It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
☺Hë•⌣•hë•⌣•Hë #kepo bgt c..
Sebenarnya seberapa semangatnya aku mau pergi kulap ada beberapa hal yang membuat semangatku pudar. Pertama, aku mendapat kabar bahwa dalam kulap ini akan diberlakukan sistem poin di mana kami semua harus menulis laporan dan menaati tata tertib kulap dan jika poin kami tidak mencukupi, kami tidak akan diberikan sertifikat kulap yang berarti kami telah menyia-nyiakan waktu dan uang kami untuk kulap ini. Yang kedua kira-kira karena hal ini. Ini adalah pembicaraan temanku dan aku beberapa hari sebelum kulap.
“Eh kita disuruh buat kelompok ya untuk kulap? Lu udah ada kelompok?”
“Wah, gw udah ada nih, sori yaa...”
“Kalo kamar? Kan ada yang berdua, bertiga, sama berempat. Lu udah ada temen sekamar?”
“Iya, gw udah ada semua juga...”
“Oh oke deh...”
Sebenarnya dalam hatiku kata-kata “Oh oke deh” itu lebih ke arah “Kenapa sih ga sama gw?!!” Yah tentunya aku kecewa karena dia tidak bisa sekelompok dan sekamar denganku, padahal aku sudah berharap-harap. Apa lagi di kamar yang berdua. Bukan aku mau macam-macam dengannya, tapi aku sedang ingin mengobrol berdua saja dengannya. Sedang ingin mendengar isi hatinya dan sedang ingin curhat kepadanya. Aku sedang rindu akan keberadaannya, akan pertemanan darinya atau “companionship” (susah nyari kata bahasa indo nya yang pas buat ini)
Dan sialnya lagi ternyata pembagian bus kami adalah menurut kelompok dan ternyata bus kelompokku berbeda dengan bus kelompoknya. Bahkan sebelum berangkat dari kampusku, semangatku sudah turun drastis. Akhirnya untuk memeriahkan suasana dan memperbaiki semangatku yang buruk, aku membawa “temanku” yang lain, yaitu gitarku sendiri. Aku memang pernah bercita-cita ingin membawa gitarku ini berkeliling atau jalan-jalan.
Untung saja aku masih sempat menghabiskan waktu bersamanya sebelum kami berangkat. Aku kembali bersemangat dan antusias untuk mengikuti kegiatan kulap ini. Tapi sebenarnya aku tidak sadar bahwa lagi-lagi semangatku akan ditumbangkan oleh kekecewaan yang besar.
Perhentian pertama kami adalah bangunan Lawang Sewu di Semarang. Pada saat aku turun aku diberi tahu bahwa rute yang akan kami tempuh berbeda-beda sesuai dengan bus kami masing-masing. SIAAALLL! Pikirku. Lagi-lagi aku tidak bisa bersama dengannya. Aku dengan berkeluh kesah di dalam hati mengikuti rute kelompokku mengitari Lawang Sewu.
Setelah mengelilingi Lawang Sewu, aku beristirahat di bawah pohon besar sambil mengerjakan laporanku. Di siang yang panas itu tempat ini bagaikan surga dunia saja. Dan tiba-tiba saja grup temanku baru selesai keliling dan dia datang menghampiri pohon besar itu juga, mencari keteduhan.
“Woi liat sini!”
*cepret* Tiba-tiba saja kudengar bunyi kamera yang dijepret saat aku menoleh. Rupanya temanku itu baru saja memotretku. Melihatnya di situ sekarang membuat tidak hanya badanku saja yang teduh, tapi hatiku juga. :P
“Hahaha... Dasar kurang kerjaan lu...” Tukasku.
“Sini gw foto lagi...”
“Alah ngapain lah, objeknya juga ga bagus kok...”
“Hahaha... Gapapa dong...”
“Sini foto bareng yuk... Kayanya kita ga pernah foto duaan yaaaa... Hmmm...”
“Hahaha... Dasar. Ntar ya gw minta temen gw fotoin tuh.”
Aku berfoto duaan dengannya di sana. Kalau mau bilang “ciyee” sepertinya saat ini sangatlah tepat. :P Akhirnya setelah berfoto-foto bersama teman-teman kami yang lain, kami melanjutkan perjalanan kami.
Sebelum ke hotel, kami mampir ke Semawis di Semarang. Di sana banyak sekali jajanan dan kios-kios yang terhampar di sepanjang jalanan Semawis, diramaikan oleh suara musik, orang yang bercakap-cakap, dan keramaian hiruk pikuk semua orang yang di sana. Kalau dari kotaku, Bandung, Semawis itu mirip sekali dengan Cibadak di malam hari, tapi dia lebih meriah. Salah seorang temanku yang berasal dari Semarang (kita sebut saja Greg) yang ikut kulap ini mengajakku dan temanku itu berkeliling bersama.
“Nih di Semawis tuh ajangnya ngeceng loh... Tau ga? Banyak cewek yang cakep nih... Nanti gw kenalin sama lu sini... Hahaha...” Kata si Greg.
“Oh gitu yaa... Hahaha...” Balas temanku.
Aku langsung tertawa di dalam hati, maksudku kalau saja si Greg tahu situasi aku dan temanku itu, pasti dia tidak akan bilang seperti itu kepada kami kan? Aku menoel tangan temanku itu sambil tertawa.
“Apaan sih lu toal toel... Hahaha...” katanya
“Gak kenapa napa, si Greg lucu aja... Hihihi... Jadi mak comblang gitu...”
“Loh kok tiba-tiba gw yang kena... Hahaha...” Jawab si Greg
“Udah lah, mana sih yang enak-enak jajanannya. Kasih tau dong...” jawabku mengalihkan pembicaraan.
Malam itu sepulang dari Semawis, kami semua menginap di sebuah hotel kecil. Karena tidak ada kegiatan apa-apa, pada malam hari kami dibebaskan untuk berkeliaran atau jalan-jalan asalkan esok harinya kami tetap berkumpul seperti biasa. Aku mengajak teman-teman mainku (termasuk dia dan si Greg itu) untuk pergi melihat-lihat kota Semarang di malam hari.
“Eh jalan-jalan yuk, sekalian kalo mau jajan malem-malem... Hahaha...”
“Wah sori ya, gw lagi rapat panitia nih, abis itu mau tidur, agak ga enak badan nih...”
“Oh... Walah, jangan lupa makan vitamin ya, istirahat yang cukup...”
“Iya iya, makasih ya...”
Walaupun aku sedikit kecewa, tapi aku mengerti posisinya yang sibuk dan sakit. Aku hanya berdoa semoga selama perjalanan dia tidak kenapa-kenapa karena pada saat akan memulai perjalanan kemarin kondisi badannya memang sedang tidak fit.
Keesokan harinya kami semua melanjutkan perjalanan kami ke Surabaya pada sore harinya setelah mengunjungi beberapa objek lain di Semarang. Kami tiba di kota Surabaya pada malam hari. Sekali lagi aku mengajaknya pergi bersama.
“Eh, cari rawon yang enak yuk. Belom ke Surabaya nih kalo belom coba rawon... Hahaha...”
“Wah, gw lagi jalan nih sama temen-temen gw. Sori ya...”
“Oh oke deh.”
Hmmm... Sepertinya lama-lama “oh oke deh” akan menjadi kata-kata paling mengesalkan dalam hidupku. Aku tidak tahu harus kesal, atau sedih, atau senang untuknya, tapi kenapa sih memangnya aku tidak bisa jalan bersamanya? Mulailah muncul perasaan cemburuku.
Akhirnya mulalilah aku bad mood dan bete-an. Tanpa kusadari aku jadi enggan membuat laporan-laporan yang hasilnya tidak hanya membebani aku saja, tapi teman sekelompokku juga. Rasanya aku jadi malas mengikuti kegiatan kulap ini, rasanya ingin tinggal di bus saja atau pulang ke rumah saja.
Keesokan harinya kami menghabiskan siang hari dengan keliling kota lama Surabaya dan beberapa tempat lainnya termasuk kawasan Tunjungan. Kami dapat menikmati sore itu dengan berjalan-jalan di mall Tunjungan Plaza. Awalnya aku ingin berjalan sendiri saja, sukur-sukur jika bertemu teman mainku yang lain. Eh tapi ternyata aku bertemu dengan temanku itu, bersama teman-teman mainku yang lain. Tentunya aku sedikit lebih ceria sekarang. Pada malam itu kami semua beranjak dari Tunjungan, bersiap-siap untuk menuju Pulau Bali.
Pada pagi hari kami semua tiba di Pulau Bali. Aku sudah tidak sabar ingin mengelilingi jalanan di Kuta, apa lagi bisa bersamaan dengannya. Tapi selama kunjungan kami ke objek-objek, aku jarang bertemu dengannya. Melihatnya saja sudah bagus. Apa lagi pada malam harinya kami disibukkan dengan laporan-laporan yang membuat waktu bebas kami banyak terbuang. Akhirnya kembali aku menjadi kecewa dan kesal sendiri. Dan tanpa kusadari kenegatifanku ini telah mempengaruhi teman-teman di sekelilingku juga. Aku jadi enggan berinteraksi dengan teman-temanku.
Akhirnya di puncak segala kekesalan dan ke-bete-an ku, kami semua akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok. Perjalanan itu akan ditempuh dengan kapal feri selama kurang lebih empat jam. Aku yang sedang bete dan kesal malah menghindari temanku sekarang. Sebagian dariku kesal kepadanya dan sebagian lagi tidak ingin membawa kekesalan ini kepadanya. Akhirnya aku termenung di atas kapa feri itu tidak tahu mau berbuat apa. Karena bosan akhirnya aku naik ke atas dek kapal untuk mencari angin. Akupun berpikir: “Jadi bagaimana ini perjalanan yang ‘rencananya’ bakal menyenangkan?” Waktu itu rasanya sangat tidak betah untukku tinggal. Rasanya hatiku sedang diliputi awan mendung.
Kalo tujuanmu jalan jalan cuman pengen ngedapet perhatian dari si dia, ga bakal enjoy. Toh disekelilingmu khan banyak kawan, kenapa ga asik2 bareng mereka aja?
SKSD aja seandainya mereka ga ngewaro, jauhin pikiran buruk "mereka kayaknya cuek sama gue". Karena pemikiran negatif kamu bisa ngebikin orang orang disekitarmu perlahan menjauh. Jadi hindarin negatif thinking ya..
Cheer up, farkas
*sayang banget kalo liburan bandung-semarang-bali-lombok ga dibawa have fun.
Tapi deskripsinya enak buat dibaca. Jelas.
ditunggu lanjutannya.
*oiya, kalo bisa mah pas tiap kali posting,kalo bisa mah endingnya agak menggantung gitu. Biar pembacanya penasaran sama update-an selanjutanya.
*sekedar saran aja sih.
@czeslaw @rezamoko Iseng nih foto candid yg dari dia waktu itu gw share aja yak... Wkwkwk... Sbenernya itu ga di bawah pohon jg sih, di koridor.... Hehehe