It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@the_angel_of_hell, udah, cuma mereka belum di kasih anak. Itu ku tahu dari kasus nyata temen ku sendiri
@Ricky89, itu yang nanti di rasa oleh jimmy dan rontje
=====
Sejak malam yang terlalu panjang itu, Setiadi terjebak di pusaran cinta lamanya. Perasaan kepada Randy, sengaja atau tak sengaja tumbuh kembali. Tak berbeda dengan Randy, hanya sesaat ia membiarkan rasa hatinya meluap, sekarang luber kemana- mana, lupa status barunya, peristiwa malam itu membawa angan- angan dua insan itu melambung tinggi jauh ke tapal batas langit ke tujuh. Perintah otak tetap terdengar, jangan bermain dengan api cinta jikalau tak ingin hangus terbakar, namun sang hati malah menaruh minyak kepada api cinta, membiarkan api meledak, membakar sukma mereka.
"Jim, gua tahu gak mustinya gua hang out ama Randy kemaren. Gua cuma takut ..."
"Apa ku ngerasain itu lagi ama Randy?" Jimmy sudah hafal gelagat Setiadi jika terjadi sesuatu.
"Itu yang gua takutin. Mustinya kan gua move on, cuma kemarin malem koq Randy aneh sikapnya, jengah sih segitu deketnya ama dia, cuma gua nya pun nikmati."
"Dia ngedeketin lu lagi yah?"
"he-eh..." Setiadi menjawab sambil menghela nafas.
"Trus, lu mo ngapain?"
"Gua harus ngobrol ama dia, gua ama dia musti stop ini. Dia bukan punya gua lagi, itu gua SANGAT tahu."
"Cuma cinta lu masih terlalu kuat ama dia?"
Setiadi tak menjawab, menengadah ke langit- langit, menghela nafas berat. Matanya sedikit berembun.
"Apapun nanti sakitnya, gua harus sudahin cerita gua. Saat nya gua harus liat dia sebagai teman"
"Gua salut ama lu Di, sekarang lu bener berubah. Tenang Di, gua ama Tjetje pasti bantu lu."
Setiadi menggenggam erat tangan Jimmy, mata mereka paling bertemu,
"Makasih Jim, dari dulu kalian berdua keluarga gua"
Setiadi merangkul Jimmy, memberikan rasa kasih dan persaudaraan kepadanya.
"Tau gak Di, kemaren Hendra trus liatin lu loh. Dia keliatan naksir lu. Memang kemaren lu bener2 sexy."
"Mungkin aja gua bisa kasih kesempatan ama Hendra, tapi gua harus tutup buku ama Randy dulu, jangan ampe Hendra cuma pelarian aja. Gua mau hadapi Hendra dengan lembaran baru, bukan pake sisa dari kisah gua ama Randy."
Jimmy kagum akan kedewasaan Setiadi.
"Gua salut ama lu Di, lu dewasa sekarang"
"Tenang Jim, kali ini gak akan berlarut- larut. Gua udah sadar, lebih baik kesakitan amat sangat untuk satu hari daripada sakit sedikit tapi menahun."
"Tapi kita kan sekong, sakit juga toh" Jimmy bercanda
"Ah lu... Hahaha" Setiadi tertawa menanggapi candaan Jimmy.
@hantuusil taq qetinggalan
happy "seebook" seharian ini om bro
Randy! please! Lu udah punya cindy, seapapun cindy ngasih kesempataan lu berdua sama Yadi, please jangan salah gunain itu. Ingat konsekuensinya. Lu skrg suami orang. Jangan buat yadi berharap lebih jauh. Janga buaat yadi ditipu angan. Dan elu Yadi! Please, kalau lu move on! Move on! Jangan lagi ingat cinta elu ke randy! Ada hendra! Ada gue! #plak anggap aja randy yg ini baru aja lu kenal.. (maap, saya heboh sendiri. Geregetan soalnya.)
====
Berhari- hari Setiadi bingung bagaimana caranya berbicara kepada Randy. Ia tahu bahwa hubungan ini tidak boleh mereka lanjutkan, sebelum semuanya menjadi kacau seperti 3 tahun yang lalu. Setiadi sudah menyiapkan diri, memikirkan kata yang tepat, mempertimbangkan matang- matang konsekuensi dari pembicaraan ini. Namun suara hatinya menjerit protes, tidak ingin kehilangannya. Pertentangan batinnya membuat suasana Setiadi sempat murung.
“Di, lu lagi murung lagi yah soal waktu itu?” tanya Jimmy dalam perjalanannya pulang hari Jumat malam, beberapa minggu setelah hang out nya.
“Iyah, kali ini bukan guanya yang gak rela, Cuma gua bingung musti bilang apa? Kita lebih baik stop sampe disini aja hubungan kita, ato kita lebih baek jangan selingkuh...”
“Baeknya lu bilang jujur dari hati lu, emang kata hati lu apa?”
“Gua pengennya gak lagi berharap cinta dari Randy, bisa ngelepas Randy biarin gua sakit pun, gua harus lepas dari Randy”
“Nah, itu aja lu bilang, jujur aja dari diri lu. Kapan lu rencana ketemuannya?”
“Gua masih belon pasti, pengennya sih besok aja, gua harus putusin aja sekarang”
“Lu nya siap gak?”
“Benernya sih gak siap, tapi percuma kalo gua tunda- tunda lagi, gua gak ma uterus- terusan di rayu ama dia.”
“Yadi, lu yakin soal ini?”
Setiadi tak langsung menjawab, dalam otaknya ia yakin, tapi hatinya menangis, menjerit tak rela kehilangan Randy.
“Kalo pun gua gak rela kehilangan Randy, tapi apa gunanya sekarang kejar dia? Gua yang salah toh suruh dia kawin. Ini yang harus gua terima, walau hati gua akan terus menangis, tapi gak selamanya gua mau dan rela menangisi Randy yang sudah tidur bareng ama cewek. Kali- kali gua juga akan kejar kebahagiaan walau udah gak bisa lagi ama dia.”
“Di, kalo lu bisa selesaikan urusan ini kayak yang lu ngomong, gua akan traktir lu di restoran Yun Nyan Pasar Baru itu yang terkenal. Itu tandanya lu sudah dewasa. Deal?”
“Deal” jawab Setiadi mantap.
Malamnya, Setiadi mengirim sms kepada Randy,
‘Ran, besok lu ada acara? Kalo bisa mau ketemuan yuk’
Tak lama sms jawaban pun masuk,
‘Bisa, mau dimana?’
‘TA aja, ada café di lantai 4 cukup nyaman’
‘oke’
Keesokan harinya, Setiadi jalan sendiri di mall Taman Anggrek, menunggu Randy. Setiadi tak lama pun merasa ponselnya bergetar.
“Di, gua udah di depan café yang lu sebut tuh”
“Oke, gua nyusul lu sekarang”
Setiadi pun berjalan dari lantai 3 ke lantai 4 dan bertemu Randy di dalam café sudah duduk di salah satu meja agak ke belakang.
“Halo Ran, sori lu jadi nunggu”
“Gua baru aja pesen”
“Oh oke”
Tak lama pelayan pun mendatangi Setiadi, Setiadi memesan café latte. Tak lama menunggu pesanan mereka berdua pun datang. Setiadi pun mulai berbicara,
“Ran, lu pastinya sih udah bisa tebak kenapa gua ajak lu bicara sekarang”
“Gua udah bisa tebak sih, it’s about us kan”
“Iyah Ran. Gua mesti terus terang ama lu, kalo gua masih ada memendam sisa cinta ama lu. Gua tak pernah berhenti cinta lu”
“Gua ngerti, dan gua juga tersiksa gak bisa kasih apa yang lu butuhin. Lu tahu kan gua sudah married ama Cindy”
“Iyah Ran, itu kan gua yang jodohin lu 3 tahun lalu. Ran, walaupun gua seneng lu masih ada sayang ama gua, Cuma sekarang gua gak bisa dan gak boleh lagi berharap ama lu...”
Randy terkejut dengan gaya bicara Setiadi yang sekarang lugas, ia merasa hatinya melompat keluar
“Gua sadar juga, kalo kita bisa aja disebut selingkuh”
“Iyah Ran, sakit banget untuk sadar ini, Cuma sekarang gua bener- bener harus melepas lu”
Setiadi menatap Randy, membuat Randy terheran- heran, dari mana keberanian Setiadi muncul, karena 3 tahun yang lalu Setiadi sudah akan bersimbah air mata. Sekarang ia melihat Setiadi dengan determinasi dan ketegasan melampaui apa yang ia bayangkan mungkin.
“Di, gua juga takut, bingung harus ngapain, status gua sebagai suami yang buat gua gak bisa apa- apa. I guess...”
“Iyah Ran... let me stop hoping for you from now on. I set you free from my love... lu sekarang bebas menjadi suami Cindy, sebagai straight sejati...” Setiadi menitikkan air matanya..
“Randy, satu yang gua minta, jangan pernah lu peluk cowok lain... gua gak rela itu... bersatulah dengan Cindy, Cuma itu yang bisa gua tenang meninggalkan lu”
Randy merasa tubuhnya disiram air es, ia tak menyangka Setiadi begitu beraninya mengambil keputusan yang sangat pahit, ia merasa bersalah dihadapan Setiadi yang telah ia lukai berkali- kali.
“Di, I never meant to hurt you...”
“No you didn’t... Cuma I guess... kalo bukan waktunya yang belum tiba, ato kita tak ditakdirkan... untuk bersama” suara Setiadi tercekat...menahan tangis
“Di, are you allright?” Randy cemas
“I will be fine, I’m strong enough... Randy makasih yah udah pernah mencintai gua... gua akan simpen sebagai kenang- kenangan. Mungkin gua bisa dapet cowok lain, tapi gua akan selalu mengingat lu sebagai lelaki yang sempurna buat gua...” Setiadi masih memandang Randy, membuat ciut hati Randy, melihat ketegaran yang luar biasa dari Setiadi.
“Setiadi, apa gua akan kehilangan lu?”
“Sebagai teman kita pasti akan bersama, Cuma mulai detik ini gua harus move on... gua harus melepas lu... gua harus mencari tujuan gua sendiri...”
Randy menunduk lemas, ia bingung harus menjawab apa. Ia merasa dirinya habis dihajar oleh Seitadi, sedikit ia merasa ciut melihat Setiadi seperti ini.
“Randy, maaf yah, I have to leave you... we’re friends always”
“Di, wait...”
Randy menatap Setiadi penuh harap. Ia terus memegang tangan Setiadi
“Randy, I will always love you... but I have to move on... good bye my love...”
Setiadi melihat mata Randy berembun...
Setiadi berjalan meninggalkan café setelah membayar tagihan, meninggalkan Randy yang termenung sendiri. Ia merasakan kelegaan luar biasa, walau ia sadar, matanya telah basah, nafasnya tersengal- sengal, namun ia tahu, mulai sekarang ia bisa membuka harapan baru untuk siapapun yang bersedia mencintai dan menerimanya...
“Halo Di, udah bicaranya?” Jimmy harap- harap cemas menerima telefon dari Setiadi
“Iyah, gua sekarang lagi mau pulang”
“Di, tunggu di sana, gua jemput Rontje dulu, dia bilang salon lagi agak sepi hari ini”
“Ato kita clubbing aja malem ini, biar gua pulang dulu beres- beres. Gua mau all out tonight”
“Oke kita dukung!”
Setiadi meninggalkan mall Taman Anggrek bersimbah air mata, namun dengan langkah yang ringan sekali, merasa semua beban telah terangkat, seolah telah ia pindahkan ke pundak Randy...