It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Perkemahan terihat lengang. yah, semenjak berita perjanjian damai itu setiap orang tampaknya mulai beristirahat setelah semua pertempuran berat ini. aku melangkahkan kakiku, kulihat Axel berdiri mematung menatap sesuatu di tangannya.
"Axel...?"
sekejap ia menatapku terkejut, sambil menyembunyikan tangannya di belakang badannya
aku melongok ke belakang melihat apa yang di pegangnya.
pita rambut? tapi, rambutnya pendek kan? untuk apa?
sejenak kemudian aku tersenyum. dia menatapku gugup
"Ikut aku..." kataku singkat
aku berjalan ke tendaku, diikuti Axel di belakangku
kubuka tendaku.
"Ah, apin, sudah balik?"
kutatap datar orang yang sedang duduk di mejaku.
"Caesar..."
sejenak kemudian aku menatap Axel dengan tatapan penuh arti.
"Dia membawakanmu pita. kemarin pita rambutmu terpotong saat perang. benar?"
Caesar tercekat, ia mengangguk, dan menatap bingung pada Axel.
"Kau menyadarinya Ax?"
wajah anak itu langsung memerah dan ia menyerahkan seutas pita berwarna hijau pada Caesar.
"Terimakasih!" Caesar mengacak acak rambut Axel dengan gemas, dan memasang pita itu kembali di rambut kanannya.
!!!!! tiba tiba sebuah ide terlintas di benakku.
"Caez, aku mau kau bawa Axel ke Academy, aku mau dia bisa mendapat Job Strategist sepertimu dalam 1 minggu...."
Caesar terkejut dengan perkataanku.
"tapi, itu berarti aku harus meninggalkan daerah ini?"
aku mengangguk pelan
"Perjanjian damai sudah ditetapkan, tidak akan ada yang terjadi setelah ini kan? aku ingin dia segera memimpin sebuah pasukan sesegera mungkin. jadi kuminta kau untuk mengajarinya. dan kau Ax, aku mau kau terus ada disamping Caesar. Kalian berdua sementara bebas tugas. Kalian mengerti?"
"Bishop...." ucap Axel lirih
"Jangan menentangku, aku tahu apa yang aku lakukan! bila aku memerlukan kalian aku akan segera memanggil kalian kembali"
Caesar mengangkat bahunya, kemudian segera berdiri
"Baiklah... kalau begitu kami akan pergi sekarang. Beri aku waktu tiga hari"
"Baiklah, pergilah.."
Kutatap kepergian kedua orang itu dengan tersenyum
kayaknya aku bakat jadi mak comblang ya? (yang ada lu tuh memperparah keadaan!). aku berbalik pergi.
selanjutnya, kuserahkan padamu Ax... ucapku pada Axel yang sesekali masih menatap ke belakang.
=======================================
Arsais's View
"Disini kau rupanya?"
aku tersadar dari lamunanku, kutatap pria yang sekarang berdiri di hadapanku....
"Lord Marty..."
"yeah, Alvin, sudah lama kita tidak berbicara begini? jangan panggil aku dengan sebutan itu..."
aku tersenyum.
"Baiklah, Richard. Jadi ada apa?"
aku tersenyum.
kutatap mukanya lekat.
"Wajah karaktermu sekarang tidak cocok..." kataku pelan
dia tertawa
"Yeah, tapi lebih baik kan daripada pemimpin yang lain? kebanyakan seperti orang tua..."
"yeah.... ada apa kau mencariku?"
"tidak, hanya mau berbicara seperti kawan lama...."
aku tertawa getir menghadapinya. orang yang berdiri di depanku inilah, dialah yang telah menarikku ke pusaran ini. Sekarang semua mengenalnya sebagai kepala negaraku.
Aku menyukainya. Tidak, aku mencintainya.
tapi itu dulu. semua perasaan itu sudah hilang sekarang, karena dia sudah bukan orang yang kukenal dulu.
lebih memikirkan ambisi. itulah yang aku lihat dari wajahnya sekarang. tapi tetap, aku tidak bisa mematikan perasaanku kepadanya, dan dia memanfaatkan perasaanku. dia tahu perasaanku, tetapi terus berlagak tidak tahu dan memanfaatkanku....
=============flashback===================
Arsais's View
kupicingkan mataku, kutatap sekelilingku.
Neraka. itulah yang aku pikirkan saat melihat keadaan di sekitarku. rumput rumput berwarna merah kehitaman, dan berlubang dimana mana. aku tidak bisa membantah, sebuah pembantaian baru saja terjadi di sini.
tiba tiba sepasukan orang datang kehadapanku
"SIAPA KAMU?"
aku hanya menatap datar
"Petualang, hanya berkeliling. apa itu masalah?"
"Tidak, bila kau melihat Bishop, bisakah kau mengirim pesan kepada kami? tampaknya seorang Bishop kabur dan membawa lari lambang negaranya...."
mereka menatapku, dan segera memacu kembali kudanya.
"Bishop melawan Cavalier? itu yang terjadi di sini? aku yakin sudah tidak ada yang tersisa dari para Bishop itu..."
aku melanjutkan langkahku. tetapi tiba tiba kuhentikan langkahku.
aku berjalan ke arah sebuah semak di dekat tempat itu.
kulihat ada seseorang disana.
kusibakkan semak itu, dan pandangan kami bertemu.
DEG! itulah yang aku rasakan saat aku melihatnya. entah kenapa, wajahnya sangat menarik bagiku, sesuatu yang dia miliki tampaknya menjadi daya tarik bagiku.
kupandangi badannya. ia terluka di sana sini. ia menatapku dengan takut, sambil terus berusaha mundur, tapi tampaknya lukanya terlalu berat untuknya.
Sejenak aku berdiam melihatnya, dan aku tersenyum
"Recover..." ucapku singkat, dan serta merta luka di tubuhnya mulai menutup.
"ayo pergi, kataku, kau perlu tempat istirahat"
=======================================
sejak saat itu aku berdua dengan orang itu dalam perjalananku. sampai pada suatu malam, ia mendatangiku.
"Kau, kau tahu aku siapa kan? Kau tahu aku membohongimu?Ya kan? mengapa kau tidak menyerahkanku?"
"Ya" ucapku singkat.
"apa yang kau inginkan?"
aku tersenyum. aku menginginkanmu! itulah yang ingin aku katakan. aku tidak tahu apa yang ada dipikiranku. aku hanya ingin memilikinya.
"Bila aku berjanji melindungimu, akankah kau berjanji tidak akan lari? aku berjanji akan mewujudkan mimpimu, bisakah kau berjanji untuk tidak lari sampai akhir?"
pertanyaanku membuatnya bingung. aku hanya meringis. bukan itu yang ingin aku katakan! aku terlalu pengecut untuk mengakuinya....
"Ya" jawabnya
"bantulah aku mencapai mimpiku" ujarnya lagi, kemudian ia mengeluarkan sebuah bola bening, dengan lambang Harmonia di tengahnya.
"Sudah kuduga...." ucapku.
aku tersenyum
"Aku berjanji, aku pasti melindungimu!" ucapku.
"dan aku berjanji, membuatmu berdiri di takhta itu, aku akan merebutnya untukmu!"
Ia tersenyum. wajahnya terlihat sangat bahagia.
Bagiku, senyumnya saat itu sangat berharga, dan demi mempertahankan senyumnya aku rela mengorbankan semuanya.
===========end of flasback==================
Arsais's View
kutatap kembali wajahnya, perasaanku padanya sekarang sudah mati. aku sadar aku sedang diperalat olehnya. tapi aku tetap tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku ingin terus melindunginya.
"Kupikir sudah waktunya aku kembali ke Central."
dia berlalu pergi, dan menoleh ke arahku
"Lindungilah aku, seperti janjimu..."
aku mengangguk, dan tersenyum kepadanya.
"aku tak akan meninggalkanmu" ucapku, dan aku beralih pergi
terlalu sakit, untuk terus melihat orang itu....
Aku beralih pergi, kepalaku berkecamuk.....
sejenak aku ingat sesuatu.
kubuka jendela pesanku, dan aku tuliskan sebuah pesan untuknya.
Ya, hanya dia orang yang saat ini berhasil merebut hatiku....
=======================================
"Ah! aku meninggalkan Armorku di tenda!" seruku tiba tiba
Axel yang berjalan di sampingku tampak terkejut
"Apa Sir Caesar mau aku mengambilnya?" ujarnya tanpa menatap mataku
dia benar benar aneh akhir akhir ini. setiap aku melihatnya dia selalu membuang muka dariku. apa mukaku ada yang salah ya? atau jangan jangan dia iri karena mukanya kalah cakep(=_=")
"Ga, gausah, kamu tunggu disini aja, aku balik ke sana, kamu bisa tunggu disini kan?"
Axel mengangguk cepat, kemudian duduk di batu di dekatnya. Anak ini memang imuut! kelakuannya masih kekanak kanakan banget, mungkin di dunia nyata dia masih anak SMP atau SD ya?
"yasudah, aku pergi sebentar, jaga dirimu oke?" ucapku kembali sambil mengacak acak rambutnya. entah kenapa aku jadi senang mengacak acak rambutnya akhir akhir ini.
pertanyaan terakhirku dijawab dengan anggukan dan senyuman manis darinya, aku pun membalasnya dengan senyum, tetapi kembali membuang muka
aku menghela nafas. salah apa sih aku?! kutinggalkan dia disana dan aku kembali berjalan ke tenda Apin
Aku hampir saja masuk ke dalam, saat kudengar seseorang berbicara di dalam
"Lindungilah aku, seperti janjimu..."
Lord Marty? janji? janji apa?
kuberanikan diri mengintip ke dalam, kulihat Apin mengangguk lemah ke arahnya.
"aku tak akan meninggalkanmu" ucapnya parau
Mengapa dengan raut muka itu? dia tampak tersiksa.
tak lama kemudian Lord Marty keluar dari tenda. aku membalik badan agar tidak ketahuan menguping pembicaraan mereka.
kembali kutatap ke dalam.
kulihat Apin sedang duduk tertegun di kursinya. bibirnya bergerak gerak, tapi tidak ada suara yang terdengar.
tak lama, aku melihat setitik cairan bening menetes.
"Airmata? Apin menangis? baru ini aku melihatnya. apa karena Lord Marty? ada apa sebenarnya?"
mendadak dadaku terasa perih, perih saat aku menatap kearah Apin. Aku ingin tahu, apa yang membuatnya bisa begitu sedih, padahal Apin adalah orang yang cuek.tapi aku tahu, dia tidak akan mau dilihat dalam keadaan seperti ini. akhirnya aku memutuskan untuk pergi kembali kepada Axel.
"Sir Caesar? Sudah dapat Armornya? kenapa tidak dipakai?
"Tidak, aku baru ingat kalau armorku kutaruh di Gudang, yasudah, nanti aku beli armor baru" ucapku sambil tersenyum
Axel tampak mengangguk mengerti
"Mau pakai Armorku? aku punya dua set! kalau mau Sir Caesar bisa pakai punyaku!"
kuusap rambutnya pelan
"Tidak, nanti aku cari armor baru. oke? bisa tunggu sebentar? aku mau mengirim surat untuk Lord Arsais"
sejenak jendela pesan terbuka di hadapanku
COMPOSE MESSAGE
To : Arsais
Hei, Apin, sore ini sibuk ga? kita jalan yo! kan weekend? sekali sekali kita jalan keluar! gimana? kita ke Mall! aku tunggu jawabanmu oke, kalo iya nanti aku jemput!"
Setelah menekan tombol send, pandanganku beralih pada Axel. kurengkuh bahunya perlahan. Ia terlihat panik dengan perbuatanku dan langsung melepaskan diri
"Kenapa sih? hmm, yaudah, ayo kita lanjut jalan lagi. Academy masih satu jam jauhnya."
Aku langsung berlalu pergi, sementara Axel berlari lari kecil mengikutiku.
Tiba tiba, sebuah lambang surat muncul di sampingku. segera kutekan, dan Jendela pesan kembali terbuka di hadapanku
From : Arsais
Wah, tumben kamu ajak aku jalan? ya ayo kita jalan, lagipula kan sekarang lagi masa tenang, jadi ya aman aman aja.
Jam berapa mau jemput nya? Gimana perjalanan kalian? Sudah sampai? aku juga lagi bersiap siap balik ke Valerie
Hmm? dia menutupi perasaannya, yah, dia emang selalu gitu.
To : Arsais
Jam 6 sore ya, aku jemput!
Jangan Molor lagi!
From : Arsais
Oke.
Kututup kembali jendela pesanku. aku menghela nafas.
kenapa dengan perasaanku tadi? kenapa dadaku panas karena melihat dia menangis? apa aku kasian melihatnya? Tidak, tidak hanya karena itu, aku merasakan gejolak kemarahan. rasanya aku tidak rela. Perasaan apa ini? Yasudahlah, yang penting nanti kan bisa jalan jalan. Siapa tau aku bisa bikin dia heppy lagi
"Sir Caesar? Sir Caesar kenapa? kepanasan ya? mukanya senyum2 tapi kok merah gitu? hmm?"
DEG! aku lupa ada Axel disampingku! ah, gapapa lah, aku lagi happy juga! kuamit tangannya, lalu kugendong dia.
"Ayo! kita ga boleh telat sampai ke Academy!"
Axel terlihat shock dengan perlakuanku, dia mengibas kibaskan tangannya panik, dan wajahnya terlihat merah padam.
"Turunkan aku! Turunkan aku! nanti isi tasku berhamburan!!"
BRUK! terlambat
Kulihat kebawah. tas Axel sudah terbuka dan isinya berjatuhan ke bawah. Buku, dan berbagai macam barang barang dan obat obatan.
"kenapa kamu bawa barang sebanyak ini? kamu selalu bawa barang sebanyak ini kalau pergi?"
ia menggeleng cepat
"Tidak! tapi kan Sir Caesar selalu lupa membawa persediaan kalau mau pergi, makanya aku siapkan semuanya dobel!"
Dia tersenyum manis lalu langsung membalik badan dan berlari lari pergi.
Aku terkejut mendengar perkataannya. kubukaa tasku.
Kosong melompong. aku lupa stock kebutuhanku sehabis perang tadi! dia tampaknya sangat hapal dengan kegiatanku akhir akhir ini. apa karena lama bersamaku dia jadi hapal kebiasaanku ya? Aduh, berarti semua kebiasaan burukku ketahuan ama dia!
Kami pun melanjutkan perjalanan kami menuju Academy. Axel tampak sangat berjaga jaga sepanjang perjalanan, kalau kalau kami dihadang monster atau sejenisnya. sedangkan aku? pikiranku sudah jauh menerawang ke nanti sore. aku sudah ga sabar mau jalan bareng ALVIN!
"Hmm.........."
Gimana ya? Cocok ga ya? udah setengah jam aku didepan kaca, tapi kok rasanya ga ada yang cocok ya? apa aku pakai kemeja aja? nanti kesannya kayak mau kondangan, apa aku pakai kaos? terlalu santai ah, aduh, aku mesti pakai baju apa ya?
Baru kali ini aku bingung mau pakai baju apa saat akan pergi. padahal biasanya aku selalu cuek dengan apa yang aku pakai selagi aku pergi keluar. tapi malam ini rasanya aku mau tampil sempurna!
Kulihat diriku kembali
Kemeja putih dengan corak hitam dan emas, plus jeans hitam.
gak norak deh, tapi ga jelek juga. OK! aku yakin ini sudah bagus!
kurapikan kembali rambutku, hmm.
kuingat ingat kembali
Rambut : Check
Baju : Check
Kacamata : Check
Sepatu : Check
Sip! sudah siap semua.
tinggal satu langkah lagi!
Aku berlari ke kamar Ayahku, aku merogoh ke dalam lemarinya.
"Ini dia!"
Kusemprotkan parfum itu ke badanku, dan kuendus badanku
hmm, not bad la.....
"Cakep banget anak mama? mau jalan ama pacarnya? kok ga pernah cerita cerita sih?"
mamaku baru saja masuk ke dalam kamar saat aku mengembalikan parfum papaku ke dalam lemari.
"Eh, iya mah, eh, bukan, aku cuma mau jalan ama temen sekolah kok ma..."
"Kok ampe rapi banget? harum juga nii, kamu naksir dia ya? tumben kamu ampe bela belain dandan gini?"
"Bukan lah ma!"
mana mungkin aku suka ama dia? dia kan cowok! aku juga cowok. tapi, ya, kan sekali sekali gapapa tampil perfect, apalagi nanti diliat ama dia kan
#Blush!
"Tuh kan! mukanya merah! Udah jalan sana nanti telat dia digebet cowok lain lo, sana pergi pergi!"
"PAAA, PAPAA, Kevin mau pegi pacaran ni paaaa! PAPAAAA!!"
terdengar teriakan mamaku dari luar kamar. astaga, aku baru nyadar kalo aku punya mama seliar dia (=_=")
"Kevin sayaang, kata Papa kamu bawa mobil ajaa, nih, kuncinya, apa mau disetirin Papa sekalian???"
Kepala mamaku muncul dari balik pintu dengan pandangan penuh arti. segera kurampas kunci mobil dari tangannya. lumayan, bisa bawa mobil. bisa jalan ama Alvin naik mobil deh
"Gausah ma! aku jalan sendiri ajaa"
Mamaku mendengus sebal
"yaudah deh, ati ati ya sayang"
dikecupnya keningku, dan aku bergegas pergi ke rumah Alvin
Jam 17:45. tepat waktu gak yah? haduhh.....
Jam 18.05 aku sampai di rumah Alvin. hmm, tampaknya dia belum bersiap siap ya.
aku parkirkan mobilku di depan rumahnya, dan aku melangkah masuk.
Tok Tok Tok....
Seorang gadis membuka pintunya.
"Cari siapa ya?"
"Aku temennya Alvin. Tadi janjian mau pergi, Alvinnya dmn ya?"
gadis itu sejenak memandangku dari atas hingga ke bawah. emang bajuku aneh ya?
"Alvinnya diatas, langsung masuk aja gapapa kok, kamarnya yang di kanan tangga" gadis itu tersenyum kepadaku. Senyum yang sama dengan senyum Alvin....
Kupandangi pintu kamar yang ada di hadapanku. Cewek tadi langsung pergi setelah dia antar aku naik ke atas
"Ceroboh banget, coba aku maling, abis udah pasti mereka" gumamku. kuketuk pintu kamarnya.
Tidak ada jawaban. kucoba putar knopnya.
Cklek!
Terbuka? wah, mereka ini kayaknya emang keluarga tak kenal maling yah?
Sejenak ragu, akhirnya aku memberanikan diriku masuk ke dalam kamarnya.
Gelap. kulihat seseorang tertidur di atas kasur. suara dengkurannya pelan dan teratur. Alvin masih tidur rupanya.
kudekatkan wajahku ke kasur. kupandangi wajahnya.
Aku sudah sering melihat wajah ini sebelumnya, di kelas. karena Alvin emang langganan tidur kalo di kelas.
Bibir tipisnya sedikit terbuka, wajahnya terlihat imut saat ini, karena kalau dia bangun, wajahnya selalu ditekuk biar keliatan cool.
aku tatap dalam dalam mukanya. mukanya memang cute, tapi ga kayak cewek. mukanya sebenarnya cowok banget, tapi terlihat childish, walaupun sifatnya memang cool bgt. kulitnya putih, mulus, ga ada cela sama skali di mukanya.
puas kupandangi wajahnya, aku guncangkan bahunya
"Apin, bangun woi! Apin! Katanya mau jalan, kenapa malah tidur!"
aku tarik tangannya, tapi ternyata dia malah menarikku ke bawah, dan
Bruk!
Aku membatu. wajahnya dan wajahku hanya terpisah kurang dari 1 cm! aku berada tepat di atasnya. kucoba gerakan badanku, tetapi tangannya dengan kuat mencengkram punggungku. Aku dipeluk ALVIN! (#>_<). setelah mulai bisa menguasai diriku kembali, aku cubit pelan pipinya, tidak ada reaksi. kutampar pipinya.
#Alvin's View
"Mmmhhh......"
aku menggeliat, kurasa seseorang menampar pipiku, aku coba meregangkan badanku.
Berat?
Kurasakan ada hembusan nafas di pipiku.
Hmm, bau mint... aku buka mataku pelan.
"Hmm... Kevin? ahh......"
Kevin rupanya, dia diatasku rupanya. uhmm.........
"...........................!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! WWWWUUUUUUUUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!"
BUAK!
"Aw! HEI!"
=======================================
Kevin masih mengelus pipinya sambil meringis.
"Gila ya? kamu yang meluk aku km juga yang nabok! BLABLABLABLA.!!!!!!!!!!!! LEPAS HEADSETMU!"
Ups... Baru aku mau pasang headsetku karena jenuh dengar omelannya, tapi dia langsung meraung begitu.
"Aku kaget, Maaf......." ucapku datar.
Kevin mendengus kesal. dia tampaknya masih ga terima aku nonjok dia. aku tertawa dalam hati. mukanya konyol banget!
"Mandi sana! janjinya Jam 6 mau pergi kan. malah tidur!"
aku mengangguk pelan, mengambil handuk lalu pergi ke kamar mandiku. sebenarnya ada kamar mandi di kamarku, tapi aku jarang pakai, karena aku lebih suka pake shower di bawah daripada disini, karena yang disini air panasnya rusak. tapi kalau lagi begini, ya apa boleh buat deh.
Aku bergegas masuk kamar mandi dan mandi secepat yang kubisa.
Kulilitkan handuk di pinggangku dan melangkah keluar dari kamar mandi.
Kevin tampak masih mengelus pipinya sambil meringis. aku ga bisa nahan ketawaku lagi
"Pff, heheheheh...!"
Kevin langsung mendengus kesal
"Apaan sih ka..........."
Dia tampak terkejut saat melihatku, Ia langsung membalik arah dan membuang muka. mukanya terlihat memerah
"Kev? kamu ga enak badan? Kev? Loh, kok kamu mimisan? Kevin?"
"Uahh Uahh? jangan dekat! aaa, handukmu mau melorot! sana pakai baju dulu!" Kevin berteriak panik Ia dengan gelagapan mengelap darah di hidungnya dan segera membuang muka
Dasar orang aneh! dikuatirin malah marah marah.
"Kita mau pergi kemana Kev?" tanyaku
Ke mall yang dekat aja pokoknya, terus aku mau makan diluar mall!" katanya cepat. ia masih tidak berani melihatku.
"Yasudah, kamu siap siap aja dulu deh! aku nunggu di mobil aja!" dia berlalu dengan terburu buru meninggalkanku.
Apa dia marah ya karena aku suruh dia bantu Axel ganti job?
aku hanya menggeleng pelan....
======================================
duduk dulu, mau apa? teh kopi?
#paniksendirigataumaungapain
malem ini sampe sini dl yaa
esok mesti sekolahhh
hehehehe
Kl emang menarik pasti komen2 kok ane.. Selama gk ada yg aneh gk akan kritik macem2..hehe
sibuk bgt
heheheheh
wahh, makasi
Ceritanya saya bikin dlu
Jantungku hampir pecah!
Aku duduk di mobil untuk menenangkan nafasku. putar lagu! ya! kunyalakan ac dan kuputar musik. Aku menyandarkan diriku di kursi dan mengatur nafasku.
Sekejap terbayang kembali wajah Alvin yang tadi terbarin di bawahlku. aku bisa merasakan semuanya. hangat tubuhnya, nafasnya yang lembut. AAAAH!!!!
Kupukul pukul kepalaku. Kenapa aku? Apa yang aku pikirkan? apalagi saat melihatnya hanya memakai handuk tadi. apa aku menikmatinya?
BLUSH!
Sial!! Kenapa aku? padahal aku sudah lama berteman dengannya. tapi kenapa sekarang aku merasa aku harus lebih memilikinya? apa yang kuinginkan sebenarnya?
"Kev, kamu kenapa?"
Alvin tiba tiba sudah berdiri di hadapanku. Aku tersentak saat memandangnya.
"Hei Bodoh, mukamu merah. kamu sakit?"
Cepat kubalikkan wajahku darinya.
"Kevin, ada apa sih?"
Kutatap kembali dia. Sejenak lidahku membatu. aku berusaha keras berbicara.
"Ga, Gapapa, aku cuma agak kepanasan kok tadi! Sini masuk. bajumu bagus!"
Alvin memperhatikan bajunya
Ia hanya memakai sebuah kaos putih lengan panjang yang agak kedodoran, dengan kerah lapisan abu abu, dan celana pendek kotak kotak.
Ia terlihat manis! rasanya aku mau bawa dia pulang sekarang!
AAAHHHH!!!!!!
Apa sih yang aku pikirkan. tiba tiba aku teringat kalau Alvin ada didepanku. Kutatap ia.
"Sial!"
Alvin sudah duduk di sampingku dan Headset dari ipodnya yang menggantung di lehernya tampak sudah menempel di telinganya. aku dikacangin!
=======================================
Kevin's View
Sepanjang jalan ia hanya mendengarkan Ipod itu dan tidak bicara sama sekali padaku. Alvin hanya menutup matanya dan tampaknya fokus menikmati musiknya. Rasanya bete banget! kok aku ngerasa jadi sopir ya? tapi ya sudahlah, yang penting Alvin bisa sedikit menikmati keadaan!
Kuparkirkan mobil ayahku di parkiran mall, dan kami bergegas turun.
"Mau kemana kita Tuan Putri?" Ujarku pelan
Alvin langsung menatapku tajam, dan kembali membuang muka.
"Terserahmulah, yang penting aku mau beli minuman di dalam.."
Dia memang bener bener menyebalkan! Ga pernah ada kata kataku yang ditanggapi lebih dari 10 kata olehnya! kalo semua orang kayak dia, dunia pasti udah sepi!
Kami melangkahkan kaki ke dalam mall. Ia tetap seperti tadi, terus mendengarkan lagu dan pandangannya menerawang entah kemana. bahkan sepertinya dia ga sadar aku ada disampingnya.
Di dalam mall kami tidak tahu apa yang ingin dituju. secara, aku emang dari awal ga ada tujuan jalan jalan, tujuanku sebenarnya agar Alvin keluar dan refreshing. tapi, kalo diliat liat kayak gini, dia kayaknya ga perlu refreshing deh. buktinya daritadi dia ga sedikitpun ngelepas headsetnya. Lagu apa sih itu, kayaknya menarik banget buat dia sampe ga dilepas sama sekali...
Cemburu? Apa aku barusan cemburu sama ipod?
"AAAAARRRRGHHH!!!"
"Woi, woi, kenapa kamu! kita lagi di mall jangan teriak teriak!"
Kulihat sekeliling, orang orang yang lewat tampak memandangi kami. rupanya aku tadi berteriak cukup keras sampai mereka semua menatapku dengan aneh begini!
"Alvin, yaudah, kita cari tempat nongkrong aja, sambil beli minum. gmn kalo di C&Z? (Nama disamarkan untuk melindungi hak paten )"
"Boleh...."
daritadi aku bicara ama dia pelan deh, tapi kok dia bisa dengar ya? padahal dia lagi dengar lagu? ah yasudahlah.
Aku dan Alvin akhirnya memesan 2 gelas Root Beer untuk kami dan beberapa snack, kemudian duduk di sudut restoran.
Gila, keadaannya pas banget nih buat pacaran!
"Kev, aku ke toilet dulu ya..."
Tanpa menunggu jawabanku, Alvin langsung berjalan pergi.
kelakuannya emang cuek, tapi kali ini kayaknya agak kelewatan batas! Dengan sebal aku menyeruput minumanku.
"AH!" itu Ipod Alvin! tampaknya sebelum ke toilet tadi dia melepaskan Ipodnya. Kupandangi benda itu sambil menggigit gigit sedotanku. Lagu apa sih yang lagi didengarkan Alvin?
Karena tidak bisa menghilangkan rasa ingin tahuku, perlahan aku dekatkan headsetnya ke telingaku.
"Kosong...?!" gumamku kaget.
kubuka ipodnya, Kucari lagu yang ada disana.
Tidak ada lagu sama sekali! rupanya daritadi dia tidak mendengarkan apapun! Aku salah! dia tampaknya memang ada masalah.
"Kevin...."
Kuarahkan pandanganku ke asal suara tersebut.
Alvin tampak sedang berjalan ke arahku dengan tergesa. Apa dia takut aku menyadari keadaannya? Sudahlah! Aku langsung berdiri, dan menyeretnya kembali ke mobil. Aku marah!
Alvin tampak tidak menyadari apa yang terjadi. tapi saat kupakaikan headset itu ke telinganya, Ia baru mulai menyadari keadaan. Ia tampak panik. walaupun ia berusaha menutupinya dengan raut wajah dinginnya, tapi kegugupannya tidak bisa tersembunyi dariku.
Aku berpikir. aku harus tahu kenapa dia jadi begini! tapi aku tidak mungkin langsung menanyakannya. aku harus mencari cara. apa yang harus kulakukan?
Sesampainya di mobil, Alvin langsung melepaskan cengkeramanku
"Bodoh! kamu gandeng aku sepanjang jalan di Mall! Kamu ga sadar semua orang liat kita sambil senyum senyum? Kepalamu kenapa sih??!!"
Kutatap dia tajam
Aku sudah tau, aku dapat cara untuk mencongkel keluar masalahnya!
"Kamu ga ngehargain aku Pin. padahal aku ada disampingmu, tapi kamu malah pakai headset kosong dan pura pura ga dengerin aku! maksudmu apa? kalo kamu emang ga mau jalan ama aku bilang aja! Gausah kayak gini caranya!"
Alvin tampak terkejut. Ia langsung menundukkan wajahnya.
"Maaf...."
Suaranya tampak bergetar. apa aku terlalu keras? Hei! aku cuma bercanda!
Aku langsung merasa ga enak sama Alvin, tapi ini harus kuteruskan
"Terus kamu? maksudnya kamu pakai headset kosong apa?"
"Maaf... Aku ga bermaksud begitu, aku cuma...."
Alvin tampak tak bisa meneruskan kata katanya
"Cuma apa?" Kataku dengan nada yang dibuat seakan akan sedang geram
"Maaf...."
Alvin tampak kehilangan kata katanya. tampak airmata menetes dari matanya. Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis.
Entah bagaimana caranya, tanpa kusadari Alvin sudah ada di dekapanku. Aku masih mendengar isakannya pelan. Ia memang sedang benar benar tertekan. Lebih baik aku tidak menekannya lebih dari ini.
"Maaf Pin, tadi aku bentak kamu. aku cuma bercanda. Aku tau kamu ada masalah, makanya aku ajak kamu jalan..."
Ucapku pelan. akhirnya kuputuskan untuk mengakuinya.
Alvin masih diam tak bergeming. Ia mencengkeram erat dada kemejaku. dan tanganku pun masih terlingkar di bahunya.
Kupejamkan mataku, kuelus rambutnya pelan.
Aku menikmati suasana ini....
"Alvin.... Aku... Aku......."
Aku ingin mengucapkan sesuatu. Tapi akal sehatku mencegahku melakukannya.
Alvin tampak memandang ke arahku untuk menunggu lanjutan kalimatku.
"Lebih baik kita pulang...."
Ucapku akhirnya.
Alvin mengangguk pelan, dan melepaskan cengkramannya dari bajuku. Aku pun melepaskan tanganku dari tubuhnya, walau aku masih belum rela untuk melakukannya.
Sepanjang perjalanan dia hanya diam. Kutatap dia sejenak. paling tidak, raut muka jutekknya sudah balik. Kayaknya dia sudah lebih lega daripada tadi. Headset yang tadi dipakainya juga sudah dilepaskannya.
"Sudah sampai pin...." Ucapku sembari berkonsentrasi merapatkan mobilku dengan pagar rumahnya.
Alvin mengangguk pelan. Sejenak dia menatapku.
"Terimakasih...."
Ia memelukku secara tiba tiba. Aku terlalu terkejut untuk membalas pelukannya. Saat aku sadar, Alvin sudah berada di luar mobilku.
Kutatap sosok Alvin yang sedang berjalan pulang. Aku sebal, karena tadi tidak berani mengatakan apa yang kurasakan padanya. Apa yang tadi ingin aku katakan padanya ya? Ah, sudahlah. Lagipula, Aku rasa aku bakal tidur nyenyak malam ini!
=======================================
Kevin's View
Jam 21.35, aku sudah berbaring di kasur yang nyaman
Ahh, Hari ini menyenangkan.
tapi tadi aku melihat Alvin menangis...
lalu dia memelukku! AAWWW!!!
Aku menggeleng kuat untuk menghilangkan pikiranku barusan
Aku sebenarnya kenapa ya?
"Oh, Iya, HPku...!"
Aku baru ingat aku tadi meninggalkannya di kamarku. kuperiksa inboxku, siapa tau ada pesan penting yang masuk.
Message : Alvin
Eh, Bodoh, makasih ya tadi.
TERNYATA SMS SUPER PENTING!
AAAAA!!!
Senyuman mengembang dari bibirku.
Anak itu. dia memang ga pernah berubah tapi paling ga berarti dia sudah enakan sekarang!
Kuketikkan sms balasan untuknya
To : Kevin
Iya, udah tau! Hei, Duit Root Beer tadi belum dibalikin ya!
From : Kevin
Gila, pelit amat, iya esok aku balikkin.
Kuletakkan HPku setelah melihat sms terakhir darinya
"Waah, anak mama, udah smsan! gimana tadi jalannya pasti asik ya? Hohohoohhoho! Gimana? Udah Kamu tembak?"
MAMAKU! Entah kapan dia sudah ada didepan kamarku!
"Ma... Mama! kok udah disini, sejak kapan?"
"Lama doong, yang pasti sempat liat orang senyum senyum sambil liat HP juga~"
"Ahh, Mama! Masuk kamar orang sembarangan!"
"Eh, Kev, Mama liat dong mukanyaaa, ajak ke sini kenapa? Ayo, biar mama bisa liat"
"UDAH AHH, Keluar sanaa!!!!"
"Hohohohohohoho~"
"MAAMA GILAAA!!!!"
Mamaku emang bener gila! SIAL! dia liat aku tadi lg smsan ama Alvin.
Ah, yasudahlah, biarin aja. malam ini terlalu indah buat marah marah!
Kumatikan lampuku, dan aku bergegas tidur.
Cepat tidur, cepat sekolah, cepat ketemu Alvin!
Eh, umm! Aku mau cepat ketemu bukan karena kangen! tapi karena kuatir!
Ah, yasudahlah, ga penting juga!
=======================================
Ada apdetan nihh.....
Maaf agak lama.
kemarin ada masalah ama pacar juga
Whew.
bentar dilanjutin lagi
Thanks For reading!
Btw itu ada sdkit salah nama waktu alvin mau ke toilet. Trus dalam satu kalimat hindari pengulangan kata berulang2, yg di kevin view ada kata 'HP ku' sampe 3 kali.. #inget pelajaran b.indonesia..haha. Selalu baca ulang sblm posting ya.. :-D
Sudah saya tulis ulang
kemarin memang ga dibaca ulang, n lagi moodnya turun, tapi dipaksakan nulis karena udh kelamaan
maaf maaf
Sepi sekali keadaan disini? Kemana semua orang? Rasanya aku cuma menyuruh Axel dan Caesar untuk pergi deh. Tapi kenapa sepertinya semua orang di istana ini lagi pergi yah?
Aku terus menapakkan kakiku ke dalam Aula Utama.
Kosong? tidak ada orang sama sekali? Mungkin karena mereka baru selesai berperang jadi semua orang tampaknya ingin beristirahat ya?
Aku menghela nafas. Tanpa dua orang itu ternyata Istana ini sepi juga ya. Tapi memang, hanya merekalah orang yang kuajak bicara di sini. Semua komando dariku juga selalu kuberikan pada mereka.
Sejenak pikiranku menerawang ke kejadian tadi malam.
Apa aku bodoh? Tadi malam aku meluk Kevin di parkiran Mall? Saat itu aku juga seakan tidak perduli dengan keadaan disekitarku. Kami berdua seakan asik sendiri dan tidak mengacuhkan keadaan sekitar sama sekali.
Kenapa saat itu dia memotong kata katanya? Apa yang ingin diucapkannya?
"Ouch..!"
Tangan kananku. Rune ini, tanganku terasa terbakar.
Saat ini di tanganku bercokol sebuah kekuatan yang besar, saat itu kuambil karena aku pikir perang akan menjadi besar.
Dan sekarang, Rune ini menggerogotiku dari dalam. tampaknya kekuatanku belum cukup untuk mengontrolnya.
Kembali kuhela nafasku.
Orang itulah yang menjadi penyebabnya! Kenapa aku masih terus menolongnya? Padahal selama ini banyak sekali kebijakan yang dibuatnya dan itu jelas jelas sangat membahayakan para pemain yang ada di Harmonia. Aku selalu dengan tegas menolak banyak kebijakan yang dibuatnya. Daerahku selalu menolak, apabila dia mulai menggunakan kekuasaanya.
"Kemana dirimu yang dulu...?"
Aku masih mengingat saat saat kami dulu masih bertualang berdua. saat tidak ada kekuasaan yang melingkupi kami. Dia adalah orang yang sangat berbeda dengan dirinya sekarang...
Dan sekarang, karena dia jugalah, aku menderita seperti ini.
Entah kenapa. Hatiku menolak untuk melakukannya, tetapi tubuhku seakan - akan terus mengikuti kehendaknya.
"ARGH...! Sial...!"
Kurasakan sakit menjalari tangan kananku. Lambang yang ada di tangan kananku mulai menyala. dan di tanganku muncul guratan guratan hitam.
"SIAL....!"
SAKIT! Itu yang kurasakan sekarang. kupejamkan mataku, kukonsentrasikan tubuhku. perlahan rasa sakit itu mulai mereda.
"Apin, ada apa?"
"EHH... Kevin, eh, Caesar?"
Caesar masuk bergegas ke dalam Aula. disampingnya Axel tampak tergopoh mengikutinya sambil memeluk tas persediaannya.
"Bishop, Bishop baik - baik saja?"
Axel tampak sangat panik dan berlari mendekatiku, tiba tiba
BRUKK!
Axel terjatuh, dan semua barang barangnya tercecer kemana mana.
"Aduh, Axel, kubilang juga apa, jangan bawa banyak banyak, kan?" Caesar menggerutu jengkel
"Tapi, ini kan buat Sir Caesar juga...." Ujar Axel sambil memanyunkan bibirnya
Caesar tampak menggaruk garuk kepalanya, kemudian menjewer bibir Axel.
"Iya baweeell, kan kamu tadi yang ngerengek minta belanja ini itu dijalan"
Axel tersenyum lebar. ia memamerkan deretan giginya kepada kami.
"Ngapain kalian kemari? Tugas kalian?"
"Yeh, Jutek banget sih. Sudah selesai kok!" Ujar Caesar sembari menyenderkan kepalanya di pilar
"HAH...?" Aku menatap bingung kepada Axel yang segera membalasku dengan anggukan mantap.
"Baru juga dua hari kan?"
Caesar menghela nafas panjang
"Axel tuh. dia main terus dua hari ini, kayaknya sih ga tidur. Aku sampai kewalahan nemenin dia!"
Aku menatap meminta jawaban dari Axel
Dia kembali membalasku dengan anggukan cepat.
"Axel, Job Strategist! Siap bertugas!"
Axel akhir akhir ini agak terlalu bersemangat ya...
Aku melayangkan pandanganku kembali kepada Caesar, lalu kembali kepada Axel
"Bagus! Axel, senjata apa yang kau pilih?"
"Aku memilih panah, Bishop..."
Aku anggukan kepalaku.
"Lalu, bagaimana dengan hubungan kalian?"
"Hah...?" Ujar Caesar
"...........!!!!!!! BISHOP!" Axel ikut berteriak pelan
Aku hanya menggaruk kepalaku pelan
Aku salah bicara nih!
"Oh, ya, Caesar, aku ada Warcoat. kamu mau? Job Bishopku ga bisa pakai Armor ini." Ucapku untuk mengalihkan pembicaraan. Tadinya mau kujual sih, buat tambahan uang, tapi kalo keadaan kaya gini terpaksa direlain deh...
Caesar menatap ke Armor yang aku tunjukkan padanya.
"Yahh, gapapa deh, aku sih pengen beli Warlord Suit, tapi dimana mana ga ada yang jual..!"
Aku menggeleng pelan
"Benda sulit itu."
Caesar mengangguk mengiyakan kata kataku.
"Andai aku punya satu...."
PING!!
Ah, ada pesan masuk!
Kutekan gambar pesan di sampingku.
Message From : Yue
Hi Arsais! Maaf baru bisa balas! Aku baru aja santai.
Mau ketemu? Ayo! Kita ketemu di Midlake Village aja ya?
tapi jangan sekarang!
Gimana kalau esok jam 6 WIB kita ketemu? OK?
Aku tunggu!
Wah! Kupikir dia ga balas messageku!
hmm, ternyata dia sibuk...!
Esok bertemu?
Berarti aku harus siap siap.
Aku harus perbaiki armorku, dan cari hadiah juga!
Hadiah apa ya?
hmm.......
Oh iya!
"Caez, antar aku ke Craftsman di Central. Kita pergi berdua. Axel, kamu ikut! Aku mau belikan anak panah untuk hadiah kenaikan Job mu"
Axel mengangguk cepat dan langsung berlari lari kecil mengikuti kami.
Dia memang ceroboh, dan sangat kekanak kanakan.
"Jaga langkahmu jangan sampai jatuh..."
"Siap Bishop!"
Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya.
"Ayo kita pergi sekarang"
Aku langsung berlalu pergi.
"Oh, ya, Caesar. Uang Root Beer kemarin, aku bayar pake uang game ya...?"
". . . . . . . . . . . . . . . . . ."
"Yasudah kalo ga boleh..."
Saat ini, Aku, Alvin, dan Axel sudah berada di Central Distric, di L'Entracte, sebuah kota yang berada di daerah utara Central Distric. Central distric sangat ramai belakangan ini. seperti hari ini, hingga kami sangat kesulitan untuk berjalan ke tempat tujuan kami.
"Bishop, boleh aku pergi sebentar? Ada yang ingin aku cari..."
Alvin mengangguk kecil sambil memperhatikan jalan, sebagai tanda ia memberikan izin untuk Axel. Cuek bebek, memang selalu seperti itulah dia....
Axel tampak sudah memahami perangai Alvin, langsung melemparkan senyum manis, dan berpisah dari kami.
"Hati hati, kalau kamu tersesat kirim message aja oke?" ucapku, karena kuatir dia akan kebingungan seperti saat dulu kami mengajanknya berjalan jalan di Central Market.
Axel berbalik dan mengangguk mantap, kemudian segera berlari pergi.
"Anak itu, kalau dia sampai tersesat aku gamau mencarinya!"
Tiba tiba Alvin membuka suaranya sambil memperhatikan barang barang yang ada disana.
"Iya iya, lagipula dia bukan anak kecil juga kok! Aku yakin dia bisa berusaha sendiri" Ucapku. Walau sudah terbiasa, tapi kadang kadang sifat juteknya itu benar benar menyebalkan untukku.
Alvin berjalan ke sebuah rumah kecil dengan lambang palu di atas pintunya.
Blacksmith.
Ternyata ia datang untuk memperbaiki armor lamanya sebelum ia menjadi Bishop.
"Buat apa kamu perbaiki Armor itu? Bukankah kamu sudah ga pernah memakainya lagi?"
Dia menatap datar padaku. dan kembali asik dengan pekerjaannya
"Aku mau pakai armor ini esok..."
Aku hanya mendengus kesal saat menerima jawabannya.
Memangnya dia ga bisa apa kasih aku penjelasan yang lebih jelas? Kenapa sih dia bener bener jutek? Padahal kami juga udah temenan lebih dari 3 Tahun sejak SMP dulu, dan sekarang sifatnya masih sama kayak dulu.
Jutek! Ga ada lembut lembutnya sama sekali.
Kupandangi wajahnya yang sedang mengawasi Blacksmith yang sedang memperbaiki armornya.
Ia tersenyum! Ia tampak sedang memikirkan sesuatu, dan tampaknya hal itu membuatnya senang! padahal jarang jarang dia menampilkan ekspresinya. Tetapi kali ini dia sedang jelas jelas tersenyum. Hmph. Kapan dia bisa tersenyum seperti itu kepadaku?
Deg! Apa yang kupikirkan barusan!
"Ahhh, pergi pergi pergi!"
Aku menggelengkan kepalaku dengan kuat untuk mengusir pikiran tadi pergi. Gila! Kenapa akhir akhir ini aku terus mikirin dia? Di rumah juga, di sekolah juga! Rasanya aku lebih sering ngeliatin mukanya tidur daripada merhatiin guru di kelas. Ada perasaan aneh tumbuh di dalam diriku. Perasaan apa ini?
"Aghhh!!!"
BRUAKK!
"WOI, BEGO! DIPANGGIL GA JAWAB MALAH TRIAK TRIAK KENAPA SIHH?"
Kepalaku sakitt. Barusan Alvin menghajarku pake apa?
O.o
Dia megang pelindung dada dari besi di tangannya.
Berarti barusan benda itu yang menghantamku?
"Sial, Sakit banget tau!"
BUAK!
Benda itu sukses mendarat untuk kedua kalinya di kepalaku.
Untung cuma game, kalo dunia nyata aku pasti udah abis!
Wajah Alvin terlihat sangat kesal saat memandangku
"Daritadi aku manggil kamu! Kamu teriak teriak sendiri kenapa memangnya!"
Hah? aku teriak teriak sendiri? Kapan?
Alvin masih mendengus dengus kesal. Ia merapikan topi birunya dan segera berlalu pergi.
"Sudahlah, ayo, aku masih ada beberapa tempat yang harus kudatangi!"
Aku masih memegangi kepalaku saat ini. Kepalaku rasanya sakit banget! Aku mengikutinya dari belakang.
"Aku mau ke Craftsman, kamu mau ada beli apa gak?"
Tanyanya sambil meneruskan langkahnya
"Aku paling cuma mau beli beberapa Scroll, dan beberapa parts Armorku. kemarin hancur pas menemani Axel."
Alvin memandangku datar, kemudian terus melanjutkan perjalanannya. Setelah beberapa lama, ia berhenti di depan pedagang makanan. Ia membeli beberapa permen dan makanan makanan manis lainnya.
"Tumben kamu beli benda benda begini? Bukannya kamu ga suka makanan manis?"
Dia tidak menggubris perkataanku, dan langsung membayar makanan yang sudah dibelinya. Aku cuma menghela nafas. Apa sih untungnya makan makanan begitu di game? gak bakal kenyang juga, yang ada duit habis, apalagi harga benda benda begitu lumayan mahal di game ini.
Axel meneruskan perjalanannya ke sebuah bengkel kerja kecil, disana dia memesan dua buah panah.
"Kamu memesan panah untuk Axel?"
Dia membalas perkataanku dengan anggukan kecil, dan kemudian langsung menyibukkan dirinya dengan melihat barang barang yang ada di sekitar sini. Bicara ke anak satu ini memang benar benar bikin mati gaya!
Akhirnya aku pun memutuskan untuk diam, sambil berpikir.
Dia memesan panah yang cukup mahal untuk Axel. Apa jangan jangan tadi dia juga membeli manisan itu untuk Axel ya? Soalnya setahuku semua jenis manisan yang dibelinya memang makanan yang disukai Axel.
Jangan jangan dia juga memperbaiki Armornya untuk Axel?
Kulihat kembali wajahnya.
Dia tampak tersenyum sambil memperhatikan panah pesanannya dibuat.
Tampaknya memang dia menaruh perasaan khusus pada orang yang ingin diberinya panah! Dan itu berarti Axel.
Apa benar Axel orangnya?
Dadaku mendadak terasa sesak. Memang, daripada aku, Axel di game memang lebih sering berada di dekatnya. Apa Alvin mau kasih hadiah ke Axel? Kok aku ga pernah dikasih hadiah juga?
Rasa cemburu mendadak meliputiku. Aku tahu, semua prasangkaku ini memang tidak ada alasannya, hanya saja tidak tahu kenapa, aku merasa sangat sebal dengan keadaan ini
Pluk!
"Huh?"
Alvin melemparkan Panah dan Permen yang baru dibelinya dalam sebuah kantung kepadaku.
"Kenapa ini...?"
"Nanti berikan pada Axel..." Ucapnya singkat
Alvin berjalan keluar dari toko.
Apa maksudya ini? Kenapa dia menyuruhku memberikan barang yang sudah dibelinya pada Axel? hmm, dia memang kadang sulit dimengerti!
"Kevin..."
Aku tersentak. Dia tidak pernah memanggilku seperti ini di game sebelumnya.
"Apa...?"
Dia mendadak mengubah saluran bicara kami menjadi berbisik, agar orang lain tidak mendengarnya.
"Soal di mall kemarin, apa kau merasa aneh padaku?"
Aku mengernyitkan dahiku
"Saat apa? Aku gak mikirin itu sama sekali..."
"Saat kamu meluk aku di parkiran. Kamu ngerasa aneh sama aku?"
Mendadak wajahku terasa panas! Aku teringat kembali kejadian saat ia menangis di pelukanku
"Ti, Tidak! Aku tidak merasa berbeda! Kamu sahabatku, dan kamu menangis, jadi aku wajar kan kalo memelukmu! Aku ga merasa aneh kok!"
Pandangannya terlihat lega saat dia mendengar perkataanku barusan. Dan kebalikannya, aku malah semakin merasa sakit. Aku memendam perasaanku yang sebenarnya, dan itu sangat menyakitkan!
"Alvin, Boleh aku bilang sesuatu? Soal perasaanku..."
Dia menatapku tajam
"Ya, Apa?"
"Aku.."
Aku berusaha keras mengeluarkan kata kataku
"Lupakan, aku gajadi ngomong" Akhirnya kata kata itulah yang keluar dari mulutku.
"Hmm... Ayo kita terus jalan, sambil nyari Axel. Tadi dia kayaknya berlari ke arah Bazaar."
Aku mengangguk pelan.
Sejenak kami berjalan berdampingan.
Dia tampak memperhatikan sekelilingnya dengan sangat hati hati
Aku tahu apa yang sedang ada di pikirannya.
Sejenak kemudian ia menghela nafas, dan merapikan posisi topinya
"Caesar, kau menyadarinya?"
Aku mengangguk pelan
"Ya, Central ramai bukan karena ga ada sebab. Daritadi memang banyak orang, dan mereka semua kupikir tentara bayaran..."
"Yeah. Tentara bayaran. Apa yang mereka lakukan disini?"
Aku menggeleng pelan
"Entahlah, yang pasti aku punya firasat buruk soal ini."
Dia mengangguk pelan
"Aku juga. Ah, Itu Axel!"
Aku menatap ke depan, Axel tampak berlari ke arahku
"Bishop!"
Alvin hanya melempar pandang sebentar kepadanya, lalu langsung menatap ke arahku. Kenapa sih?
Tatapan Alvin tampak semakin menusuk, hingga akhirnya dia membuang nafas panjang, dan membuka mulutnya.
"Axel, tuh, Caesar punya hadiah buatmu!"
Axel segera menatapku dengan tatapan ingin tahu. segera kuserahkan kantung yang tadi diberikan Alvin padaku.
"Wahh! Sir Caesar! Makasih!"
Alvin hanya menatap datar.
"Tadinya aku mau kasih kamu ini" Ujarnya sambil melempar seikat panah murah ke tanah.
"Tapi Caesar punya yang lebih bagus, jadi kupikir yang ini ga usah aja..."
Loh Loh? Kok begini? Apa maksud Alvin? Kan dia yang kasih semua hadiah ini?
Axel memungut panah yang baru saja dibuang oleh Alvin dan tersenyum manis ke hadapan wajah datar Alvin.
"Terimakasih Bishop! Aku suka kok!"
Ah, Axel memang benar benar manis! Aku mencubit mukanya gemas.
Wajah Axel tampak memerah dan ia segera menyibukkan diri dengan menyimpan hadiah hadiah kami ke dalam tas kecilnya.
"Caesar, kita pulang sekarang! Aku ada firasat buruk dengan hal ini!"
Aku mengangguk dan mengikutinya berjalan ke unit teleportasi yang ada.
=======================================
Arsais's View
Aku tidak akan membuang buang waktu.
Aku merasa ada hal buruk yang akan segera terjadi.
"Caez! Kirimkan surat ke keempat Bishop lainnya. sepertinya ada hal ganjil yang terjadi di Central saat ini."
Caesar mengangguk dan segera pergi meninggalkan kami
"Axel, Kumpulkan pasukan kita, persiapkan semua orang yang bisa kau temui, dan pastikan orang yang ga online dapat attention. aku mau semua orang dalam keadaan siap. Pastikan semua persiapan kita dilakukan diam diam, jangan sampai ada yang mencium pergerakan kita.
Axel mengangguk cepat dan segera berlari pergi.
Aku berpikir keras.
Mercenary? Sebanyak itu? di perbatasan utara? apa yang sebenarnya terjadi?
Tidak aneh memang pasukan mercenary ada di dalam kota, tapi sebanyak itu? Dan tidak mungkin mereka bisa masuk dalam jumlah sebanyak itu tanpa disadari Lord Marty.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
=======================================
Hari ini Alvin ga masuk sekolah. Rasanya sepi banget! yah, ga sepi sepi banget sih, lagipula ada dia pun juga dia pasti sudah masang headsetnya dan nyuekkin aku seharian, kalo gak dia pasti udah ngrorok disampingku. Menyebalkan
Tapi, ga ada dia, rasanya sepi juga...
(>,<)
Bosan juga rasanya di kelas!
Kuambil HPku, dan kuketik pesan untuk Alvin
"Hei, Katanya kamu sakit ya? Sakit kenapa? kok bisa?"
tak seberapa lama kemudian HPku bergetar, tanda pesan masuk. Kubuka pesan yang kuterima
"Ya sakit lah, dasar bodoh, mana tau kalo aku bakal sakit"
Aku meringis membaca pesannya. Kuketikkan n sederetan kata untuk membalas smsnya.
"Idih, galak banget sih jadi orang. Kamu demam ya? Nanti siang aku ke tempatmu yahh?"
"Mau ngapaen emang? Aku lagi sakit juga"
"Yah, nengok lah, gapapa juga kann "
"Silakan aja sih, asal jangan ngerepotin"
Kugigit bibirku membaca sms darinya. Anak ini Jutek banget sih! Udah sakit masih aja judes!
"Eh, Alvin, btw, kemaren kamu kenapa malah bilang kalo hadiahmu dariku? Padahal kan kamu yang belikan? Kan kalo gitu jadi ga enak sama Axel"
"Pengen"
Hyaaa! Anak ini! Kalo didepanku udah kutimpuk pasti!
"Dih, jawabanmu ga mbantu sama sekali! Seriusan, kenapa sih?"
Lama kutunggu smsnya, tapi dia tak membalasnya juga.
"Hei, kenapa malah ga balas sihh"
Tiba tiba HP ku terbang dari tanganku. kutatap ngeri orang yang sudah berdiri di hadapanku sambil memegang HPku.
"Pak Jody...."
"Hallo, Kevin..." Ujar Pak Jody menyeringai
TIDAKKK!!! (>,<)
=======================================
Pukul 14.00
Sialan, gara gara Pak Jody ngomel ngomel di kantor, dan gamau ngasihin HPku, aku terpaksa jadi pulang telat. Udah gitu tadi aku seharian jadi disuruh ngeberesin taman sekolahan, diliatin anak anak lagi. Padahal tadi aku sudah janji mau pergi kerumah Alvin. tapi sekarang bajuku jadi kucel dan kotor karena kena keringat.
Kukebut motorku hingga aku sampai di depan pagar Alvin.
Kutekan bell rumahnya.
Tidak ada yang membukakan pintunya.
Kulihat pelatarannya, yang ada hanya motor CS milik Alvin bertengger di depan garasinya.
Apa ga ada orang ya? Bukannya Alvin lagi sakit ya? Tapi pintunya kebuka kok.
Kubuka perlahan pagar rumahnya. Kutuntun masuk kendaraanku ke dalam rumah Alvin.
Kujulurkan kepalaku ke dalam rumahnya.
"Permisi...!"
Tidak ada orang? Bahkan pembantu pun tidak ada? Apa aku pulang aja ya?
Setelah berpikir lama, kuputuskan untuk memberanikan diriku masuk ke dalam rumahnya. Toh, keluarganya udah pada tau kalo aku temennya.
Kulangkahkan kakiku ke depan pintu kamar Alvin.
Kuketuk pelan pintunya.
"Alvin...?"
Karena tidak ada jawaban, (Lagi lagi) kuberanikan diri masuk ke dalam kamarnya.
"ALVIN...!"
Aku terkejut dengan pemandangan di depanku.
Alvin tertelungkup di lantai, dengan gelas plastik di tangan kirinya. dan di depannya, beberapa obat penurun demam bertebaran.
Aku segera menyandarkan badannya ke bahuku.
"Astaga, badanmu panas banget...!"
Alvin tampak berkeringat dan nafasnya terlihat memburu.
Aku segera mengambil semua obat yang tercecer di lantai. Kuperhatikan obat obatannya. Hmm, dia kena flu ya? Lemah banget bisa pingsan karena flu?
"Apin, ayo minum dulu..."
Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Akhirnya aku putuskan untuk menuangkan air sedikit ke mulutnya, tetapi Ia tampak tidak bereaksi. Air yang kuberikan jatuh melewati sisi mulutnya.
"Waduh, kenapa ini, dia harus minum obat!!"
Sejenak aku memikirkan cara untuk memberikan obat kepadanya.
#Blush~
Tiba tiba terlintas sebuah cara yang sangat memalukan. Aku merasakan wajahku memanas karena mengingatnya. Tapi, kayaknya cuma itu cara yang bisa kupakai sekarang....
Aku mengambil nafas beberapa kali, dan memasukkan semua obatnya ke dalam mulutku, kemudian aku menenggak air, dan mengarahkan wajahku ke wajahnya.
Ragu...
Aku memejamkan mataku, dan menarik nafas panjang, kemudian segera menempelkan bibirku pada bibirnya.
Wajahku terasa memanas, dan dadaku berdebar kencang! Pikiranku terasa kabur, Aku berusaha keras menenangkan diriku.
Aku membuka bibirnya dengan lidahku, dan segera kualirkan obat dari mulutku ke mulutnya, dan kutiup pelan agar dia menelan obatnya.
Berhasil?
Tidak ada reaksi, Tidak tersedak juga, berarti obatnya sukses menuju perutnya.
Kugendong dia menuju ke kasurnya. Mungkin karena terlalu berdebar, atau karena tadi terlalu lelah dihukum, aku terjatuh ke kasur bersamanya.
Saat ini dia berada tepat diatasku, dan nafasnya tampak mulai teratur.
Lelah. Itu yang kurasakan sekarang.
Kupejamkan mataku, dan kubiarkan diriku rileks. Tubuhnya terasa sangat hangat menyentuh tubuhku. Kubelai pelan rambut Apin, Aku merasa sangat bahagia, entah kenapa. dan aku pun ikut terlelap.
=======================================
Kevin's View
"Kevin?!"
Sebuah suara menyadarkanku dari tidurku. Kukerjap kerjapkan mataku.
"Mhh...?"
"Kevin, kita kenapa ya...?"
Astaga! Aku tertidur! dan posisi kami benar benar aneh! Aku tertidur setengah duduk, dan Alvin tertidur di dadaku.
Alvin menatapku dengan bingung. Ia tampaknya tidak menyadari kalau tadi dia pingsan. Ia beringsut menjauhiku, dan kemudian segera memegangi kepalanya.
"Sakit..." Gumamnya.
Aku segera memeluk kepalanya kembali ke dadaku.
"Istirahatlah dulu..."
Alvin tidak melawan pada perlakuanku barusan. Dia diam saja dalam dekapanku.
"Terimakasih, kamu lagi lagi menolongku..."
Aku hanya tersenyum pelan.
"Demammu sudah turun. Kayaknya obatnya manjur yah..."
Alvin mengangguk pelan tanpa menatap ke arahku. Wajahnya dibenamkannya di dadaku. Padahal bajuku lagi bau keringatt
(>,<)
"Kalau dalam keadaan begini kamu terlihat rapuh ya? Padahal biasanya kamu selalu dingin dan jutek"
Ia tidak mengacuhkan perkataanku.
Aku menyenderkan punggungku lebih nyaman lagi, dan kubelai pelan rambutnya.
"Aku menikmati saat saat seperti ini. Tidak tahu kenapa Pin, tapi aku merasa senang saat kamu ada disampingku..."
Tiba tiba Alvin langsung menarik kepalanya dari dekapanku.
Ia menatapku tajam.
"Maksudmu..?"
Aku langsung salah tingkah saat dia menatapku seperti itu.
Wajar lah! Masa Cowok bilang hal seperti itu pada cowok lain! Aduh, jangan jangan habis ini dia langsung ngejauhin aku!
"Maksudku, enak aja, kan kalo begitu rasanya nyaman. Bener kan? Katanya manusia mengeluarkan hormon tertentu yang bikin perasaan jadi tenang saat berpelukan!"
Alvin masih menatapku tajam. Aku kehabisan kata kata. Tampaknya tatapannya sudah membekukan pikiranku.
Tiba tiba HP Alvin berbunyi.
Sejenak matanya melebar saat ia memeriksa HPnya.
"Email" Ucapnya singkat.
"Dari keempat Bishop yang lain. Mereka bilang mereka tidak mendapati adanya tentara bayaran di Distric mereka, tetapi mereka mengakui bahwa memang sangat banyak tentara bayaran yang ada di Central."
Aku mengangguk pelan. Aku menghela nafas lega. Email barusan tampaknya sudah menyelamatkan mukaku dari tatapan dingin Alvin!
"Yeah, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Dia menganggkat bahunya
"Tidak tahu, kita masih belum tahu apa tujuan mereka. Aku merasa ada orang dalam yang terlibat dalam masalah ini. Untuk sementara persiapkan semua pasukan kita. Dan jangan sampai pergerakan tercium bahkan oleh teman sendiri. Aku mau online sebentar lagi. Aku ada janji bertemu seseorang hari ini."
Aku mengangguk pelan, walau sebenarnya ingin bertanya siapa orang yang ingin ditemuinya.
"Aku juga pulang aja, Keliatannya kamu udah sehat sekarang. Oh Iya, Tadi aku langsung masuk ke rumahmu. Soalnya tadi ga ada orang."
Alvin hanya mengangguk sambil lalu, dan berjalan ke arah kamar mandinya. Oh NO! Dia mau mandi lagi!
Aku harus cepat cepat cabut sebelum aku salah tingkah lagi!
"Aku pergi dulu ya!"
Bergegas aku mengambil motorku dan langsung tancap gas.
Sepanjang jalan, aku ga bisa menyembunyikan senyumku sambil mengingat ingat semua kejadian yang barusan terjadi.
Alvin, Ada apa sebenarnya dengan perasaanku padamu?
=======================================