BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Piece of Unfinished Melody

1181921232488

Comments

  • @silverrain N A K A L ya 8-X
  • @silverrain (ˇ▽ˇ)-c<‾˛‾”) nakal main jilat2n hayuk update (always nagih) hahaha... Buru kburu euforia update terakhir ilang dr otak gw wakakaakka
  • @silverrain bikin orang penasaran >:)
  • terus menarik? harus. hehe.
    aku kagumnya, kamu habis nyelesein tnatd sekarang udah bisa ngeluarin karya lagi yang nggak kalah bagus dan worth it abis.
  • Haha maybe yes maybe not. Gak tw kenapa marco ada something yg buat gue tertarik ajah ke dia haha. Aduh naksir tokoh fiksi haha. Tp msh sma dia, gak jd naksir nya deh haha.
  • Di update lah ceritanya....
  • edited March 2013
    Yujii's View

    "Kamu udah bangun...?"

    Marco tampak masih mengerjap sambil menggeleng geleng, tampaknya dia masih mengantuk, hebat juga, bisa tidur sampai selama ini.
    Aku tersenyum ke arahnya, kemudian aku berjalan mendekatinya
    Dia tampak melebarkan matanya, dan mundur teratur dengan penuh ketakutan.
    Hmm, sudah sadar rupanya dia? Sudah ingat semua ya?
    Dia memang pantas takut.

    "Y.... Yujii, M.. Maaf, ke-"

    "Nih, pergi mandi sana, nanti kamu pinjam bajuku aja, sebentar lagi kita berangkat sekolah."

    Marco tampak terkejut, ia menatap handuk yang tadi barusan aku lemparkan, dia tampak ragu, tapi akhirnya ia mengangguk dan tersenyum.

    "Makasih..."

    Marco pergi keluar sambil membawa handuk yang aku berikan, dan berjalan menuju kamar mandi.
    Aku masih terus tersenyum sampai ia menghilang dari pandanganku, kemudian aku membalik tubuhku.
    Kubuka lemari buku milikku, dan kukeluarkan buku dari tas di sampingnya, aku menyusun buku itu, walaupun pikiranku tidak bisa berkonsentrasi penuh memikirkan kejadian yang kemarin terjadi.
    Marco menciumku, tadi malam, lama, sangat lama.
    Dia memegangi kedua tanganku, bahkan mencoba memasukkan lidahnya ke mulutku.
    Dia menciumku cukup lama, dan akhirnya dia tertidur, entah karena terlalu lelah, atau kenapa, tapi yang pasti wajahnya tampak sangat terbebani, sehingga aku memutuskan untuk tidak membahas atau mempermasalahkannya, kuatir kalau kalau itu hanya akan menambah masalahnya.
    Dan yang masih tidak bisa aku terima adalah reaksi tubuhku.
    Tubuhku tidak menolak ciumannya sama sekali.
    Kalau alasannya adalah karena dia sahabatku, aku akan menolak alasan itu mentah mentah.
    Kenapa, rasanya aku mungkin bisa saja mendorongnya, dan menghentikan ciuman kami, kemudian memukulinya sampai mati, tapi aku tidak melakukannya, aku malah membiarkannya menciumku, bahkan membuka mulutku saat ia mendorong lidahnya melewati bibirku.
    Apa yang terjadi.
    Aku menikmati ciumanku dengan laki laki?

    Yang benar saja, Yujii!

    Entahlah, urusan perasaan menyimpang ini pasti bisa aku bereskan nanti, yang aku perlukan hanyalah waktu, dan bila Marco tidak melakukan hal yang lebih buruk dari ini, aku pasti bisa kembali ke akal sehatku.
    Yang jadi masalah sekarang adalah, apa yang sebenarnya terjadi padanya, dan kenapa dia menciumku kemarin malam. Tidak mungkin kan seorang lelaki normal tiba tiba memeluk sahabatnya yang sedang tidur, kemudian menciumnya selayaknya ia mencium kekasih wanitanya.
    Tidak, itu tidak mungkin dilakukan oleh orang manapun.
    Jadi dia pasti punya alasan jelas, dan dia sebaiknya punya, karena kalau itu semua terjadi karena keisengannya, aku pastikan permintaan maaf adalah kata kata terakhirnya sebelum masuk dalam peti jasadnya.
    Tapi, tidak mungkin dia melakukan itu karena iseng semata, raut wajahnya, dan gerak tubuhnya, itu bukan gerakan tubuh seseorang yang sedang bercanda.
    Dia bahkan mengeluarkan airmata, dan tidur dalam kondisi memelukku, sampai sampai aku harus tidur semalaman sambil duduk karena dia memelukku sambil tertidur.
    Apa sebaiknya aku bertanya padanya saat dia datang nanti?
    Ya, aku harus bertanya, tapi bagaimana caranya aku bertanya?
    Aku harus memikirkannya.
    Baru saja aku melanjutkan berpikir, tiba tiba saja sepasang tangan melingkar di tubuhku, disusul aroma sabun yang lumayan menyengat.
    Tangan yang terasa begitu dingin, dan sedikit lembab. Tangan Marco.

    "Kamu lagi berpikir apa...?"

    Ujarnya lembut, dan lagi lagi aku harus membatu tak tahu apa yang bisa aku lakukan, lagi lagi aku hanya bisa terdiam saat ia melingkarkan tangannya dengan mesra, seakan tubuhku menikmati pelukan itu. Semua pemikiranku, dan semua keinginan untuk bertanya mendadak luluh lantah dalam sekejap, pikiranku terasa berkabut, aku tidak mampu mengkonsentrasikan pikiranku pada apapun.

    Marco meletakkan wajahnya di kepalaku, membuatku bisa merasakan nafasnya di rambutku.

    "Mana pakaianku...?"

    Ujarnya lagi, dan aku segera berdiri dengan panik, mengambil satu stel seragam yang cukup besar, kemudian menyerahkannya padanya.
    Marco mengambil seragam itu, dan membuka pakaiannya, menggantinya dengan seragam baru, membuatku harus membalik mukaku agar tidak melihatnya.
    Yujii, apa yang terjadi pada dirimu!
    Mukamu memerah!
    Dia cuma laki laki biasa!
    Ga ada bedanya, dan tubuhnya juga sama dengan tubuhmu, kenapa kamu harus malu kalau cuma melihatnya berganti baju! Aku menggeleng panik, kemudian segera menoleh ke arahnya.
    Marco sudah selesai mengganti pakaiannya, ia tersenyum lebar ke arahku.

    "Aduh, buku bukuku ketingalan deh kalau begini! Ya udahlah, nanti aku pinjam bukumu ya? Yujii?"

    "Eh, Ah, iya,iya! Kamu nanti pakai bukuku!"

    "Kamu melamun apa?"

    "Ga, aku ga melamun apa..."

    Marco menatapku dengan bingung, aku pun menggaruk kepalaku, mengutuki kegugupanku.
    Apa sih yang kamu kuatirkan!
    Dia cuma Marco!
    Masa cuma karena dia menciummu kamu salah tingkah begini!

    Oh iya,

    Dia menciumku, dia menciumku, dia...

    "AAAAAHHH....!!!!"

    "Yujii, kenapa kamu? Kamu ga kenapa kenapa?"

    Marco menepuk - nepuk bahuku dengan kuatir, beurusaha untuk menyadarkanku.
    Aku mengerjap, mengembalikan kembali semua kesadaranku, kemudian menatapnya dan tersenyum.

    "Ah, ga kenapa kenapa, ayo, kita pergi sekolah!"

    "Oke, kamu bareng aku ya, naik mobil bareng aku...."

    Marco merangkul bahuku, menyeretku yang masih panik keluar dari kamarku.
    Oh My God! What Happened to me!

    *****

    Ruang kelas, 12.30

    ".............. Ji......."

    ".... Yujii...?"

    Aku tersadar dari lamunanku, dan Ibu Yuni menatapku dengan heran.

    "Kenapa kamu Yujii? Tumben banget kamu ga memperhatikan pelajaran?"

    Tanya beliau dengan heran.
    Aku melirik ke arah Marco, dia hanya membalas tatapanku dengan senyuman santai.
    "Ah, ya sudahlah, lupakan, sekarang kalian ambil undian ya, kelas kalian dapat bagian untuk mempersembahkan drama waktu pekan pesta sekolah, jadi kalian mau drama apa untuk acara ini...?"
    Desah Ibu Yuni dengan kesal, aku hanya menundukkan kepalaku dengan gugup, merasa bersalah.
    Aku bukannya tidak memperhatikan, tapi memang seharian ini kepalaku tidak bisa mengumpulkan konsentrasiku, karena separuh dari pikiranku sekarang berada pada pemuda berambut spike yang ada di sisiku sekarang.
    Sialan, ada apa denganku!
    Konsentrasi!
    Ayo konsentrasi!

    "Oke, kalau gitu gini aja, gimana kalau drama putri tidur aja...?"

    Serentak koor "Huuu" segera mengisi kelas kami.
    Dasar guru norak.
    Putri tidur?
    Dongeng zaman kapan itu?
    Anak anak jaman sekarang sudah ga tidur pake drama picisan begitu kali.

    "Hei! Kalian daritadi ditanya ga jawab! Yasudah! Pokoknya kalian harus nurut dengan kata kata ibu! Ayo kira ambil undian!"

    Ujar Ibu Yuni lagi, kemudian dengan semangat menggebu ia menuliskan nama nama tokoh sambil bersenandung santai.
    Tampaknya dia hapal dengan semua nama pemerannya di luar kepala, mungkin drama ini dibacakan berkali kali padanya saat dia masih kecil dulu?

    "Oke, sekarang kalian maju satu persatu, kalian ambil undian ini, untuk menentukan siapa yang nanti jadi siapa, dan siapa yang dapat tugas belakang panggung!"

    Bu Yuni dengan mata berbinar, tampaknya dia benar benar bahagia dengan keputusannya.
    Satu persatu murid murid maju, mengambil lembaran kertas tergulung, kemudian duduk kembali ke tempatnya.
    Ibu Yuni tampak begitu senang saat kertas terakhir sudah aku ambil dari dalam wadah pensil plastik yang berubah menjadi mangkuk judi dadakan.

    "Oke, sebelum kertas dibuka, semua kertas yang kalian ambil akan berisi peran kalian masing masing, dan nanti kalian tidak boleh saling bertukar peran, apapun keadaannya! Ibu ga mau tau!"

    Ujar wanita paruh baya di depanku sambil menyerigai kejam.
    Semua laki laki di kelas menelan ludahnya dengan gugup.
    Itu artinya, kalau kami mendapat peran perempuan, berarti kami harus tetap menjalankan peran itu apapun yang terjadi.
    Kuharap aku ga dapat peran perempuan!

    "Oke, sekarang kalian boleh membuka kertas yang ada di tangan kalian! Ingat! Ibu perhatikan kalian dari sini! Jangan coba coba berbuat curang!"

    Ibu Yuni mengingatkan kami kembali, membuat beberapa murid laki laki mendengus dengan sebal.

    "Gila! Aku jadi ibu penyihir!"

    Ujar Rio yang bertubuh gemuk, membuatku tersenyum geli membayangkan dia dalam balutan kostum penyihir wanita.

    "Woah! Aku dapat pangeran! Yujii! Kamu dapat apa...?"

    Ujar Marco dengan bangga, ia menunjukkan lembar undiannya seakan akan itu adalah kupon undian berhadiah seribu mobil.

    "Entah, belum kubuka, semoga ga aneh aneh deh..."

    Ucapku santai untuk menutup kekuatiranku sambil perlahan membuka gulungan kertas di tanganku.
    Aku membuka gulungan itu, dan dengan segera senyumanku hilang tertiup angin, menyisakan wajah pucatku.

    "Yujii? Kamu jadi apa...?"

    Aku masih terkesima menatap hasil undianku, kemudian menolehkan wajahku yang memucat pada Marco.

    "He? Yujii, kamu jadi apa...?"

    Tanya Marco saat ia melihatku memucat.

    "Aku, aku aku jadi p....."

    "Jadi p...?"

    Tanya Marco dengan penuh tanda tanya, karena aku tak segera menjawab pertanyaannya.
    Aku ingin membalas pertanyaannya, tapi mulutku sekan tidak mau membukakan dirinya untuk kata kataku.
    Mulutku terasa terkunci, aku seakan tak mampu meneruskan kata kataku. Gila, kenapa aku dapat tugas begini sihh!
  • Ohh... aku dibujuk'i to td ternyata...
    td sapa ya yg blg udah apdet..
    udah gitu pake ngomongin aku dibelakang lagi..
    umm..
    :-w
  • ada apa si kakak @yuzz??

    itu yuji dapet peran putri nya ya?? @silverrain??
  • bukaaaan.... pas Marco menge-cuuuuuph... dia tidur kan?
  • tidak ada apa2 @masdabudd
    hanya saja saya melihat ada yg membicarakan tenty td..
    hemm..
    wkwkwk.. itu si putri salju ngikut aja.. :))
  • eh... dramanya PAS. hahahaha... cuman agak ngerasa terlalu kebetulan ya @silverrain?
Sign In or Register to comment.