It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Waduh memang dipanggil zayn beneran wkakakaka.
gath dimana nyai ? rumahku hanyalah disebuah desa belaka *sedih sendiri*
pengen juga bersahabat sama nyai. bisa jadi kakak aku kayaknya nih si nyai hehehe
makasih ya @RyoutaRanshirou, bentar lagi mau dilanjut kok. PS : Makcomblang.com nya juga ajib-ajib
Aduh..aduh...aduh ... maksud dari komennya apaan nih ? kok jadi ngerasa terjerumus ke bahasa disuatu flim ehem ehem ya ? atau otak saya yang lagi ngeres (?)
~~~~
PART 9
~~~~
“Hei!”
“Hei, Riski!”
“Hei, Ayo bangun!”
Terdengar beberapa seruan yang mengganggu benakku. Seruan-seruan itu seperti menyuruhku untuk bangun. Aku pun membuka kedua mataku.
Tempat apa ini ?
Semuanya kok berwarna putih dan kosong ?
Aneh. Tidak ada satu pun benda di sini. Hanya ada aku saja. Aku melihat sepertinya ruangan ini tidak memiliki ujung, hanya seperti suatu tempat yang sangat besar tak berujung.
“Tunggu dulu, Apa aku sudah mati ?Apa aku sudah bukan manusia lagi makanya aku berada di tempat ini ?”
Tidak terasa air mata kembali mengalir dari kedua mataku.
Oh Tuhan... Begitu cepatkah hidupku berakhir ? Hua....
“Kau jelek sekali kalau sedang menangis.”
DUENG!!
Tiba-tiba sebuah suara mengagetkanku. Aku menoleh ke kiri dan ke kanan namun tidak ada satu pun orang yang ku lihat. Sambil menyeka air mataku, aku bertanya,
“Suara siapa itu ?”
Tidak ada jawaban.
“Hei! Suara siapa itu?”
Aku menunduk dan terduduk lesu diruangan “putih” ini. Rasa takut mulai menyelimutiku. Ku lipat kedua kakiku dan kemudian ku peluk. Ku letakkan daguku di atas lututku. Air mata terus saja mengalir.
“Sudah dong nangisnya,”
Aku memandang ke arah sumber suara. Mataku terbelalak tidak percaya. Ternyata di depanku ada sesosok pria sedang duduk sambil menyilangkan kakinya,
“Kau?”
“Huah~”
Dia tidak peduli dengan pertanyaanku dan sibuk asik menguap seperti orang yang sedang mengantuk. Kemudian dia memandang ke arahku dan tersenyum lebar,
“Hai, Riski! Apa kabar?”
“Kau kan kak-“ kata-kataku terputus. Aku mencoba memeluk pria itu, namun tidak bisa karena tubuhnya yang transparan atau tembus pandang. Kembali aku heran setengah mati. Kenapa semua begini ?
“Kau tak akan bisa memelukku Riski sayang.”
Kenapa ?
Akhirnya Ya Tuhan...
Aku dapat melihatnya lagi. Aku bisa merasakan keberadaannya lagi setelah setahun kepergiannya. Aku menatapnya secara seksama dan memang yakin bahwa dia adalah....
“Kak Fadli !!!” tegasku sekuat-kuatnya dengan penuh eksperesi bahagia
“Ia.” Jawabnya singkat.
“Kak Fadli, kan ?”
“Menurutmu siapa lagi ?” dia kembali bertanya secara jutek.
Dari sifatnya, aku yakin dia Kak Fadli!!!
“Kak, aku senang ketemu kakak lagi!”
Dia tidak menjawab. Sedikit kesal, ku perhatikan pakaiannya,
“Kak, pakaian kakak kok putih-putih semua ?” tanyaku heran.
“Apa kau lupa kalau aku sudah mati ?”
BLETAR!! Pertanyaan skak mat. Memang benar, kak Fadli sudah meninggal satu tahun yang lalu.
Tunggu dulu, kalau kak Fadli sudah mati, dan aku bisa bertemu dengannya lagi seperti ini jangan-jangan....
“
Hei! Kenapa kau melamun ?”
Dengan tatapan kosong, aku kembali menjawab pertanyaannya,
“Tidak apa-apa.”
“Kau tidak mau bertanya mengapa kau bisa bertemu lagi denganku?”
“Aku sudah tahu.”
“Wah hebat sekali kalau kau tahu! Memangnya kenapa?”
“Aku sudah mati,kan? Makanya kakak datang untuk mengajakku pergi ke atas sana.”
“Hahahaha,” tawanya parau. “Jadi kau merasa kau sudah mati ?”
“Maksud kakak?”
“Kau itu cepat sekali merasa putus asa. Itulah sifat yang aku tidak sukai darimu, Riski.”
“Bukankah kenyataannya aku sudah mati, kak ?”
“Dasar! Kau itu bukannya sudah mati. Lebih tepatnya antara hidup dan mati. Kau ingatkan kejadian yang baru saja kau alami ?”
Aku mencoba mengingatnya, “Ya aku sudah tahu, kak,” dan kembali melanjutkan perkataanku, “jadi apa maksud kedatangan kakak kesini ?”
“Yah... Aku hanya ingin melepas rindu denganmu.”
“Benarkah, kak ?” Aku sangat antusias mendengar perkataan kakakku itu. “Aku juga sangat rindu dengan kakak!”
“Oh~. Jadi aku harus bilang “Wow” gitu ?”
“-_-. Kak, kakak sekarang udah pandai menggaring , ya?”
“Hahahaha. Ketauan ya! Ya udah deh!”
Tawa Kak Fadli terhenti. Kini suasana kembali hening. Ku perhatikan kembali dirinya. Tubuhnya kini sudah berisi (tidak kurus kerempeng seperti dulu), kulit juga wajahnya masih berwarna sawo matang dan bersih. Aku penasaran dengan kabarnya saat ini.
“Bagaimana kabar kakak saat ini?”
“Kabarku amat baik. Tidak seperti kau yang selalu suram. Hahahaha.” Sindirnya.
“Kakak sok tahu!”
“Bagaimana aku tidak tahu ? Orang yang baru putus cinta tidak akan bisa menutupi perasaannya yang begitu rapuh.”
CETAR!!!
Kak Fadli tahu tentang perasaanku ?
“Bagaimana kakak tahu tentang hal itu?” tanyaku polos. Tentu saja aku tidak mau berdalih. Dengan Kak Fadli aku takut berbohong, karena ekspresi wajahku tidak dapat mendukungku untuk berbohong. Maka dari itu aku jujur saja dan bertanya bagaimana Kak Fadli bisa tahu perasaanku.
“Sudahlah Riski sayang. Kakak kan selalu memperhatikanmu dari atas. Hehehe”
“Tidak Riski sangka, bahwa sekarang kakak yang selalu Riski banggakan ternyata adalah seorang Stalker. Dan ternyata yang distalker kan itu adalah adiknya sendiri -__-.”
“Biarin aja! Wek!” Kak Fadli menjulur kan lidahnya.
“Jadi apa maksud kedatangan kakak kesini ? Dan bisa kakak jelas kan dimana kita sekarang ?” tanyaku sambil menatap tempat dimana aku berada saat ini.
“Tempat ini ? Tempat ini seperti alam mimpi yang jauh dari alam sadarmu. Karena sepertinya sekarang belum saatnya kau menyusulku, maka dari itu sebentar lagi kau akan terbangun.”
Aku mengangguk-anggukkan wajahku,
“Benarkah ?”
Kak Fadli melanjutkan pembicaraannya, “Kalau ga percaya ya sudah!”
Kak Fadli menatapku dengan jarak tidak lebih dari beberapa sentimeter, sangat dekat sekali!
“Aku hanya ingin mengingatkan, bahwa apapun yang terjadi kau harus percaya pada dirimu sendiri. Kata hatimu adalah sesuatu yang akan menyelamatkanmu nanti. Percaya dengan apa yang ku katakan, sayang.”
“Mengapa kakak tiba-tiba berkata seperti itu?”
“Nanti kau sendiri akan tahu, sayang. Maaf kakak tidak bisa membantumu. Kakak hanya bisa mengingatkanmu.”
Walaupun aku tidak mengerti secara pasti dengan apa yang Kak Fadli ucapkan, aku tetap berterima kasih kepada Kak Fadli karena mau mengingatkanku.
“Terima Kasih, Kak.”
“Sama-sama, Riski. Kalau begitu kakak pergi dulu ya! Believe your self!” Kak Fadli berdiri dari duduknya, dan hendak pergi meninggalkanku.
Kak Fadli yang lembut, baik hati, tempatku berbagi cerita, kini kembali akan pergi meninggalkanku.
“Kak!”
Kak Fadli menghentikan langkahnya dan membalikkan badan untuk menatapku.
“Apa?” tanyanya sambil tersenyum cerah. Mataku kembali berkaca-kaca,
“Maaf ya, Kak. Sekali maaf ya, Kak.”
Kak Fadli terlihat heran dengan permintaan maaf dari ku,
“Maksud Riski apa ya?”
“Aku minta maaf, Kak. Seandainya Kakak gak menjemputku, Kakak pasti tidak akan meninggalkan kami untuk selama-lamanya.”
“Oh itu toh~” Kak Fadli kembali mendekat. “Lupakanlah , Riski. Kakak tidak menyalahkanmu, kok.”
“Seandainya .... Seandainya Kakak tidak menjemput....menjemputku.... Kakak tidak mengendarai motor itu... Kakak tidak-“ airmataku kembali mengalir, dadaku terasa sesak akan rasa bersalah yang telah membebaniku selama ini namun selalu saja kututupi.
“Sudah Kakak bilang tidak apa-apa, Riski. Menjemput kamu waktu itu adalah salah satu kewajibanku sebagai seorang kakak kepada adiknya. Mungkin sudah waktunya aku dipanggil oleh Yang Maha Kuasa,”
Kak Fadli kembali melanjutkan perkataanya,
“ Lagi pula, sebenarnya aku mempunyai masalah lain yang mengganggu fikiranku saat mengendarai motor itu.”
Aku menatap tajam Kak Fadli,
“Masalah lain?”
“Ya... Tidak ada yang tahu bahwa aku mempunyai masalah dengan pacarku. Saat itu aku habis bertengkar hebat dengannya. Maka dari itulah aku tidak dapat berkonsentrasi dengan motor yang sedang ku kendarai saat itu.”
“Kakak punya pacar?”
“Hahahaha. Aku tidak pernah bilang yah?”.
Aku menggelengkan kepala.
“Maaflah kalau begitu... Riski, asal kau tahu, pacar kakak sama lo dengan mantan pacarmu itu.” ujar Kak Fadli dengan senyum nakal.
“Maksudnya sama?”
“Sudahlah! Nanti kau bakal tahu sendiri siapa orang itu!”
“Kakak jahat ya, tidak mau berbagi rahasia!”
“Rahasia? Memangnya kau pernah berbagi rahasia mengenai pacarmu sebelum aku tahu sendiri ?”
Aku membalas dengan suara parau, “Ia juga sih, Kak.” Aku kembali melanjutkan perkataanku,
“Bagaimana keadaan pacar kakak itu sekarang? Apa dia tahu masalah kematian kakak ?”
Kak Fadli menjawab pertanyaanku dengan menghela nafas seperti orang pasrah,
“Hhhh... Kakak tidak tahu mengenai kabar dan keberadaannya. Semoga saja dia tidak tahu, kalau dia tahu, kakak bisa bayangkan bagaimana depresinya dia!”
“Kenapa kakak tidak mencoba mencari tahu keberadaannya?”
“Tidak bisa. Kakak hanya diperbolehkan melihat keluarga kandung kakak sendiri, jadi kakak tidak akan bisa mencarinya.”
“Begitu ya Kak...”
“Ya begitulah... Sudah selesai kan bertanya nya?”
“Sudah, Kak. Tapi aku belum mau berpisah dengan kakak.”
“Bagaimanapun dunia kita sudah berbeda, sayang. Hal itu telah membuktikan bahwa kita telah berpisah untuk selama-lamanya.”
Aku mencoba memegang tubuh Kak Fadli, namun tetap saja tak bisa ku sentuh karena tubuhnya transparan.
“Lihatkan ? Kau tidak bisa memegang tubuhku! Ya sudah kakak pergi dulu ya! Ingat apa yang sudah ku pesankan padamu! Selamat tinggal!”
Tiba-tiba wujud Kak Fadli menghilang. Wujud seorang pria yang selama ini aku sayangi itu tidak akan bisa ku lihat lagi.
Dan Kini aku kembali sendirian di ruangan ini. Tiba-tiba ada cahaya yang begitu terang mengarah ke wajahku sehingga membuatku silau.
Silau!
Sangat silau!
Ku tutup mataku dengan telapak tanganku agar tidak merasa begitu silau lagi.
Ketika aku mengangkat telapak tanganku dan membuka kedua mata ini, aku menemukan bahwa diriku sudah berada di tempat yang berbeda.
“Jadi, tadi itu hanyalah mimpi?” batinku.
Aku hendak bangkit dari posisi tubuhku yang sedang berbaring, namun kakiku terasa nyeri. Ku lihat di kakiku, ada noda di dekat celanaku. Seperti noda dari darah yang mengering. Tampaknya, Tubuhku masih belum bisa berkompromi untuk bangkit. Rasa pusing masih menguasai otakku.
WHUS!
Hembusan angin mengenai wajahku. Beberapa helai rambutku terangkat.
Kini , aku berada di sebuah tempat yang ku rasa tidak asing lagi bagiku. Disekitarku terdapat banyak dedaunan berwarna coklat yang berhamburan. Beberapa pohon-pohon yang panjang menjulang seakan mengelilingiku. Akar-akar tanaman terlihat diatas tanah.
Sekarang aku telah sadar,
“Jangan bilang ini adalah hutan!”
~~~
ini dia yang dimention, bagi yang merasa mentionan ini sebagai spam, bilang aja ya ke aku, maaf kalau merasa terganggu
@obay @idhe_sama @ElninoS @yuzz @tyo_ary @alvian_reimond @fansnyaAdele @Egar_cute @loafer_boy @MyBiSide @gr3yboy @Daytripper @dirpra @adinu @budak.kuper @pokemon @DhegaDiggory @Man9211 @Adacerita @farava @fiofio @dyowinchester @woonma @the_rainbow @claudy @vire_alert @nyai_RR_Denok @Suburban @fianpoulz @fikarruswan @Beepe @RyoutaRanshirou
entah mengapa saya haus (?) akan komen wkakakaka.
Sekali lagi mohon kritik dan saran ya. Komen boleh apa aja , asal jangan minta no. hape saya wkakakaka
Gak tau, aku ngeliatnya kayak kok agak bosan ya.. Tapi pas bosan langsung dibawa nge-thrill bagusnya disitu ka @doubtjudge.. I like it so thrilling (y)
hm gitu toh... emang sih, yang buatnya juga orangnya yang ngebosenin (?) *digampar*
oke deh semoga di chap-chap selanjutnya ga bosen lagi ya.. boleh boleh, asal jangan muka saya yg so thrilling! wkkakakaka
aduh?
@doubtjudge lohh,,kita kan udh brteman ...kok brteman lagi..???
kamu dongg orangny..??
kamu jga kan baca komen in..
ngak usah ngelak lagiii lah,,,:D
haahhaahhohoho....
*santaclaus*
ugh, kamu baca cerita ku juga toh, hadeh cerita ga bagus loh hehe
masih bagusan punya kamu..
Semangat ya...