It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
thanks bro,,,,, saya memang sedang berusaha untuk berubah... dengan adanya cerita ini saya akan dapat berubah ketika cerita ini selesai
wellcome bro
Dgn kisah yg dicerita w sangat percaya. Krn gak ada guna nya u mengarang cerita ini.
Ada rasa sayang dikarenakan u terlalu tertutup. Dgn masalah yg kamu hadapi. Ibarat tali kusut yg mau dibuka ikatanya. Ada salah buka dikarenakan kurang pengarahan. Makin di buka makin kusut. Ini si buka salah kamu si. Tp w jd merasa ikut prihatin krn semua yg terjadi. ;-(
Tp w bisa merasakan setelah apa yg terjadi kamu curhatkan lewat cerita kamu. Yaitu kamu merasa sangat menyesal dgn apa yg kamu lakukan selama ini.
Kami sbg org luar mgk hanya bisa menyarankan.
Saran w selalu ada kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yg kita buat.
Meskipun untuk memperbaiki itu gak semudah yg dingomongkan. Perlu usaha yg cukup keras sehingga org lain bisa percaya.
Kaca yg sudah kita pecahkan kalau mau diperbaiki kembali meskipun bisa utuh pun pasti masi ada bekas nya.
Dr kisah kamu. Sy jd keingat teman sy.
Kisah yg kamu hadapi sama dgn yg dia alami. Org nya cukup pintar terutama dlm bidang bhs inggris.
Tp karena kakak beradiknya banyak 11 org. Jd kasih sayang dr ortuanya kurang ke dia.
Dia pun ada penyimpangan oriental seks sma dgn kita semua disini. Kisah panjang sekalu klo mau ditulis. Intinya kasus yg dia hadapin dgn kamu. Hampir sama.
He9.
Sorry. :-p
ga ap bro heheh santai aja
Selama saya melakukan masturbasi yang rutin itu, baik sendiri maupun ketika bersama dengan joni, membuat saya merasa sangat tidak normal, bahkan lebih banyak diam lagi. Di kelas pun saya menjadi lebih diam, bahkan berusaha menjauhi teman-teman hanya untuk melakukan masturbasi.
Suatu hari, tanggalnya saya lupa, yang penting ketika mau memasuki semester baru kelas 3 SMA, semester genap, mau UAN. Mama menyuruh saya untuk mengantar makanan kerumah bang Joni, karena mamanya sakit. Sebelumnya saya tidak pernah ke rumah bang joni karena harus melewati sungai dan juga agak mendaki dan melewati kebun karet dan kopi milik orang. Kata mama, nanti setelah saya sudah sampai disamping sungai nya, kalau ada orang saya minta bantu aja sama mereka, karena biasanya ada anak-anak yang mau menolong yang penting dikasi uang jajan.
Sesampainya saya di tepi sungai itu, sesuatu hal yang tidak pernah saya sangka sebelumnya terjadi. Ternyata di sungai itu banyak sekali masyarakat yang beraktifitas, ada yang menambang pasir, ada juga yang menyuci, mandi, berenang, kakek kakek, nenek nenek, tua muda, remaja, anak anak,,, beragamlah! Bahkan disana ada truk mobil kami sedang mengambil pasir untuk diangkut, semua mata pun tertuju pada saya. Saya baru pertama kali kesana tapi ternyata mereka mengenal saya. Mereka pada menyapa saya, bahkan ada yang menyalami saya. Saya pun berusaha untuk bersikap senyaman mungkin untk berinteraksi dengan mereka. Saya senang mengenal mereka, kemudian pak supir truk kami pun datang
“man, mau kemana kamu?”
“mau kerumah bang joni, jalan rumahnya dimana ya?”
“ohw,,, itu ka nada jalan setapak di seberang, nah naik ke situ, rumah banyak kok Cuma jalannya aja Cuma setapak… hhehhe kalau da masuk perkampungan nanti baru bagus.”
tapi tiba-tiba ada ibu-ibu yang mengatakan
“ya sudah nak firman, kita bareng saja, kebetulan saya mau pulang kok.”
Ibu itu pun selesai mandi dan mengemasi barangnya, dia membawa ember besar yang berisikan piring cucian mereka. Di jalan kami berbincang-bincang, dia nanya kenapa saya kerumah Joni, saya kelas berapa, kenapa saya ganteng, dan nanti kalau da tamat mau apa? Dia mau anaknya seperti saya, pintar! Tau dari mana saya pintar, huft! Rupanya masyarakat sungai ini tau banyak tentang syaa,,, bahkan mereka lebih tau banyak dari pada ayah saya. Ternyata saya memang sudah tersohor di kampung itu, dan yang lebih terkejutnya lagi ada teman teman sekolah saya yang rumahnya ada di kampung itu. Dari ibu itu sya tahu banyak tentang pandangan masyarakat terhadap keluarga kami.
Ayah sya katanya orang yang paling baik dikampung itu karena sering menolong masyarakat dan juga petani serta penambang pasir, mama juga seperti itu suka membeli hasil bumi para ibu-ibu petani. Abang sya ternyata sering ke kampung itu dan main volley bersama dengan anak anak kampung itu, dan setiap dia kesana orang kampung itu pasti memperlakukan dia dengan baik, bahkan sampai di jamu makanan. Kalau ayah naik ke kampung itu untuk kerumah masyarakat atau misalnya ke pesta mereka pasti memotong daging untuk ayah.
Parah, segitunya kah? Kenapa selama ini saya ga tahu? Apa saya memang tidak mengenal lingkungan syaa? Pantas saja kami sering makan daging dirumah, ternyata dari warga sini? Hemmmmm
Saya ga kebayang apa yang aka terjadi sama saya ketika saya sampai disana!
Dari ibu itu juga saya tahu bahwa semua orang kampung itu menganggap saya sombong. Itu dikarenakan saya tidak pernah ke kampung itu, bahkan jika saya bertemu dengan warga itu digereja saya tidak pernah menyapa mereka. Yah, bagaimana lagi,,, saya bukannya sombong, Cuma ga suka banyak omong! Ibu itu sepertinya sangat ramah, dia juga bercerita tentang keluarganya…. Anak anaknya semua mengenal saya, di kampung itu mereka memanggil saya Si jenius tapi dalam bahasa daerah, kalau bahasa indonesianya ya jenius.
Ternyata yang saya kira sebelumnya Cuma 50 meter, ternyata saya merasa jaraknya seperti 100 meter dari sungai baru sampai ke kampung tersebut. Memasuki ujung kampung itu bulu kuduk saya merinding, bau khas kampung saya cium, seperti bau kayu yang tua, kotoran ternak dan masih banyak lagi. Kampung itu ternyata memiliki banyak penduduk, buktinya dengan jumlah rumah masyarakat yang banyak tersusun saling bersebelahan dan berhadapan dimana di tengah-tengah ada jalan besar yang terbuat dari susunan batu sungai yang besar dan lebar-lebar, ada yang agak berlumut sedikit. Saya sampai disana sekitar jam 4 sore, suasana kampung itu benar-benar kampung, rumah masyarkat ada yang terbuat dari kayu, dan beratap rumbia, di depan rumah ada tempat duduk yang terbuat dari kayu besar, batu besar untuk tempat duduk. Rumah ada yang seperti rumah adat, pakai tangga jadi mereka yang ada dirumah bisa melihat kita dari jendela,,, karena rumah itu jendelanya Cuma kayu yang disusun saja,,, aneh si!
Pas melewati kampung, semua warga pada melihat sya, bahkan ada anak-anak yang masuk kerumah dan kemudian keluar diikuti dengan anggota kelaurga lainnya. Aneh!
Mereka pun mengucapkan salam sama saya dalam bahasa daerah kami,,, sya juga berusaha menjawabnya seramah mungkin, karena saya ingin memperbaiki nama baik saya dan menyaingi abang serta ayah.
Ada yang senyum, ada yang Cuma menatap saja, ada juga yang menurut saya menampakkan muka kebencian terhadap saya. Bodoh amatlah!
Sekitar beberapa rumah kami lewati, ibu yang bersama saya pun berhenti
“dik, sebentar ya, saya taruh ember ibu dulu, rumah si joni itu disana”, dia pun menghunjuk. Saya melihat sebuah rumah,,,, seperti gubuk si. Tapi agak besar….
Saya pun menyalami anggota keluarganya, dan beberapa tetangga ada yang datang dan menyalami saja… saya merasa seperti selebriti saja. Ga nyaka, ternyata keluarga saya itu lumayan disegani di kampung ini. Ahhahhahaha
Saya pun diantar ibu itu kerumah bang joni, ngos ngosan saya menuju kerumah bang joni. Karena jarang saya jalan kaki sejauh itu. Tapi ga apalah, ternyata banyak berjalan banyak dilihat. Hehehheh
Menyimak sekaligus belajar aja
kalau bisa setiap alinea atau paragraf dipisah jadi biar enak dibacanya romy
soalnya kalimat yg berurutan terus kadang matanya capek bacanya
so terusin aja ya ceritanya
thanks bro
@jayok
thanks da baca bro.... cara penyampaianya emang gimana? hehehhe sok sastra saya ni
@joenior68
sip bro,,, thanks a lot
..
mang kamu, gua juga mandiri bool