It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Yah, ga' apa-apa sih.... apalah arti seorang @ularuskasurius....
#baru aja mau comment trus baca silent reader go away
T T hiks
dr kmrn silent reader
#kabur pelan pelan...
T T hikss
pdhl critanya rame...
T T
haiiii
***
Bel pulang sekolah bernunyi tiga kali, menandakan KBM di sekolah telah habis.
Aku merapihkan buku-bukuku dan memasukkannya ke dalam tas sebelum akhirnya pulang. Yap, di asrama, kami di perbolehkan untuk keluar hingga pukul 5 sore saja, setelah itu kami harus kembali ke asrama.
Sedikit membosankan, tapi mau bagaimana lagi. Bayangkan saja, kami diperbolehkan keluar hanya 3,5 jam, karena kami pulang jam 1.30 siang.
Ah, sebaiknya aku mengajak Donny main ke mall saja. Daripada tidur siang di kamar, atau ngobrol ga jelas.
Aku melangkahkan kakiku keluar kelas menuju kelas Donny.
"Ken!" ujar seseorang.
Aku menoleh. "Yap!" sahutku. "Apa, joe?"
"pulang sekolah mau kemana?" tanyanya sambil menghampiriku.
"Mau maen aja sama donny ke mall.
“Mau ikut?"
"Ehm, anytime. Aku mau daftar ekskul basket hari ini," jawabnya.
"Oh," gumamku singkat.
"Deluan ya!" ujarnya sambil berbelok arah.
Aku menangguk.
"Don!" sapaku ketika melihat Donny keluar kelas.
"Apa?" jawabnya malas.
"Ih, kenapa sih? Lu don?!" tanyaku heran.
"Ngga kenapa-kenapa," jawabnya malas.
"Ih, kenapa sih, Don?" kataku sambil menyentil jidatnya. "ga usah sok galau deh. Disini ga ada cewe. Atau jangan-jangan?"
"Eh, enak aje. Ga apa-apa! Cuma lagi badmood aja, abis kema marah guru. Dipilih jadi ketua kelas juga! Arghhh” jelasnya.
Aku tertawa. “Kita senasib. Jodoh kali ya!”
“Pale lu,” ujarnya ketus.
“Yaudah, kita jalan yok!” ajakku.
“Kemana?” tanyanya.
“Ke CP, yok!”
“Ehm, ngapain?”
“Nonton kek, makan, jajan. Sekalian cuci mata, hahaha.”
“Okesip! Ehm, tapi traktir yaaa!”
Aku menarik tangannya.
***
Sesampainya kami di Central Plaza di kota ini dengan bus trans. Kami langsung berkeliling di dalam.
“Eh, Jeans PSD-nya lagi diskon tuh,” ujar Donny.
“Emang lu bawa duit,” ujarku.
“Hahaha, ane kan cuma nawarin elu. Sapa tau elu lagi baik hati!”
“Dasar!”
“Kalo nonton, udah telat jam segini. Ini udah hampir setengah tiga,” ujarku.
“Yasudah, makan siang aja yok!” ajaknya.
“Yasudah!” kataku. Kemudian kami berjalan ke salah satu tempat makan yang ada di situ.
“Udah ga usah kesana!” ujar Donny sambil menarik lenganku.
“Kenapa?” tanyaku heran.
“Sudahlah, mendingan kita cari tempat makan laen aja!”
“Ih, kenapa?”
“Liat kesana,” ujar Donny sambil menunjuk ke arah salah satu tempat duduk yang ada di sana.
“Cepet kita pergi!” gumamku. Aku melihat sesosok manusia yang sedang memperhatikanku dari jauh. Aris bersama ke dua temannya.
Aku berbalik lalu berjalan menjauhi tempat itu. Entah kenapa aku sedikit muak melihatnya.
“Sial!” decakku.
Entah apa maksudnya dia melihatku seperti itu? Apa dia ingin membuat perhitungan lagi padaku? Argggh.
***
Sudah 4 hari aku bersekolah disini. Sekolah pilihanku. Karena sekolah ini, aku rela menentang keputusan ayah dan ibuku untuk memasukkanku ke sekolah yang non asrama.
Aku sudah mulai terbiasa dengan segala tradisi di sekolah ini, walaupun baru beberapa hari aku tinggal disini. Seperti bangun pagi, mengantri dan berbagi kamar mandi, membereskan tempat tidur, makan bersama, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Hari ini adalah hari jumat. Aku tak suka hari jumat. Karena, setiap hari jumat, siswa sekolah ini melakukan jalan sehat ke daerah-daerah diluar sekolah. Sedangkan aku? Aku harus berdiam diri di kelas. Bukan karena aku malas atau tak kuat jalan. Tapi, karena aku takut penyakit asmaku kambuh lagi. So sad.
Aku duduk di bangkuku sambil membenamkan wajahku di atas meja. Telingaku sudah kupasng dengan headset yang selalu kubawa ke sekolah. Lagu First Love – Utada Hikaru mengalun lembut di telingaku. Membuatku menjadi mengantuk.
Tiba-tiba kurasakan seseorang mencabut headset di kepalaku.
“Hmm, Apaan?” kataku. Aku mendongkakan kepalaku ke atas untuk melihat 3 orang di hadapanku.
“DIEM LO!” ujarnya persis di depan wajahku. Tiba-tiba Aris mejambak rambutku dan membenturkan kepalaku berulang kali ke tembok. Ukh, aku tak tahu lagi rasanya. Kemudian salah satu temannya memegang erat kedua lengannku agar aku tidak berontak. Aris terawa sinis, lalu dia kembali menyerangku. Monojok perutku hingga sukses membuatku melayang ke udara.
“Hey, bangunlah!” ujar seseorang sambil menggoncang-goncang tubuhku.
Seketika aku langsung terbangun dari tidurku dan mimpi burukku juga lenyap seketika.
“Kau kenapa?” tanya Bobby.
“Aku… aku…”
“Kulihat kau tadi bergumam tak jelas dan bertingkah aneh. Kupikir kau kesurupan,” ujarnya lagi.
“Enak saja!” protesku.
Dia tertawa.
“Kenapa kau ada di sini? Kan jalan sehat?”
“Malas!” jawabnya singkat sambil kembali ke tempat duduknya semula.
Beberapa saat kemudian siswqa-siswa yang jalan sehat sudah kembali ke sekeloah.
Aku iri pada mereka. Pasti seru juga jalan sehat ramai-ramai begitu. Bisa bercanda di jalanan, Melihat pemandangan sekitar juga.
Beberapa anak lebih memilih untuk langsung ke kantin dan sebagiannya lebih memilih beristirahat di dalam kelas.
Yap, untungnya kelas ini ber-AC. Jadi tidak terlalu sumpek dan panas.
Kulihat juga ada beberapa anak yang sedang mengerjakan PR. Itu juga sudah menjadi tradisi pelajar jaman sekarang. PR dikerjakan di sekolah, bukan sebuah hal yang aneh lagi.
Ya, hari ini ada PR sosiologi. Kami di suruh membuat sebuah cerita tentang kejadian social yang terjadi di lingkungan sekolah. Untungnya aku sudah mengerjakannya tadi subuh.
Tiba-tiba guru sosiologi kami berjalan memasuki kelas. Anak-anak yang sedang mencontek tadi berkelompok di satu meja kini berhamburan.
“Anak-anak, tukar PR sosilogi kalian ke teman sebangku. Yang tidak mengerjakan selahkantidakusah mengikuti pelajaran saya hari ini,” ujar Bu Imel, guru Fisika kami.
Aku langsung saja mengambil buku fisika dalam tas ku. Eh, kok ngga ada. Perasaan udah ada di dalamtas deh.
Kukeluarkan semua isi tas ku. Ah, kemana bukuku. OhMyGod, aku baru inget. Buku sosiologiku masih di tempat tidur, aku lupa memasukkannya ke dalam tas.
Bagaimana ini? Padahal aku sudah capek-capek membuatnya pagi buta.
“Kenapa, Ken?” tanya Joe. Aku masih berkutat dengan tas ku.
“Bukuku ketinggalan kayaknya,” jawabku.
“Kok bisa?” tanyanya lagi.
“Ya bisalah!” jawabku agak ketus.
Dia nyengir. “Ya sudah. Tuh, anak-anak yang nggak ngerjain juga udah pada keluar.”
Aku menatapnya tajam lalu kualihkan pandanganku keluar kelas. Disana ada 6 siswa. Haruskah aku bergabung bersama mereka?
“Yasudahlah,” gumamku pelan.
Aku beranjak dari dudukku menuju keluar kelas.
“Ketua kelasnya sendiri saja, tidak membuat PR,” sindir Bu Imel ketika melihatku keluar kelas.
“Ketinggalan!” jawabku singkat.
“PR bisa ketinggalan. Kalo HP ga pernah ketinggalan,” katanya sambil melirik HP-ku yang kugenggam.
Aku nyengir kemudian berjalan keluar kelas.
Mereka yang tadi keluar kelas, kulihat berjalan menuju ke arah kantin.
Ih, males ah. Gabung sama mereka. Bagaimana jika nanti ketahuan guru di kantin?
Lebih baik aku ke tempat yang kemarin saja. Yap, ide bagus.
Sesampainya aku di taman belakang sekolah yang sedikit menyeramkan itu, aku langsung duduk di tempat biasa. Di bawah batang pohon akasia.
Aku mengambil batu-batuan kecil yang berada di sekitarku dan melemparkannya ke dalam kolam ikan yang sudah tidak ada ikannya lagi. Aku suka suara ciprtannya. Berharap semoga batu-batu itu adalah kesedihanku yang kulemparkan jauh-jauh dariku.
Kurogoh kantung celanaku, lalu kuambbil Hp-ku. Segera kupasang headset yang tadi kubawa ke telingaku.
Kuputar salah satu lagu JKT48 yang berjudul boku no sakura atau bunga sakuraku. Entah kenapa belakangan ini aku suka menyetel lagu ini. Aku suka lagu-lagunya. Waktu itu aku di promosikan oleh salah satu teman SMPku yang memang dia salah satu anggota JKT48. Lagunya bagus-bagus. Walaupun liriknya sedikit aneh. Lagi pula fans JKT48 yang kutahu rata-rata para kaum adam semua bukan.
Aku mendengarkannya sambil memejamkan mataku, entah kenapa bibirku ikut melantunkan lagu tersebut.
...
Memperbaiki garis putih di lapangan sekolah
Di bawah matahari aku berlari
Hari-hari masa muda...
Jalan milik kamu terbentang lurus dan terus memanjang
Angin yang sesaat bersama dengan debu
Memori jauh di sana…
Tidak ingin kalah dari siapapun
Dengan siapakah diriku telah saling bersaing…
Sampai tujuan yang aku ingin
Terus jalan walau tak akan sampai…
Di tengah mimpi air mata mengalir
Ku hapus dengan tangan ini
Kakak kelas yang berlari di depan
Menghantar bayangan yang panjang…
Bunga sakura gugur dan meninggalkan ranting
Tahun depan bersemi lagi…
Saat teriakan klub sepakbola telah berhenti
Aku memandang matahari senja yang terbenam
Kesepian musim panas…
Pikiran yang bimbang di persimpangan
mimpi yang berhenti…
Pada saat itu dirimu menepuk pundakku
Dan pergi melewatiku…
Sesuatu yang telah diajarkan punggung
Bahwa semua orang berlari dengan tempo yang berbeda
Pada tujuan yang aku ingin
Langit biru menunggu diriku…
Mana yang lebih dulu memutuskan pita
Bagaimanapun juga boleh…
Musim upacara kelulusan
Di dalam dada pun angin bertiup..
Bunga sakura hari ini tercerai berai
Di tempat memikirkanmu…
Sampai tujuan yang aku ingin
Terus jalan walau tak akan sampai
Di tengah mimpi air mata mengalir
Ku hapus dengan tangan ini
Kakak kelas yang berlari di depan
Menghantar bayangan yang panjang
Bunga sakura yang tertinggal
Pasti suatu hari kan berkelana dari ranting…
...
Lagu pun berhenti. Aku juga berhenti bernyanyi. Kulepas headset di kepalaku.
Aku menyandarkan kepalaku ke batang pohon. Begitu nyaman rasanya. Tiupan angin yang begitu lembut, membuatku menjadi begitu mengantuk. Yawn.
Sayup-sayup aku mendengar ada sebuah kehidupan di belakangku. Ya, aku selalu duduk membelakangi salah satu sisi pohon akasia yang berbatang besar ini.
Aku menengok ke belakang.
“AAAA!” aku menjerit seperti melihat hantu. Dia bukan hantu tapi setan. Sialan!
Kulihat orang yang pernah membuatku babak belur sedang tertidur sambil menyandarkan kepalanya ke batang pohon.
Mungkin karena suaraku yang sedikit keras membuatnya terbangun.
Dia tertegun melihatku.
Aku langsung saja berbalik dan berjalan menjauhinya.
“Hey!” katanya memanggilku.
Aku tak menghiraukannya. Aku terus saja berjalan menuju kelasku.
@admmx01 yeee !
oke sama-sama, makasih ka udah mau baca dgn komennya
@ularuskasurius maaf ya ka,
aku say hi deh,
makasih udah mau baca
@yuzz
#okesip
@Silverrain oke, gaboleh lagi jadi S.R
jgn kabur, baca dulu ceritanya,
#okesip
@faisalits_
hollaa, udah gw apdett
dah mulai masuk konflik cerita yah? jgn lama lama apdetnya.
@DealdyRe Ahhh, bisa aja kaka ini *ngedorong sambil nutup muka* haahahah
santaii ceritanya
asyikk
ayo apdet lagi
#gatau diri pdhl sndiri update sekali sehari