir, urang ke kamar dulu ya” Kataku. Kubuka kamarku. Aku bangga dengan keadaan kamarku. Aku yakin, paling rapi diantara kamar manapun. Kugantung tas di belakang pintu, lalu berganti pakaian. Kemudian, aku menuju kamar mandi untuk cuci muka. Segar rasanya, setelah berpanas-panasan langsung cuci muka. Sebenarnya sih ingin mandi juga, namun karena sedang kumpul, jadinya tidak enak kalau berlama-lama di kamar mandi. Setelah selesai, aku ke luar kamar mandi sambil mengelap mukaku dengan handuk kecil.
“Cuci muka, Fer” Tommy sudah baringan di kamarku.
“Lho? Di sini? Dira gimana?” tanyaku.
“Kasian. Biar dia istirahat aja” Kata Tommy.
“Oh, ya udah… Kamu istirahat di sini aja dulu” Kataku sambil berlalu ke luar kamar.
“Lo mau kemana?” Tanya Tommy
“Kamar Dira. Liat bentar” Kataku dari luar kamar.
Kubuka pintu kamar Dira “Dir, obatnya udah maneh minum?” Tanyaku.
“Udah Fer”
“Bagus. Jangan nonton tipi mulu ya. Nanti pusingnya gak ilang-ilang” Kataku. Dira nurut dan mematikan televisinya.
‘Sok tidur” kataku sambil memakaikan kaos kaki padanya “Ini baru kan? Takut panuan urang” Kataku sambil bercanda.
“Enak aja. Baru tau. Dan gak bakalan panuan” Kata Dira.
“Hahaha… Urang bercanda kali” Kataku samba menepuk-nepuk dada Dira “Ayo tidur. Urang kelonin” Kataku.
“Ah, lo Fer. Becanda mulu. Pantesan Ray sampe gak mau kamu gangguin” Kata Dira.
“Fer…”
“Hm…”
“Fer…”
“Hm…”
“Fer… Lo kok, berani sih nyium gua?” tanya Dira.
Sial. Pertanyaan itu. Aku terdiam sejenak “Urang pan bilang kalau itu bales dendam sama ente” Kataku.
“Yakin? Gua kok ngerasa kalau lo udah ahli sih?” Tanya Dira curiga.
DEGG!
Sial! Kenapa Dira nanya-nanya soal ini sih?
“Atau jangan-jangan…” Kata Dira.
DEGG!
“Lo sering ciuman ya sama cewek-cewek fans gila lo itu?” Tanya Dira.
Huft.. syukurlah.. Untung Dira orangnya gak curigaan. Lagian, kalaupun Dira curiga, sejujurnya, Dira adalah cowok pertama yang menciumku dan aku balas menciumnya. Aku cuma malu saja kalau misalnya Dira menyangka yang lain-lain terhadapku.
“Hahaha… Tau aja si Dira. Kenapa? Ketagihan ya Dir?” Tanyaku asal-asalan
“Sial!” Kata Dira sambil menutup mukanya dengan guling.
“Hahaha…” Aku hanya tertawa “Lain kali, kalau mau bilang aja ya, Dir. Itung-itung latihan buat cewek gua nanti” Kataku.
“Anjiir..!! Maneh..!!” Dira berteriak dan melempar bantal. Aku beringsut dan keluar kamar Dira.
Saat kubuka kamarku, Tommy sedang tertidur dengan pulasnya. Hawa di kamar cukup panas hari ini. Kunyalakan kipas angin dan menggeser Tommy agar member tempat untukku tidur. Ah, sungguh melelahkan hari ini. Sebelum tertidur, aku menyempatkan diri untuk membalas sms yang masuk. Cukup banyak, sekitar sepuluh pesan masuk, sehingga aku hanya copy-paste isi sms ku untuk mereka.
--Maaf ya, aku pulang duluan, ada urusan lain. Lain kali aja ya kita ketemunya. Love you. Ferdi-- 14:47
Selamat begadang semuanya...:)
@AkselEE @LockerA @gr3yboy @bibay007 @AwanSiwon @dimasera @Touch @CoffeeBean @kiki_h_n @AoiSora @Aji_dharma @mybiside @Adam08 @johnacme @masAngga @adinu @rulli arto @lembuswana
@Just_PJ
hahaha. Makasih dah dimention kang.
Namun yang saya suka adalah penggunakan Multiple POV, jadi pembaca bisa tahu bagaimana keadaan hati dari tiap karakter, hehehe...
Coba alurnya dibuat lebih cepat dan masukin konflik biar pembaca nggak bosen bacanya, hehehe...
O.o a
Ehehe...
sukkaaaa....
baca ni cerita jd inget sobat2 saya.. jd kangen ngumpul bareng euy..
ayo kang dilanjut lagi...
Ckckck
Lanjutannya yg sudut pandang regi dong, penasaran sama tokoh regi .
Thx ya @drizzle udh di mention
siip, bos... makasih sarannya
Awalnya pengen cepet dikelarin. udah dicepet2in malah tadinya... tapi karena Regi baru kenal sedang mereka udah akrab jadi timpang sama karater lain, terus biar masing-masing karakter terasa kalau mereka emang bener-bener deket, jadi gw tunda ke beberapa bagian dari yang seharusnya... hehehe...
@AoiSora
berapa maunya? hehe...
@dimasera @AkselEE
jadi ngerepotin nih ya begadang baca cerita ini...
@masAngga
kayaknya bakal Ray dulu. kasian dia sibuk banget... hehe..
@kiki_h_n
karena tadi lagi bengong, permintaanmu buat dilannjutkan terkabul...heuheu..
Namaku Ray. Walaupun aku seorang ketua himpunan yang dua kali menjabat, janganlah sungkan memanggilku dengan nama tersebut. Ray adalah nama panggilanku sejak kecil. Jadi, aku lebih nyaman kalau dipanggil Ray daripada nama lengkapku. Terserah kalau kamu mau melafalkannya Ray ataupun Rey. Sama saja bagiku. Aku masih sama seperti mahasiswa lainnya yang masih menyelesaikan sks sambil mengerjakan sedikit demi sedikit skripsiku di sela-sela kegiatan berorganisasiku.
Orang-orang bilang, saya berkuliah bukan untuk belajar tetapi berorganisasi. Aku tidak marah. yah, kenyataannya seperti itu. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku di ruang himpunan daripada di kelas, kecuali setiap kamis seperti hari ini. Aku duduk di bangku deretan paling depan bersama dengan Dimas yang sama-sama mendengarkan Pak Heru menjelaskan panjang lebar mengenai puisi-puisi Jepang. Aku tidak berminat. Aku berbeda dengan Dimas.
Dimas yang pintar dan diakui kepintarannya oleh kampus, benar-benar memperhatikan apa yang dijelaskan Pak Heru. Sedangkan aku, aku berusaha mati-matian untuk tidak hilang muka di depan Pak Heru maupun anak-anak yang lain jangan sampai ada perkataan ‘Ketua Hima saja kuliahnya ancur…’. Sungguh beban moral bagiku.
Dua jam selesai. Aku menggeliat bebas dari bangkuku sesaat setelah Pak Heru menghilang dari pintu.
“Hah… apa-apaan. Puisi berbahasa Indonesia saja aku tidak mengerti maksudnya, apalagi berbahasa Jepang” Keluhku pada Dimas yang sedang membereskan peralatan tulisnya.
“Haha… Kamu harus telan kembali ketidaksukaanmu dengan sastra Jepang. Kamu sudah hampir empat tahun di sini dan dua kali menjadi ketua himpunan, masih mengeluh soal tidak suka? Ya ampun…” Dimas menggeleng-gelengkan kepala “Bukannya dulu pas semester dua saja kamu pindah. Masih enak kalau kamu mau ikut ujian ke STAN seperti yang bapakmu inginkan” Tambahnya.
Memang sih, percuma bagiku untuk mengeluh di tahun keempat dan diumurku yang dua puluh empat tahun ini. Aku terkadang merasa, kalau organisasi lebih membuatku fokus daripada kuliah, walaupun aku tahu kenyataannya kalau aku tidak akan lulus dari kampus ini hanya menggeluti organisasi kampus seperti ini. Aku hanya merasa tanggungjawab ini harus aku selesaikan dengan baik.
Iya sih… Aku hanya merasa stress saja, Mas” Kataku pada Dimas.
“Daripada stress, bagaimana kalau hari ini kta menengok Dira” Dimas tampak bersemangat.
“Hm… boleh-boleh. Tapi abis rapat ya. Sekitar jam duaan” Kataku.
“Hm… ya sudah. Aku beli buah-buahan dulu buat Dira. Nanti kita ketemu di halte ya jam dua” Kata Dira. Aku menyetujuinya.
Aku dan Dimas berpisah di lobi gedung jurusan, Dimas pergi pasar swalayan yang tidak jauh dari kampus, sedangkan aku berbelok ke arah belakang menuju ruang himpunan. Tampak di sana anak-anak sudah berkumpul menungguku.
“Jun, kamu sudah siap dengan materi rapat hari ini?” tanyaku memastikan kepada Junior yang merupakan ketua panitia festival tahunan jurusan sastra Jepang.
“Siap, bos” Kata Junior.
“Kalau sudah pada kumpul, ayo kita mulai rapatnya. Jun, silahkan kamu buka rapat kali ini” Perintahku pada Junior.
Rapat pun dimulai dengan tertib, walaupun beberapa orang datang terlambat dari waktu yang dijawalkan. Rapat terfokus mengenai acara, penggalangan dana, dan penambahan jumlah personil dalam kepanitiaan teknis.
“Kak Ray, gimana kalau akang minta bantuan sama temen-temen akang yang ganteng-ganteng itu…” Kata Mona anak tingkat dua “Kak Ferdi kan banyak temen dan penggemarnya… pasti kalau minta bantuan dia buat bujuk anak-anak yang lain agar terlibat bakal efektif tuh… Terus… Kak Dimas bisa jadi penerima tamu sekaligus penterjemah buat tamu-tamu dari kedutaan Jepang yang bakal datang ke sini… Terus Kak Dira kan Rajin dan kak Tommy… Keren banget… bisa jadi pengisi acara dari pihak jurusan kita tuh… Gimana?” Tambahnya.
“Wah, ide bagus tuh, Mon” Kata Raffi “Kang, gimana? Soal usulan Monna tadi?” Tanyanya penuh harap.
“Em… Nanti aku usahakan. Dira lagi sakit sekarang, paling nanti kalau udah sehat, Ferdi dan Tommy nanti aku usahakan ketemu untuk menjelaskan semuanya. Dimas sudah dipanggil oleh pak ketua jurusan mengenai penerjemah kemarin” Kataku.
Tak terasa rapat ini menguras waktu dua jam. Aku bergegas pergi ke halte dimana Dimas menungguku. Baru saja beberapa sms Dimas kubaca.
—Ray, mau beli apa nih? Apel apa jeruk?— 12:17
—Ray, gak bales? Jeruk aja ya..— 12:23
—Ray, masih lama ya? Aku ke Gra**dia dulu ya. Sambil liat-liat buku—13:01
—Ray, aku udah di halte jangan ngobrol-ngobrol dulu ya. Nanti kesorean— 14:35
“sori, sori. Kelamaan ya nunggunya” Kataku pada Dimas setiba di halte.
“Nyantai aja. Busnya belum datang kok. Lagian tadi aku ketemu Ferdi sama Tommy yang mau pergi studio band baru di depan kampus. Jadi ngobrol-ngobrol sebentar” Kata Dimas
“Oh… Mereka mau ikut nengok Dira?” Tanyaku
“Gak kayaknya. Biasa, orang terkenal. Ada fans meeting. Haha..” Katanya
Aku membayangkan sih, pasti Ferdi sedang meladeni cewek-cewek yang pengen ngobrol dengannya, begitu juga dengan Tommy, fansnya cukup banyak di kampus. Jadi, aku memaklumi mereka kalau jarang kumpul lagi dengan kita. Oh iya, kalau kamu mengobrol dengan salah satu dari kami, pasti satu sama lain akan mengatakan bahwa salah satu dari kami ada yang yang jarang berkumpul. Yah, sejak tingkat empat, kita jarang bertemu lengkap. Bagiku, Tommy dan Ferdi lah yang jarang aku temui dibanding Dimas dan Dira.
Sepanjang perjalanan, tidak ada yang spesial. Pemandangan yang sama: melewati kompleks perindustrian, pasar tradisional, perempatan yang udah kayak management artis (pengamen yang ada di sini banyak banget), dan selebihnya lautan angkot. Entahlah, setidaknya tidak menarik untukku. Aku tidak pandai bercerita, sehingga mungkin ceritaku agak membosankan. Siapa sih yang mau mendengar si tukang rapat sepertiku bercerita? Yang ada kalian minta ceritaku dipending atau ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
Satu jam telah berlalu, kami sampai di halte bus. Kami pun menyusuri jalan menuju kost-an Dira.
“Ray, gimana kabar kecenganmu?” tanya Dimas tiba-tiba.
“Siapa? Gak ada” Kataku heran
“Dira waktu itu bilang padaku. Katanya kamu mandangin dia terus” Katanya
“Siapa? siapa?” Tanyaku penasaran
“Junior. Hahahahaha….” Dimas tertawa terbahak-bahak dengan guyonannya sendiri. Aku pukul bahunya.
“Sial kamu! Awas ya. Nanti kubalas! ” Kataku sambil terus memukul bahu Dimas. Dimas menghindar ke sana kemari sampai “Kalaupun iya aku suka cowok, pilih-pilih juga kali… Mending sama kamu. Hahaha”
TIIIIIIIIIIIIIIIINN!!
Bunyi klakson mobil terdengar tiba-tiba. Mobil nyaris menyerempet dari belakang Dimas, bukan, dari depanku, bukan, dari arah depan mobil tersebut, ah, terserahlah, tergantung dari mana kamu melihat. Yang jelas, kami berjalan di sebelah kanan trotoar melawan arah jalannya mobil. Refleks, aku menarik Dimas yang tampak kaget akupun mendekapnya. Dimas masih terkejut memelukku.
“Maaf, mbak” kataku pada perempuan yang mengemudikan mobil tersebut. “Mas, mau sampai kapan kamu memelukku?” Tanyaku ketika menyadari Dimas belum melepaskan pelukannya.
“Ah, oh. Maaf. Thanks ya, Ray” Katanya sambil membetulkan pakaian dan mengelap keringatnya.
“Oke. Santai aja, bro” Kataku. Semua mata di jalan itu tertuju padaku dan Dimas yang tadi berpelukan. Aku berpura-pura tidak terjadi apapun samba mengipasi mukaku yang panas karena malu.
Dira membukakan pintu kamarnya setiba kami di kostannya.
“Nih, kita bawain jeruk buat kamu” Kata Ray “Lho? Ini jeruk darimana? Banyak banget” tanyaku ketika melihat sekantong keresek jeruk sudah teronggok di meja.
“Kemarin Tommy kesini. Dia bawain itu” Kata Dira
“Yah… tau gitu tadi aku beli apel atau biskuit aja, Ray” Dimas melengos.
“Udah… Gak apa-apa, aku akan menerima dengan senang hati” Kata Dira.
“Dir, gimana panasmu?” Tanya Dimas yang sekarang duduk di sebelah Dira. Disentuhnya kening Dira. “Obatnya udah kamu minum? Tanyanya.
“Udah, mas” Kata Dira.
“Kamu mau makan jeruk? Aku kupasin mau?” tanya Dimas.
“Enggak, makasih” Kata Dira.
Ada apa ini? Kok perasaan tidak seperti biasanya? Sejak kapan Dira menjadi canggung dan pemalu seperti itu terhadap salah satu dari kami? Kenapa Dimas bernada bicara seperti itu? Aku sedikit heran. Karena tidak bisa mengetahui situasi semacam apa ini, aku alihkan perhatianku pada laptop Dira yang menyala. Terpampang foto kali berlima ketika di pantai sebagai wallpaper. Seperti biasa, aku memainkan game-game ringan yang da di laptopnya: plants versus Zombies dan Zuma. Dira dan Dimas menonton televisi.
Setelah puas bermain game, aku membuka-buka folder film di drive D. Takumi? Aku membuka folder tersebut dan memutar videonya. Hm… Latar film ini adalah sekolah khusus laki-laki dan… Eh? Rupanya ini film drama yaoi Jepang. Akupun heran mengapa Dira menyimpan film ini?
“Dir? Film apa ini?” Tanyaku sambil memutar laptop kearahnya.
“Ah, oh, itu… Itu aku dikasih sama Rina. Belum sempat kutonton. Jadi gak tahu isinya” Kata Dira sedikit kaget.
“Oh…” Akupun mematikan video tersebut dan ikut menonton televisi bersama Dira dan Dimas (Reality show. Gak penting sih… tapi biarlah…)
Maaf dicolek untuk yang kedua kalinya...
@AkselEE @LockerA @gr3yboy @bibay007 @AwanSiwon @dimasera @Touch @CoffeeBean @kiki_h_n @AoiSora @Aji_dharma @mybiside @Adam08 @johnacme @masAngga @adinu @rulli arto @lembuswana
@Just_PJ
Maaf membuat anda kecewa sampai bagian 10 ini... mungkin kedepannya akan... gimana ya? hehehe...
@lockerA
Monggo dibaca sambil diminum... *Sediain jamu sari rapet*
@johnacme
hahaha
@touch
@AkselEE
Makasih...
Kayaknya nanti sore bakal update lagi. hahaha..