It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Btw biar rame coba undang mention nama temen2 pembaca yg laen, biar rame.. Kayaknya byk yg jd silent reader deh...
aku baru kok disini jadi ga gt kenal smua
belum lg td aq liat ada thread yang diserang dijelekin gt
jadinya takut juga
ga yakin ni crita lulus badan akreditasi
XD
"Huamh...."
Aku menguap lebar. Karena tadi sakit, sampai sekarang badanku masih ga enak.
Sial.
Padahal hari ini aku sudah janji sama Yue.
Kulirik jam dinding yang daritadi berdetak mengisi keheningan kamarku.
Pukul 16.57. Tampaknya aku tadi tertidur cukup lama di pelukan Kevin.
Oh iya. Kevin.
Kenapa dia bisa sampai memelukku?
Nyutt...
Ahh, kepalaku masih sakit. Aku ga bisa mengingat kejadian yang terjadi tadi sore. Yang pasti bergitu aku sadar, aku udah ada di atas Kevin, dan dia tertidur sambil memelukku.
"Anak aneh, tiba tiba datang, tiba tiba pergi"
Aku menghela nafas.
Entah kenapa, Kevin akhir akhir ini selalu ada saat aku berada dalam masalah, dan entah kenapa, masalahku selalu selesai saat aku berada di dekatnya.
"hmm....."
Akhirnya aku berjalan ke depan komputerku, kukenakan Google, Headphone dan Reseptorku, dan aku masuk ke dalam game ku.
=======================================
Arsais's View
Mataku mengerjap karena cahaya terang yang menyerang masuk ke dalam mataku.
"Sial, harusnya kemarin aku ga logout di depan jendela!"
Aku berlalu sambil mengucek ucek mataku yang masih perih karena masih terkena efek dari sinar matahari tadi.
"Selamat siang, Bishop!"
Kuputar tubuhku, Axel rupanya.
Dia tersenyum manis kepadaku, dia masih memegang sebungkus coklat, mungkin dari hadiah yang kuberikan kemarin.
"Axel..."
Dia tampak berlari lari kecil ke padaku
"Bishop datang hari ini? Sir Caesar bilang Bishop sakit. Kok bisa online? Jangan dipaksakan lho! Lebih baik jangan berburu dulu. Kalo lagi sakit nanti efek dari Reseptor mungkin bisa bikin tambah sakit!"
Aku menghela nafas
"Cerewet. Aku tahu itu..."
Axel tersenyum manis kepadaku
"Baiklahh, Jaga diri oke! Oh iya, Bishop, aku izin untuk pergi beberapa hari, bolehkah?"
Aku mengangguk pelan
"Kamu mau kemana?"
"Mau jalan, ada benda yang mau aku cari"
Aku kembali mengangguk padanya, dan dia membalasnya dengan senyum lebar.
"Terimakasih!"
Dia pun berlalu pergi sambil asik dengan cokelatnya.
"AH!"
Ternyata daritadi ada sebuah pesan di dalam kotak suratku, tapi aku tidak menyadarinya!
Kutekan icon surat yang muncul, dan sebuah pesan muncul di hadapanku
Message From: Yue
"Hei, Arsais! jangan lupa ya hari ini! Aku tunggu kamu di depan penginapan besar di kota."
Compose Message
To : Yue
"Okay... "
Kota Midlake ya....
Lumayan jauh dari sini. Aku harus pergi ke North Wall dan melanjutkan pergi berjalan kaki kesana, karena disana ga ada Teleport Point.
Kubuka tasku, kupandangi seikat anak panah yang kemarin aku beli bersama dengan panah untuk Axel.
Semoga dia menyukainya!
=======================================
Arsais's View
Midlake Village
Daerah yang damai ya, tampaknya desa ini ga banyak dikunjungi orang. Daerahnya juga agak sulit dicapai.
Aku mencari dengan teliti. Kota ini memang tidak terlalu besar, tapi semua bangunan disini tampaknya bentuknya hampir sama.
"Arsais...!"
Aku melongokkan kepalaku
"Yue..."
Yue tampak berjalan ke arahku dari sebuah bangunan beratap kayu yang berlumut dimana mana. Ia berjalan hingga berada tepat di depanku.
"Maaf membuatmu menunggu..." Ucapku
Dia tersenyum. Senyumnya khas, begitu lembut dan menenangkan. Tanpa tunggu waktu lagi, dia segera mengamit tanganku dan membawaku ke sebuah restoran tua di ujung kota.
Kami masuk ke dalam restoran itu dan mengambil tempat duduk di dekat jendela kayu dengan beberapa lumut menjulur dari atasnya.
"Jadi, bagaimana? Kamu suka tempat ini?"
Dia mulai membuka permbicaraan. Aku yang sedang asik membaca menu langsung mengarahkan lirikanku padanya.
"Kota yang tenang. Sepi sekali. Bagaimana kamu bisa tahu tempat ini?"
Dia kembali tersenyum. kemudian memindahkan tangannya ke bawah meja
"Aku berasal dari kota ini.."
"Err, maksudmu ini Born Pointmu?"
"Yeah, di kota inilah aku memulai permainanku di game ini. lagipula, aku menyukai kota ini. Kau tidak menyukainya?"
Aku menggeleng cepat.
"Tidak, hanya saja, kota ini sepi sekali."
"yeah, memang, tapi aku suka berada disini"
Dia menatap ke luar jendela dengan tersenyum. Aku tertegun menatap wajahnya. Dia benar benar membuatku tertarik! Dadaku berdebar kencang saat aku menatapnya.
Ia menatapku, senyuman lembutnya masih terus setia melengkapi wajah manisnya.
"Bagaimana dengan masalahmu..?" Ujarnya kemudian
Aku mengangkat bahuku
"Entahlah. . . . ."
Dia kembali tersenyum lembut kepadaku.
Aku merasakan wajahku mulai memanas.
"Aku sudah tidak mencintainya lagi. Tapi aku ingin memenuhi janjiku kepadanya..."
Dia menatap tajam setelah mendengar sepotong kalimat itu.
Aku merasa salah tingkah saat aku berada bersamanya.
"Aku... Aku senang berada di dekatmu..."
Kata kata yang masih belum kupikir matang langsung meluncur keluar dari mulutku
"Aku selalu ingin berada di sampingmu, aku nyaman saat kau tersenyum padaku..."
Mulutku bergerak sendiri! Aku ga bisa mengontrolnya! mulutku mengeluarkan rentetan kata kata yang aku sendiri terkejut mendengarnya.
Yue melebarkan matanya saat menerima kalimat barusan, tetapi ia langsung tersenyum kepadaku.
"Begitukah? Aku juga senang aku mengenalmu!"
Dia memegang tanganku, dan menatapku dalam.
Aku langsung salah tingkah dibuatnya!
Deg Deg Deg Deg
Ahh, Aku balikkan wajahku. Aku ga mungkin menunjukkan wajahku sekarang! Wajahku sekarang pasti merah banget!
"Kenapa kamu membuang muka?"
Aku menatapnya lekat. Terlihat wajahnya juga bersemu merah
"K..kamu?"
Aku menatapnya. Dia menundukkan kepalanya, dan mengarahkan tanganku ke dadanya.
Deg Deg Deg Deg....
Dia, Berdebar debar?
Kurasakan wajahku semakin memanas di hadapannya
"Tapi, aku laki laki,,,," Ucapku terbata bata
"Yeah, kamu laki laki, lalu kenapa? Apakah menyukai seseorang harus melihat gendernya?"
Kata katanya barusan membuatku tersentak.
"Kamu... Gay..?" Ucapku hati hati
"Tidak, tapi kalau memang orang yang kita sukai adalah laki laki, mengapa harus dipermasalahkan?"
Ia masih menundukkan kepalanya saat mengatakan hal tersebut. Kulihat nafasnya naik turun
Aku tersenyum senang.
Untung di restoran ini hanya ada kami dan NPC penjualnya.
Tiba tiba dia sudah memelukku dengan lembut.
Aku hanya membatu saat menerima pelukannya. Tapi akhirnya aku membalas pelukannya.
"Aku, kupikir aku menyukaimu..."
Kata kata itulah yang terlontar keluar dari mulutku.
Aku sudah tidak bisa berpikir lagi.
Senyumannya, dan semuanya, benar benar membuatku gila!
Kulepaskan pelukannya dariku. Aku kuatir jika diteruskan dadaku akan meledak! Dia menatapku dengan senyuman lembutnya.
Kurogoh tas ku, dan kuserahkan panah yang kemarin aku beli kepadanya.
"Nih, Magic Arrow..."
Aku mulai bisa menguasai diriku lagi.
Dia menatap panah yang kuberikan seakan akan mempelajarinya
"Itu, Aku belum pernah melihat benda ini?"
"Yeah, ini hanya bisa dibuat oleh Craftsman Harmonia, dan ini tidak bisa dibeli secara bebas. Hanya orang tertentu yang bisa mendapatkannya"
"Kamu bisa mendapatkan ini?"
"Yeah, anggap saja aku beruntung karena bisa mendapatkannya. Lagipula itu panah yang cocok untuk busurmu. Kupikir sampai sekarang hanya ada dua orang yang memilikinya termasuk kamu..."
"Terimakasih,...!"
Aku tersenyum simpul. Dia menyimpan benda itu kembali ke dalam tasnya.
"Siapa nama aslimu...? Boleh aku tau? Namaku Alvin..."
Ucapku takut takut.
Dia segera mengusap rambutku, dan tiba tiba dia mencuri cium pipiku
"Namaku Jyo, Dari Giovanny, tapi biasanya aku dipanggil Jyo..."
Ia segera membuang muka dari hadapanku
Aku masih mematung
Dia menciumku?
Rasanya aku pasti sudah gila sekarang!
"Jyo, Aku, Aku mau pulang dulu...."
Dia mengangguk pelan
"Aku juga pergi kalau begitu."
Aku memutar tubuhku dengan cepat, dan aku segera berlari pergi, meninggalkannya begitu saja.
Aku ga bisa menahan detak jantungku lagi!
Aku harus pergi!
=======================================
Silver's View
"Jadi, apa yang kau mau...?"
Ucap seorang lelaki berpakaian Cokelat. wajahnya sangat kaku dan keras, dia terlihat dingin dan licik.
"Aku mau, kau mencari cara untuk menyerang Harmonia..."
Seseorang lagi dengan mantel dan kerudung berwarna putih keemasan, wajahnya ditutupi dengan mantel itu untuk mencegahnya dikenali
"Tapi, Bukankah perjanjian damai baru saja dibuat? Dan kau meminta kami untuk menyerang Harmonia?"
"Yeah. Aku tidak memintamu untuk menyerang habis Harmonia. Aku hanya mau kau meluluh lantahkan Valerie Distric" Ujar lelaki berjubah putih itu hati hati
Lelaki berbaju cokelat itu tertawa keras.
"Kau tau, memecahkan perang antara dua negara bukanlah urusan mudah..."
Lelaki berjubah putih itu mengangguk
"Aku tahu. Begitu kau menghabisi Valerie beserta Arsais, Perjanjian damai baru akan segera dibuat. Kau adalah anggota parlemen di Aronia, kupikir untuk memperngaruhi anggota lain bukan pekerjaan sulit untukmu kan?"
Lelaki berjubah cokelat itu menatap tajam
"Arsais..? Jadi dia yang kau inginkan?"
"Yeah, dia selalu menghalangi pergerakanku..."
"Begitukah? Lalu apa yang akan aku dapatkan sebagai ganti kekacauan yang akan terjadi?"
"Aronia boleh menduduki Valerie Distric."
Lelaki dengan jubah cokelat itu kembali tertawa keras.
"Kau tahu, Valerie Distric bukanlah hal yang menarik bagi kami, apalagi, Cardinal juga tidak menyukai peperangan. Akan sulit bagiku untuk memenuhi keinginanmu."
Lelaki berjubah putih itu menatapnya tajam
"Aku yakin kau akan menerimanya..."
Lelaki berjubah cokelat itu pun berdiri dari kursinya dan terkekeh
"Ya, memang. Ini adalah hal yang menarik! Lagipula, aku masih belum membalas kekalahan telak kami di hadapannya..."
Lelaki berjubah putih itu tersenyum puas.
Ia segera berdiri dan pergi meninggalkan lawan bicaranya.
Ia membuka pintu dan berjalan keluar. Tampak lambang Harmonia berwarna emas berkilatan pada pakaian putihnya saat jubahnya tersingkap ditiup angin...
@adam08 , @petertomasoa , @eldurion , @rulli_arto , @yunjaedaughter , @Different , @Fabian_nataka , @julian05 , @aries77 , @joenior68 , @adhiyasa , @cevans , @revian97 , @Fendy_Adjie , @Wooyoung , @05Nov1991 , @AwanSiwon , @Monic , @idans_true , @faradika ..
Makasi..maap jika mengganggu..
Expeliartensi!!! Vallaz!!!
>,<
@adhiyasa @petertomasoa terimakasih udah datang. Malam ini saya lanjut ceritanya...
Selamat datang
^^
"Darimana saja kamu?"
Arsais hanya melirikku sejenak, kemudian langsung meneruskan langkahnya memasukki aula utama
"WOI, KEMANA AJA KAMU!"
"Jalan jalan."
Ia duduk di takhtanya di tengah aula utama
Aku hanya bisa menggeleng pelan melihat sikapnya.
Walau sebenarnya dia orang yang baik, tapi tetap saja kelakuannya kadang bener bener menyebalkan!
"Paling tidak kamu bisa kasi tau aku lewat message kalo kamu memang mau pergi kan. Kamu harus ingat jabatanmu disini. Kamu bukan orang biasa! Kalau tiba tiba terjadi apa apa seperti di North Wall, semua pasukan pasti kelabakan!"
Aku menatapnya tajam.
Dia tidak terlihat menggubris kata kataku, tatapannya menerawang sambil memainkan surai topinya.
Secara tiba tiba arah pandangannya mengarah padaku.
"Caesar, kau dapat perkembangan baru tentang mercenary di Central Distric?"
Aku menghela nafas. Anak ini! Kalau ada keperluan baru angkat bicara. kepalanya kayaknya terlalu penuh dengan berbagai urusan, sampai sampai dia ga bisa dengar orang berteriak di samping telinganya.
"Aku sudah mengirim beberapa orang untuk memeriksa keadaan Central. Tampaknya memang aneh. Pasukan Mercenary dalam jumlah besar menyebar di berbagai kota di Central, tetapi, Tidak satupun ditemui dalam radius 10 KM dari Great Shrine, tempat tinggal Lord Marty...."
Alvin tampak melebarkan matanya. Sejenak ia melihat ke arah jendela, alisnya tampak berkerut. Ia tampak memikirkan hal yang sangat sulit.
"Tidak mungkin...." Gumamnya pelan....
"Bagaimana dengan keadaan Royal Guard dari Central Distric?"
"Tidak terlihat ada perbedaan, semuanya terlihat biasa biasa saja."
"Apa kau memperhatikan para Shrine Templar?"
Aku mengerutkan keningku
"Apa maksudmu? Aku tidak memeriksa sampai kesana. Tu, tunggu dulu! Kau pikir seseorang dari Great Shrine terlibat?"
Dia menggumam pelan, kemudian kembali berbicara
"Yeah, itu yang saat ini aku curigai. Keempat Bishop lain tampaknya tidak terlibat dengan hal ini. Bisa kau atur pertemuan rahasia antara aku dengan mereka?"
Aku mengangguk pelan
"Termasuk dengan Bishop Arvyn?" Tanyaku
"Yeah, dia mungkin rivalku, tapi dia tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini."
Aku mengangguk pelan. Tampaknya dia puas dengan jawabanku, dan segera menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.
"Ah, Caesar, bagaimana menurutmu tentang Axel?"
Kali ini tatapannya terlihat santai, dan menatapku dengan ingin tahu
"Maksudmu bagaimana? Tentang kemampuannya? Dia sudah banyak berkembang kurasa..."
Alvin menggeleng pelan.
"Maksudku, tentang dirinya. Menurutmu dia bagaimana?"
Sejenak aku berpikir.
"Dia anak yang manis. Kupikir. Selama aku bersamanya dua hari kemarin, dia tampak sangat memperhatikanku."
"Dan menurutmu? Kamu senang berada didekatnya?"
Aku menatap bingung ke arahnya. Dia tampak menyadari kebingunganku, dan segera memalingkan mukanya.
"Aku senang berada di dekatnya, paling tidak, dia anak yang menyenangkan untukku...!"
Alvin tersenyum padaku untuk pertama kalinya.
"Bagus, mulai sekarang aku mau kamu terus ada di sampingnya."
"Kenapa? Bukannya kamu lebih perlu aku ya?"
"Tidak, Dia lebih memerlukanmu daripadaku..."
Dia segera berlalu pergi dari aula utama.
Aku mengikutinya pergi dari aula utama. Apa yang ada dipikirannya? Dia selalu sulit untuk ditebak! Mengapa dia bertanya tentang Axel sampai sedalam itu? Apa dia menyukai Axel? Tidak mungkin, Setahuku Alvin memang tidak pernah punya cewek. Tapi tidak mungkin kan dia suka sama cowok?
Wajah tersenyumnya kembali terlintas di benakku saat dia membeli anak panah untuk Axel.
Apa dia memang benar menyukainya? Aku harus mengetahuinya!
Rasa cemburu menjalar di hatiku. Aku tidak tahu kenapa aku merasa begini. Perasaan ini ga seharusnya ada! Kami bertiga teman baik! Kenapa aku cemburu dengan pertanyaan Alvin barusan?
Aku berjalan keluar, Aku berpapasan dengan Axel yang menggendong sebuah tas besar. Busur serta berberapa Tongkat tersimpan rapi di belakang punggungnya.
Aku menatapnya tajam. Aku merasa tidak senang saat aku melihatnya.
Axel tersenyum manis ke arah kami berdua. Alvin hanya menatapnya sebentar kemudian langsung berlalu
"Hati hati dijalan..." Ucapnya singkat kemudian langsung berlalu pergi.
Hah? Memangnya Axel mau kemana? Kok aku ga tahu? Kok Alvin bisa tahu? Memangnya ada apa?
Aku menatap Axel dengan tatapan dingin. Ia menatapku sebentar, kemudian Ia melepaskan pandangannya. Dia menundukkan kepalanya dari wajahku.
"Kenapa kau menghindar dari pandanganku..?"
Dia menggeleng pelan,
"JAWAB! KAU MAU KEMANA? KENAPA ALVIN BISA TAHU KAMU MAU PERGI?"
aku meremas kerah bajunya dan langsung menariknya. Dia tersentak dan langsung menatapku, Wajahnya merah bersemu, tapi kecemburuanku sudah membutakan mataku
"APA?"
Tubuh kecilnya tergantung diudara saat aku mencengkram kerahnya.
Aku mengguncang tubuhnya dengan keras
"S...Sir Caesar..." Suaranya terdengar bergetar menahan sakit.
"AKU, Aku gurumu, dan kau tidak memberitahuku apa apa?" Geramku
Kecemburuanku karena prasangkaku telah menguasaiku.
Tes..
Tanganku basah...?
Aku mendongakkan kepalaku ke arahnya. Segaris basah bekas air mata tampak jelas di wajahnya.
Sejenak kemudian, ia mendongakkan wajahnya.
kurasakan sesuatu berdetak kencang di punggung tanganku
Detakan jantungnya? Aku beru menyadarinya...
Dia menatapku dengan tatapan yang sangat tertekan
"Ma,,, Maafkan Axel... Axel minta maaf...."
Aku tersadar dari kemarahanku. Cengkramanku terlepas dan dia terjatuh ke lantai.
Sejenak Axel tak bergerak dari posisinya, isakannya masih terdengar pelan.
Mulutku seakan terkunci rapat. Aku membatu di posisiku.
Axel berdiri dengan susah payah. Dia terbatuk batuk, kemudian ia memelukku pelan...
Kurasakan detakan jantungnya semakin keras saat dia memelukku.
Sejenak setelah memelukku, Ia tersenyum dengan wajahnya yang masih berantakan dan berjalan pergi meninggalkanku tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Aku masih membatu.
Apa yang sudah kulakukan...
BUAK!
Kupegangi pipiku, dan aku menoleh ke sampingku.
Alvin...?
Dia memukulku?
"Kau....." Dari nada bicaranya, tampak jelas dia benar benar menahan amarahnya
"Kau belum mengenalnya.." Ucapnya pelan.
Alvin baru akan berjalan pergi saat dia menyadari ada sesuatu di lantai.
Alvin memungut sebuah peta, tampaknya milik Axel, Ia memusatkan matanya ke sebua daerah yang dilingkari oleh Axel.
"Collosus's Hall..." Ucapnya pelan.
"Stevan...!" Teriaknya lagi
Seorang lelaki berpakaian besi segera datang dan membungkuk padanya.
"Apa kau tahu apa yang dilakukan Axel dari tadi siang selama aku pergi..?" Alvin berbicara dengan nada geram. Tampaknya dia masih menyimpan amarahnya
"Bishop! Dia daritadi berkeliling istana bertanya ke semua orang dimana dia bisa mendapatkan Warlord's Suit, Armor untuk Strategist. Tadi aku memberitahunya lokasi mendapatkan Armor itu, Aku sudah melarangnya kesana, tapi dia berkeras ingin pergi kesana!" Ucap lelaki yang dipanggil Stevan oleh Alvin
"BODOH!" Alvin melampiaskan amarahnya
"Bahkan aku pun berpikir dua kali untuk pergi kesana! Kau tahu dia bisa terbunuh disana?" Ucapnya kembali sama geramnya
Penjaga itu menundukkan wajahnya tanpa berani memandang Alvin yang sedang murka.
Alvin menggertakkan giginya, dia memutar tubuhnya dan berjalan ke arahku. Aku tertunduk tanpa berani membuka suara.
Sejenak Alvin menatapku. Walau aku tidak melihatnya, tapi aku tahu dia sedang menatapku.
Sejenak kemudian, Alvin berlalu pergi meninggalkanku.
Tubuhku terasa dingin, kepalaku terasa berputar. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan sekarang. Rasanya aku ingin menghilang pergi dari sini...
Mohon maaf jam segini baru updatee
Karena tadi di telepon, jadi ketunda deh updatenyaa
:P
@PrinceOfBlackSosh wah namanya ganti jadi susah diketik
XD
Siap lanjutkan!
@adhiyasa (O.o)
@revian97 naa, revian! Datang kesini juga! Ah, aku baca ceritamu, tapi sekarang kok hilang ya?
"Apin!"
Alvin baru keluar dari mobilnya saat dia melirik ke arahku.
Aku sengaja menunggunya hari ini. Aku sengaja datang pagi untuk menunggunya datang ke sekolah
"Alvin! Hei.."
Dia menatapku sekilas dan langsung berjalan melewatiku.
Dia memang cuek, atau dia masih marah sama aku ya?
Aku berlari mengikutinya berjalan ke dalam kelas
"Alvin, sudah selesai PRnya? Hari ini keseniannya kita sekelompok ya?"
Pertanyaan yang sebenarnya ga perlu aku ajuin, karena si malas ini jelas ga ngerjakan PRnya dan kami memang selalu sekelompok di kesenian. Aku hanya mau melelehkan suasana yang membeku di antara kami.
"......"
Dia berhenti dan menatapku dingin. Tidak seperti tatapan santainya yang biasa. Sejenak kemudian dia memasang kembali headsetnya dan berjalan meninggalkanku ke kelas.
Sepanjang hari selama di kelas dia juga ga ngomong apapun ke aku. Yah, walaupun dia memang jarang ngomong, tapi paling nggak kadang dia menjawab perkataanku, walau itu cuma Ya, Enggak, atau Bego amat (-_-")
"Alvin, kamu masih marah sama aku...?"
Alvin masih tetap asik dengan bukunya. Dia berpura pura enggak mendengar perkataanku sama sekali karena dia pake headset. Padahal aku tahu itu adalah salah satu caranya dia untuk menghindar kalau dia sudah merasa jengah atau malas untuk meladeni sesuatu
"Alvin, maaf, aku kemarin ga bermaksud begitu..."
Dia masih tetap tenggelam dalam bacaannya.
Aku perhatikan buku yang dibacanya. Buku Matematika? Buku matematika dibaca? Ni anak mau sok pinter malah keliatan begonya... (=_=")
"Alvin, maaf, aku cuma ga suka aja kemarin si Axel dekat dekat kamu...."
Alvin melebarkan matanya, tetapi tetap asyik membolak balik halaman bukunya. Sekarang dia malah lagi membaca soal uji kompetensi (-_-'). Sebentar lagi dia pasti baca Daftar Isi deh...
Aku memegang bahunya. Dia tetap tidak menggubris perkataanku.
"Alvin, aku cemburu ama Axel..."
Detakan jantungku kembali menguat saat aku mengatakan hal itu. Aku takut dia akan menjauhiku saat aku mengatakan perasaanku padanya
"Aku cemburu! Aku kan Komandan pertamamu! Aku juga udah ketemu kamu lebih dulu daripada dia, tapi kenapa keliatannya kalian lebih dekat sih!"
Plokk!
Alvin menamparku pelan dengan Buku Matematika yang tadi dibacanya.
"Bodoh...."
Akhirnya, Kata kata pertama dari bibirnya~! Walaupun cuma "Bodoh..." (-_-)
Aku menatapnya bingung.
"Dia lebih dekat padaku?" Dia menghela nafas pelan
"Kamu harus lebih memperhatikan keadaan sekelilingmu!"
Aku menatapnya bingung.
"Aku cuma ga suka kamu dekat sama dia. habisnya, kamu sering tanya tanya soal dia ke aku..."
Alvin memalingkan mukanya ke arah jendela
"Aku bertanya bukan karena aku ingin tahu, tapi agar kau tahu... Seperti aku menyadari apa yang ada didalam kepalamu, Kevin..."
Apa? Apa yang dia ketahui?
"Maksudmu...?"
Dia hanya menghela nafas pelan, dan kembali membaca bukunya
"Bodoh..." Gumamnya pelan
=======================================
Axel's View
"Haaa... Haa....... Haahh......."
Nafasku masih belum bisa kukontrol. Aku bersembunyi di sudut ruangan yang hampir seluruhnya terdiri dari batu berwarna putih. Batu apa ya namanya?
AHH! Ga penting mikirin itu!
Kugenggam erat tanganku, Darah mengucur deras dari lenganku. Kedua kakiku juga sudah mencapai batasnya. Kakiku sudah ga bisa digerakin lagi. Darah tampak menetes dari sepatuku.
"Perihh..."
Aku hanya bisa meringis.
Ahh, Tolong.... (T_T)
===============flashback==================
Aku memandangi wajahnya tanpa berkedip. Aku menyukainya! Yea! Maksudnya bukan suka kayak aku suka ama coklat atau apa lho. Aku suka dia, aku pengen peluk dia!
Tapi aku takut, soalnya kalau dia ga suka nanti dia bakal marah sama aku!
Sejenak aku menyimak pembicaraannya dengan Bishop
"Yahh, gapapa deh, aku sih pengen beli Warlord Suit, tapi dimana mana ga ada yang jual..!" Ucap Sir Caesar
Hmm? Sir Caesar mau Warlord Suit?
Aku harus dapat Warlord suit! >:3 Kalo aku kasih ke Sir Caesar dia pasti bakal senang! Tapi dimana aku bisa dapatnya yahh?
"Caez, antar aku ke Craftsman di Central. Kita pergi berdua. Axel, kamu ikut! Aku mau belikan anak panah untuk hadiah kenaikan Job mu"
He? Bishop mau pergi ke Central? Kebetulan....! Aku bisa cari Warlord Suit! Pasti kalo di Central ada Player lain yang jual!
Aku berjalan sambil bersiul mengikuti mereka.
Yes! Aku pasti bikin Sir Caesar senang! Dengan begitu dia pasti bisa sedikit melirikku daripada Bishop!
Sesampainya di Central aku ga menyia nyiakan waktuku.
"Bishop, boleh aku pergi sebentar? Ada yang ingin aku cari..."
Kataku hati hati pada Lord Arsais, takut kalo dia marah (>,<)
Dia membalas perkataanku dengan anggukan kecil, pertanda ia mengizinkanku untuk pergi
"Hati hati, kalo kamu tersesat kirim message aja oke?"
Sir Caesar menatapku dengan tampang kuatir.
Deg Deg Deg Deg.
Aku ga tahan kalo disuruh liat mukanya! Aku langsung mengangguk dengan gugup dan berlari menjauh. Huffh, Dadaku rasanya deg degan tiap dia tersenyum ke arahku!
Aku menyusuri setiap jalan yang ada di L'Entracte. mencari Warlord Suit untuk Sir Caesar. tapi... Warlord Suit itu yang kaya gimana yahh?
Aku berjalan di sepanjang pasar dan menanyai setiap orang yang duduk berjualan, tapi aku ga menemui satupun yang menjual Warlord Suit! Aku menyeka keringatku. Ahh, kalo ga ketemu gimana nih,, batal deh rencana merebut hati Sir Caesar!
Mendadak perhatianku tertuju pada seseorang yang duduk di gang kecil di pasar
"Om, Itu Warlord Suit yah omm? Aku menunjuk baju yang keliatannya kereeen banget.
Orang yang aku tanyai mengangguk dan memperlihatkan pakaian berwarna merah itu kepadaku
"Wahh, bagus yah, pantes Sir Caesar naksir! Om, ini berapa om? Kasi murah ya om!" Aku melemparkan seyum termanisku kepadanya
"3.000.000 potch deh, harga pas!"
Mataku membelalak mendengar harganya
"Om ah! Mau jualan apa mau rampok nih! Serius om!"
Tiba tiba omnya langsung sewot marah marah
"Dipikir baju maenan apa! Ini juga udah murah! Kalo gatau harga ya gausah beli!"
Wew! Si om marah marah sendiri! Kurogoh dompetku dari tasku, dan kuhitung uang yang ada disana...
"1...2...3... Seratus ribu potch, tambah dua puluh ribuan...."
Aku merogoh saku kiri dan kananku
"Seratus tiga puluh ribu potch. Ini juga udah hasil berburu dua hari ama Sir Caesar...."
Aku menggerutu kesal.
Haah, Ga mungkin kebeli dehh, Si Om nya juga udah sewot ama aku, nanti kalo aku nanya lagi jangan jangan aku dihajar~!
Aku berkeliling jalan di seluruh central dengan langkah gontai.
Selain si om om sewot yang tadi, ga ada lagi yang jualan Warlord Suit! Hmph......
Tanpa kusadari hari sudah jadi gelap.
Kupicingkan mataku yang sudah sipit karena seharian kejemur matahari aku mencari sosok kedua atasanku. Aku takut ditinggal soalnya ini sudah sore banget!
Itu Bishop dan Sir Caesar! Mereka tampak memperhatikan kiri kanan mereka dengan seksama.
Aku berlari ke arah mereka
"Ah, itu Axel!" kudengar Bishop berkata dari kejauhan
Kayaknya aku dicariin ya?
Aku menatap mereka dengan senyum berkembang.
"Axel, tuh, Caesar punya hadiah buatmu!"
Bishop tiba tiba berkata sambil menatap ke arah Sir Caesar.
Sejenak Sir Caesar tampak bingung, tapi kemudian dengan ragu ia menyerahkan sebuah bungkusan merah kepadaku.
"Wahh, Sir Caesar! Makasih!" Ucapku cepat
Sir Caesar memberiku banyak permen dan seikat panah mahal!
Aku bakal simpan ini jadi harta karunku!
Hadiah dari Bishop juga aku simpan. Kan Bishop juga udah iklas mau kasi aku! Jadi ya aku terima dong!
Tiba tiba Sir Caesar mencubit pipiku dan menatapku dengan wajah gemas
Aaa! >,< Dadaku mau pecahh! Aku segera memalingkan muka untuk menyembunyikan wajahku!
Aku masih deg degan selama perjalanan pulang.
Sir Caesar hari ini bener bener mencuri hatiku!
=======================================
Hari ini aku harus mencari dimana aku bisa dapat Warlord Suit! Sir Caesar mau Warlord Suit, aku harus dapat Warlord Suit!
Setelah dapat izin pergi dari Bishop, aku menanyai setiap orang dimana aku bisa dapat Warlord Suit. Dan, Lucky! Salah satu penjaga bernama Stevan tahu tempatnya!
Dia memberitahuku soal Warlord Suit dan juga tempat aku bisa mendapatkannya. Dari Monster, Namanya Greater Collosus. Dari namanya keliatan serem sih.
Penjaga itu melarangku untuk pergi kesana.
Tapi, kalo aku ga kesana, nanti ga bisa dapat Warlord Suit dong! Jadi aku putuskan kalau aku harus kesana!
Sore harinya, aku sudah selesai bersiap siap. Aku menyimpan Busur dan Tongkatku di punggungku dan menyiapkan semua bekal keperluanku. Aku harus mulai berangkat malam ini! Soalnya tempatnya jauh! dan harus ditempuh dengan jalan kaki.
Saat aku akan pergi, aku berpapasan dengan Lord Arsais dan Sir Caesar.
Kenapa sih mereka selalu berduaan. Hmph.
Ah sudahlah, yang penting aku harus mencari Warlord Suit untuk Sir Caesar!
"Hati hati dijalan" Ucap Bishop sambil lalu.
Pasti dong! Aku udah siap siap sebaik baiknya, aku udah bawa banyaak banget barang dalam tas besarku. Ngangkatnya aja udah mati matian.
Aku meletakkan tasku sejenak, dan menyelipkan peta yang tadi diberikan Om Stevan di sakuku.
Tiba tiba Sir Caesar Sudah ada didepanku, dia menatapku dalam.
Aaa! Aku ga kuat menatap mukanya! Aku tundukkan mukaku, aku berusaha keras menenangkan detak jantungku yang semakin menjadi jadi.
Tiba tiba Sir Caesar mencengkram kerah bajuku dan mengangkatku ke atas
Nafasku sesak...!
Terdengar dia beberapa kali berteriak ke arahku, tapi semua teriakannya terdengar sangat jauh. Aku megap megap berusaha menarik nafas.
"Sir Caesar..." Ucapku pelan. Suaraku hampir menghilang.
Dia malah semakin mengguncang tubuhku.
Kenapa ini? Kenapa dia marah? Apa sebenarnya dia membenciku?
Air mata meleleh dari mataku.
Aku meminta maaf kepadanya. Aku memohon kepadanya
Tak lama kemudian ia melepaskanku, dan aku terjatuh ke lantai.
Aku mengumpulkan nafasku. dan aku menatap wajahnya
Aku ga bisa membencinya!
Aku memeluknya pelan, aku menumpahkan semua rasa sayangku padanya.
Sejenak, aku melepaskan pelukanku dan segera berjalan pergi.
Ada tugas yang harus kukerjakan.
=======================================
Di depan gerbang istana, aku menatap ke belakang sekali lagi.
Leherku masih terasa sakit karena tadi tercekik.
kupaksakan untuk tetap tersenyum, walau aku merasa sangat sakit dengan yang terjadi barusan. Aku bener bener ga ngerti aku tadi salah apa.
"Tunggu ya Sir Caesar! Aku bawakan Warlord Suit pulang!
kuputar tubuhku dan aku menyusuri jalan menuju Collosus's Hall.
=========end of flashback==================
Nafasku mulai tersengal sengal
Kubuka tas persediaanku.
Semua persediaan yang kubawa sudah habis!
Aku mau nangis rasanya! Aku ga nyangka kalau Monster disini kuat kuat banget. Dan sekarang, karena aku tadi lengah, aku jadi terluka parah!
Gimana ini, Apa yang mesti aku lakuin...
Aku terbatuk batuk. Darah keluar dari dalam mulutku.
Badanku udah teralu lemah buat lari keluar, apalagi buat mencapai desa terdekat....
Tiba tiba kudengar sebuah raungan...
Sepasang mata kuning bersinar menatapku dari ujung koridor gelap.
Aduhh, apa ga ada player lain disini, tolong aku!
Kupeluk erat anak panah yang diberikan Sir Caesar padaku.
Greater Collosus yang tadi aku panah tampaknya mengikuti jejak darahku sampai kesini.
Monster itu menatap ke arahku.
Aku beringsut merapatkan diriku ke dinding
"Sir Caesar.... Maaf..."
Monster itu mengangkat kapak besarnya ke arahku
Aku memejamkan mataku dan menegangkan tubuhku
"Aku gagal..."
Sejenak kemudian aku mendengar kapak itu terayun turun.
=======================================