It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
setuju sama bang @totalfreak cerita ini emang menghibur bener. humornya dapet banget.
ehh @yuzz itu boyz complex apa kabar. 2 hari g nongol. kita-kita kan kangen buk.
@bponkh kan udah tamat boys complex tuh..
ntar deh ane aplod yg men complex, haghaghag
@ularuskasurius @obay @4ndh0 @congcong @nero_dante1 @beepe @boyzfath @hwankyung69 @danze @callme_DIAZ
@hades3004 @chibipmahu
apdett
"Ge, kamu liat Yujii....?"
Gege hanya menatapku sebentar, kemudian ia mengangkat bahunya.
"Entahlah, kayaknya tadi Yujii ada di ruang Ekskul Judo, tapi kayaknya udah ga ada disana, coba kamu liat aja kesana siapa tau ada..."
Aku mengangguk, kemudian segera berjalan keluar dari kantin menuju ruang ekskul yang letaknya ada di belakang kompleks sekolah.
Apa yang dilakukan Yujii disana? Memangnya dia mau ngapain istirahat gini di ruangan ekskul?
Apa jam ekskul yang sudah 3 jam x 2 pertemuan seminggu kurang untuknya membantai seisi sekolah?
Aku berjalan menyusuri lapangan sekolah menuju ruang ekskul yang berupa sebuah bangunan kayu bergaya rumah jepang kuno, yang terletak (atau tepatnya tergeletak) di sudut belakang sekolahku.
Kugeser pintu kayu yang merupakan pintu masuk menuju ruang ekskul gabungan dari semua beladiri yang ada di sekolah ini, seorang lelaki bertubuh besar tampak sedang asik duduk dengan seragam Judo masih tersandang di tubuhnya.
Dia adalah kepala ekskul Judo sekolahku, aku sering melihatnya di pertarungan Judo sekolah, karena setiap kali dia berhasil masuk final, kepala sekolahku segera dengan konyol mengosongkan jam pelajaran agar kami semua bisa melihat pertandingannya.
"Permisi kak, Yujii ada?"
aku bertanya sesopan yang kubisa, takut kalau dia tiba tiba mengamuk dan mematahkanku menjadi dua.
"HMMMH?!"
dia yang tadinya duduk menyamping segera menoleh ke arahku dengan galak.
Tunggu, rasanya barusan matany bersinar.
Apa cuma perasaanku?!
Gawat, matilah aku disini!
Aku menatap dengan ngeri saat tubuh besar itu maju perlahan, dengan wajah mengerikan karena cambang separuh tercukur yang kurasa tidak akan dimiliki anak SMA manapun di seluruh jagat raya ini.
Lelaki besar itu menepukkan tangannya di bahuku.
Dan menaikkan satu tangan lainnya, seakan dia sedang membawa nampan.
Tunggu!
Pose apa itu?!
"Ahh, si Yujii ye? Ihh, kamu gak tau ya? Tadi Yujii nya pingsan disini tauk! kayaknya kurang darah gituhh! Serem deh, iihh!! Sekarang dia ada di UKS dibawa ama anak anak sihh, kamu cek aaja deh ah!"
.....................
Speechless.
Ini adalah contoh sempurna dari perumpamaan.
"Beauty is under the skin"
Aku menggeleng menutupi raut wajahku yang masih cengo stadium lanjut, kemudian mengambil langkah mundur sampai batas minimal pendengaran.
"Oh, iya, makasih kak, makasih makasihh! Aku permisi dulu ya!"
"Sama sama, Oke deh! Ati ati yaa! Daahh!"
Lelaki kekar dan anggun(?) itu mendadak melambaikan sapu tangan yang entah diambilnya darimana, dan segera tersenyum manis padaku.
Lain kali kalau aku melihatnya pakai bikini dan lipstick membentuk hati di bibirnya, aku tidak akan terkejut!
Aku membanting pintu geser itu, dan segera berlari keluar dari wilayah ekskul, takut kalau dia mendadak berubah pikiran, dan mengejarku keluar.
"Kamu sudah ga kenapa kenapa, Yobel?"
Suara seorang wanita terdengar cukup keras, saat aku berada di luar ruang uks
"Aku sudah bilang kamu jangan terlalu banyak kegiatan, kalau kamu drop gimana?"
Cerca sura cewek itu dengan kesal.
"Cerewet..."
Suara Yujii, jarang sekali aku mendengar nada dingin seperti ini, karena biasanya dia selalu ramah, walaupun dalam keadaan kesal, itulah yang membuat korban korbannya biasanya tidak tahu kalau mereka diincar sampai saat Yujii mejamahnya dengan tangan pembunuhnya.
"Hei! Mama menguatirkanmu, Papa juga mau kamu pulang, tapi kamu malah memutuskan untuk tinggal di kost!"
aku terdiam mendengarkan pembicaraan mereka.
"Siapa memangnya kalian?!"
Ini benar benar bukan nada yang biasa kudengar dari Yujii, hardikan penuh kemarahan, terdengar penuh peringatan, dan penuh kemarahan. Siapa wanita ini?
"Yobel!"
"Namaku Yujii! Tutup mulutmu!"
krek
Aku tak sengaja menginjak sebuah bungkusan permen karet yang menimbulkan suara derakan pelan saat aku hendak melangkah mencari posisi yang lebih nyaman.
"Argh...!"
Dalam sekejap sebuah tangan muncul dari jendela berteralis itu, meraih tenggorokanku, dan meremukkannya dengan kekuatan mengerikan.
Hei Hei!
Masa dia mau membunuhku karena aku ketahuan nguping obrolan mereka?!
Memangnya aku lagi nguping obrolan mafia mafia yang lagi transaksi senjata atau ekstasi!
"Marco...?"
Yujii yang meremuk tenggorokanku tampak terkejut saat melihatku tergantung di tangannya.
Aku hanya megap megap memegangi tenggorokanku, mengangguk berkali kali, berharap dia mempertimbangkan keputusan untuk menghabisiku.
***
"Jadi kamu Marco, temannya Yobel? Kenalkan, namaku Lina, Yohana Yobelina Prasetya, adiknya Yobel!"
Aku memegangi tenggorokanku yang masih terasa perih, sambil menatap sosok wanita di depanku.
Seorang anak perempuan seumur denganku, berpakaian seragam SMU lain, ia mengulur tangannya dengan manis, dan tersenyum lebar padaku.
Bersahabat sekali...
Tunggu dulu. Adik Yujii?
Aku melirik ke arah Yujii yang hanya membuang mukanya, ia menatap keluar seakan tidak perduli dengan kami.
"Kamu adik Yujii? Tapi kamu sudah SMA, jadi kamu?"
"Iya, aku adik kembarnya Yujii!"
"BUKAN!"
Kami berdua tersentak mendengar teriakan marah Yujii, saat aku menoleh ke arahnya, Yujii sudah kembali membuang mukanya.
"Jangan asal bicara!"
Nada bicaranya penuh ancaman dan peringatan hebat.
Cewek di depanku tampaknya mengerti, dia hanya tersenyum seakan sudah biasa dengan semua keanehan yang tak bisa aku cerna ini.
"Sudahlah, aku juga ga bisa pergi lama lama, nih, obatmu, Yobel, jaga kesehatan. Berterimakasihlah pada kakak kelasmu yang ngondek itu karena dia berinisiatif meneleponku setelah melihatmu pingsan..."
Lina melemparkan sebuah bungkusan berisi tablet kecil berwarna putih padanya, yang hanya ditangkapnya dengan sebelah tangan, tanpa menoleh pada adiknya yang pergi setelah mengangguk dan tersenyum padaku.
Hei, ini bener bener bukan kayak pertemuan keluarga pada umumnya.
Siapa cewek itu?
Adik kembar Yujii?
Kenapa Yujii menyangkalnya?
Ada apa lagi ini!
Kenapa semua orang kayaknya suka membuatku bingung sih akhir akhir ini!
Aku harus mulai buka buku buku ramalan bintang untuk menghindari hal hal begini!
"Aku sudah enakan, aku mau balik ke kelas dulu...."
Aku membalik tubuh menatap ke arah Yujii, bercakan merah tampak menodai bantal tempatnya duduk
Yujii menyadari arah pandanganku, dia kemudian mengembalikan senyumannya, dan menepukku pelan.
"Tadi aku mimisan, cuma mimisan, jangan kuatir! Aku balik ke kelas dulu, pelajaran sudah mulai...."
***
"......................"
"............................."
Keadaan terasa sangat ganjil sekarang.
Aku dan Yujii berkali kali saling bertukar pandang, dan tersenyum satu sama lain.
Saat ini kami melakukan hal yang benar benar berbeda dari biasanya.
Padahal biasanya aku jarang sekali menoleh padanya walaupun kami duduk bersebelahan, dan aku selalu sibuk dengan hal hal lain yang menarik perhatianku, sedangkan Yujii biasanya selalu senang bila aku tiba tiba mengajaknya bicara atau membalas tatapanku dengan senyuman, tapi sekarang semua tampak terbalik.
Aku sekarang berkali kali mencuri pandang, tak perduli dengan hal hal lain karena permasalahan tadi benar benar menyita perhatianku, dan aku mencoba bertanya, tapi selalu kuurungkan karena dia selalu menghindar dari pandanganku, dan selalu menoleh ke arah lain seakan dia tidak menyadari bila aku menatapnya.
Lebih baik aku urungkan niatku untuk bertanya deh, nanti kalau aku memang perlu tahu dia pasti memberitahuku.
Kalaupun dia tidak memberitahuku, berarti itu diluar hakku untuk tahu.
setelah 2 jam lebih tersiksa, akhirnya deringan bel pulang terdengar, membebaskan kami berdua dari perasaan aneh ini.
"Hai! Yujii! Marco! Ayo pulang! Yujii! Game yang kemarin aku pinjam ya! aku belum selesai mainnya!"
Benny muncul dari kelas X-1 bersama Gege, tapi Yujii menggeleng, menolak permintaannya.
"Hari ini aku pulang sore, aku mau latihan untuk perlombaan paduan suara nanti...."
ujar Yujii, sambil menarik keluar sebuah kotak berisi seruling perak dari dalam tas sekolahnya.
"Ha? Paduan suara? Sial deh Ibu Rossa! tau aja kita lagi ada keperluan malah diganggu!"
omel Benny dengan kesal.
Keperluan?
Ngegame maksudmu?
"Yaudah deh, kumpul dirumahku aja deh! Kamu ikut Marco?"
"Iya! Aku ik-"
ding!
Aku segera mengambil Handphone ku yang mendadak memotong perkataanku barusan.
From : My Tata
Kamu dimana? Kita bisa bicara? Aku tunggu di kantin.
Aku terpekur sesaat menatap pesan singkat yang masuk, dan mengetikkan balasan.
To : My Tata
Aku ada di depan kelas, tunggu sebentar, aku kesana sekarang.
"Aku ada perlu di sekolah sebentar, nanti aku mungkin menyusul."
"Apa kamu mau nungguin Yujii? Kalian pasti janjian kan? Aku juga tunggu Yujii!"
Gege berseru lantang, tapi segera dibungkam saat kami semua merasakan aura dingin muncul dari tubuh Yujii yang sedang tersenyum manis penuh peringatan pada Gege.
"Oke, aku pulang, ayo, Ben, kita harus pergi!"
Ujar Gege lagi dengan mendadak.
Mereka segera berlalu pergi, ditengah perjalanan, Gege tampak menoleh padaku, menunjuk pada kedua matanya, dan menunjuk padaku, memberikan isyarat "I've got my eyes on you!" padaku.
Dasar anak aneh, terlalu banyak berfantasi bisa membuat orang jadi begitu aneh ya....
"Aku harus pergi, Yujii."
Aku melambai pada Yujii yang tersenyum dan mengangguk padaku, ia kemudian merakit flute peraknya, dan masuk ke ruang kesenian bersama beberapa anak lainnya.
Kulangkahkan kakiku, mantap menuruni anak tangga keramik menuju lantai dasar, kemudian segera bergerak ke arah kantin yang terletak di depan komplek sekolah.
Sosok Tata tampak duduk diam dengan sebotol Cola di tangannya, rambut pendek kecokelatannya sesekali tampak bergerak lembut saat angin menerpa tubuh kecilnya.
"Tata...."
Aku menyapanya, dia tersenyum, dan memberikan isyarat padaku untuk duduk di hadapannya.
"Marco, ada yang mau kukatakan padamu...."
ujarnya kemudian menutup matanya, meneguk cola di tangannya, kemudian menatapku lekat.
***
Yujii's View
你怎么说 - Kamu Berkata Apa
By: 邓丽君 - Teresa Teng
我没忘记你忘记我
连名字你都说错
证明你一切都是在骗我
看今天你怎么说
你说过两天来看我
一等就是一年多
三百六十五个日子不好过
你心里根本没有我
把我的爱情还给我
Aku tidak lupa, kau telah melupakan ku
Bahkan nama ku pun kau keliru
membuktikan bahwa kau baru saja menipu ku
Mari kita lihat apa alasanmu hari ini
Kau mengatakan kau akan menemuiku dalam 2 hari
Dan tiba tiba setahun sudah berlalu
365 hari tidak terlewati dengan baik
Aku bahkan tidak ada di hatimu
Kembalikan hatiku ( yang aku berikan padamu )
"Oke, bagus, latihan hari ini cukup sampai disini!"
Ibu Rossa, guru kesenianku berteriak dengan suara Alto yang lurbiasa besar dari bangku penonton, membuatku nyaris menjatuhkan flute ku ke lantai.
"Latihannya cukup sampai disini! Yujii, kamu harus lebih konsentrasi, beberapa kali kamu lepas dari pimpinan Nancy..."
Aku menghela nafasku.
Aku tidak bisa menyangkal kata kata Ibu Rossa barusan.
Lagu ini sebenarnya mudah, dan aku tidak dapat bagian sulit sebagai accompany, tapi entah kenapa aku tidak bisa memusatkan konsentrasiku ke musiknya.
Apa karena kedatangan Yohanna tadi?
Tidak, bukan bukan karena itu, lebih karena kekuatiran misterius mengisi dadaku.
Apa yang terjadi?
Firasat buruk apa ini?
"Maaf, bu, aku akan latihan lagi nanti..."
Sesalku sambil berusaha tersenyum tipis.
Beliau hany mengangguk mengerti.
Segera aku merapikan kembali alat musikku, kemudian meminta diri, dan pergi meninggalkan ruangan yang sudah lebih dulu ditinggalkan oleh anggota lainnya.
Kulirik jam di hape berlayar hijau milikku.
Jam setengah 3 siang.
Latihannya cukup lama, dan ini menghabiskan waktu tidurku!
Tapi syukurlah esok minggu, jadi aku bisa tidur seharian tanpa kuatir tidak terbangun untuk membuat tugas tugas yang diberikan orang tak berperasaan bergelar guru itu.
Aku melintasi halaman sekolah, dan mataku segera menangkap bayangan Tata yang sedang duduk di kantin.
Tata di kantin sendirian?
Tumben biasanya Marco selalu ada disampingnya?
Apa dia lagi bersama Marco ya?
Oh, ya, benar juga, tadi Marco bilang dia ada keperluan, mungkin dia mau pacaran dengan nana, lagipula ini kan malam minggu.
Tapi dimana Marco?
Beberapa langkah aku berjalan keluar dari gerbang sekolah, aku berpapasan dengan Thalia, yang menaikki motor satria masuk ke dalam kompleks sekolah membawa beberapa bungkusan yang tampaknya makanan.
Hmm, apa Tata bersama Thalia?
Berarti Marco ada dimana?
Aku mengangkat bahuku, berusaha tidak ambil pusing, tapi entah kenapa hatiku meminta agar aku menghubungi Marco dan mencari tahu keadaanya, sayangnya aku tidak melakukannya karena pulsaku habis.
Aku kembali meneruskan langkahku, berjalan menuju kostku, karena tubuhku masih merasa kurang nyaman setelah aku pingsan tadi siang.
Bruk!
Aku meletakkan tas sekolahku sesampainya aku dikamarku, dan tanpa perduli menanggalkan seragamku, aku merebahkan tubuhku di kasur.
Ahh, badan sial.
Kalau lagi ga fit pasti begini, semuanya pasti benar benar payah dan cepat lelah.
Aku mengantuk....
***
"Pergi! Jangan Sentuh aku!"
Tangan tangan besar itu menarik tubuh kecilku, menarik jari jari mungilku, memaksaku mengikutinya.
"Kamu sudah ga mungkin lagi tetap disini! Ayo! Ikut kami!"
"Lepaskan! Kalau gak ada orang dirumah nanti siapa yang bakal bukakan pintu kalau mereka pulang! Lepaskan aku!"
Tubuh kecilku ditarik paksa, aku diseret keluar dari rumahku sendiri.
"Lepaskan aku! Aku akan tetap menunggu disini! Jangan ganggu aku!"
"Ayolah, Tuan Muda Kazuhito, anda harus menurut! Tuan Koji melakukan ini untuk kebaikan Tuan Muda!"
"Diam kamu pembantu! Ga! Kalian ga boleh membawaku pergi! GAAA!"
Mendadak sebuah pelukan hangat mendekapku, menahan diriku pergi.
"M.... Mama...?"
Wanita di belakangku yang memelukku, wanita yang sama yang menciumku lembut, menenangkanku saat aku kemarin menangis, ibuku memelukku dengan lembut.
"Mama lagi lagi dapat kesempatan untuk mendekapmu, anakku."
bayangan mimpi buruk yang tadi bagaikan tertiup menjauh, sekarang aku berada dalam sebuah ruangan yang kukenal.
Kamarku saat aku kecil.
Boneka beruang kesayanganku, bantal dengan gambar power ranger kesukaanku.
"Ya, Mama, jangan pergi...!"
".... KYAAAA......!!!"
Ah!
Teriakan wanita mendadak membangunkanku dari tidurku, membuat pandanganku berkunang kunang karena terkejut dan terbangun tiba tiba. Kepalaku bagai disiram dengan air es, terasa pening dan begitu sakit.
Aku mengerjapkan mataku, mengenali sekelilingku.
Gelap.
Sudah malam.
Ini kamarku.
Aku bisa melihat cahaya lampu dari pintu yang terbuka, dan masih tampak bergerak.
Ada yang masuk tadi?
pasti orang itu yang berteriak!
Siapa dia?
Aku menggeliat, dan mencoba bangkit.
Berat?
Aku menggapai gapai, dan merasakan sepasang tangan melingkar di dadaku, serta tubuh seseorang di belakangku.
Berkali kali aku mengerjap, mencoba mencaritahu siapa orang itu, tapi tidak berhasil, karena mataku masih gelap karena pusing.
Aku akhirnya menggapai saklar lampu meja di dekat kasurku, dan menyalakannya, hanya untuk terkejut saat menatap orang yang memelukku.
Marco!
Memelukku lekat, sambil terlelap perlahan.
Ia memelukku dengan keras, mencegahku lepas.
Apa apaan anak ini?!
aku harus membangunkannya.
"Marco..."
"Marco, bangun..."
Kutepuk tepuk pelan pipinya, membuatnya tersadar dari tidurnya.
"Marco, kamu apa apaan meluk aku begitu?"
Aku mencercanya dengan pertanyaan yang lebih tampak seperti omelan karena kekesalan dan sakit kepalaku.
Marco mengerjap beberapa kali, dan tak lama kemudian raut murung mengisi wajahnya.
"Marco...?"
Marco masih diam dan menunduk, tapi ia kemudian memegang kedua tanganku, dan mendorong tubuhnya maju, mendekatkan wajahnya dan wajahku.
"Hei, Hei, apa apaan ini, Marco...!"
Aku mencondongkan tubuhku ke belakang, mengambil jarak dari wajahnya, tapi ia memegangi tanganku dengan keras.
Tubuhku ga kuat melawan?!
Sial, masih belum sepenuhnya sehat rupanya!
Marco masih menatapku lekat, sambil terus memperdekat jarak kami.
5cm
3cm
1cm
cup
Aku membelalak, saat Marco mengecupku.
Dia melumat bibirku dengan kuat, membuatku benar benar terkejut.
Ahh, kepalaku pening!
Marco pasti lg galau tingkat kaisar langit n ga bs control rasa dia ke yuji yg di rasa slama ni huhuhuh.. N sepertinya masa lalu yuji kelam bgt,
soalnya nggak bisa ditebak. mehehe.
Omg marco kiss me kiss me haha lol