It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
~~~
PART 7
~~~
Aku menaiki tangga dengan langkah pelan. Pikiranku kini tengah dalam keadaan kosong. Rasa hampa menyelimutiku. Bisakah kalian membayangkan perasaan seseorang yang baru saja diputuskan dengan kekasihnya ? Suasana pagi yang tadinya cerah seperti telah berubah menjadi mendung dan gelap, seakan-akan mendukung suasana hatiku yang hancur ini.
Aku kembali ke kamar. Di dekat balkon tampak seseorang sedang menghirup sesuatu. Aku tahu anak itu. Baju kaos hitam yang sedang dikenakannya adalah baju yang sering ku lihat di kamar. Setelah ku perhatikan secara seksama, dia terlihat sedang menempelkan suatu barang di dekat hidungnya. Rasa penasaran mulai menyelimuti diriku.
Saat dia menyadari keberadaanku yang sedang memperhatikannya, dia terlihat kaget dan segera memasukan barang tersebut ke sakunya.
“Eh, Riski! Kamu bikin kaget aja!”
Kuperhatikan kembali, hidungnya agak kemerahan pucat.
“Kamu abis ngapain?”
Aku yang sedang bersuasana buruk, tidak dapat memberikan sorotan mata yang ceria (hanya pandangan tajam saja), sehingga dia menjadi salah paham.
“Kamu kenapa memberikan tatapan buruk seperti itu sama aku ? Ada yang salah?”
“Entahlah,Pandu…”
Kata terakhirku yang seakan tidak mau tahu dengan keadaan Pandu itu menjadi kata yang menemani ku berlalu dari hadapan anak aneh tersebut. Malas sekali rasanya bicara padanya. Saat ini aku hanya ingin melakukan satu hal, berbaring di atas tempat tidur!
Saaat aku berada di atas tempat tidur, tak terasa air mataku kembali keluar. Mengingat semua kenangan bersama Irawan. Semua yang sudah kami lewati selama setahun ini, berakhir kandas begitu saja. Sekarang aku bertekat di dalam hati, bahwa aku harus membuang semua yang berhubungan dengannya dan segera melupakan, melupakan dirinya.
***
Dua Jam Kemudian.
Sudah ku hapus semua file foto yang ada dirinya di handphone. Beragam ekspresi ceria yang dibuatnya di foto itu seakan menjadi bumerang yang membuat hatiku semakin sakit. Selain itu foto-foto yang dulu sudah dicetak telah ku kumpulkan. Termasuk berbagai barang yang diberikannya. Aku hendak membakar semua barang tersebut.
Ku kumpulkan semuanya ke dalam satu buah kardus. Aku keluar dari kamar, dan kulihat Pandu sudah tidak ada lagi di dekat balkon. Segera ku turun tangga. Dan ku cari sebuah tempat sepi di belakang sekolah.
Setelah sampai, ku keluarkan semua isi dari balkon itu, dan ku tumpuk menjadi satu. Aku tumpahkan sedikit minyak tanah dan korek api. Tak lama kemudian, munculah api yang mulai membesar dan membuat barang-barang itu meleleh , menghitam dan akhirnya menjadi abu. Hal itu seakan menunjukan bahwa barang-barang tersebut sudah menjadi tak berharga lagi.
Namun ada satu benda yang tidak terbakar dan hanya menghitam saja. Benda itu adalah sebuah ukiran, dan ukiran tersebut bertuliskan R.I.
Aku tahu.
Ukiran tersebut merupakan sebuah ukiran yang terdapat di kalung pemberian Irawan. Aku ingat kenangan saat dia memberikan kalung tersebut ditengah hujan deras. Aku kembali menangis,
“bukankah ini terlalu cepat? Apa aku sanggup melupakannya? Tuhan bantu aku…”
Di saat ku usap air mataku ini, tiba-tiba seseorang memegang pundakku. Aku menoleh ke arahnya,
“Pandu?”
***
Aku terbangun. Sekarang sudah hari rabu, hari selasa kemarin adalah hari tercepat dan sebuah hari yang sulit ku lupakan seumur hidupku. Namun untunglah, Aku cukup terhibur dengan kata-kata Pandu yang mencoba menghiburku saat kemarin malam.
Eh, tunggu dulu!
Hari ini kan hari Rabu! Dan ku lihat jam di sampingku, jam 08.01 WIB!!!!
OH MY GOD!!
Aku segera beranjak dari tempat tidur, langsung cuci muka dan sikat gigi! Tanpa mandi! Segera ku ganti baju dan ku ambil tas yang sudah ku siapkan tadi malam.
Tanpa mengunci pintu, aku keluar dari kamar dan segera menuruni tangga. Tanpa disangka, tiba-tiba gerimis datang dari atas langit dan menemaniku yang sedang berlari cepat.
INI NAMANYA TELAT!
Aku terus berlari hingga terjatuh,
“Aduh!”
Seseorang berjaket coklat dan bercelana jeans hitam mengulurkan tangannya.
“Makasih, Viktor…”
Tanpa melihatnya dan banyak bicara, aku langsung meninggalkannya dan segera menuju rombongan, sesekali ku lihat Bima sedang membaca buku,
“Anak aneh, udah tau telat malah baca buku!” kataku dalam hati.
Aku melihat Desta. Dan segera menghampirinya.
“Sori aku telat!” kataku sambil menghela napas
Dia melihatku dengan pandangan sinis, dan langsung buang muka. Kedua tangannya disilangkan di depan perutnya.
“Eh, kamu kenapa?” tanyaku penasaran.
Ku perhatikan kembali suasana gerbang, tidak ada kelompok lain selain kelompok kami, dan disini hanya ada Aku, Desta, Bima, dan Viktor yang sedang berdiri sejajar ( tanpa sengaja) di depan gerbang. Jangan-ja ngan kami...
PLAK!
Desta langsung menamparku,
“ Helo? ’kamu kenapa?’ . Bisa-bisanya kamu dengan santainya nanya kayak gitu, kamu tuh gimana sih! Datang jam berapa coba! Kamu ga nyadar kalau kita ini ga bisa ikut rombongan ! Mereka udah pergi dari tadi! Kita ditinggal gara-gara satu angggota belum lengkap! Dasar!”
Baru kali ini ku lihat Desta semarah ini! Dia yang biasanya ceria, menjadi seperti naga yang kehilangan anaknya. Ini semua gara-gara aku.
“Maaf…”
“Maaf ? OH, TIDAK BISA! Kamu pikir dengan kata ‘maaf’ kita bisa langsung sampai disana!” Katanya sampai memperagakan gaya Sule di sebuah iklan.
Sial. Kelompok kami ga bisa ikut study tour (karena aku lagi!). Padahal rasanya aku sudah menyetel jam alarm untuk berbunyi pada pukul 05.00 WIB. Dan yang lebih aku sesali, Pandu juga tidak membangunkanku. Apa yang harus aku lakukan?
Rasa bersalah menyelimuti diriku.
Oh ia, Aku tidak melihat Pandu dan Aji. Kemana mereka ?
Aku mencoba untuk mencuri-curi pandang dan mencermati lingkungan sekitar.
“Kamu ngapain?” Tanya Desta dengan nada galak, “Oh, kamu cari mereka? Mereka lagi mencoba menemui seseorang yang katanya bisa membuat kita tetap pergi ke study tour!”
Mataku kembali bersinar,
“Benarkah????”
“ ‘Benarkah???’ Biasa aja dong!” sindir Desta sambil memperagakan gayaku dan kembali sinis. Aku terdiam kembali.
Terdengar suara tertawa kecil yang berasal dari Bima.
“Ga ada yang lucu!” kataku kesal. Dilain pihak, Viktor hanya diam saja.
Tidak lama kemudian, terlihat sebuah mobil berwarna hitam berkecepatan tinggi melintas dan berhenti dengan menge-rem mendadak di depan kami.
“ADUH!” teriak Aji yang ada didalamnya, “Pandu Sialan! Kalau mau berhenti kurangin kecepatan lah!”
“Sori , Ji. Kesalahan Teknis!” maaf Pandu
“Aji, ini mobil siapa?” Tanya Desta yang keheranan
“Udah kalian ga perlu tahu ini mobil siapa! Yang penting kita bisa ikut Study Tour itu! Cepat Naik!”
“Ini mobil Pak Anton, dia kami kibulin, biarin aja, haha!” tawa Pandu.
“Ini bukannya..” kata-kata Desta terhenti
“Udahlah! Jadi cowok kok cerewet amat! kalau mau ikut, cepat naik! Kalau mau lanjutin komplennya, pergi aja ke tempat Pak Anton!” kata Aji tegas.
Kami pun segera naik. Terlihat dari kejauhan Pak Anton sedang berteriak-teriak,
“Hei, itu mobil saya!! Maling!! Kurang ajar kalian membohongi saya!”
Desta dan Bima segera naik, mereka duduk di kursi bagian paling belakang (kursinya terbagi atas bagian depan,tengah, dan belakang), Viktor mempersilahkan aku lebih dulu untuk masuk dan saat aku masuk ,
DUENG!!!
Aku melihat seseorang yang paling tidak ingin aku temui. Dia juga memandangku dengan gaya kasual nya.
“Riski, Cepat naik! Ga usah lihat Irawan begitu! Ntar kita keburu dikejar Pak Anton !” seru Desta sambil melihat kami.
“Hm.. Aku duduk di kursi paling belakang aja sama kamu dan Bima!” kataku.
“What? Ogah banget! Ga Mau Ah! Ini semua gara-gara kamu! Cepat duduk di samping dia! Lagian aku ga mau sempit-sempitan! Kalau kamu kesempitan di tengah, itu salah kamu karena telat!”
Terpaksa aku duduk di samping anak itu. Dia juga hanya diam saja. Kami tidak saling menyapa. Viktor pun naik. Dia duduk disampingku, dan segera menutup pintu. Aura panas diantara kami mulai timbul.
“Kalian Siap?” Tanya Pandu pada kami yang kembali memecahkan suasana kembali ceria.
“Siap!” Desta dan Aji secara bersamaan.
Pandu akhirnya mengendarai mobil tersebut dengan kecepatan tinggi. Diselingi gerimis hujan serta jalanan yang licin, kami berharap sampai dengan selamat.
Mobil terus berjalan, aku mulai merasa tidak ‘enak’ karena duduk di antara Irawan dan Viktor. Kami bertiga diam membisu. Mereka berdua sibuk melihat pemandangan.
Ketika aku memandang ke bawah, Aku melihat ada sesuatu yang terinjak dengan sepatuku. Ya, sesuatu berbentuk segi empat seperti kartu remi, berwarna hitam gelap.
Aku mengambilnya, dan ku balikan kartu itu, ada gambar tengkorak. Tengkorak yang sedang memegang sebuah tongkat. Aku mulai bingung. Siapa coba yang membawa hal aneh seperti ini ke study tour .
“Hei.”
Seseorang tiba-tiba membisikanku dari belakang.
“kenapa kartuku ada denganmu?”
Bisikannya membuatku kaget. Aku menoleh ke belakang, Ku dapati wajah Bima hanya beberapa sentimeter didepanku. Berarti yang membisikkan ku tadi adalah suaranya.
“Maaf. Aku menemukannya dibawah kursi ini, mungkin kau menjatuhkannya. Ini..” ku kembalikan kartu itu ke anak berkacamata itu.
“Terima Kasih…” ujarnya dengan senyum tipis.
Dalam hati aku berteriak,
“Semua yang ada disini aneh-aneh semua!!!”
~~~~
~~~
PART 8
~~~
Tanpa terasa sudah sekitar tiga puluh menit waktu berjalan. Mobil yang dikendarai oleh Pandu terus berjalan dengan kecepatan tinggi. Gerimis pun semakin menjadi-jadi.
“Hei,Pan. Bisa ga kecepatan nya dikurangi ? Tenang aja, kita sudah jauh dari Pak Anton, dia ga mungkin bisa ngejar kita lagi ! Lagian ini lagi gerimis…” Aji mulai ambil pendapat.
“Okee… Aku kurangin deh!” Dengan nada terpaksa, akhirnya Pandu mengurangi kecepatan mobil itu. “Seperti Ini?”
Aji tidak menjawab, dia hanya tersenyum.
Di lain pihak , di belakangku ada Bima dan Desta yang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Bima terlihat sedang membaca buku. Aku yang penasaran akhirnya bertanya,
“Kamu baca apaan, Bim?”
“Buku tentang ilmu Astronomi.” Katanya tanpa melihatku dan terus saja serius melihat bukunya.
“Oh.. Kok kamu bisa tertarik dengan hal-hal yang berhubungan dengan ramalan-ramalan?”
“….”
Dia tidak menjawabku, dan terus asik membaca. Aku kembali menghadap ke depan. Terdengar suara renggutan Desta.
“Iiiih!! Ini jaringan kenapa sih? Kok ilang-ilang ga jelas gini! Mau BBM-man jadi ga bisa!” kata Desta sambil mengutak atik handphonenya sendiri.
“AAAAHH!! Benci banget nih!!”
Aji kembali menoleh ke belakang melihat Desta,
“Eh Des, mikir dong! Kita sekarang lagi di jalanan yang dikelilingi hutan! Jadi wajar aja sinyal ilang-ilang! Kalau mau ada sinyal, mending ga usah ikut!”
Desta terdiam dan langsung melihat Aji dengan tatapan tajam,
“HAH ? Kamu tuh kenapa sih komen aja apa yang orang omongin!”
Aji memberikan senyum mengejek,
“Karena omongan kamu itu seperti minta di komen !” jawab Aji singkat.
“OH! TIDAK BISA! Hanya orang tertentu saja yang bisa komen!” Desta semakin memanas.
“Dan Aku termasuk dalam orang tertentu itu…” Aji mencemooh
“Jangan seenaknya menetapkan keputusan! Yang harus itu se..”
Viktor melepaskan headsetnya dengan kasar,
“Kalian bisa diam ga! Ribut kayak anak kecil!”
Aji dan Desta terdiam. Mereka sama-sama memandang Viktor. Termasuk aku dan Irawan.
Kami kembali sama-sama melihat ke arah masing-masing. Suasana yang tadinya ribut, kembali hening.
Ku melihat Viktor kembali memasang headsetnya. Entah mengapa aku tersenyum melihat kelakuannya tadi. Aku mengeluarkan handphone ku yang ada di sakuku, terlihat sinyal dalam keadaan kosong.
“Hhh..” Desahku penuh dengan rasa kecewa. Ku masukkan kembali handphone itu ke dalam sakuku.
Aku mulai memperhatikan sekilas anak yang berada di samping sebelah kiriku ini. Seorang anak laki-laki yang memakai jeans dan kaos hitam ketat bergaya kasual. Dia pikir mau ke diskotik apa, kok pakai pakaian yang ketat-ketat. Tanpa bertemu pandang, ku lihat dia memakai kalung bertuliskan R.I. . Heran. Apa maksudnya coba?
Bukankah dia juga mau pindah kelompok dan menjauh dariku tanpa sebab ?
Kini dia malah duduk di sebelahku dan menyusuri jalan bersama menuju tempat study tour. Banyak pertanyaan yang timbul karena rasa penasaranku. Apakah sekarang dia adalah orang yang tidak memiliki pendirian yang tetap ?
Dia hanya memandang kearah jendela selalu seakan-akan cuek dengan keberadaanku. Asal kau tahu Irawan, aku tidak akan menyapamu terlebih dahulu karena aku takut kau akan kegeeran duluan.
***
Gerimis kini sudah berubah menjadi hujan . Pandu kembali mengurangi kecepatan mobil tersebut. Aku mulai takut dengan cuaca yang buruk ini. Aku takut kenangan yang dulu terulang lagi. Aku mulai pusing, dan berharap semoga semua baik-baik saja.
Tiba-tiba mobil berhenti.Terlihat air-air mengalir deras di kaca jendela mobil ini. Aji bertanya pada Pandu,
“Ada apa, Pan?”
“Jalan ini terbagi tiga! Aku cukup lupa dengan jalan yang benar untuk menuju study tour.”
Aku memandang ke depan, terlihat jalan utama terbagi menjadi tiga bagian, kiri,kanan, dan tengah. Anehnya tidak ada papan yang menerangkan tentang jalan tersebut, aku merasa biasanya ada.
“Bukannya ada petanya ? Sama siapa?” Tanya Desta
“Hm… Aku lupa membawanya.” Kata Aji.
“Kok ? Trus gimana dong?”
Pandu mulai kembali menjalankan mobil,
“AHA! Aku ingat, jalan ke kanan adalah yang benar!”
Mobil berbelok ke arah yang kanan. Kecepatannya mulai dibuat stabil. Tanpa kami ketahui, Viktor melihat sebuah papan yang sudah terkubur di tanah. Namun ada bagian yang masih dapat terlihat, di papan tersebut tertulis KANAN : AREA BERBAHAYA. Namun dia hanya diam saja dan merasa bahwa dia salah lihat.
Jujur. Aku sangat takut. Hujan sangat lebat, dan jalan yang kami lewati terlihat lebih kecil dari biasanya. Hutan-hutan di sekitar kami sangat memberikan kesan suasana mencekam.
“Kita akan sampai dengan selamatkan?” terdengar suara Desta yang diselimuti nada yang penuh getar ketakutan.
“Tenang saja…” kata Pandu.
Aku kembali pusing dan tanpa sengaja aku memegang tangan Viktor. Aku tidak tahu apa yang dia fikirkan saat aku menggenggam tangannya ini, yang ku lihat dia hanya cuek.
Tiba-tiba Pandu menjalankan mobil dengan kecepatan yang lebih tinggi. Dia menekan gas dengan sekuat tenaga,
“Hei Pandu! Jangan gila! Kamu kenapa tiba-tiba...” Aji kaget melihat Pandu yang tiba-tiba berubah.
Kini wajah Pandu pucat pasi, bibir nya bergetar, hidungnya memerah. Entah mengapa dia seperti ini. Ini diluar dugaan.
“A..ku butuh..Aku butuh..A..ku butuh!!!!! Aku tidak tahan lagi.. Hhhh..hhhhh…”
Pandu tiba-tiba berteriak dan memasukan tangan kanannya ke sakunya, dia mengeluarkan sesuatu berbentuk pil. Dia hendak memasukkan pil tersebut ke dalam mulutnya, namun dari mulutnya telah terlebih dahulu keluar busa-busa berwarna ke putihan.
Kami semua kaget dan syok. Desta menangis dan berteriak, Bima menatap tajam, Irawan dan Viktor kebingungan, Aji apa lagi.
“HEI PANDU! Kau ini sedang menyetir! Kau kenapaa, ha !?” Aji memegang-megang badan Pandu.
Mobil kini bergerak dengan posisi oleng atau tidak teratur, kadang ke kiri dan ke kanan, di tengah cuaca hujan yang sangat lebat.
Pandu semakin pucat! Aji mencoba ambil kendali, dia menaruh tangannya di stir!
Karena angin memberikan tekanan yang besar, sebuah pohon yang besar terjatuh di depan jalan yang tengah kami lewati, Aji pun langsung banting stir ke kanan. Dan menabrak pagar pembatas, hingga mobil kami terhempas dan jatuh ke jurang.
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!”
Aku merasakan bahwa mobil ini semakin jatuh terperosok ke dalam.
Teriakkan dan tangisan terdengar.
Namun...
Kini semua itu tidak terdengar lagi,
Penglihatanku mulai buram saat melihat darah dimana-mana.\
Semua terasa gelap dan hampa,
Kesadaranku hilang.
~~~~
@obay @idhe_sama @ElninoS @yuzz @tyo_ary @alvian_reimond @fansnyaAdele @Egar_cute @loafer_boy @MyBiSide @gr3yboy @Daytripper @dirpra @adinu @budak.kuper @pokemon @DhegaDiggory @Man9211 @Adacerita @farava @fiofio @dyowinchester @woonma @the_rainbow @claudy @vire_alert @nyai_RR_Denok @Suburban @fianpoulz @fikarruswan @Beepe
maaf kalau chapternya kepanjangan (?) atau kependekan (?).
oke dah kak. bakal aku mention terus deh. Kak udah ada cerita yang baru nih. baca ya *maksa*
ga ape-ape deh kak. semoga mood nya bagus terus ya
ga ape-ape deh kak. semoga mood nya bagus terus ya
salam kenal juga nyai! saya tahu kok, hehe. Saingannya jangan pake kekerasan ya, ntar jadi KDRT (?) lo
Wah maksudnya apa ya ? saya tidak mengerti apa yang terjadi antara jeruk dan jambu *sok polos*
waduh semakin penasaran dengan maksud dari kata "buah" tersebut wkakakakkaka
terima kasih udah accept (?) undangannya dengan dateng kesini. butuh dipijitin ? hehehehe. oke dah kak. salam kenal juga. Jangan lupa baca ya kak .
yang membawa undangannya adalah seseorang yang menghuni diatas pohon didekat rumah anda (?) hehe becanda kok