It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
#laripergi
"Aku lebih baik tidak memilih kalian berdua....."
Ucapnya lirih.
Aku menundukkan kepalaku, memegangi dadaku yang terasa begitu sakit.
Sakit bukan hanya karena tekanan dari Life and Death Rune yang membunuh kami bertiga secara perlahan, tapi juga karena dadaku berdetak begitu kencang, perasaan teriris di dalam hatiku yang semakin membuatku susah bernafas.
"Maafkan aku, tapi kupikir ini yang terbaik!"
Ia akhirnya jatuh terduduk tepat di depan kami bertiga.
"Hmmm... Haa..Hahahahahahaa...."
Aku dan Rex spontan segera menoleh ke samping kami, dimana Marty tampak tertawa kencang, bercak darah sudah memenuhi pakaiannya, dan aku yakin aku juga mengalami hal yang sama.
"Apa yang kau tertawakan...?"
Rex mengernyitkan dahinya, ia menatap Marty dengan pandangan jengkel.
"Tidak, tapi aku baru saja menyadari hal bodoh yang sedang terjadi..."
Ia menyeka airmata dari matanya, dan beringsut mendekat ke arah kami.
"Hal bodoh?"
Aku ikut mengernyitkan dahiku.
Marty mengangguk.
"Ya, kebodohanku, dimana aku tidak menyadari, seberapapun aku berusaha, aku tidak akan menang..."
Ia tertawa hebat, membuatku dan Rex berpandangan dalam kebingungan.
"Seharusnya aku tahu dari awal kalau aku tidak punya kesempatan..."
Ia menatapku santai.
"Maksudmu...?"
Marty menghela nafasnya, seberkas cairan kemerahan menuruni hidungnya.
"Aku memang sudah tidak memiliki tempat lagi di hatinya, dan sejak awal pun aku memang tidak pantas untuk bersaing denganmu, setelah semua yang kulakukan, kupikir aku adalah orang paling tidak tahu diri di dunia saat aku berusaha merebutnya darimu..."
Marty tertawa, ia menarik tongkat emas dari dalam jubahnya, menggunakannya untuk menyangga kedua tangannya.
"Kau tidak menyadarinya? Sedari tadi aku terus memperhatikan kalian, caranya memandangmu, cara tubuh kalian berkomunikasi, itu sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan posisiku di antara kalian..."
Marty menghela nafasnya, kemudian memindahkan tongkatnya ke tangan kirinya.
"Dan kupikir aku harus meminta maaf karena aku melakukan semua ini!"
Aku mengernyitkan dahiku mendengarnya.
Apa maksud perkataannya.
"Dan aku juga harus minta maaf karena menantangmu bertarung untuk memperebutkan Alvin..."
"Hei, bukankah..."
"Alvin, maukah kau memaafkanku...?"
Marty memotong kata kataku, ia menatap ke arah Rex setelah mengedipkan sebelah matanya padaku.
"Jadi semua ini..."
"Ya, semua ini akulah yang meminta pada Rio, maukah kau memaafkanku...?"
Rex menatap pada Marty dan Aku dengan ragu, tapi kemudian segera mengangguk perlahan.
"Baguslah..."
Marty tersenyum santai.
"Tapi pertarungan tetap pertarungan, dan karena sudah di laksanakan, berarti pemenang harus di tentukan...."
Marty melirik ke arahku.
"Terlambat, Rune ini tidak akan bisa dihentikan lagi, kita akan mati perlahan disini..."
Marty mendengus.
"Te..UAKH..."
Ia tampak terlontar ke belakang.
"Marty?"
Marty menggeleng, memberi isyarat ia baik baik saja.
"Zeravin sudah jatuh..."
Ia tersenyum santai.
"Para Bishop sudah menghabisinya, mungkin...?"
Ujarnya sambil mengedip santai.
"Ahh, jadi sampai dimana tadi...? Oh ya..."
Marty mengambil tongkatnya.
"Aku sudah bertahun tahun memegang Circle Rune, dan kau meragukan kemampuanku sebagai tuan dari Rune kuat ini hmm?"
Marty mengacungkan tongkat kecil di tangannya.
"Tidak ada kekuatan di dunia ini yang tidak bisa kukontrol, Death Overlord Rex..."
Marty menutup kedua matanya, berkonsentrasi dan mengacungkan tongkatnya di atas kepalanya.
"Oh, True Rune of absolute order and stagnation, the grand symbol of the true absolute power, now, I as your master order you to unleash your tremendous power, and control this chaos! Save the life by your powerful mercy! INDUBIUM OMNIPOTENT IMPERIO!"
Sinar kebiruan berbentuk bulu perlahan menyeruak dari dalam tubuh Marty, kemudian terpencar menjadi dua bagian dan membentuk cangkang berbentuk sepasang sayap yang melingkup di sekeliling kami.
Sayap itu berpedar dengan warna putih temaram.
"Marty, kemana sayapmu...?"
Aku menatap dengan lirih Marty yang terseok mendekati kami.
Ia menyentuh tongkat kecilnya, dan dengan segera tongkat itu berubah menjadi tongkat kebesarannya.
"Yang kalah tidak pantas diselamatkan..."
"APA... Tidak! Kita harus kembali bersama..."
Marty menggeleng, ia terus menyeret tubuhnya ke dekat kami.
Aura menekan itu sekarang menghilang, digantikan oleh aura nyaman yang membuatku kehilangan rasa sakit atas semua luka lukaku.
"Sudahlah, lagipula itu kekuatan terakhir dari Circle Rune, aku hanya bisa menggunakannya sejauh ini, jangan protes!"
Marty mendengus sebal ke arahku.
"Aku tidak mau! Aku harus membawamu!"
Marty meremaskan kedua tangannya, membuatku dan Rex tercekik dalam kungkungan sayap perak itu.
"Jangan keluar dari situ, disini sudah sangat berbahaya, aku masih bertahan karena Circle Rune memberiku aura yang mampu bertahan lebih baik, kalian pasti akan mati kalau keluar..."
Marty menegakkan badannya di depan kami, ia kembali merapikan pakaian Pontiffnya, dan tersenyum ke arah kami.
Marty berdiri dengan menumpukan satu tangannya pada tongkatnya, dan menjulurkan sebelah tangannya pada kami.
"Aku, Pontiff Marty, sebagai penyelenggara hukum agung Harmonia, disini, di tempat ini, saat ini, dengan kekuasaan suci yang diberikan oleh Holy Kingdom of Harmonia padaku, dengan kekuatan Circle Rune sebagai lambang ikatan tak terputuskan, memberikan berkat dan perlindunganku pada kalian sebagai pasangan satu sama lain..."
Marty memberikan tanda di udara dengan lambang Harmonia Royal Court, kemudian menurunkan tangannya dan tersenyum menatap kami.
"Semoga kalian bisa terus bahagia... Aku akan mengirim kalian kembali sekarang..."
Aku terdiam, saat Marty mengatupkan kedua tangannya, dan perlahan kedua sayap yang melingkupi kami merapat, kemudian terbang menjauh, meninggalkan Marty yang masih menatap kami dengan senyuman di wajahnya sampai akhirnya cahaya putih itu melingkupiku seluruhnya.
***
"Hei, mereka bangun..."
"Apa...?"
"Mereka sadar?"
Aku mengerjapkan mataku, beberapa wajah kuatir tampak mengelilingiku.
"Ya! Dia sadar! MEREKA SADAR! MEREKA KEMBALI!"
Teriakan Arsais tampak memenuhi ruangan, diikuti dengan sorakan senang dari semua orang, membuat gendang telingaku harus berkerja keras menampung semua suara yang datang.
"Cardinal! Anda selamat~!"
Axel memelukku dengan kuat, kemudian segera berlari ke arah Rex yang baru saja duduk dan memegangi kepalanya.
"REXX!"
Axel segera menubruk Rex, dan mereka berdua terjatuh ke tanah.
"Sialan! Bisa bisanya kamu menarik nyawaku keluar! Anak sialan!"
Arvyn berteriak jengkel, tapi akhirnya memeluk Rex dan tertawa bersama dengan para bishop lainnya.
"Mana Marty...?"
Semua orang segera terdiam.
Aku menoleh ke arah tempat Marty tadinya terkapar di tanah.
Sebuah pakaian putih panjang yang tadinya digunakan Marty tampak teronggok di tanah tanpa tubuh di dalamnya, sedangkan pedang dengan warna perak keemasan tampak tertancap di lantai.
"Marty, sudah kalah..."
Lazlo berbisik hati hati padaku.
"Saat kami sudah membunuh Zeravin, dan masuk kemari, kalian sudah terkapar tak sadarkan diri, dan saat kalian tadi tersadar, Marty sudah tewas..."
Pixel menatap pakaian itu.
Aku mencabut pedang itu dari tanah, dan menatap ke sekelilingku.
"Cardinal, Silahkan..."
Leknaat memberikan isyarat padaku, aku segera mengangguk paham, kemudian mengangkat pedang Marty.
Semua orang dan pasukan yang berkumpul di luar ruangan Marty segera bersorak riuh.
"AKHIRNYA! KITA MENANG! AKHIRNYA SEMUANYA SELESAI!"
Viktor berteriak senang, mengacungkan pedangnya, diikuti semua orang yang mengangkat senjatanya tinggi ke udara sembari berteriak riuh.
"KITA MENANG!"
"AKHIRNYA!"
Semua orang tampak larut dalam kegembiraan, kecual Rex, yang mendudukkan dirinya di kursi Marty, dan menghilang.
Dia Log Out?
Mungkin aku juga harus Log Out sekarang, ada yang harus aku bicarakan dengannya!
"Maaf, kalian bersenang senanglah, aku akan Log Out dulu."
"Ya, pergilah, kami masih harus mengurus tentara Alliansi harmonia yang melarikan diri..."
Viktor mengangguk ke arahku, dan aku segera mematikan permainanku.
=======================================
Alvin's View
"............................"
Aku melirik ke arah jam tinggi di ujung taman, sudah hampir 2 jam aku duduk disini.
Aku daritadi terus termenung, menatap langit kebiruan yang perlahan mulai menampilkan semburat keemasannya, Seorang pria tua tersenyum ke arahku sambil berlalu.
Aku hanya mendesah jengah.
Kepalaku sekarang begitu penuh dengan berbagai hal.
Terlalu penuh malah.
Terlalu banyak hal yang kupikirkan untuk membuatku bisa beramah tamah dengan orang orang yang sedaritadi menyapaku.
Apa maksud semua ini?
Kenapa semuanya harus seperti ini?
Aku benar benar bingung untuk mengeluarkan perasaanku sekarang.
Apa aku merasa dipermainkan?
Ya.
Tapi entah kenapa aku senang saat melihat Rio memenangkan pertaruhan ini.
Entah kenapa aku bangga saat ia memenangkanku.
Tapi.
Aku bukan taruhan!
Aku kembali menepuk dahiku dan menatap ke arah danau dengan bosan.
"Alvin, kamu disini...!"
Aku nyaris saja berlari pergi, saat suara lantang Rio mengejutkanku dari belakang.
"Rio...?"
Rio segera berlari, seakan membaca keinginanku untuk pergi, dan mendudukkan dirinya di sampingku.
"Aku, harus membuat pengakuan padamu...."
Ia menatapku dengan sedih.
Aku mengangguk, menatapnya dengan tajam.
"Aku adalah orang yang menyebabkan semua ini, akulah yang membuat keributan ini, dan aku yang menantang Christ untuk memperebutkanmu..."
Rio meremas tangan kiriku dengan kedua genggamannya.
"Tapi, semua itu aku lakukan karena aku tidak mau kehilanganmu..."
Aku melebarkan mataku.
"M..Maafkan aku, aku tahu aku membuatmu marah dengan menjadikanmu taruhanku dengan Christ! Tapi aku merasa terintimidasi! Karena Christ tampak jauh lebih menarik perhatianmu daripada aku! Dia jauh lebih tampan, dia jauh lebih keren, dan yang pasti, dia sudah menarik perhatianmu jauh lebih dulu..."
Rio berbicara seakan dia baru berumur 5 tahun.
bahunya bergetar, ia menatapku dalam.
"Aku tidak mau kalau aku sampai harus kehilanganmu, maka dari itu aku akhirnya melakukan semua ini! Maafkan aku!"
Ia menarik nafasnya.
"Aku dan Christ sudah baikan! Aku sudah meminta maaf padanya, dan berkata akan menjelaskan semuanya padamu, Christ melarangku sebenarnya, tapi aku berkeras tidak mau membohongimu sama sekali..."
Aku merasakan remasan tangannya sedikit mengendur dan bergetar, tampaknya dia benar benar ketakutan.
"Tapi, aku tahu, Aku tidak bisa memaksakan kehendakku padamu, semua harusnya tetap harus menurut kehendakmu, karena ini adalah masalah perasaanmu, tapi, aku sungguh menyukaimu...."
Rio menatapku kembali, wajahnya tampak begitu tegang.
"Maukah kau menerimaku kembali...?"
Aku memiringkan kepalaku, menatapnya datar.
Rio tampak terkejut, kemudian segera menurunkan tangannya, dan menunduk lemas.
"Aku mengerti, maaf..."
Ia meremas tanganku, gemetar di tangannya tampak semakin menjadi jadi.
"Aku menerimamu..."
Rio segera menatapku dengan terkejut.
"Kamu menerimaku?!"
Aku mengangguk.
"Kamu tak perlu melakukan ini pun, sejak awal aku sudah memilihmu, bodoh!"
Rio melebarkan matanya.
"Kamu yang terlalu kuatir dengan semua kecemburuanmu, padahal kau sudah mendapatkan hatiku..."
"Tapi, kupikir..."
"Sudahlah, ga usah di bahas, ga penting, kan...?"
Aku mendengus sebal.
"T.. Terimakasih..."
Rio terbata bata berbicara padaku, kemudian memelukku lembut.
"Aku berjanji, aku akan terus menemanimu...!"
Rio berbisik lembut, beberapa pasang mata tampak memperhatikan kami dari berbagai penjuru, tapi aku terus melingkarkan tanganku di pinggangnya.
"Aku tak akan mengecewakanmu, aku bersumpah!"
Aku hanya tersenyum tipis.
"Oh, bisakah aku meminta sesuatu darimu...?"
Rio mendadak teringat sesuatu saat ia melihatku tersenyum.
Aku menaikkan alisku, menunggunya.
"Bisakah, kau tersenyum....?"
Aku menaikkan alisku semakin tinggi.
"Maksudmu...?"
"Aku sudah ada di sisimu, aku sudah berjanji untuk terus membuatmu tersenyum, tapi kamu tak pernah tersenyum sama sekali kan, bisakah kau tersenyum sekarang? Supaya aku bisa menjaga senyuman itu...?"
Aku menaikkan kedua alisku dengan bingung, tapi akhirnya aku tertawa keras mendengar perkataannya.
"Aduh! Kata katamu benar benar aneh! Sebenarnya kamu mau macarin aku atau macarin senyumanku...?"
Rio mengedipkan sebelah matanya.
"Aku macarin kamu, dan aku akan membuatmu selalu tersenyum~!"
Aku menggeleng heran tanpa bisa meredam tawaku.
Rio akhirnya ikut tertawa
"Yahh, kayaknya tanpa kuminta aku sudah berhasil membuatmu tersenyum deh!"
Aku menggeleng, menyeka airmataku.
"Kamu sekarang sudah ada disampingku, memangnya aku punya alasan untuk tidak tersenyum...?"
Rio tersenyum mendengar perkataanku, dan memelukku kuat.
"Maukah kamu, jadi pacarku...?"
"Yeah..."
=======================================
Epilogue
1 bulan kemudian.
Caesar's View
Aku berjalan keluar dari menara besar itu, sambil menatap tangan kananku yang barusaja kehilangan Rune nya.
"Lord Caesar, semua sudah selesai anda persiapkan...?"
"Sudah kubilang jangan memanggilku Lord lagi! Aku sudah bukan siapa siapa disini!"
Aku menatap ke arah Major Joe yang memberikan hormat padaku.
"Oh, Pontiff Greg meminta maaf karena tidak bisa mengantar kepergian anda...!"
"Tidak masalah! Ah! Kamu melihat dimana Axel?"
"Sir Axel? Dia bersama Zepon ke royal burial, katanya mau pamitan dengan mendiang Susu dan Ridley..."
"Ah, aku mengerti."
"Anda yakin anda akan pergi dari Harmonia Lord Caesar?"
"Sudah kubilang jangan memanggilku Lord!"
"Yeah, yeah, Caesar... Kwekk...."
"Hahaha! Ya! Lagipula sekarang Harmonia sudah resmi berdiri kan! Arvyn juga pergi kan...! Jadi kenapa aku ga boleh pergi...?"
"Tapi tanpa kalian semua, Harmonia akan..."
"Apa? Memangnya sebuah negara raksasa seperti ini bisa kenapa...?"
Major Joe menatapku dengan takut.
"Sudahlah, lagipula semenjak perjanjian damai yang dibuat Pontiff Greg, semuanya sudah damai kan...?"
Aku mendengus.
"Dan sistem nama samaran untuk para pejabat juga dihapus, baguslah. Jadi lebih mudah mengenali orang sekarang..."
"Anda bicara apa?"
"Ah, tidak...."
"Sebenarnya aku heran pada kalian! Kwekk!"
Sergeant Joe merepet dengan jengkel.
"Padahal kalian semua pemimpin bertalenta, tapi tidak ada yang mau memegang jabatan Pontiff sama sekali! Lord Rex juga! Malah pergi dengan Cardinal!"
"Ya, dia kan pergi karena mencari jejak Circle Rune yang menghilang...."
Aku melirik jengah ke arah Joe.
"CAESAAAAAARRR!!!!"
Euw!
Aku menutup telingaku, sementara Major Joe tampak terlempar akibat teriakannya barusan.
"Ah, Axel!"
Axel segera memelukku.
"Maaf lama!"
Ia memberikan seutas bunga padaku.
"Tadi aku kejatuhan bunga ini saat di kuburan Lady Susu, kayaknya Lady Susu kasih aku ini...!"
Ujarnya sambil memamerkan bunga berwarna putih itu.
"Ahh, yasudah, ayo! Kita harus sudah berangkat sebelum terlalu siang! Nanti matahari sudah tinggi dan jadi susah untuk melihat sekeliling!"
Aku menaikkan Axel ke kudanya, kemudian menaiki kudaku sendiri.
"Jaga diri kalian! Kwekk!"
Major Joe dan Zepon melambaikan tangannya padaku.
Aku melambai membalas mereka, kemudian melirik ke arah Axel.
"Kemana kita sekarang?"
"Kanakkan? Katanya disana ada perpustakaan sihir!"
"Err, apa menjatuhkan Arvyn sebagai penyihir terhebat masih kurang bagus untukmu?"
Axel menggelembungkan pipinya, menatapku gemas.
"Oke, oke!!"
Aku menatap ke belakang, ke arah menara yang baru saja aku tinggalkan.
Sinar kecokelatan berpedar di lantai teratasnya, dan sulur sulur tanaman secara ajaib segera tumbuh mengelilingi menara batu itu.
"Selamat tinggal, Earth Rune..."
Aku membalik tubuhku, kemudian memacu kudaku, pergi bersama Axel menjauh dari Great Temple, meninggalkan semua kenangan kami di Harmonia di belakang kami.
=======================================
THE NIGHT AND THE DAY - END
Oia, nanti mungkin bakal post Ending dari View lain, dan juga Character Credits! See you in another Story!
to My Friends, and My new Family here:
@kikipajama @yuzz
@Just_PJ @adhiyasa
@princeofblacksoshi @littlebro
@danielsastrawidjaya
@hwankyung69
@ularuskasurius @rulli arto
@congcong @Dhika_smg
@seventama @prince17cm
@rarasipau @catalysto1 @fian_pkl
@marvinglory @chachan
@idhe_sama @totalfreak
@rarasipau @bb3117
@sigantengbeud
@adywijaya @adinu @dewaa91
@nero_dante1 @003xing
@reyputra @masdabudd
@FeRry_siX
DIAPDETT
jadi kalau buatku itu pantas dihargai sihh
umm
>_<
soalnya aku pas main game
walau orangnya sama
tapi kalau beda karkter rasanya ttp beda gt
trus kalo ridley sama susu
mereka kan di anggap pahlawan
kayak kata Cardinal
mereka bakal diingat disini
gt
umm
>_<
maaf kalo jelek!>_<
itu ending 2 maksudnya apa @silverrain?? udah suka ko' sama ending yg ini
@totalfreak, kapan lapakmu mau apdet??
setelah 7 bulan akhirnya tamat..
endingnya bikin senyum2 sendiri..
antara seneng sama sedih... T-T
sampai ketemu lagi kenny.... #pelukkennyerat
Marty's Team
Marty(Pontiff)
Tewas dalam serangan di Great Temple, tapi dikenang sebagai salah satu pahlawan dalam pertempuran ini, meskipun banyak pihak yang menolak penetapannya.
Gustav(Mayor)
Melarikan diri bersama beberapa leader lainnya setelah melihat agresi di Central.
Edmund(Bishop)
Gugur saat melindungi Tower of Wisdom, Rex membersihkan namanya dan mendesak pembuatan patungnya di Great Temple Court.
Zeravin(Templar)
Terbunuh di tangan Axel saat berusaha menyusul Rex menembus Tower of Wisdom
Arshtat (Queen)
Disebut sebut membuat karakter baru dan berusaha keras menemukan Sierra untuk membalas dendam
Joshua(Captain)
Karakter barunya akhirnya menyerah pada pemerintahan Toran, menjadi captain dalam unit khusus Toran
Barbarosa(Emperor)
Tewas pada pembebasan Rupanda, kematiannya memancing kudeta oleh Warrior Village terhadap Scarlet Moon, yang dengan bantuan Viktor mendirikan Toran.
Yuber
Setelah pertarungan sengit melawan Cyrdan di Great Temple, ia akhirnya melarikan diri dan menghilang. Terkadang bergabung saat perang besar terjadi, dan segera menghilang setelah terdesak.
Hero's Team
Rex(Death Overlord)
Setelah perang pembebasan Harmonia selesai, menolak untuk menjadi pontiff dan pergi bersama Yue untukmencari Circle Rune. Semua orang bertanya tanya pada perubahan sikapnya yang drastis.
Yue(Cardinal)
Menolak meneruskan Aronia, bersepakat dengan Rex untuk mendirikan Harmonia baru, dan melepaskan jabatannya sebagai Cardinal Aronia
Caesar (Arsais)
Setelah sebulan berdirinya Harmonia baru, melepaskan jabatannya sebagai Bishop Valerie, dan pergi bertualang bersama Axel. Disebut sebut mendirikan sekolah strategi perang di daerah Toran
Pixel(Bishop)
Setelah perang pembebasan selesai, berkat desakan Kanna meneruskan jabatannya sebagai Fire Bishop, dan kemudian diangkat menjadi Light Bishop
Arvyn(Bishop)
Berhenti dari jabatannya sebagai Wind Bishop, dan akhirnya tewas dalam pertarungannya melawan Axel.
Wyatt(Bishop)
Mengambil pendidikannya sebagai Templar, dan berhasil menjadi Dark Bishop di sisi Pontiff
Greg(Bishop)
Setelah semua menolak posisi pontiff, akhirnya memutuskan untuk menjadi pontiff dan disebut sebagai "Silent Pontiff"
Axel
Pergi dari Harmonia, mengejar mimpinya untuk mengelilingi Dunia, dan mencari "Gurita Raksasa" yang menjadi gosip hangat di sekitar Harmonia.
Lazlo
Kembali ke Island Countries, dan mendesak pembuatan perjanjian damai Island Countries dengan Harmonia baru.
Viktor
Tidak mempunyai tempat untuk kembali, memutuskan untuk menjadi Mayor Harmonia pada Provinsi khusus Dunan, tapi akhirnya kembali bertualang dan bergabung dengan banyak perang.
Sierra(Mistrees of the Coven)
Memutuskan membuka Blue Moon Village untuk umum, meninggalkan Blue Moon Runenya, dan pergi berkeliling dunia
Keith(High Priest)
Menghilang secara misterius di malam sebelum agresi ke Central Distric
Anabelle(Mayor)
Terbunuh dalam pengkhianatannya di perang Central, mengakibatkan hancurnya seisi Jowston di tangan Harmonia, dan berubah menjadi Provinsi Khusus Dunan.
Joe (Sergeant)
Diangkat menjadi Major, dan menjadi pemimpin pasukan gabungan Grassland di Harmonia
Zepon
Kembali ke Grassland, membantu Lucia dalam memimpin perang melawan Zexen
Lucia
Sebagai representatif dari Grasslanders, berperang dengan sengit melawan Zexen Union
Muku Muku(The Flying Squirrel)
Melompat dan menghilang.
Cyrdan
Kehilangan jejak Yuber, sekali lagi bersama seluruh pasukannya berkeliling demi menemukan Yuber.
Ridley(General)
Tewas di Great Temple saat melindungi Rex
Susu(Chieftain)
Tewas di Great Temple saat berusaha melindungi Rex
Clive(Captain)
Mendirikan Howling Voice Guild, salah satu guild Elite di Harmonia
Rover(Captain)
Tetap setia mengikuti Clive, dan membuat desas desus miring kemanapun mereka pergi
Leknaat(The Seer)
Setelah mengatakan tugasnya selesai, kembali ke Magician Island dan menjalankan tugasnya sebagai GM
Windy(The Witch)
Kembali ke Magician Island sebagai penyihir dan mengumpulkan banyak penyihir untuk menjaga keamanan Suikoworld
Kanna
Diangkat sebagai Kepala Ahli Strategi Harmonia, mencetuskan banyak sekali strategi alliansi Harmonia pada negara tetangganya. Sering ditemukan berjalan jalan bersama Pontiff, seseorang bersumpah ia mendengar Kanna memanggil Pontif "Papa..."
masa greg papa nya alvin..?
wkwkwkk...
omaygat omaygat... @-)
satu keluarga maen game semua.. )
ditunggu other story....