It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kemenangan Fatin Shidqia Oleh: Orang Mars | 29 May 2013 |
11:51 WIB Belum genap seminggu
menyandang status juara X
Factor Indonesia (XFI), Fatin
sudah mulai dihadapkan pada
tudingan ‘tak layak juara’.
Menariknya tudingan ini tak hanya datang dari haters tapi
juga dari Hakim Tobing yang
menurut sebuah media adalah
seorang musisi senior. Hakim
menuding kemenangan Fatin
Shidqia sebagai sebuah kontroversi. Alasannya, Novita
jauh lebih layak menang karena
punya teknik dan karakter vokal
yang mumpuni. Sayapun
mengakui teknik yang dimiliki
Novita sangat jauh di atas Fatin. Tapi untuk karakter suara
tunggu dulu. Mengatakan
karakter suara Novita lebih kuat
terdengar seperti sebuah logika
yang terbalik. Dan akhirnya pada
tahap ini, saya yang pada awalnya mencoba berfikir positif
dan objektif, sudah menangkap
bahwa semua ini lagi-lagi kasus
‘gagal paham’ tentang apa
yang dimaksud dengan X Factor.
Selain mempertanyakan kemenangan Fatin Shidqia dan
kredibilitas juri, Hakim juga
menertawakan sistem dukungan
via SMS yang dianut X Factor
Indonesia, dimana pemenang
ditentukan oleh voting pemirsa. Saya tidak tau apakah Hakim
Tobing juga mempermasalahkan
Indonesian Idol yang juga
memakai sistem yang sama
dengan XFI. Atau hanya saat
Fatin jadi juara saja hal ini dipermasalahkan? Hakim
berasumsi siapapun yang punya
‘uang lebih’ bisa saja
memborong semua SMS agar bisa
menang. Dalam kasus
kemenangan Fatin, Hakim lupa kalau Fatin bukanlah dari
kalangan keluarga berada. Di beberapa episode Gala Show
XFI, Ahmad Dhani sudah
berulangkali menjelaskan apa
yang dimaksud dengan X Factor.
Sesuatu yang tak diketahui yang
bersifat magnet dalam diri seseorang. Dan ketika Ahmad
Dhani dihadapkan pada pilihan
Fatin atau Novita, Dhani tanpa
keraguan menjawab Fatin-lah
yang seharusnya menyandang
gelar juara X Factor Indonesia. Dan jika kompetisi ini bukan X
Factor, misalnya Indonesian Idol,
maka Novita mutlak juara. Tak
heran jika kemudian Ahmad Dhani
menganggap tudingan Hakim
Tobing sebagai angin lalu di akun twitter-nya. Kenapa sulit sekali untuk
menerima hakekat dari X Factor
itu? Kenapa orang yang bodoh
seperti saya ini bisa mengerti
apa itu yang dimaksud faktor X?
Kenapa yang lain tidak? Bahkan yang mengaku musisi? Katanya
musik adalah demokrasi. Tapi
kenapa selalu saja ada
pemaksaan kehendak dibalik
alasan teknik vokal, kematangan
dll yang sifatnya bisa dipelajari dan dibangun oleh waktu?
Kenapa?
Musik bagi orang awam seperti
saya tidak hanya konsumsi
telinga tapi juga hati. Sehingga
yang akan saya cari adalah yang enak di telinga dan merasuk ke
hati. Bukan yang membuat logika
saya berkata “hebat!”, tapi
yang membikin telinga dan hati
ini rindu.
Adoh yg inih mak jleb *ngakak guling2*
Tp fatin punya ciri khas, punya identitas didalam timbre suaranya...
Layak Menjadi “The Next
Diva” Oleh: Fajrin D | 07 June 2013 |
21:13 WIB “Diva adalah sebuah istilah yang
digunakan untuk merujuk
kepada penyanyi-penyanyi
wanita di genre musik opera
dengan bakat luar biasa.
Penggunaan istilah ini kemudian berkembang ke dunia teater,
sinema, dan musik populer. Kini
istilah diva juga digunakan untuk
penyanyi-penyanyi wanita yang
bukan dari genre opera, namun
memiliki bakat dan rentang perjalanan karier yang
cemerlang.” (Id.Wikipedia) Menyimak artikel opini salah
seorang Kompasianer senior
kemarin lalu yang berhubungan
dengan Fatin Shidqia Lubis dan
karirnya sebagai seorang
penyanyi, saya agak mengernyitkan dahi dalam
membacanya. Pasalnya sang
penulis yang diketahui aktif
beropini dalam rana Politik kini
memberikan pandangannya
terhadap musik yang dalam kasus ini mengkritik Fatin,
mencoba memupuskan harapan
kelompok yang disebut Fatinistic,
ditambah bumbu provokator
dimana tulisan tersebut tidak
dibarengi rasa motivasi dan terkesan sangat menjatuhkan.
Intinya tulisan tersebut tidak
memiliki keinginan menciptakan
iklim yang lebih baik dalam hal
bermusik, tapi opini spontan
untuk menentang selera orang yang lebih banyak. Kompasianer
Dewa Gilang, sukses menuai
komentar pro dan kontra dalam
artikelnya [Suara Fatin Pas-
pasan, Tak Layak Menjadi The
Next Diva] dan berhasil menuai beragam tanggapan kritik,
pembelaan, tendensius, acuh tak
acuh, hinaan pro, dan hinaan
kontra. Termasuk artikel
bantahan yang saya yakin sudah
bertebaran sebelum artikel ini meluncur.
Saya pribadi telah menuangkan
beberapa (banyak) tanggapan di
artikel tersebut, yang isinya
secara garis besar menentang
asumsinya bahwa Fatin memiliki suara yang pas-pasan dan tidak
layak ke karir seorang Diva.
Namun karena belum puas, saya
ingin lebih jauh lagi mengupas
tentang ketidak setujuan
terhadap materi artikel tersebut yang menurut pengakuan sang
penulis sendiri berasal dari
asumsi lima menit tanpa bantuan
referensi. Berbeda dengan dia yang menulis
opini prematur tanpa keinginan
mencari referensi lebih lanjut,
maka Insya Allah saya disini akan
mencoba menyertakan referensi
yang diperlukan dan lebih objektif dalam memberikan opini,
apalagi karena saya adalah
seorang Fatinistic yang
menjunjung kreatifitas,
sportifitas, dan action dalam
memberikan sebuah support. ASUMSI PERTAMA: SUARA FATIN
PAS-PASAN
Tuduhan yang anehkah? Jelas!
Mari kita kroscek, X-Factor
memiliki sekitar 3 babak sebelum
sampai pada babak Gala Show yang menuntut polling pemirsa,
sebelumnya menggunakan sistem
penjurian. Babak tersebut adalah
Audisi, BootCamp, dan Judges
Home Visit. Terbukti Fatin dapat
melalui babak ini dengan baik sampai akhirnya terpilih menjadi
salah satu dari ke-13 kontestan
terbaik dari ribuan pendaftar.
Tidak dielakkan lagi bahwa
keterpilihan Fatin tersebut
disebabkan karena vokal-nya yang berkarakter kuat dan
memiliki keunikan dari segi
seorang penyanyi. Fatin sukses
menyihir juri untuk
memenangkannya dengan
lantunan dari suaranya dan saya jamin anda semua cukup baik
untuk mengakui bahwa juri tidak
melirik jilbab diketiga babak
tersebut.
Untuk mengingat kembali
bagaimana kuatnya vokal gadis remaja 16 tahun ini, putar video
berikut. Perhatikan komentar 4 juri
bagaimana mereka terpukau
sendiri dengan karakter suara
dari seorang Fatin dan mereka
semua profesional dibidangnya.
Bukannya mau memuji setinggi langit, namun fakta dari kejadian
audisi tersebut bahwa Dhani dan
Rossa-pun berusaha
memperebutkan Fatin, terlebih
dari mulut Mulan yang
berkomentar terpana tidak main-main sewaktu sang gadis
berkarakter telah turun dari
panggung. Dibabak kedua yaitu
BootCamp, anda juga dapat
melihat bagaimana komentar
Bebi Romeo yang juga terkesan akan keenakan karakter vokal
gadis tersebut, dan setelah
melalui hal itu semua akhirnya
Fatin terpilih menjadi salah
seorang 13 kontestan terbaik.
So, tidak ada alasan untuk menyebut suara Fatin pas-pasan
kecuali dari orang yang tidak
mengetahui musik atau tidak
bisa menghargai selera genre
telinga orang yang lebih banyak,
termasuk selera awamnya yang tidak masuk ditelinga juri.
ASUMSI KEDUA: AKSI PANGGUNG
FATIN TIDAK MENGHIBUR Jujur saja, saya kurang mengerti
maksud bagian dari pernyataan
ini, karena memang saya bukan
si penulis DeGil yang tentu saja
tidak tahu aksi panggung apa
yang dia inginkan dan akan membuat dia terhibur. Apakah
karena Fatin tidak goyang
ngebor seperti Inul Daratista
makanya dia tidak merasa
terhibur? Atau mungkin dia
berharap melihat goyangan itik terbaru dari Zaskia Gotik atau
moonwalk mendiang Michael
Jackson untuk bisa
menghiburnya? Sekali lagi saya
tidak tahu, silahkan tanya
langsung kepada bung DeGil. Berbicara mengenai aksi
panggung, saya pribadi tidak
terlalu tertarik mencari aksi
fantastis diluar kategori suara
apalagi diajang X-Factor ini,
kalau mau melihat aksi panggung pindah channel ke IMB, disana
banyak dancer hebat
dibidangnya.
Visualisasi penonton terhadap
bintang memang dibutuhkan,
namun bukan cuma didasari aksi panggung, dan sebenarnya
memang ada perbedaan selera
disini. Dari artikelnya terlihat si
penulis (Dewa Gilang) sangat
semangat menuduh bahwa
banyak yang suka atau “terhibur” oleh Fatin karena
jilbabnya (yang akan saya bahas
selanjutnya), jadi dia seakan
menjilat ludah sendiri dengan
menentang selera visualisasi
orang lain dan mengatakan aksi panggung Fatin tidak menghibur.
Karena dia sedikit menyinggung
Novita disana, yang jadi
pertanyaan sebenarnya aksi
panggung apa yang dilihat si
penulis DeGil dari Novita yang membuatnya terhibur dibanding
dengan Fatin? Novita dulu
sempat berkoreografi dengan
dance ala remaja, namun malah
ditentang oleh Ahmad Dhani
dengan mengatakan kurang lebih, “Kamu gak perlu goyang,
karena kamu gak akan bisa
mengalahkan Agnes!”, sampai
akhirnya penampilan selanjutnya
Novita fokus pada suara saja.
Jadi, jika dilihat visualisasi penonton terhadap mereka
berdua hanya sebatas mode,
apakah bung DeGil lebih menyukai
model pakaian seperti Novita dan
tidak menyukai model pakaian
jilbab Fatin ala icon sopan Muslimah? No problem, itu
seleranya.
ASUMSI KETIGA: JILBAB FATIN
MENIMBULKAN SENTIMENTIL Asumsi ini merupakan salah satu
yang paling menarik, karena
memang cukup sering dibahas.
Fatin memang memiliki kelebihan
tersendiri dari style jilbabnya,
dan ini membuatnya disukai berbagai kalangan karena
memang banyak yang dapat
diapresiasi dari dia bukan hanya
vokalnya saja tapi termasuk
fashionnya dan sikapnya yang
polos. Tapi jika ada yang mengatakan Fatin disukai karena
jilbab saja, jadi pertanyaan
kenapa Novita tidak mencoba
memakai jilbab juga untuk
menarik peminat yang sama?
Toh tidak dosa kalau Novita pakai jilbab dibanding tampil
buka-bukaan yang sudah jelas
membuat ibu-ibu yang harus
menutup mata anaknya. Lagipula
bintang itu harus disukai secara
audio dan visual, fashion Fatin dengan jilbabnya itu adalah nilai
plus bukan hal yang perlu
dikritik.
Berbicara mengenai jilbab, harus
diingat bahwa Fatin bukan satu-
satunya pendaftar berjilbab waktu itu. Ada yang hampir
berhasil menduduki kursi ke-13,
memakai jilbab, suaranya cetar,
berpengalaman, dan dialah ibu
Lisa Sulistyowati. Bahkan dia
sempat dijuluki Celine Dion Indonesia, namun sayang dia
tidak berhasil masuk tahap Gala
dan harus gugur tahap
sebelumnya. Mengapa bu Lina
tidak menciptakan euforia
seheboh Fatin padahal dijuga memiliki mahkota hijab
dikepalanya? Bukankah katanya
jilbab menimbulkan sentimentil?
Alasannya karena memang
masyarakat pandai dalam
menentukan karakter vokal yang mereka harapkan untuk
mengisi icon X-Factor.
Sedikit pengatahuan, mungkin
disini masih ada yang belum tahu
apa arti sebenarnya dari
Fatinistic bahkan dari kalangan Fatinistic sendiri, saya pribadi
baru tahu beberapa waktu yang
lalu setelah XFI berakhir
ternyata Fatinistic merupakan
sebuah singkatan bukan cuma
sebutan penggemar saja. Awalnya saya kira Fatinistic sama
seperti nama penggemar bintang
lain yang merupakan “plesetan
asyik” saja contoh Afganisme,
Shenation, Febriownis, dll. Tapi
ternyata saya tidak mengira betapa kreatifnya yang pertama
kali membuat FanBase istilah
Fatinistic tersebut yang
ternyata mengandung
kepanjangan didalamnya yaitu
“Fatin Idol Save The Incredible Characteristic”, itu saya
dapatkan di forumnya
Fatinistic.com, kreatif bukan!
Mengapa saya masukkan disini?
Karena jika Fatin hanya disukai
oleh karena jilbab bukan karakter vokal yang ada
padanya, maka nama fansnya
bukan ‘Fatinistic’ tapi
‘Fatinistij’! Haha.. Semoga anda
bisa terhibur, why so serious..
ASUMSI KEEMPAT: FATIN TAK LAYAK MENJADI THE NEXT DIVA Ini adalah asumsi prematur yang
sebenarnya terlalu kejam dan
terlihat tidak berguna sama
sekali untuk dikatakan, tapi saya
dapat memaklumi apalagi dari
penikmat awamer. Diawal tulisan saya sudah mengutip definis dari
Diva yang disepakati yaitu
penyanyi yang diakui memiliki
bakat dan rentang perjalanan
karier yang cemerlang sepanjang
masa job. Fatin baru memulai karirnya tanpa bekal
pengalaman belajar vokal suara,
mengikuti audisi pertama, naik
dalam pentas perdana, dan
langsung memenangkan ajang
berbasis dunia! Fatin hanya memulai dengan vokal alami yang
sangat berkarakter dan
disebut-sebut sebagai anugerah
Tuhan kepadanya, dan terbukti
sekarang dia tengah kebanjiran
job diusia yang masih sangat sangat belia. Secara 16 tahun
saja Fatin sudah menciptakan
eufora yang memang berlebihan
bagi masyarakat, tapi dia sendiri
yang menciptakannya. Aura Diva
memang tidak terlihat diusia yang masih belia apalagi ABG
belasan tahun, tapi adakah yang
tahu saat dia berumur 20-an
keatas? Atau seumuran dengan
Novita saat ini?
Jika kembali pada definisi Diva sebelumnya, justru terlihat
peluang Fatin menjadi ‘The Next
Diva’ amat sangat terbuka
bahkan mungkin saat ini cuma
dia yang berdiri didepan pintu
ke-Diva-an, karena jelas dia memiliki karir cemerlang diawal
memulai dan masyarakat serta
media dengan semangat
menyimpang file-file prestasi
penting tersebut. Tinggal kita
lihat bagaimana Fatin dapat terus mengolah diri,
menunjukkan totalitas dalam
berkarir dan berkarya, terus
semangat dalam memperbaiki
diri, terus mempelajari tekhnik
bernyanyi dibalik karakter kuatnya, terus aktif berkarir
dan setia dalam bersyar’i, terus
eksis diblantika musik tanah air,
dan yang pasti terus memiliki
support, kritik, masukan, dan
motivasi dari kalangan masyarakat yang sangat
mengapresiasikan dirinya
terutama dikalangan Fatinistic.
Jadi, logika sangat terbalik jika
mengatakan Fatin tak layak
menjadi Diva sementara pintu tersebut begitu terbuka besar
didepan seorang Fatin dan
tinggal menunggu masa dia
dapat membukanya. Sekarang ini
dia butuh support, dia butuh
masukan, dia butuh kritik membangun, dia butuh motivasi,
bukan sesuatu yang
menjatuhkan karena dia memang
berpeluang membanggakan
Indonesia. Haqqul yakin Insya
Allah.. SUARA FATIN BERKARAKTER LAYAK
MENJADI THE NEXT DIVA Sedikit mengutip artikel
Infospesial.net berjudul ‘25 Diva
Dunia Terbaik Sepanjang Masa’,
disana terdapat nama-nama
orang yang menduduki polling
peringkat Diva yang dibuat berdasar prestasi para diva
sepanjang 20 tahun terakhir. 5 nama teratas yang tercantum
adalah:
1. Madonna
2. Mariah Carey
3. Beyonce
4. Lady Gaga 5. Adele
Nama lainnya menyebutkan
Britney Spears, Katy Perry,
Rihanna dll juga menempati
urutan Diva. Menarik mengetahui
bahwa ternyata rata-rata dari mereka bukanlah pemilik vokal
tinggi apalagi 6-7 oktav, adakah
yang berani mengatakan Adele,
Madonna, Lady Gaga, dll memiliki
vokal 7 oktav? 5 oktav saja
rasanya tidak ada yang sampai. Tapi justru yang dilihat dari
mereka adalah karakter suara,
kemudian tentu saja ketenaran
karir sebagai seorang bintang
panggung, dan sejarah prestasi
dalam menggoreskan karir di dunia musik. Melihat fakta ini,
masih adakah yang berpikir Fatin
yang telah memulai dengan
cemerlang diawal karir ini tak
layak menjadi Diva selanjutnya?
Jadi sekarang tampak mengada- ada bukan artikel yang ditulis
oleh Kompasianer Dewa Gilang.
Maklumi saja namanya juga
artikel lima menit tanpa
referensi, tapi kalau saya cukup
tahu diri bahwa artikel lima menit apalagi tanpa referensi itu
tidak layak masuk publicitas.
Penyanyi hebat itu tidak perlu
suara tinggi dengan vokal 6
oktav dan sebagainya, terbukti
penyanyi dunia yang laris manis seperti Taylor Swift, Lenka,
Britney, dll tidak memiliki vokal
tinggi. Cukup vokal yang
berkarakter dan tidak
sembarang orang memilikinya,
Fatin telah membuktikan memiliki hal tersebut dengan
memenangkan ajang XFI yang
sesuai dengan konteks dan icon
yang dia miliki. Mungkin bung
DeGil mengira bahwa Diva
internsional itu memiliki vokal setinggi langit sehingga dia
berpikir bahwa Novita lebih
pantas menjadi Diva karena
tekhnik vokalnya mumpuni, jadi
sebenarnya itu adalah artikel
salah paham karena dia tidak mengerti arti Diva itu sendiri.
Seleksi Diva itu dilihat dari
prestasi sepanjang karir dari
awal mulai, booming, dan akhir
yang jaya, bagaimana bisa Novita
yang memiliki sejarah kegagalan di Nagaswara itu punya peluang
Diva? Ha.. Ha.. Ha..! (Maaf saya
tertawa)
Sebenarnya saya ingin sedikit
curhat dibagian akhir nih, jujur
sebenarnya saya tidak ingin menyinggung nama Novita pada
artikel selanjutnya dari artikel
saya sebelum ini, meskipun saya
tahu kebanyakan Kompasianer
yang memberikan citra buruk
terhadap Fatin disini adalah kalangan fans Novita yang
kecewa dengan hasil akhir,
apalagi diartikel sebelumnya ada
komentar kawan Kompasianer
yang mengatakan besok-besok
jangan lagi memasukkan Novita soalnya numpang eksis melulu
tuh orang. Namun saya berpikir
tidak ada salahnya juga
menyinggung sedikit nama
Novita, karena tidak adil rasanya
disaat Fatin terus-terusan eksis diberbagai media, Novita justru
terus-terusan dilupakan, tapi
jika memang itu sudah takdir
apa boleh buat. Apa yah,
perasaan tadi saya ingin
menambahkan sesuatu yang bagus tapi tidak jadi takut salah
bicara karena jujur juga saya
tidak mau kehilangan haters.
Baiklah, artikel ini saya tutup
dengan doa semoga Fatin dapat
membuktikan dirinya layak menjadi ‘The Next Diva’ dengan
terus totalitas dalam menjalani
karir dari awal sampai akhir.
Ganbatte Fatin! [@Fajrin_NearL] | Artikel sebelumnya: Fatin Tampil
Dahsyat di Setiap Media