It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hahaha @farizpratama7 bs aja.
*cubit pipi
Nanti mereka jadian bertiga loh. Kan seru punya 2 pacar. Ato berempat aja skalian. hihi
Terkadang peran utama bs jadi gak da kelebihan. Bahkan kdg2 bnyk jeleknya.
*Bayangin @bayumukti dibelai Astaroth
Ihhh kok aku tegaan? @danar23 yg tega ngatain aku tegaan. Gak mau sm Octo, palanye botak kyk kepala kamu.
Berhubung aku tegaan, minggu dpn gak da aja dech.
@Just_PJ Kl Agung mati, entar Andra makin semangat tuk ngalahin Astaroth. Smangat balas dendam.
go for agung n randy aja dah....
jangan gt dong,minggu dpn di update lg dong....
btw mas daniel ganteng kalau rajin update,hehehe
# kabur takut ditimpuk TS
Btw ini si dewi kegelapannyaa kemana ya? Jadi terlupakan. Terlalu banyak scene berantemnya. Ada kah nanti kisah salah satu pelindung pelangi or pelangi api identitas nya ketahuan?
Ato salah satu anak buah dewi kegelapan musnah?
Scene bertarung nya kurang greget neh. Soalnya astaroth astarte dan octo pasti berhasil kabur molo. Hehe
Oia aku masih belum nemu titik buat apa dewi kegelapan mengambil jiwa kaum pelangi. Dan juga tujuan dari si pelangi api itu sendiri.
Ga serulah.........
*dah panjangkan?*
* baca hati author
@danielsastrawidjaya
ninggalin jejak dulu ah
aku udah menduga kalau Randy itu pelangi api, soalnya karakternya sama. Dan udah sempat kepikiran Agung bakalan sukanya ke Randy, cowok cool emang lebih jadi incaran ketimbang yg slengean.
semoga Andra dapet yang lain aja dah, karna Agung akan tetap cinta Randy, dan sidingin Randy akan luluh dan balik mencintai Agung.
Andrapun tersakiti dan karena dibutakan cinta dia akhirnya menjadi antagonis yang berusaha memisahkan Agung dan Randy.
dan.... stop! Sok tauku makin parah deh kayaknya.
Andra come on boy, Agung gak baik2 amat juga, masih banyak yg lain... sekarang fokus aja untuk menyelamatkan dunia.. dengan kekuatan bulan, eh salah.... dengan kekuatan pelangi Andra akan menghukum kalian semua.
) ) ) ) ) ) ) ) ) )
@freeefujoushi Jgn benci Randy, dia... ah sudahlah. hihi
Biarin aja Agung mati. *timpuk
@danar23 kok gak ngaku sih kl kepalanya botak. *yg bawah wkwkkkk
Bentar lg update tuk masse yg ganteng. :x
@Just_PJ Di cerita ini kan memang bnyk yg mati. Salahin aja mereka yg jahat2.
@Adra_84 Oke mas. Dimaklumi krn cerita kyk gini blm tentu gampang dicerna semua org. Makasih loh msh ngikutin.
Wkwkkkk @Venussalacca aya aya wae. Sebenernya mau buat yel2 ala Pelindung Pelangi loh, tp kyknya norak bgt. hahaha
@Abyan_AlAbqari @Adhikara_Aj @Adra_84 @adzhar @aglan @Agova @alfa_centaury @animan @A@ry @arbata @arieat @Ariel_Akilina @arixanggara @bayumukti @Bintang96 @BinyoIgnatius @callme_DIAZ @christianemo95 @danar23 @diditwahyudicom1 @DItyadrew2 @DM_0607 @Duna @farizpratama7 @freeefujoushi @hantuusil @IMT17 @joenior68 @jokerz @kizuna89 @Klanting801 @mr_Kim @nakashima @obay @per_kun95 @pokemon @reza_agusta89 @safir @sasadara @sasukechan @Sicnus @suck1d @The_angel_of_hell @too_im_the @ularuskasurius @ying_jie @yubdi @yuzz @z0ll4_0ll4 @Zhar12 @zeamays
Jangan lupa komen! Met baca ya gays n fujo... Love u @all.
Sebelumnya di Pelangi X :
Andra diam-diam mencium Agung yang sedang tertidur. Agung terbangun. Tanpa diduga Andra kembali mencium Agung, kali ini dia juga memainkan lidahnya. Agung mendorong Andra saat Agung merasakan milik Andra sangat keras dan miliknya juga mulai bereaksi. Setelah perdebatan panjangan, akhirnya Agung mengakui bahwa dirinya seorang gay.
Pada malam hari, Agung duduk sendirian di taman. Tiba-tiba ada seseorang yang telah duduk di sampingnya. Agung terkejut dengan kehadiran pria seksi tetapi menyeramkan. Agung semakin terkejut dan resah saat tubuhnya tiba-tiba merapat pada Astaroth. Ketakutan Agung semakin menjadi-jadi setelah Astaroth mengatakan ingin mengambil jiwanya.
PELANGI XI
Andra berlari keluar dari rumah Agung. Dia sangat mengkhawatirkan keselamatan Agung. Selama pengikut Dewi Kegelapan masih berkeliaran, kaum gay yang belum pernah bercinta tak akan aman berkeliaran di malam hari.
“Andra!” Dika segera mengejar Andra.
Andra menaiki sepedanya. Namun dia gagal mengayuh sepeda karena Dika menghalangi. “Tunggu di sini! Biar gua yang nyusul Agung.”
“Nggak. Gue harus ke sana. Gue harus mastiin Agung gak kenapa-napa.” Andra bersikeras. Dia kembali hendak mengayuh sepedanya.
Dika memegang stang sepeda Andra. “Gua bilang lu tetap di sini! Jangan khawatir! Agung baik-baik aja. Cukup gua yang nemenin dia. Agung gak suka kalo lu ke sana. Kasi dia waktu untuk menjernihkan pikiran.”
“Gue harus nemuin Agung.”
“Jangan!” Bentak Dika. “Bisa gak lu dibilangin?! Agung udah wanti-wanti supaya lu gak ke sana. Dia lagi bingung. Kalo lu ke sana, masalah kalian belum tentu bisa selesai bahkan bisa makin runyam. Lu gak mau kan terus-terusan dicuekin Agung?”
“Agung udah gak marah.”
“Tapi dia ngindari lu. Dari cerita lu tadi, jelas banget dia belum mau ketemu lu.” Dika mengingatkan Andra. “Dia belum pulang pasti karna males ketemu sama lu.”
Papa dan mama Agung berdiri di depan pintu. “Andra...” Papa Agung memanggil. “Biarin Dika yang nyusul Agung. Sini temenin om ngobrol. Udah lama kita gak ngobrol.”
“Iya Ndra. Nunggu di dalam aja.” Mama Agung menimpali.
“Udah sono.” Desak Dika. “ Cepet! Pinjem sepedanya.” Dika agak memaksa Andra yang nampak enggan.
“Om tunggu di dalam.” Papa dan mama Agung masuk ke dalam rumah.
“Iya om.” Andra terpaksa menuruti. “Naik motor lo aja biar cepet.” Katanya pada Dika.
“Yaelah deket juga, bentar doang udah nyampe. Pelit lu, minjem sepeda aja gak boleh.”
“Sialan lo. Nih...” Andra menyerahkan sepedanya. “Buruan! Kalian jangan lama-lama di taman! Pembunuh masih berkeliaran. Gak aman malam-malam gini di taman.”
“Bilang aja lu gak suka gua sama Agung berduaan. Tenang bos... Agung gak akan tekdung kalo gua apa-apain. Haha...” Dika langsung mengayuh sepeda.
“Awas lo gue jadiin perkedel kalo brani macem-macem!” Andra mengepalkan tangan.
Dika mengayuh sepeda tidak terlalu cepat. Jarak rumah Agung dengan taman cukup dekat, sekitar 500 meter. “Agung Agung... Goblok banget lu. Cowok cakep kayak Andra disia-siain.” Gumamnya.
Andra memperhatikan Dika sejenak. Perasaannya masih belum tenang selama Agung masih di luar rumah. Dia masuk ke dalam rumah sambil berusaha menghilangkan kegelisahannya. Kalau bukan karena papa Agung, dia pasti sudah menemui Agung di taman. Langkahnya pelan, dia masih memikirkan Agung.
“Ayo duduk...” Kata papa Agung saat Andra datang menghampiri. “Sekolah kamu gimana?”
“Alhamdulillah lancar, om.” Jawab Andra sambil duduk.
“Papi mami kamu sehat kan? Kayaknya kita harus makan malam bareng. Udah lama kita gak ngumpul.”
“Mami sama papi sehat. Pasti mami sama papi seneng kalo diajak makan malam.”
“Harus itu. Kalau mereka gak mau, tetap om paksa.” Papa Agung tertawa kecil.
“Hahaha... Om bisa aja.” Mereka tertawa bersama.
“Om boleh tau kamu sama Agung ada masalah apa?”
Tawa Andra langsung terhenti.
“Gak biasanya Agung bisa diemin kamu lama-lama.” Lanjut papa Agung.
“Emmm... Anu om. Cuma salah paham.” Andra kikuk. Dia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya.
“Salah paham kenapa?”
Andra menggaruk kepalanya. Dia bingung harus menjawab apa.
“Masalah cewek?”
Andra berhenti menggaruk kepala. “I...ya om.” Lebih baik berbohong pikirnya. Lagi pula dia tak punya jawaban yang lebih baik.
“Dasar anak muda.” Papa Agung geleng-geleng sambil tersenyum.
“Masalah cewek tho. Tante kira kalian ada masalah apa.” Sahut mama Agung yang datang membawa minuman dan cemilan. “Pantes Agung uring-uringan, gak selera makan, kelihatan gak semangat. Ternyata rebutan cewek.”
“Gak rebutan, tan. Cuma salah paham.” Andra jadi salah tingkah.
“Iya... Tante percaya kok. Yang penting masalah kalian cepet diselesaikan. Tante gak mau liat kalian kayak sekarang.”
“Lebih baik kalian berantem, tonjok-tonjokan. Setelah itu masalah selesai, dari pada dipendam-pendam.” Ujar papa Agung.
“Hush... Papa jangan ngajarin yang gak bener. Jangan dengerin om kamu!”
“Gak apa-apa, Ma. Namanya juga cowok, biasa lah kalo sekali-kali berantem. Yang penting gentle, satu lawan satu, gak main keroyokan.”
“Tetep aja berantem gak baik.” Kata mama Agung.
“Yang penting mereka gak ngedrugs, mabuk-mabukan sama judi.” Balas papa.
Andra hanya diam sambil memperhatikan orang tua Agung. Rasanya lucu juga melihat orang tua berdebat.
“Inget ya Ndra! Jangan sampe pake kekerasan. Semua masalah bisa diselesaikan dengan kepala dingin, diomongin baik-baik. Awas kalo kalian sampe berantem! Tante gak suka.”
“Iya tan.”
“Nanti kalo Agung udah pulang, mau tante nasehatin lagi. Tu anak manjanya lagi kumat. Kamu tau sendiri lah gimana sifat Agung kalo lagi uring-uringan.” Lanjut mama.
Andra mengangguk. Namun tiba-tiba ekspresinya berubah.
“Kamu kenapa Dra? Kamu sakit?” Papa Agung heran melihat raut wajah Andra yang tiba-tiba berubah dan nampak sangat gelisah.
Andra mendapat firasat buruk. Dia merasakan energi hitam tak jauh dari tempatnya berada. Andra benar-benar mengkhawatirkan keadaan Agung. “Andra pulang dulu, om. Andra lupa Andra belum ngerjain PR, besok harus dikumpul.” Kilahnya.
“Oh... Om kira kamu kenapa. Ya udah, kalo gitu kamu kerjain PR kamu.”
“Diminum dulu tehnya.” Kata mama Agung.
Andra sebenarnya enggan, tetapi dia tetap meminumnya hampir setengah gelas. Dia tak mau membuat kedua orang tua Agung khawatir dengan sikapnya yang aneh. “Assalamu’alaikum om, tante.” Andra berlari keluar rumah. Dirinya sangat takut hal buruk menimpa Agung dan Dika. Dia harus segera ke taman untuk memastikan Agung baik-baik saja.
***
Angin berhembus pelan. Suasana taman masih saja sepi. Hanya ada Agung dan Astaroth yang saling berpandangan. Suara binatang-binatang malam sudah tak terdengar lagi.
“Kenapa ini? Kenapa badanku kaku?” Agung bertanya dalam hati. Dia semakin ketakutan. Dia sudah berusaha menggerakkan badannya namun selalu gagal.
“Jangan takut, manis. Hanya sedikit sakit.” Astaroth menjilat telinga Agung.
“Stop! Brengsek lo. Dasar orang gila! Lepasin gue!” Agung masih berusaha memberontak namun badannya tetap tak bisa digerakkan. Hanya bagian kepalanya saja yang masih bisa bergerak. “Tolong...” Dia berteriak sekuat tenaga.
Astaroth segera membungkam mulut Agung dengan telapak tangannya. “Bangsat!” Astaroth geram karena tangannya digigit. “Plak plak.” Dia langsung menampar kedua pipi Agung. “Kau membuatku kesal.” Astaroth melotot dan mencekik leher Agung.
“A...ak...” Agung kesulitan bernafas. Dia merasa sangat kesakitan.
“Jiwamu akan se-. Agrh.” Kepala Astaroth terkena lemparan batu.
“Lepaskan dia!” Dika muncul. Dia terlihat sangat marah. “Bajingan!!!” Dia berlari cepat dan melayangkan tinjunya.
Astaroth menahan tinjuan Dika. Dika tak menyerah dan kembali memukul dengan tangan kirinya. Tetapi Astaroth terlebih dahulu memelintir tangan kanan Dika.
“Akkkk. Njing!” Maki Dika. Badannya ikut berputar dan terdengar suara tangannya patah. “Akkkkk.” Dika menjerit kesakitan.
“Dika!” Agung syok melihat sahabatnya yang sedang menderita. “To...long lepasin dia.” Dia memohon pada Astaroth.
Tanpa diduga, Astaroth mendorong Dika hingga terjatuh. Dika merintih sambil memegang tangan kanannya.
“Lari Dika! Cepet lari!” Agung kembali berteriak.
Astaroth tersenyum sinis sambil melihat Dika yang hendak berdiri. “Perlu bantuan?” Astaroth menggerakkan tangannya ke atas dan tubuh Dika seketika terangkat beberapa meter.
“Turunin gua!” Dika menggerak-gerakkan badannya.
“Lepasin Dika! Tolong jangan sakitin dia.” Agung kembali memohon. Dia sudah sudah pasrah dan berhenti mencoba menggerakkan badannya.
“Baiklah.” Astaroth menurunkan tangannya. Tubuh Dika langsung jatuh dan meluncur cepat hingga jatuh ke bumi.
“Aghh.” Kepala Dika membentur batu lalu mengeluarkan darah. “Gung...” Ucapan sangat pelan, bahkan Agung tak dapat mendengarnya.
“Dika!!!” Agung Histeris. “Tolong... Tolong kami tol_” Teriakan Agung terhenti. Dia kesakitan, lehernya tiba-tiba seperti tercekik. Dia tak mampu lagi mengeluarkan suaranya. Dia berusaha menahan sakit sambil terus berusaha melihat Dika.
“Kau akan melihat kematiannya.” Astaroth tersenyum licik. “Semoga terhibur.” Dia menatap Dika lalu tubuh Dika kembali terangkat.
“Jangan...” Agung ingin berteriak namun suaranya tak terdengar sedikit pun. Air matanya menetes perlahan-lahan. “Dika...” Agung hanya bisa berucap dalam hati. Kondisinya semakin lemah.
Dika tak berdaya dan sudah tak sadarkan diri. Tubuhnya yang melayang di udara terlihat sangat lemah. Darah masih menetes di keningnya.
Astaroth menyeringai pada Agung bersamaan dengan munculnya beberapa pisau hitam yang menghadap ke arah Dika.
Air mata Agung menetes deras. Pandangannya semakin kabur namun dia masih bisa melihat Dika dan pisau-pisau yang siap meluncur kearahnya. Dia sangat ketakutan. Sahabat baiknya kini akan mati di hadapannya.
“Selamat menikmati.” Ucap Astaroth.
Agung tak sanggup melihat pisau-pisau itu merobek tubuh Dika. Dia hendak menutup kedua matanya tetapi juga ingin melihat pisau-pisau itu tidak bersarang di tubuh Dika. Dia sedih sekaligus sangat marah.
Pisau-pisau meluncur cepat ke arah Dika. Agung menutup matanya. “Dika!!!” Teriakan Agung bertepatan dengan hancurnya pisau-pisau yang nyaris menancap di tubuh Dika.
Astaroth dan Agung sama-sama terkejut. Astaroth tak menyangka pisau-pisau miliknya hancur berkeping-keping dan Agung mampu terbebas dari sihir. Astaroth tercengang. “Kau...” Dia semakin terkejut ketika melihat Agung membuka kedua matanya. Mata itu membiaskan pelangi yang sangat indah.
Astaroth dan Agung kembali dikejutkan dengan ledakan di dekat mereka. Pelindung Merah muncul bersamaan dengan Astarte. Tebasan pedang pelangi yang diarahkan ke Astaroth baru saja ditepis oleh Astarte dengan gelombang hitam dari kipasnya. Gelombang hitam terus-menerus menyerang Pelindung Merah. Serangan Astarte sangat merepotkan Pelindung Merah yang berusaha menghindar sambil menebaskan pedangnya. Ledakan-ledakan terjadi berulang kali, seperti ada pesta petasan raksasa di taman itu.
“Aghh.” Astaroth mengaduh. Agung berhasil meninju hidungnya lalu segera berlari menghampiri Dika yang telah tergeletak di rerumputan.
“Dika... Bangun Dika...” Agung merengkuh tubuh Dika. Hatinya sangat pedih melihat sahabatnya terkulai tak berdaya. Agung merasa sangat bersalah. Hal ini tak akan terjadi jika dirinya segera pulang.
Merasa ada kesempatan, Pelindung Merah meluncurkan perisainya pada Agung dan Dika. Namun sayang, Astaroth tak tinggal diam, kabut hitam berbentuk ular kembar menghadangnya. Perisai yang berwarna merah itu tertahan dan gagal melindungi mereka. Dan naas, serangan Astarte berhasil melukai lengan kiri Pelindung Merah.
“Jangan ampuni dia!” Astaroth berteriak pada Astarte yang kembali menyerang Pelindung Merah. Ledakan dan percikan warna-warni terlihat saat gelombang hitam dari kipas Astarte beradu dengan tebasan pedang pelangi. Pelindung Merah sangat kewalahan menghadapi serangan Astarte. Astarte lebih unggul dalam duel itu.
“Siapa kau?” Astaroth tiba-tiba muncul di hadapan Agung yang baru merobek kaosnya. Agung ingin mengikat kepala Andra yang masih mengeluarkan darah. Agung sangat gugup dan ketakutan dengan apa yang dilihatnya. Sahabatnya sedang meregang nyawa. Suasana di tempat itu juga sangat mengerikan. Tak ada lagi taman yang hijau, banyak pohon telah terbakar. Ada pertarungan hebat tak jauh darinya, sedangkan di hadapannya ada Astaroth yang terlihat semakin menakutkan. Terdengar pula jeritan orang-orang yang tak jauh dari taman itu.
“Jangan sakiti dia.” Suara Agung bergetar. Tangannya juga bergetar saat mengikat kepala Dika.
“Siapa kau sebenarnya? Jawab!!!” Bentak Astaroth. Tubuh Dika terangkat dan bergerak sendiri ke arah tangan kiri Astaroth hingga leher Dika tercekik. “Katakan atau dia mati!”
“Lepaskan Dika!” Agung marah. Dia melayangkan tinjunya tetapi Astaroth dengan cepat menangkap genggaman tangannya. Agung meringis karena Astaroth meremas jari-jarinya.
“Kau tak akan bisa melawanku.” Kata Astaroth bertepatan dengan badan Agung yang kembali tak dapat digerakkan. “Cepat katakan siapa kau sebenarnya!” Astaroth sangat penasaran dengan Agung. Dia baru pertama kali melihat mata seseorang yang membiaskan pelangi. Dia sangat yakin Agung bukan Pelindung Pelangi atau pun Pelangi Api. “Jawab!!!”
Agung tak mengerti dengan pertanyaan Astaroth. Dia bingung dengan keadaan yang sedang dihadapinya. Dia juga sangat takut dengan orang-orang aneh yang memiliki kekuatan dahsyat. Dia merasa seperti dalam mimpi atau berada di dunia khayalan. Tapi ini bukan mimpi. Dia harus berani menghadapi semua ini. “Mau lo apa, hah? Gue gak takut mati.”
“Besar juga nyalimu.” Astaroth nampak takjub. “ Baiklah. Akan ku kabulkan keinginanmu.” Astaroth menyeringai.
“Aakkkkk.” Agung menjerit. Sangat menyakitkan. Tulang-tulangnya terasa remuk.
“Bagaimana? Kau masih sanggup?”
“Cuih!” Agung meludahi Astaroth.
Astaroth kembali menampar kedua pipi Agung. Lalu Agung kembali merasa badannya diremukkan. “Lihatlah!” Astaroth emosi. Lalu Dika melayang tinggi di udara.
Agung semakin lemah tetapi dia tetap menengadah sambil menahan rasa sakit yang luar biasa. Orang biasa tak mungkin dapat bertahan dengan siksaan seperti itu.
“Dia pasti mati!”
Dika jatuh sangat cepat. Namun tiba-tiba cahaya hijau dan kuning menyelimuti tubuh Dika. Dika selamat sebelum menghantam bumi. Sedetik kemudian giliran cahaya api yang menyelimuti tubuh Agung.
“Bangsat!” Astaroth marah. Dia langsung mengibaskan kipasnya. Gelombang-gelombang hitam meluncur ke berbagai arah.
Di sisi lain, jubah Pelindung Merah baru saja terbakar akibat gelombang hitam Astarte. Pelindung Biru datang dan langsung memukulkan gada ke arah Astarte. Cahaya pelangi dari gada berbenturan dengan gelombang hitam. Astarte lengah, Pelindung Merah kembali menebaskan pedangnya dan nyaris melukai Astarte.
Pelindung Hijau nampak sangat marah. Dia mencambukkan cemeti ke arah Astaroth. Dirinya sangat bernafsu untuk mengalahkan Astaroth. Pelindung Kuning juga tidak tinggal diam, dia segera melesatkan anak-anak panah yang jumlahnya menjadi sangat banyak. Mereka bersama-sama menyerang Astaroth dan bekerjasama dengan Pelangi Api yang meluncurkan gelombang api.
Terjadi ledakan saat gelombang api menahan gelombang hitam Astaroth. Cahaya pelangi dari cemeti Pelindung Hijau hampir menyambar kipas Astaroth. Berselang satu detik, puluhan cahaya berupa panah nyaris menusuk Astaroth jika saja dia tidak segera melompat tinggi ke atas. Gelombang api kembali meluncur, Astaroth kembali menghindar namun dia agak terlambat sehingga kaki kirinya disambar gelombang api. Astaroth masih belum mau menyerah. Dia kembali mengibaskan kipasnya, kemudian gelombang hitam membentur cahaya-cahaya pelangi dan terjadilah ledakan yang sangat dahsyat, memercikan warna-warni pelangi di udara.
“Sial.” Astaroth baru saja berhasil menghindari gelombang api. “Ayo pergi.” Ia melakukan telepati dengan Astarte. Dia meluncurkan gelombang hitam terlebih dahulu, kemudian menghilang begitu saja.
Astarte kembali mengibaskan kipasnya. Namun serangannya selalu gagal saat membentur cahaya-cahaya pelangi dari pedang sekaligus gada. Astarte segera menghindar saat pedang pelangi kembali ditembaskan padanya. “Menyebalkan!” Gumam Astarte dan seketika ia menghilang.
Pelangi Api segera menghampiri Agung dan langsung menggendong Agung yang telah pingsan. Begitu pula Pelindung Hijau, dia ingin cepat-cepat menyembuhkan Dika.
“Tunggu!” Pelindung Kuning menghadang Pelangi Api. “Tinggalkan dia!”
Pelangi Api tak peduli. Dia meluncurkan Perisai Api pada Pelindung Kuning. Pelindung Kuning tak sempat mengelak dan terpaku karena perisai itu. Lalu Pelangi Api segera melompat jauh meninggalkan taman itu.
“Ahhh!” Pelindung Kuning kesal. Formula penenang dari perisai tak mampu mempengaruhi emosinya. Dia kesal pada Pelangi Api dan dirinya sendiri. Dia ceroboh, jika saja Pelangi Api benar-benar menyerangnya pasti dirinya telah terluka. Dia merasa tak berguna, sahabatnya kini telah dibawa Pelangi Api. Seharusnya dirinya yang melindungi dan menyelamatkan Agung.
“Agung mana?” Pelindung Merah menghampiri Pelindung Kuning.
Pelindung Kuning tertunduk. “Maafkan aku. Agung dibawa Pelangi Api.”
“Kurang ajar! Kejar dia...”
“Tunggu!” Suara Pelindung Biru menghentikan Pelindung Merah yang hendak meninggalkan tempat itu. “Kita harus menyelamatkan Dika dulu. Dika kritis. Cepat! Salurkan energi kalian.” Pelindung Biru segera mengambil tempat di sebelah Pelindung Hijau yang telah menyalurkan energinya pada Dika.
Pelindung Merah dan Kuning saling menatap. Mereka nampak ragu dengan apa yang harus mereka lakukan. “Sepertinya Dika lebih membutuhkan pertolongan.” Ucap Pelindung Kuning. “Kamu jangan khawatir, Pelangi Api gak mungkin nyakitin Agung. Dia pasti nyelamatin Agung.” Pelindung Kuning berusaha meyakinkan. “Ayo... Kalau terjadi apa-apa dengan Dika, bagaimana kita menjelaskannya pada Agung?”
Dengan berat hati, Pelindung Merah mengikuti Pelindung Kuning yang melompat ke tempat Dika berada. Dia harus mengenyampingkan perasaannya sendiri. Sebagai Pelindung Pelangi, Andra harus bisa memprioritaskan mana hal yang lebih penting. Tetapi pikiran Andra terus tertuju pada Agung. Andra sangat menyesal dengan semua peristiwa ini.
Keempat Pelindung Pelangi berusaha menyelamatkan Dika. “Kondisi Dika sangat memprihatinkan.” Ucap Pelindung Biru. “Dia kehilangan banyak darah. Dia harus segera mendapatkan donor.”
“Dika...” Pelindung Hijau memeluk tubuh Dika.
“Sudah Ton. Dika harus kita bawa ke rumah sakit. Kita gak boleh lama-lama di sini. Sebentar lagi tempat ini pasti ramai.” Kata Pelindung Kuning.
“Kita pergi sekarang!” Instruksi Pelindung Merah. Pelindung Biru dan Kuning mengangguk. Tak lama, mereka pun meninggalkan tempat itu.
Taman itu telah nampak gersang. Hampir tak ada satu pun pohon yang masih hijau. Beberapa rumah di sekitar taman juga telah hancur dan begitu banyak korban yang terluka. Orang-orang mulai berdatangan. Beberapa di antaranya kelihatan ragu dan takut. Mereka penasaran ingin melihat langsung tempat di mana terjadi ledakan-ledakan hebat. Seketika komplek perumahan itu menjadi heboh.
***
“Brakk.” Suara pintu terbuka. Pelindung Api berjalan terburu-buru. Dia segera merebahkan Agung tepat di depan kakek.
Kakek membuka kedua matanya dan masih duduk dalam posisi bersemedi. Kakek merasa heran dengan sikap Randy yang nampak sangat khawatir. Sebelumnya Randy tak pernah bersikap seperti itu. “Ambil ramuan penghilang ingatan.” Perintah kakek.
Randy masih duduk di dekat Agung. Dia tidak melaksanakan perintah kakek. Dia menyalurkan energinya ke tubuh Agung.
Kakek menatap lekat pada Randy. Sikap cucunya benar-benar berbeda dari biasanya. Kakek semakin heran. “Cukup. Serahkan pada kakek.”
Randy berhenti mengalirkan energinya.
“Jangan diam saja. Ambil ramuan itu.” Ucap kakek sambil mengeluarkan Permata Suci.
“Dia...” Randy ragu mengatakannya. “Jiwanya belum ternoda cermin jiwa.” Pelangi Api hanya diperbolehkan membawa korban yang sebagian jiwanya telah tersedot oleh cermin jiwa. Hanya jiwa-jiwa yang telah ternoda cermin jiwa yang kadar ke-gay-annya bisa dikurangi bahkan dihilangkan oleh permata suci.
Kakek memperhatikan Randy yang menundukkan kepala. “Kenapa? Apa alasannya?” Kakek tidak marah namun berkata tegas.
“Dia adik kelasku.”
“Cuma itu alasannya?” Kakek nampak tak percaya.
“Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat mereka tidak langsung mengambil jiwanya.” Ucapan Randy membuat Kakek mengerutkan kening. “Astaroth menyiksa dia dan Dika, temannya. Sepertinya Astaroth mencari tau suatu hal. Aku tak tau apa itu. Tapi aku bisa merasakan dirinya berbeda.”
Kakek memperhatikan Agung yang belum sadarkan diri. Sebenarnya sejak awal kakek juga telah merasakan sesuatu yang aneh pada Agung. Kakek meraih tangan Agung lalu memeriksa nadinya. Kakek nampak terkejut. Lalu kakek melihat kedua mata Agung. “Aneh.”
“Aneh kenapa kek?” Randy penasaran.
“Dia mampu memulihkan kondisi tubuhnya sendiri. Dalam dirinya terpendam energi yang sangat kuat. Orang biasa tidak mungkin bertahan dengan siksaan yang kakek yakin pasti sangat menyakitkan.” Kakek kembali memperhatikan Agung dengan seksama. Kemudian kakek kembali menoleh pada Randy. “Apa semua Pelindung Pelangi ada di sana?”
“Hanya empat orang.”
“Apa mungkin dia salah satu dari mereka?” Kakek bertanya lagi.
“Tidak. Pelindung Jingga perempuan, jadi gak mungkin dia. Apa mungkin ada Pelindung Pelangi yang lain?”
“Bisa jadi. Kita harus mencari tahu kebenarannya. Untuk saat ini kita hanya bisa menduga-duga.” Kakek nampak tidak yakin. “Cepat bawa dia ke gua dan tinggalkan di sana. Kakek akan menyiapkan segala kebutuhannya. Untuk sementara waktu, dia harus tinggal di sini. Jangan biarkan dia berkeliaran. Pengikut Dewi Kegelapan kemungkinan akan mencarinya. Dan ingat! Pastikan dirimu tak pernah terlihat olehnya. Kamu hanya boleh datang di malam hari.”
“Baik kek.” Randy yang masih berwujud Pelangi Api segera menggendong Agung ke atas punggungnya. Randy memegang kedua paha Agung, sedangkan wajah Agung berada di pundak kirinya. Randy bisa merasakan wajah Agung begitu dekat dengan wajahnya.
“Kak...”
Langkah Randy terhenti karena mendengar suara Agung. Jantungnya berdebar kencang. Dia tak siap jika Agung mengetahui identitasnya. Bahaya jika orang lain mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
***
Bersambung
Tokoh yang telah muncul : Agung, Randy = Pelangi Api, Pangeran Pelangi.
Pelindung Pelangi : Andra = Merah, Toni = Hijau (Cowok berkacamata), Jaka = Biru (Cowok bertubuh tinggi besar), Bella = Kuning, Donna = Jingga (Cewek tomboy)
Sahabat Agung yang lain : Dika, Julian (sudah mati), Galang dan Nadia.
Tokoh Antagonis : Dewi Kegelapan, Astarte dan Astaroth, Octo.