It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@the_angel_of_hell, nah ini twist nya yang sudah ku siapkan jauh dari versi awal.
Bijimana tuh ngomognya ..
Udah ah , mending nunggu update an , dari pada penisaran .
setiadi galau :P
@kimo_chie, di konteks ini ku jabarkan sebagai sosok misterius, jadi tak akan di sebut lagi setelah ini
Yang pastinya lebih PUAS .
maaf bro. baru sempet baca sekarang
Sorenya, sekembalinya mereka dari kelenteng, semua istirahat sore. Sementara Jimmy dan Setiadi mengobrol di dalam kamar,
"Jim, tadi waktu kalian sembahyang, ada Bikhu, ngobrol aneh banget"
"Aneh apanya?"
Setiadi pun menceritakan semua yang ia dengar dari Bikhu itu. Jimmy mendengarkan hampir tak percaya, sekalipun keyakinan Buddha nya.
"Di, tadi kita wara wiri dari to pek kong satu ke yang lain, gak ada tuh keliatan Bikhu, satupun... Gak salah liat lu?"
"Dia duduk depan mata gua sendiri, ngapain gua bohong... Lagian gua baru jadian ama Ndra, kenapa gua sekarang gua harus urusin Randy?"
"Tapi heran soal Bikhu itu loh, gak keliatan. Ya udah lah, gak usah di pikirin lah. Oh yah, gua minta maaf yah soal Robin, dia memang nakal banget dari kecil."
"Gak masalah soal itu sih, kali- kali seneng juga ada yang manja- manja ama gua"
"Bukannya Ndra juga manja kata lu"
"Dia manjanya beda, dia kalo becanda ganas"
Jimmy hampir tertawa bertanya,
"Ganas!? Gimana ceritanya?"
Setiadi pun menceritakan kejadian waktu itu, sementari Jimmy tertawa terbahak- bahak,
"HAHAHAHAHAHA...kena lu batunya... Ndra jadi raja singa... HAHAHAHAHAHA... Lu mau di terkam" Jimmy tertawa hingga mengeluarkan air mata, membuat Setiadi ikut tertawa juga.
Beberapa hari kemudian, Robin tetap dengan sifat khas nakalnya senang bermanja- manja, juga keluarga paman Jimmy yang menganggap Setiadi bagian dari keluarga, berkat kemiripannya dengan Vincent. Bahkan mereka meminta Setiadi untuk datang kembali berkenalan dengan Vincent langsung.
Kembali ke Jakarta, keesokan harinya, mereka menjemput Johan di stasiun Gambir. Dengan jadwal kedatangan sama seperti Setiadi, mereka pagi- pagi, bersama Rontje menjemput Johan.
Mereka mendengar pengumuman kedatangan kereta. Setiadi sudah tidak sabar melihat reaksi Jimmy melihat Johan. Mereka menunggu dengan tak sabar. Tak lama kemudian, mereka melihat lelaki tinggi langsing, berjalan dengan gaya santai.
"Halo Johan, akhirnya ketemu juga." sambut Setiadi sumringah, sambil memeluk Johan.
"Halo Yadiku... Apa kabar abang ku?" Johan sambil memeluk erat Setiadi.
"Hehe, baik koq. Nih, kenalin, Jimmy, yang maen basketball, Rontje, temen sependeritaan ku"
Jimmy dan Rontje bersalaman. Jimmy melihat wajah manis Johan yang mirip dengan mantan artis cilik Geofanny ketika berumur 17 tahun, terlalu manis untuk postur tingginya yang mencapai 1.77m, dengan pundak kekar, otot tangan terbentuk seperti pemain basketball dengan kaki jenjang berotot. Rontje dan Setiadi memperhatikan Jimmy yang terlihat sedikit salah tingkah di depan Johan.
Kali itu Setiadi dan Rontje sepakat untuk duduk di belakang, memberikan kesempatan bagi Johan dan Jimmy saling mengenal satu sama lainnya.
Sorenya, Hendra menyusul ke rumah Jimmy, mereka pun menjadi akrab satu sama lainnya, sementara Hendra dan Setiadi duduk berdampingan, Johan dengan Jimmy saling mengenal satu sama lainnya. Hendra pun harus mengakui tampan dan imutnya wajah Johan. Makin larut, makin terlihat sedikit demi sedikit bahasa tubuh Jimmy mulai terlihat, kalau kepincut Johan. Menjelang tengah malam, Hendra pun pulang dengan motor besarnya, Setiadi sudah mengatur kamarnya untuk Johan sendiri, sementara dia dan Jimmy berbagi satu kamar.
"Di,eh...Johan...dia..."
"Dia masih jomblo koq, lu suka ama dia?"
Jimmy tidak menjawab, hanya menatap Setiadi dengan pandangan penuh arti.
"Mukanya imut banget."
"Masih kuliah toh, tahun terakhir, bentar lagi gawe."
"Pantes aja masih muda. Gimana kenalnya ama dia? Bukannya lu beda jurusan toh"
"Gua lagi lewat, kepala gua kena bola basket, cukup kenceng ampe gua limbung, dia dateng minta maaf, ramah banget. Lalu udahnya kenalan. Dia tahu gua gay, dia ternyata juga, jadi aja tambah deket."
"Lu pernah jalan ama dia?"
"Gak sampe pacaran, kita gak ada rasa ke situ, kita temen deket aja, kayak gua ama lu. Cakep kan dia."
"Iyah, kayak itu tuh... Siapa sih... Mantan artis cilik Geofanny."
Obrolan mereka sebelum tidur malam itu , sementara tidur satu kamar, karena kamar Setiadi di tempati Johan. Tak lama pun mereka tidur.
Satu pagi, Jimmy mengajak Johan untuk mengadu ketangkasan basketball, membawanya ke tempat latihan di clubnya. Di sana Johan sudah mulai cukup dekat dengan Jimmy yang mengajaknya main basketball, dan memang Johan lebih gesit, triknya lebih canggih, membuat Jimmy terlihat kerepotan. Apapun yang Jimmy lakukan untuk membawa bola, selalu saja Johan yang mampu ambil bolanya.
"Johan, permainan kamu benar- benar hebat. Ku gak ada apa- apanya ama kamu"
"Biasa lah Jim, udah rutin di Surabaya."
"Kamu apa di tim inti yah?"
"Iyah sih, di kampus ku cukup aktif"
Sore itu, untuk pertama kali Setiadi melihat Jimmy berbinar. Selama ini, dia tidak pernah melihatnya suka atau menanyakan sesuatu tentang siapapun juga. Setiadi pun senang, Jimmy akhirnya menyukai seseorang, apalagi dia yang banyak menolongnya selama di Surabaya.
Sementara Rontje dan Jimmy sedang asik jalan di mall Taman Anggrek, Setiadi sedang berjalan dengan Johan.
"Di, gimana sekarang? Udah ada yang baru?"
"Yang kemarin dateng itu, Hendra itu, ku baru aja jadian ama dia."
Johan tersenyum melirik kepada Setiadi,
"Sukurlah, kamu bisa move on. Ku juga pernah alami yang sama, jadi ngerti sakitnya kepincut ama orang straight. Ku dukung kamu dengan dia, yang penting dia jujur ama perasaannya ama kamu."
"Ku dikenalin ama Jimmy, asalnya sih cuma temen hang out, cuma setelah ku selesaikan urusanku ama Randy, dia mulai deketin aku, ku liat sifatnya baik, waktu ku betulin komputer nya itu yang buat ku simpati ama dia"
"Di, kalo ku boleh tanya, gimana sikap Randy setelah dia liat kamu sekarang ama orang lain?"
"Ku agak kuatir Han, waktu di Plaza Senayan, pas lagi jadian, Cindy dan Randy pas- pasan ama kita, dia sepertinya..."
"... Baiknya kamu hati- hati..."
"Iyah Han, ku akan hati-hati, by the way, Jimmy sepertinya suka ama kamu”
“Oh ya? Aku suka Jimmy karena kwalitas pribadi dan pertemanan ama kamunya, dia benar- benar tipe pendamping sejati, aku akan senang kalo aku bisa punya pendamping kayak dia.”
“Dia kan masih jomblo”
Johan tersenyum penuh arti.
“Di, aku dateng kesini juga karena ku mau minta bantu kamu.”
“Pasti aku bantu”
“Setelah ku wisuda nanti Agustus, ku sudah dapat panggilan kerja di Jakarta, aku minta tolong kamu cariin tempat kos dan bantu aku adaptasi di Jakarta.”
“Oh dengan senang hati. Coba nanti aku atur ama Jimmy. Dia akan sangat senang berita ini. Aku baru pertama kali liat dia jatuh hati. Dia bener- bener orang yang paling baek yang pernah dampingi aku waktu aku stress. Aku sangat dukung kalian berteman.”
“Ya, aku suka dia”