It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Eh ada @callme_DIAZ yg baru mampir. Thanks ya. Tunggu update selanjutnya. Pasti ku mention.
Agung jadian sama @danar23 aja kali ya... Tp kamu gak suka brondong kan? Batal kl gitu. hehe
Hi @freeefujoushi makasih dah komen di sini. Nnt ku mention kl update, gak lm lg kok.
@Abyan_AlAbqari @Adhikara_Aj @Adra_84 @adzhar @aglan @Agova @alfa_centaury @animan @A@ry @arbata @arieat @Ariel_Akilina @arixanggara @bayumukti @Bintang96 @BinyoIgnatius @callme_DIAZ @christianemo95 @danar23 @diditwahyudicom1 @DItyadrew2 @DM_0607 @Duna @farizpratama7 @freeefujoushi @hantuusil @joenior68 @jokerz @kizuna89 @Klanting801 @mr_Kim @obay @pectoralismajor @per_kun95 @pokemon @sasadara @sasukechan @Sicnus @suck1d @The_angel_of_hell @ularuskasurius @ying_jie @yubdi @yuzz @z0ll4_0ll4 @Zhar12 @zeamays
Selamat membaca... Jangan lupa komen!!!
Sebelumnya di Pelangi VII :
Agung mengalami cedera ankle saat latihan bersama Randy. Randy cukup perhatian dengan mengurut kaki Agung. Kemudian Randy mengantarnya pulang ke rumah.
Pelindung Hijau dan Jingga berhasil melukai Astarte. Namun sayang, Astaroth datang membantunya. Lalu Pelindung Hijau dan Jingga membantu Pelindung Merah melawan Octo. Octo kewalahan melawan para Pelindung Pelangi, ditambah lagi dengan kemunculan Pelangi Api. Akhirnya Octo melarikan diri.
Pelangi Api merebut korban dari para Pelindung Pelangi. Dia segera membawa korban untuk ditangani kakek. Kakek menyebut Pelangi Api dengan Randy dan menyuruhnya untuk beristirahat.
PELANGI VIII
Sudah dua hari Agung tidak pergi ke sekolah. Cedera yang dialaminya ternyata cukup parah dan mengalami pembengkakkan. Dia harus berhati-hati agar cederanya tidak bertambah parah. Selama dua hari ini waktunya hanya dihabiskan di dalam kamar. Untung saja teman-temannya selalu mengunjungi sehabis pulang sekolah.
Saat ini hanya ada Andra yang menemani Agung. Sahabat-sahabat Agung yang lain telah pulang ke rumah mereka masing-masing. Agung membaca buku sambil bersandar di tempat tidur, sedangkan Andra duduk di kursi dan sibuk memainkan game di smartphone-nya.
“Ndra...” Agung menutup buku dan memperhatikan Andra.
“Hmmm...” Andra bergumam tanpa menoleh pada Agung.
“Andra!!!”
“Iya.” Andra menoleh sebentar lalu kembali fokus pada smartphone-nya.
“Kenapa sih? Dari tadi diem mulu.”
“Main game.”
“Aku bosen ni.”
“Sabar...” Andra masih serius bermain game.
“Gak asik lo. Kalo Dika masih di sini pasti lebih rame. Apa ku telpon dia aja ya? Dia pasti mau balik.”
“Gak perlu!” Andra berhenti bermain game. Smartphone-nya diletakan di atas meja belajar. “Anak itu super nyebelin. Aku gak suka, dia slalu cari-cari perhatian kamu.”
Agung tersenyum. “Andra Andra. Harus berapa kali sih aku jelasin kalo hubungan aku sama Dika cuma SAHABATAN, udah kayak saudara, sama kayak hubungan kita. Kamu gak perlu jealous! Dika juga nganggap aku cuma sahabat. Kami kan udah sahabatan dari kecil, udah tau sifat masing-masing. Aku ingetin lagi. Aku... Gak tertarik sama cowok, termasuk kamu sama Dika.”
Andra menghela nafas kemudian duduk di dekat Agung. “Kamu gak akan pernah tau pasti kapan cinta datang. Mulut bisa berdusta tapi hati nggak, walaupun kita berusaha mengingkarinya. Dulu aku gak pernah duga kalo kamu bisa buat aku jatuh cinta. Perasaan itu gak wajar karna kita sama-sama cowok. Aku dah nyoba ngingkari perasaanku sendiri. Tapi gak bisa Gung. Semakin aku menolak, semakin kuat pula perasaan itu. Aneh! Kenapa aku bisa jatuh cinta sama sahabatku sendiri, cowok pula. Pada hal aku gak pernah tertarik sama cowok lain.” Andra menghentikan ucapannya dan tersenyum pada Agung.
Andra menggenggam tangan kiri Agung. “Cinta itu aneh. Datangnya bisa tiba-tiba ato membutuhkan proses. Dika gay, gak menutup kemungkinan dia bisa suka sama kamu. Kamu gak bisa melarang orang untuk mencintai kamu, begitu juga sebaliknya. Banyak faktor yang bisa menumbuhkan cinta.” Andra memegang pipi Agung.
“Maaf Dra. Aku gak bisa balas cinta kamu.” Agung memegang tangan Andra lalu menurunkan tangan Andra dari pipinya.
“Gak pa-pa. Aku ngerti kok. Yang penting kamu masih mau sahabatan sama aku.” Andra tetap tersenyum walaupun hatinya terasa sakit. Dia masih berharap suatu saat Agung akan membalas cintanya.
“Pasti. Selamanya kita sahabat.” Agung turut menggenggam tangan Andra. Dia tersenyum namun hatinya merasa bersalah pada Andra karena tidak mengatakan kebenaran bahwa dirinya seorang gay. Dia tak mau Andra memperjuangkan cintanya jika mengetahui fakta itu. Dia tak ingin persahabatan mereka rusak hanya karena urusan cinta.
“Tok tok tok.” Suara ketukan, lalu pintu pun terbuka. Agung segera melepaskan genggaman tangannya pada Andra. “Permisi den. Ada temennya.”
“Siapa bik?”
“Hi Gung...” Seseorang menyapa. Wajahnya terlihat jelas sedangkan badannya tertutupi oleh tubuh bibik.
Agung mempersilakan Jonas masuk. Selain Jonas, ternyata masih ada dua orang lagi yang datang menjenguk Agung. Felix adalah orang kedua yang muncul dari balik pintu. Kemudian diikuti oleh Randy yang sukses membuat Agung merasa gugup sekaligus bahagia.
Mereka bertiga segera menghampiri Agung dan menanyakan keadaannya. Setelah bersalaman dan tos dengan Agung, mereka diperkenalkan pada Andra. Andra bersikap ramah dan memberikan senyuman. Namun ekspresinya sedikit berubah saat dia hendak menyalami Randy. Dia masih ingat tatapan Randy dulu saat dirinya sedang bercengkrama bersama Agung. Andra tidak menyukai kehadiran Randy. Dia mengeraskan genggaman tangan saat menyalami Randy.
Perbuatan Andra membuat Randy heran dan mengerutkan kening. Pantang baginya untuk mengalah, apalagi dia merasa tak pernah menyakiti Andra. Randy turut mengeraskan genggaman tangannya. Terjadi perang dingin di antara mereka. Mereka saling menatap tajam untuk menunjukkan perasaan tak suka.
Agung tidak memperhatikan sikap Andra dan Randy. Dia lebih fokus pada kedua temannya yang lain, berusaha tidak memperhatikan Randy untuk sementara waktu. Dia terlihat asik mengobrol bersama Jonas dan Felix yang menyemangatinya agar cepat sembuh dan segera berlatih bersama lagi.
Sore itu, Andra dan Randy lebih banyak diam. Mereka hanya sesekali menimpali obrolan Agung dan kedua temannya yang lain. Andra masih saja menunjukkan permusuhan pada Randy. Dia berkali-kali melirik Randy dengan tatapan tak bersahabat.
Randy juga sering membalas tatapan Andra. Dia jengah dengan sikap Andra yang menurutnya aneh. Hatinya terus bertanya-tanya apa sebenarnya yang ada di pikiran Andra. Randy sempat memikirkan berbagai kemungkinan yang tak jelas kebenarannya. Namun akhirnya dia memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan sikap Andra. Lebih baik dirinya memikirkan hal lain yang lebih penting.
“Semoga cepet sembuh, Gung. Kehadiran lo ditunggu di tempat latihan.” Ucap Felix sambil bangkit dari tempat tidur Agung. “Kami balik dulu. Udah sore banget.”
“Thanks dah mau jenguk. Bilang ke pelatih, gue minta maaf karna Minggu besok gak bisa ikut tanding.”
“Makanya cepat sembuh.” Sahut Randy. Nada bicaranya sedikit ketus namun Agung merasa Randy menyemangatinya. Sedangkan Andra merasa semakin dongkol.
“Semangat sob. Elo pasti cepet sembuh.” Jonas mendekati Agung dan mengajaknya tos. Kemudian diikuti oleh Felix.
“Gue duluan.” Randy mengangkat tangan kirinya sambil berjalan keluar kamar. Agung, Jonas dan Felix sudah hafal betul dengan sikap Randy yang dingin. Bahkan tak jarang Randy membuat mereka sangat kesal dengan kearoganannya.
Agung menghela nafas setelah teman-temannya berpamitan. Dia lega karena berhasil bersikap tenang di hadapan Randy. Dia tidak boleh menunjukkan ketertarikannya pada Randy. Dia tak mau sikap Randy makin dingin atau bahkan membencinya.
“Kamu kenapa?” Tanya Andra yang melihat sedikit perubahan pada Agung.
“Maksudnya?” Agung pura-pura bingung.
Andra memperhatikan Agung sejenak. “Gak da.” Andra mengibaskan tangannya. Lalu perhatiannya tertuju pada sepasang kruk yang menyandar di dinding. Andra tersenyum dan berjalan pelan. “Mau latihan?”
Agung mengangguk. “Mau banget...” Ucapnya riang.
Andra membantu Agung berdiri menggunakan kruk. Dia sangat sabar mendampingi dan membantu Agung yang kesulitan berjalan dengan kruk.
***
Pelindung Kuning dan Merah menghadapi dua Astaroth palsu. Astaroth yang asli baru saja melarikan diri saat Pelindung Pelangi datang. Pedang pelangi dengan cepat menebas black snake yang jauh lebih lemah dari versi aslinya. Panah-panah Pelindung Kuning pun dengan mudah menaklukkan gelombang hitam dari kipas Astaroth. Pendar-pendar cahaya pelangi mengalahkan kekuatan hitam dan memberikan warna-warni di langit.
Pelindung Merah menebaskan pedangnya ke arah salah satu Astaroth. Seketika tubuh Astaroth terbelah kemudian perlahan-lahan menghilang. Pelindung Kuning melesatkan anak panahnya tepat mengenai dada Astaroth. Tubuh Astaroth semakin lama semakin memudar, hingga tak nampak oleh mata.
Pelindung Kuning menghampiri seorang pemuda yang tergeletak di tanah. Dia segera mengalirkan energi dari permata di cincinnya pada pemuda malang itu. “Sebentar lagi dia akan sadar.” Ucap Pelindung Kuning saat Pelindung Merah menghampirinya.
“Malam-malam kita akan semakin sibuk. Kesejajaran planet sudah semakin dekat.”
“Melelahkan juga, walaupun kita lebih sering menghadapi bayangan mereka. Untungnya Astarte sudah lama tak muncul, aku harap dia tak akan muncul lagi.”
“Aku harap juga begitu.” Pelindung Merah tersenyum. “Ayo... Musuh kita sudah menanti.” Pelindung Merah melompat jauh lalu diikuti Pelindung Kuning.
Di tempat lain, Pelindung Hijau berduet dengan Pelindung Jingga baru saja menghadapi Astaroth dan Octo palsu. Mereka sangat bersemangat. Serangan demi serangan mereka arahkan ke pengikut Dewi Kegelapan. Mereka ingin segera menyelesaikan pertarungan itu.
Di waktu yang sama, ada banyak Astaroth dan Octo palsu yang telah muncul. Mereka sengaja ingin mengecoh dan merepotkan para Pelindung Pelangi.
Octo muncul di sebelah Astaroth yang telah menyiapkan korban. Octo menyerahkan cermin jiwa pada Astaroth. “Kenapa harus aku?!” Astaroth masih enggan menerima cermin berukir ular itu.
“Lakukan!” Ucap Octo sangat tegas. “Aku yang akan mengamankan gangguan.” Octo bersiap-siap menghadapi seseorang yang energinya sudah ia rasakan.
Astaroth mengambil cermin jiwa dengan perasaan kesal. “Cermin Jiwa... Ambil jiwanya!” Mata korban langsung terbelalak. Mulutnya terbuka lebar sedangkan dadanya terasa sesak. Energi dari tubuhnya perlahan-lahan tersedot ke dalam cermin jiwa. Kakinya yang awalnya menegang, perlahan-lahan menjadi lemas.
Octo menyeringai. Dia menangkupkan tangannya ke atas, bola hitam besar muncul kemudian dilemparkan ke suatu arah. Bintang mati meluncur cepat hampir tak terlihat di tengah kegelapan malam. Terjadi ledakan yang menimbulkan percikan berwarna biru. Bintang mati telah membentur perisai biru yang diarahkan untuk melindungi korban. Sayang, Octo telah mengantisipasinya.
Octo melesat sangat cepat. Dia kembali menyerang menggunakan bintang mati. Bola besar berkekuatan hitam itu kali ini membentur cahaya pelangi yang berasal dari gada pelangi. Ledakannya lebih besar dari sebelumnya.
Octo muncul tepat berada di hadapan Pelindung Biru. “Mari bersenang-senang.” Octo kembali menyeringai.
“Bangsat!” Pelindung Biru langsung mengayunkan gadanya ke arah Octo. Meleset, Octo telah menghilang. Pelindung Biru segera berputar dan kembali mengayunkan gadanya, lagi-lagi Octo berhasil menghindar. “Kiyaaa...” Pelindung Biru kesetanan dengan terus memburu Octo yang bergerak mundur, ke kanan dan kiri.
Pelindung Biru kelelahan. Dia mengatur nafas sambil memperhatikan Octo yang berjarak sekitar 20 meter di depannya. “Masih sanggup?” Ejek Octo.
“Bajingan.” Pelindung Biru kalap dan langsung menyerang Octo. Gerakan mereka sangat cepat, namun Pelindung Biru belum mampu menandingi kecepatan Octo yang hanya menghindari serangannya. Octo kembali mengecoh Pelindung Biru. Berkali-kali Octo menghindar lalu muncul di belakang dan samping kanan maupun kiri Pelindung Biru. Pelindung Biru sangat emosi karena merasa Octo telah mempecundanginya.
“Cukup.” Octo berdiri cukup jauh dari Pelindung Biru. Kemudian dia kembali menyerang dengan bintang mati dan kembali beradu dengan kekuatan gada pelangi. Energi hitam menekan warna-warni pelangi. Energi bintang mati lebih besar dari sebelumnya hingga menyudutkan kekuatan pelangi. Warna-warni pelangi menyusut, tergerus oleh kekuatan hitam. Pelindung Biru terpaksa melompat tinggi ke atas untuk menghindari desakan energi hitam.
Octo lagi-lagi menyerang dengan bintang mati. Pelindung Biru berhasil mengelak. Namun serangan berikutnya nyaris menghantam tubuh Pelindung Biru jika saja tidak cepat-cepat melindungi diri dengan perisai. Setelah itu Pelindung Biru merasakan energinya terkuras akibat benturan itu. Dia kembali hendak menggerakkan gadanya namun serangan mata setan Octo berhasil menjatuhkan gadanya seperti yang pernah terjadi dulu.
Octo tak menyia-nyiakan kesempatan. Dia menghujani Pelindung Biru dengan mata setan miliknya. Benda hitam dari mata Octo bagaikan peluru yang terus memberondong Pelindung Biru. Pelindung Biru kalang kabut menghindari serangan itu. Benda hitam terus meluncur ke arah Pelindung Biru walaupun dia telah bergerak cepat.
Sial. Mata setan berhasil mengenai sisi kanan perut Pelindung Biru. Pelindung Biru meringis sambil memegang perutnya tepat saat mata setan melukai lengan dan bahu kanannya. Beberapa detik kemudian giliran bahu kirinya yang terluka. Gerakan Pelindung Biru terlihat semakin melambat dan energinya semakin lemah.
Octo tertawa dan terus menghujani tubuh Pelindung Biru dengan mata setan. Dada dan kepala Pelindung Biru nyaris dihantam mata setan jika saja tidak segera melindungi tubuhnya dengan perisai. Melihat hal itu, Octo menangkupkan tangannya ke atas, mengumpulkan energi hitam lebih lama dan tentunya lebih besar. “Mati kau!” Octo menghempaskan bintang mati super ke tubuh Pelindung Biru yang masih dilindungi perisai biru miliknya.
Bola hitam besar bergerak cepat menghantam Pelindung Biru. Energi hitam menyelimuti energi berwarna biru. Pelindung Biru semakin lemah hingga kekuatan perisai biru juga semakin melemah dan perlahan-lahan semakin mengecil. Pelindung Biru berusaha sekuat tenaga untuk tetap bertahan. Dia mencoba mengerahkan seluruh sisa-sisa tenaga yang dimiliki. Hingga pada suatu titik, dia merasa sudah tak mampu lagi untuk bertahan. Pelindung Biru berteriak keras saat kekuatan hitam berhasil melumpuhkannya. Tubuhnya bagaikan terbakar hingga menusuk ke tulang.
“Hahaha...” Octo nampak sangat bahagia. Dia berjalan pelan menghampiri Pelindung Biru. “Bagaimana rasanya? Apa kau menikmatinya?”
Pelindung Biru sudah sangat lemah, tak mampu lagi meladeni ejekan Octo. Dia tergeletak tak berdaya di atas tanah yang menghitam. “Aghhh...” Pelindung Biru mengerang menahan sakit. Tubuhnya terpaksa bergerak akibat sihir Octo. Kini Pelindung Biru dalam posisi seperti orang yang disalib, kedua tangannya terentang seperti terikat dan melayang di udara. “Bu..nuh aaa..ku.”
“Bersabarlah. Kau pasti akan mati. Tapi sebelumnya aku ingin bersenang-senang.” Octo tersenyum licik. Tiba-tiba muncul kuku panjang yang sangat tajam di seluruh jari tangannya.
“Octo!” Teriakan Astaroth membuat Octo menoleh. Dia melemparkan cermin jiwa yang berhasil ditangkap oleh Octo. Cermin jiwa telah berhasil merenggut jiwa korbannya. Nyawa sang korban telah terenggut dan tubuhnya telah kaku dan menghitam.
Astaroth memperhatikan keaadaan Pelindung Biru. Wajah Astaroth terlihat datar, nyaris tanpa ekspresi. Dia menoleh pada Octo dengan menunjukkan wajah angkuh. “Menyebalkan.” Gumamnya dan sedetik kemudian tubuhnya telah menghilang.
“Saatnya ber_” Octo tak sempat melanjutkan ucapannya. Dia terpaksa menghindar dari gelombang api yang datang tiba-tiba. Octo menggeram, dia sungguh kesal karena acara bersenang-senangnya terganggu. “Kau!!!” Octo menunjuk Pelindung Api. Belum reda kemarahannya, dia dipaksa kembali menghindar dari gelombang api yang kembali menyerang.
Pelangi Api tertegun saat melihat kondisi Pelindung Biru yang sangat memprihatinkan. Dia menoleh hingga saling bertatapan dengan Octo. Mata Pelangi Api menunjukkan kebenciannya pada Octo. “Rasakan ini! Badai Halilintar.” Pelangi Api mengangkat tangan kanannya yang terbuka, lalu sedikit mendorong ke depan. Seketika terdengar bunyi gemuruh dan kilat menyambar-nyambar. Badai Halilintar yang dahsyat memburu Octo dan menghancurkan apa saja yang dilaluinya. Banyak pohon terbakar. Sarana komunikasi dan penyiaran turut terganggu akibat sambaran petir. Octo bergerak cepat untuk menghindari halilintar, sesekali dia melesatkan bintang mati untuk menghalau pergerakan badai halilintar.
Pelangi Api menghampiri Pelindung Biru yang telah tergeletak di tanah dan sudah tak sadarkan diri. Dia segera mengambil kalungnya lalu meletakkan permata berwarna merah kekuningan ke kening Pelindung Biru. Dia mengkhawatirkan keadaan Pelindung Biru yang sangat lemah.
“Biru...” Teriak Pelindung Kuning yang baru saja datang bersama Pelindung Merah. Dia langsung duduk di sebelah Pelindung Biru yang masing pingsan. “Bertahanlah...” Pelindung Kuning sejenak menatap Pelangi Api, lalu dia meraih Pelindung Biru ke dalam pangkuannya. Pelangi Api menyingkir dan pandangannya kembali fokus pada Octo yang melompat-lompat untuk menghindari badai halilintar.
Pelindung Kuning dan Merah mengalirkan energi dari permata mereka kepada Pelindung Biru. Mereka sangat berharap mereka berhasil menyelamatkannya. Mata Pelindung Kuning yang sejak tadi telah berembun hampir meneteskan air mata, namun dirinya berusaha agar air matanya tak terjatuh.
Pelindung Jingga dan Hijau muncul bersamaan. Mereka syok saat melihat kondisi Pelindung Biru. “Bagaimana keadaannya?” Pelindung Jingga berdiri terpaku. “Apa dia bisa selamat?” Pelindung Hijau menimpali.
“Cepat salurkan energi kalian!” Perintah Pelindung Merah. Pelindung Jingga dan Hijau langsung menuruti kata-kata si Merah.
Octo semakin kewalahan. Dia telah merasakan tangannya tersambar petir walau hanya beberapa detik. Bintang mati miliknya tak mampu mengatasi gempuran badai halilintar. Dia masih terus menghindari petir-petir yang berusaha menyambarnya. “Anjing!” Umpatnya ketika jubahnya terbakar. Dia kembali menghindar lalu bertubi-tubi melesatkan bintang mati. Usahanya kembali gagal. Bintang mati hanya mampu menahan pergerakan badai halilintar.
Octo bergerak lebih jauh. “Aku belum kalah.” Gumamnya untuk meyakinkan dirinya. Dia kembali melesatkan bintang mati. Kemudian lubang hitam muncul di atas kepala Octo. Dia melompat dan menghilang bersamaan dengan lubang hitam itu.
Pelangi Api mengangkat tangannya. Beberapa saat kemudian badai halilintar melemah hingga akhirnya menghilang. Dia menoleh pada para Pelindung Pelangi. “Semoga beruntung.” Bisiknya lalu meninggalkan tempat itu.
Pelindung Kuning menoleh saat menyadari Pelangi Api baru saja pergi. Dia mengucapkan terima kasih di dalam hati. Jika bukan karena Pelangi Api, kemungkinan Pelindung Biru tak akan dapat tertolong.
“Jaka.” Pelindung Kuning berbinar saat melihat Pelindung Biru membuka matanya. “Berjuanglah! Kamu pasti selamat.” Ucapannya dibalas dengan semburat senyum.
Para Pelindung Pelangi meninggalkan tempat itu setelah kondisi Pelindung Biru lebih stabil. Pelindung Merah dan Hijau membopong tubuh Pelindung Biru yang masih lemah. Mereka membawa Pelindung Biru menuju tempat Sang Pendeta. Tempat itulah yang paling tepat untuk memulihkan Pelindung Biru.
***
“Yakin gak mau ditemenin?” Dika kembali bertanya. Dia masih ragu untuk meninggalkan Agung yang hendak menyaksikan teman-temannya berlatih. Sebelumnya Dika sudah diberi penjelasan oleh Agung agar tidak khawatir. Tapi Dika tetap saja khawatir melihat Agung yang masih menggunakan kruk, walaupun Agung sudah mulai terbiasa menggunakannya.
“Iya bawel. Pegi sono! Paling lama 1 jam lagi gue dah dijemput.”
“Syukurlah acara gua gak terganggu.” Dika mengatakannya seolah-olah dirinya senang. Namun hatinya masih ragu meninggalkan sahabatnya sendirian.
“Tapi jangan lupa kewajiban lo!”
“Kewajiban?” Dika menyipitkan matanya.
“Biasa. Laporan kayak biasa. Gue tunggu cerita lengkapnya. Hehe...”
“Sip. Entar gua ceritain semuanya secara lengkap, akurat, cepat, terpercaya dan tentunya sangat detail sampe adegan encus-encus.” Dika mengedipkan matanya.
“Dasar mesum.” Agung geleng-geleng lalu berjalan ke arah lapangan tenis.
“Bye pincang.”
“Bye Edi.”
(Edi = ejakulasi dini)
“Resek lu.” Dika manyun. Agung menahan tawa dan terus melanjutkan langkahnya.
Agung nampak bahagia akan segera melihat teman-temannya berlatih. Sudah hampir seminggu dirinya tak menginjakkan kaki di lapangan tenis. Bahkan dia sudah melewatkan kompetisi yang sudah lama dipersiapkan. Dia ingin secepatnya kembali berlatih bersama mereka. Akan tetapi, Agung terpaksa menerima kenyataan bahwa dirinya harus bersabar hingga cederanya benar-benar sembuh.
Senyuman Agung semakin merekah ketika melihat teman-temannya sedang melakukan pemanasan. Pandangannya lebih terfokus pada seseorang yang sedang membelakanginya. Orang itu lah yang sesungguhnya sangat ingin Agung temui. Tetapi Agung menyangkal hal itu dan berusaha meyakinkan dirinya bahwa suasana latihan lah yang sangat ia rindukan.
Kehadiran Agung mendapatkan sambutan hangat. Ada yang menghampiri Agung atau sekedar menyapa dari jauh sambil mengangkat tangan kanan mereka. Hanya satu orang saja yang bersikap seolah-olah Agung tak berada di sana. Jangankan menyapa Agung, melihat Agung saja Randy tak mau. Hal itu tentu saja mengecewakan Agung. Tanpa disadarinya, senyuman di bibirnya sedikit pudar karena kenyataan itu.
Agung asik menyaksikan teman-temannya berlatih. Sesekali dia berbincang dengan pelatih dan asistennya, berdiskusi atau mengomentari latihan sore itu. Tentu saja Agung mencuri-curi kesempatan untuk memperhatikan Randy. Agung tak mungkin terang-terangan menunjukkan perhatiannya pada Randy. Sebisa mungkin dia akan tetap menyembunyikan perasaannya.
Dari kejauhan, setiap gerak-gerik dan perubahan ekspresi Agung tak pernah luput dari pantauan seseorang. Ternyata Dika masih berada di sekolah. Dia terus memperhatikan sahabatnya. “Apa mungkin?” Pikir Dika. Dia tersenyum dan tertawa kecil. “Agung Agung. Mau main rahasia-rahasian ya...” Dika bicara sendiri. Tiba-tiba mimik wajah Dika berubah. “Nggak. Itu gak boleh terjadi.”
***
Kabut hitam menyerupai ular kembar menyerang Pelindung Jingga. Gerakan Pelindung Jingga cukup gesit untuk menghindari serangan yang dilancarkan Astaroth. Dia melakukan salto ke belakang dan langsung melesatkan rantai pelangi miliknya. Rantai bercahaya seperti pelangi saling membelit dengan black snake, mengerahkan kekuatan masing-masing.
Tiba-tiba Pelindung Jingga dikejutkan oleh ratusan mata pisau hitam yang menerjang ke arahnya. Pelindung Jingga berhasil menghindar dengan melompat ke kiri. Dia kembali menghindar dengan bergeser ke kiri namun serangan Astarte terlalu cepat dan bertubi-tubi hingga beberapa pisau berhasil bersarang di dada dan lengan kanannya. “Bangsat!” Pelindung Jingga kesakitan. Tubuhnya bergetar, mengakibatkan dirinya mendarat tak sempurna dan nyaris tumbang.
Ratusan mata pisau kembali menyerbu bersamaan dengan black snake. Nyaris. Untung saja Pelindung Jingga berhasil melindungi tubuhnya dengan perisai. Pisau-pisau itu seketika menjelma menjadi asap hitam saat membentur perisai jingga. Lalu asap-asap hitam itu pun lenyap tak berbekas.
Astarte mendecak kesal. Dia menyerang membabi buta menggunakan kipasnya sedangkan Astaroth membiarkan Astarte bersenang-senang. Kekuatan energi hitam semakin besar menyerbu Pelindung Jingga. Pertahanan Pelindung Jingga mulai goyah namun dia terus berjuang mengerahkan seluruh tenaga yang tersisa.
Kekuatan berupa cahaya pelangi nyaris melukai Astarte. Kemudian Pelindung Merah muncul dan kembali menyabetkan pedangnya ke arah Astarte.
Astaroth langsung mengibaskan kipasnya yang sama persis dengan milik Astarte. Gelombang hitam dari kipas itu beradu dengan gelombang pelangi. Energi hitam terlihat sedikit unggul dan semakin unggul setelah Astarte turut menyerang. Gelombang pelangi perlahan-lahan tergerus oleh gelombang hitam. Energi pelangi bergerak mundur hingga hanya setengah bagian dari energi hitam. Di saat itulah dua energi pelangi muncul. Gelombang pelangi menyerupai cemeti dan anak panah bergabung dengan energi pelangi dari pedang sang Pelindung Merah. Energi pelangi bergerak maju, menekan energi hitam.
Astarte dan Astaroth mengerahkan seluruh kekuatan yang dimiliki. “Kalahkan mereka.” Teriak Astarte. Energi hitam berhasil bergerak maju, namun beberapa detik kemudian kembali dipaksa mundur. Maju mundur, maju mundur hingga berulang kali.
Pelindung Jingga membantu penyerangan dengan sisa-sisa tenaganya. Walaupun energinya tidak maksimal, bantuan Pelindung Jingga sangat berarti. Perlahan-lahan energi pelangi bergerak maju menggerus energi yang berwarna hitam.
“Kerahkan seluruh kemampuan kalian!” Teriak Pelindung Merah. “Kita harus menang!” Raut wajah Pelindung Merah menunjukkan dirinya habis-habisan mengeluarkan tenaganya. Ketiga temannya sama persis dengannya. Mereka sama-sama berjuang untuk melawan kejahatan.
Kekuatan Pelangi semakin tangguh. Warna-warni pelangi bergerak maju dan mendesak energi hitam. “Sedikit lagi. Berusahalah!” Teriak si Kuning menyemangati ketiga temannya.
“Bagaimana ini?” Astarte mulai panik. Energi pelangi semakin mendekat, jaraknya kurang dari dua meter. “Astaroth.” Astarte menoleh pada Astaroth. Warna-warni pelangi hanya beberapa centi meter di hadapannya. Dia memejamkan matanya dan nampak pasrah dengan apa yang akan terjadi.
“Aaaaaaaaaakkkk.” Teriakan Astaroth menggelegar. Dia memeluk Astarte, berusaha melindunginya dari kekuatan pelangi. Urat-urat di leher dan beberapa tubuh Astaroth terlihat semakin menonjol. Punggungnya membiru. Darah hitam menetes di bibirnya.
“Astaroth.” Astarte membuka matanya. Dia syok melihat darah menetes dari mulut saudaranya. “Bedebah!” Astarte sangat marah lalu melepaskan diri dari pelukan Astaroth. Dia segera mengerahkan ribuan mata pisau ke arah Para Pelindung Pelangi.
Para Pelindung Pelangi berhasil menghindar dan langsung melakukan serangan balik. Tapi percuma. Astarte dan Astaroth telah menghilang. Hanya terdengar suara Astarte yang menggema “Tunggu pembalasanku!”
“Ahhh! Lagi-lagi mereka kabur.” Pelindung Hijau kecewa.
“Donna!” Pelindung Kuning berhasil menangkap tubuh Pelindung Jingga. Bibir Pelindung Jingga mulai membiru. Pisau-pisau masih menancap di tangan dan atas dadanya.
Pelindung Kuning segera menempelkan cincinnya pada Pelindung Jingga. Pelindung Merah dan Hijau mengikuti tindakan Kuning. Mereka harus memberikan pertolongan pertama dengan menyalurkan energi mereka. Setelah itu, mereka segera membawa Donna meninggalkan tempat yang sudah sangat berantakan.
Keadaan sangat tidak menguntungkan bagi Pelindung Pelangi. Kondisi Pelindung Biru belum pulih dan kini Pelindung Jingga juga terluka cukup parah. Keduanya berada di tempat Pendeta hingga mereka benar-benar pulih.
“Mulai sekarang kita tidak boleh melawan mereka seorang diri. Minimal ada dua orang yang melawan mereka bersama-sama. Jangan sampai kita terluka seperti Jaka dan Donna.” Perkataan Andra mendapat anggukan dari Bella dan Toni.
“Benar. Kalian akan saling menguatkan jika bersama. Kalian harus lebih kompak dari sebelumnya. Masa-masa sulit sedang menanti kita. Waktu kebangkitan Dewi Kegelapan sudah dekat. Saat itu tiba, kalian berlima harus terus bersama. Berjuanglah hingga melampaui batas kemampuan kalian. Percayalah keajaiban akan muncul.” Ujar Sang Pendeta.
***
Bersambung
Tokoh yang telah muncul : Agung, Randy = Pelangi Api, Pangeran Pelangi.
Pelindung Pelangi : Andra = Merah, Toni = Hijau (Cowok berkacamata), Jaka = Biru (Cowok bertubuh tinggi besar), Bella = Kuning, Donna = Jingga (Cewek tomboy)
Sahabat Agung yang lain : Dika, Julian (sudah mati), Galang dan Nadia.
Tokoh Antagonis : Dewi Kegelapan, Astarte dan Astaroth, Octo.
lanjut
ayo semangatt pelindung pelangi!!!
go! go! goo!!!
@jokerz kl komen nambah lg dongggg. Biar makin seru baca komennya. Hehe
Bener tu @callme_DIAZ hrs sabar ya... Dan jgm lupa doain supaya update-nya lancar.
Yayang @yuzz ngasi smangatnya kurang heboh. Harus lebih sexy donggg...
Yuhuuu... Aku seneng dgn komen @animan yg kritis. Memang bener yg kamu komentari. Yg muncul pertama adlh Andra. Awalnya Andra memang bnyk muncul, tp msh berimbang dgn kemunculan Agung.
Andra bnyk muncul di awal krn hrs nyeritain para pelindung pelangi. Kan mereka yg hrs melawan dewi kegelapan n antek2nya. Tokoh utama kan bisa lbh dr 1, bisa 2, 3 ato 4. Anggap saja Agung n Andra yg jd tokoh utama. hehe
# curahan hati khayalan. ^o^
kl kaya gini, seminggu sekali nge pos kayanya kurang deh ..
soalnya penasaran ma lanjutannya ..
Wkwkkkk @bayumukti bisa aje. Bahaya kl gt, entar mereka adu jotos.
Ehhh Dika itu jatah aku loh...
Kyknya dika tau. Nnt ku tanya lgsg yakkk.
@DM_0607 hrs sering2 doa supaya updatenya bs lbh sering n gak macet lg. Aminnnn
klo macet ada pajaknya ya ??