It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Tapi gua percaya ada entitas yg jauh lebih besar dari manusia. Yg mencipta semua. Gua sebut itu Tuhan. Gua bisa berkomunikasi tiap saat dengan Dia. Itu aja sih. Karena urusan Agama dan Keagamaan itu sifatnya organisasional, sedangkan Tuhan dan Ketuhanan itu sifatnya personal.
yah, sayangnya, kadang2 (bahkan sering) agama disesatkan, ibarat ngubah isi buku pelajaran.
@Yui_yoshioko hahaha, komen lu ga bermasalah kok. Age does not define wisdom.
sebenernya maksud gw jg bukan soal hidup abadi sih, since gw rasa nearly 100% of people juga ga mau hidup abadi.
Cm, kalo pandangan gw, mati itu reward, buat orang yang udah nyelesein tugasnya. Mkny, IMO, tujuan hidup itu nyelesein tugas. & commit suicide ibarat gabut.
But I can tolerate some confused people committing suicide, as long as they do not cause any problems to others.
Iya, bs saling jaga hubungan, ato bisa juga samasekali ga hubungan ky komen @LittlePigeon, 2-2nya fine kalo menurut gw.
@boby_282003 nah, yang ky gini yang maksudnya secara ga langsung merasa Tuhan lg jalan disebelah. Such a good foundation, it'll be great to keep believing
@freakymonster58 yea, somehow religions imprison people's voice. After all, I think society is the one to blame. At least, It'd be much better if they changed "religion says" to "morality says", even though it's still "Majority Rule".
Btw, I really like that pic, thanks for posting.
@yeltz we're on a same boat, then
@iansunda wah, terjawab lngsng lewat doa / lewat peristiwa nih?
@rezamoko pemikiran yang bagus. Tuhan & agama bukan hal yang bisa disatuin.
& gw 100% setuju sm istilah organisasional & personal itu.
Sewajarnya that happens, since after all, agama ttp buatan manusia.
Banyak nih yang pemikirannya bener2 bagus, pernah ga diomongin langsung di real-life society? Seandainya pernah, kemungkinan besar dpt pengalaman gmn susahnya society menerima pemikiran2 ini nih. Hahaha.
gua sering banget bahas masalah ini sama temen2 gua. Dari yg sadar sampe mabok. Dari yg fundamentalis sampe liberal. Jadi obrolan minum kopi sm temen2 gua sih.
Btw, commit suicide itu juga ga begitu aja. Kalo dia merasa apa yg dilakukan di dunia udah selesai, dia berhak buat mati sih. Imo ya.
Btw, lu open minded juga ya buat bahas dan nerima berbagai pendapat mengenai hal ini. Hehe....
Tapi ada doa yg belum terjawab yaitu, 'Untuk apa aku hidup?' Jadi presiden? Mentri? Mungkin nanti...
mereka anggap tuhan sama dengan manusia yg mau dihormati
apakah kalian benar" mengerti hidup dan Tuhan sehingga memilih jalan mengabaikannya ?
Really like this words .... Hehe
Well bagi ku agama itu bukan sekadar pengetahuan, juga bukan sekedar ritual. Juga bukan melulu keyakinan.
Nah, gw setuju sm pandangan suicide itu, tapi sampe skrg blm ada yang 1 suara, lu yg pertama, hahaha.
Kebanyakan bilang "sayang, kalo tugas udah beres, mending santei2", well bener juga sih, tp buat yang udh bosen harusnya fine2 aj dong mereka suicide.
Dibilang open minded engga juga sih, but well, thanks
@boby_282003 wah, pilihan cara suicide-nya juga udah bisa dibilang berani, minum racun nyiksa banget tuh, hahahaha.
Iya, gw juga lagi nyari jawaban dr pertanyaan lu itu, since gw jg digagalkan.
Well, yang penting skrg lu udh ditemenin sang pacar istimewa buat nunggu dikasih purpose-nya itu.
@nicko_jojo hukum cermin, that's a good rule. Just don't forget to put a little concern of being used, since some people can't become a mirror.
@Yui_yoshioko susah sih, IMO, bukan memilih, tp dipilih. Kalo menurut lu gmn?
@riri_bete do you use those words as your guideline too?
@sinjai wah, pemikiran baru lagi nih. Bisa dijelasin lbh lanjut / terlalu abstrak?
dan pendapat sedikit buat masalah Atheis, jangan main judge gitu aja. mereka juga ga semata2 menjadi Atheis. mungkin pencarian mereka tentang Tuhan itu sudah seumur hidup. Sampai akhirnya dia memilih menjadi Atheis. dan satu hal lagi, bukannya hidup jauh lebih indah jika ada perbedaan, selama masih menghormati dan toleransi. @rountis
pemikiran yg luar biasa bgt soal kematian.....
kebetulan maknanya sama kaya kitab suci aku (agama mayoritas di bumi pertiwi :P )
kalo di aku tulisannya semacam "orang yang telah ditutup hatinya maka tak akan menerima pencerahan" dan ""Tuhanmu memberikan hidayah (pencerahan) kepada siapa-siapa yang dipilihnya"
kebetulan banget tuh disebut, soalnya emang salah satu yang paling bikin galau bagi para pencari-Nya adalah "apakah Tuhan menganggap ku layak?"
kadang-kadang gue mikir, apa sih sebenernya agama itu buat gue? way of life, oke lah, ada tata cara yang diajarkan di agama gue, dari cara baca kitab suci sampe cara cebok, dari cara makan sampe aturan sanitasi (harus bikin septic tank jauh dari sumur bla bla).
tujuan hidup? tapi semuanya hanya vague, saking banyaknya riwayat "ini ibadah yang utama, sunnah ini yang bikin dia masuk surga" sampe gue rasa ga akan cukup 24 jam buat ngerjain semua yang diriwayatkan sebagai suatu "keutamaan" ibadah harian. (itu poin lain juga sih, tentang rabunnya penganut agama gue yang pada suka melebih-lebihkan, but that's for another story)
yang paling nempel di gue, bagaimanapun, adalah agama sebagai sebuah jalur pelarian. lo ga ada keyakinan, maka lo akan hancur di bawah beban langit. agama itu, seberapapun bodohnya, menjadi pilar yang menopang lo. lo ga bisa hidup hanya dari logika, kalau sudah nemu sesuatu diluar logika lo bisa apa? lo tua, lo udah mau mati, lo bisa apa? minimal agama itu menjadi reassurance, oh gue ada di jalur yang benar, oh sehabis mati gue akan masuk surga/renkarnasi/apa pun kepercayaan lo. sesuatu yang menambal kerapuhan hati untuk sesuatu yang tidak bisa dinalar, itulah iman. memberikan lo ketenangan sendiri ketika lo harus berjalan di dunia yang kelam dan ga bisa lihat ke depan, meskipun semu tapi setidaknya ada. kinda sad huh?
tapi yang bikin gue ga suka adalah fanatisme segelintir orang, memperlakukan agama sebagai ritual. nyokap gue, gue suka kesel banget kalo dia "maksa" gue untuk baca kitab suci tiap hari, sementara dalam view gue, kalau gue lagi mau baca maka gue baca tanpa disuruh, kalau gue lagi ga mau ngapain dipaksa? daripada gue membohongi diri gue sendiri dan baca karena disuruh sama manusia, bukan karena kedekatan gue dengan tuhan gue, maka sama aja kaya gue meludah dengan nama-Nya kan?
tapi dia ga mau ngerti. dan banyak contoh lain orang semacam itu, terjebak di ritus sementara yang (dalam view gue) harusnya dikejar adalah perasaan ikhlas nya untuk melakukan, tulus. bukan ritus yang hampa, karena spiritualitas itu letaknya di hati bukan di fisik.