It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Abyan_AlAbqari @Adhikara_Aj @Adra_84 @adzhar @aglan @Agova @alfa_centaury @animan @A@ry @arbata @arieat @Ariel_Akilina @arixanggara @bayumukti @Bintang96 @BinyoIgnatius @callme_DIAZ @christianemo95 @danar23 @diditwahyudicom1 @DItyadrew2 @DM_0607 @Duna @farizpratama7 @freeefujoushi @hantuusil @IMT17 @joenior68 @jokerz @kizuna89 @Klanting801 @mr_Kim @nakashima @obay @per_kun95 @pokemon @reza_agusta89 @safir @sasadara @sasukechan @Sicnus @suck1d @The_angel_of_hell @too_im_the @ularuskasurius @ying_jie @yubdi @yuzz @z0ll4_0ll4 @Zhar12 @zeamays
Chapter ini dijamin nyeleneh banget. Pokokke aneh. Haha
Jangan lupa komen! Met baca ya...
Sebelumnya di Pelangi XI :
Astaroth hendak merenggut jiwa Agung. Tiba-tiba kepala Astaroth terkena lemparan batu oleh Dika yang baru datang. Dika tak mampu melawan Astaroth. Astaroth terlebih dulu menyiksa Dika untuk mempermainkan Agung. Saat pisau-pisau Astaroth hampir bersarang di tubuh Dika, tiba-tiba Agung bisa berteriak memanggil nama Dika dan pisau-pisau itu hancur seketika. Astaroth sangat terkejut apalagi saat melihat bias pelangi dari mata Agung. Astaroth memaksa Agung untuk mengatakan siapa dia sesungguhnya.
Setelah Astaroth dan Astarte berhasil melarikan diri, Pelangi Api segera membawa Agung pergi ke tempat kakek.
PELANGI XII
Randy alias Pelindung Api masih terdiam di tempat. Randy tak tau harus berkata apa. Dirinya menunggu reaksi Agung selanjutnya, namun Agung tak kunjung bersuara.
“Tenang... Dia cuma mengigau.” Kata kakek yang berada di belakang Randy.
Randy menghela nafas, dia sangat lega. “Hampir saja.” Gumamnya lalu kembali melanjutkan langkah untuk membawa Agung ke dalam gua.
Kakek memandang Randy dan Agung yang baru saja keluar dari ruangan itu. Kakek mencoba berpikir dan mengingat-ngingat sesuatu yang mungkin dia lupakan. Kakek masih memikirkan siapa sebenarnya Agung. “Apa mungkin dia Sang Pangeran?” Kakek nampak berpikir keras. “Tidak. Kalau dia Pangeran, mengapa dia tidak mencegah kebangkitan Dewi Kegelapan? Atau mungkin dia... Benar. Pasti dia memilikinya. Aku harus menjaga anak itu. Dia tidak boleh jatuh ke tangan pengikut Dewi Kegelapan. Semua usahaku akan sia-sia kalau mereka berhasil merebut anak itu.”
Randy merebahkan Agung di atas ranjang giok. Randy mengambil kaos dan segera memakaikannya pada tubuh Agung. Randy memperhatikan Agung yang nampak tenang. Kemudian tangannya terulur untuk menyentuh wajah Agung. Perlahan-lahan Randy membelai wajah itu. “Haruskah aku kembali memendam perasaan pada orang yang ku suka? Jika perasaan ini salah, mengapa aku harus kembali menyukai lelaki sepertimu. Aku tak yakin kali ini aku bisa menahan perasaanku. Rasanya sangat berat. Sekarang aku tau kamu mempunyai jiwa yang sama denganku. Apa aku harus mundur sebelum memperjuangkan cintaku? Apa aku tak berhak bahagia dengan pilihanku sendiri? Aku tak pernah meminta ditakdirkan mempunyai kekuatan super. Aku tak peduli jika kekuatan ini hilang. Masa bodoh dengan kerajaan pelangi dan Dewi Kegelapan. Aku hanya ingin hidup seperti orang lain yang bisa mengekspresikan perasaannya. Aku tak ingin selamanya hidup tanpa cinta. Aku tak mau hidup sendiri.” Randy nampak sangat emosional. Dia menatap Agung sambil menggenggam kedua tangan Agung.
Sunyi. Randy tertunduk, sibuk dengan pikirannya sendiri. Keheningan yang tercipta sangat didukung oleh suasana gua yang minim penerangan. Hanya ada beberapa obor yang menempel di dinding gua yang tidak terlalu luas.
Tempat itu nampak bersih dan nyaman, tidak seperti gua lain yang biasanya kotor dan pengap. Jika dilihat sekilas, orang yang pertama kali ke sana akan mengira tempat itu adalah ruang bawah tanah, karena untuk mencapainya harus menuruni anak tangga yang berada di balik pintu pada salah satu ruangan.
Randy tersadar dari lamunannya saat merasakan tangan Agung bergerak. Randy segera melepaskan tangan Agung yang berada di genggamannya. Dia tak ingin Agung menyadari apa yang dilakukannya. Randy langsung berdiri, dia berniat meninggalkan Agung sendiri. Dia memperhatikan Agung sejenak lalu membalikkan badannya.
“Dika!” Langkah Randy terhenti karena teriakan Agung. Agung bangkit dalam posisi duduk. Dia terlihat panik dan memperhatikan sekelilingnya. “Kamu siapa? Kenapa aku di sini? Dika mana?” Tuntutnya.
“Tenanglah... Kamu di tempat yang aman. Sebaiknya kamu istirahat dulu. Kondisi kamu belum stabil.” Randy masih berwujud Pelangi Api sehingga Agung tak mengenalinya.
“Hp ku?” Agung meraba kantung celananya tetapi tak menemukan ponsel miliknya. “Aku harus pergi.” Agung buru-buru berdiri.
“Jangan!” Pelangi Api menghalangi. “Kamu tidak boleh meninggalkan tempat ini. Mereka mencarimu di luar sana, nyawamu jadi taruhannya.”
“Jangan halangi gue!” Agung mencoba melewati Pelangi Api. Tapi percuma, tenaga Agung tak ada apa-apanya jika berhadapan dengan Pelangi Api.
“Tetap di sini! Pikirkan keselamatanmu. Jangan seperti anak-anak yang tidak berpikir sebelum bertindak!”
“Gue harus tau keadaan Dika. Gue mau mastiin dia selamat. Gara-gara gue sahabat gue sendiri disiksa orang asing yang menakutkan. Apa lo pikir gue bisa tenang setelah mengalami peristiwa paling aneh dan paling menakutkan dalam hidup gue?! Apa lo pikir gue bisa tenang di sini dengan orang yang aneh kayak lo? Apa lo pikir gue bisa duduk santai tanpa tau keadaan sahabat gue hidup ato mati? Gue...”
Pelangi Api tiba-tiba memeluk Agung. Dia tak mampu menahan diri. Dia ingin menenangkan Agung yang terlihat sangat emosional. Dia memaklumi sikap Agung saat ini. Agung pasti syok dengan rangkaian peristiwa yang sangat menakutkan dan di luar akal sehatnya.
Agung tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Dia tak menduga mendapat pelukan dari orang asing yang berada di depannya. Pelukan yang sangat erat dan hangat. Pelukan yang mampu memberikan rasa nyaman dan membuatnya sedikit lebih tenang.
“Tolong biarin aku pergi...” Lirih Agung. “Dika sahabat baikku. Aku harus berada di sisinya sekarang. Aku ingin menemaninya, mendukungnya, juga menghiburnya supaya dia cepat sembuh. Kalaupun dia sudah... ma...ti, aku mau melihatnya untuk yang terakhir kali.” Air mata Agung menetes. Terbayang siksaan-siksaan yang dialami Dika. Agung bertanya dalam hati mengapa peristiwa itu bisa menimpa dirinya dan Dika. Agung semakin merasa bersalah.
Pelangi Api mengeratkan pelukannya. “Jangan pergi... Jangan biarkan usahaku menyelamatkanmu sia-sia. Aku berjanji akan mencari informasi tentang sahabatmu. Tapi kamu terlebih dulu harus berjanji padaku, tetaplah di sini, jangan tinggalkan tempat ini demi keselamatanmu. Aku akan sangat menyesal jika hal buruk kembali menimpamu.” Ucap Pelangi Api tulus dari hatinya.
“Aku harus memastikannya sendiri. Aku harus menemui Dika. Aku gak mau menyesal seumur hidup kalo aku gak bisa melihatnya lagi. Aku mohon... Biarian aku pergi.” Agung menatap sayu Pelangi Api.
“Jangan negative thinking!” Pelangi Api berkata sangat tegas. “Berdo’alah pada Tuhan untuk kesembuhan temanmu. Aku yakin saat ini dia masih hidup dan sudah mendapatkan pertolongan.”
Agung menunduk. Dia sangat berharap Dika benar-benar sudah diselamatkan. Agung mencoba meyakinkan dirinya bahwa Dika masih hidup. Dia harus optimis. Dia harus yakin Dika kuat melewati cobaan ini.
“Ehmmm.” Suara kakek yang telah berada di dekat mereka.
Pelangi Api segera melepaskan Agung dari pelukannya. Dia sedikit kikuk namun berusaha bersikap tenang dan tetap cool. Demikian pula Agung, wajahnya nampak memerah karena malu. Dia baru menyadari dirinya baru saja berpelukan dengan orang asing yang belum diketahui namanya.
“Tunggu di luar!” Kakek memerintah Pelangi Api. Pelangi Api segera meninggalkan tempat itu tanpa melihat ke arah Agung yang diam-diam meliriknya.
Terjadi keheningan selama beberapa saat setelah kepergian Pelangi Api. Agung masih terdiam namun pikirannya terus bekerja. Dia mencoba menganalisa siapa orang-orang aneh yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Dia sempat berpikir bahwa orang yang baru saja meninggalkannya (Pelangi Api) mungkin saja memiliki niat yang buruk. Tetapi Agung ragu, orang itu tidak terlihat menyeramkan, hanya pakaiannya saja yang aneh bagaikan tokoh-tokoh yang pernah dilihatnya dalam film-film klasik.
Dalam diam Agung mencuri-curi pandang untuk memperhatikan kakek yang masih menatap tajam ke arahnya. Tak ada yang aneh dengan penampilan kakek, hanya tatapannya saja yang membuat Agung tak nyaman. Bukan tatapan tak suka, melainkan tatapan menyelidik.
“Istirahatlah... Kakek akan mengambilkan jamu.”
“Kek...” Agung memanggil sebelum kakek meninggalkannya. “Di mana aku sekarang? Dan siapa sebenarnya kalian?”
Kakek menghampiri Agung. “Cukup panggil aku kakek. Cucuku yang menyelamatkanmu, namanya Pelangi Api.”
“Pelangi Api?” Gumam Agung. “Aneh.” Pikirnya.
“Namamu siapa?”
“Aku Agung.”
“Besok kakek akan menjelaskan semuanya pada Agung. Kamu harus segera istirahat setelah meminum jamu yang akan kakek ambil. Kamu harus tidur di sini.” Kakek menunjuk ranjang giok. “Tidak boleh menggunakan bantal. Kamu hanya boleh menggunakan selimut itu.” Kakek menunjuk selimut yang tadi dibawanya.
“Kenapa aku harus tinggal di sini? Siapa orang-orang aneh itu? Apa mereka yang selama ini yang melakukan pembunuhan?”
“Benar. Mereka yang melakukannya. Mereka makhluk-makhluk jahat yang ingin menguasai dunia dan menghancurkan kaum pelangi.”
“Kaum pelangi? Maksud kakek?” Agung semakin bingung.
“Orang-orang yang menyukai sesama jenis, sama sepertimu.”
Ucapan kakek mengejutkan Agung. “Da...ri mana kakek bisa tau?”
“Karna mereka hanya mengambil jiwa kaum pelangi yang belum bersenggama. Terlalu panjang kalau dijelaskan sekarang. Saat ini kamu butuh istirahat. Bersabarlah sampai besok pagi, kakek pasti akan menjelaskan semuanya.”
“Tapi kek... Aku harus pulang. Terima kasih kalian sudah menolongku. Tapi aku gak bisa tinggal di sini, orang tuaku pasti sangat khawatir. Aku juga harus tau kondisi sahabatku, dia menderita karna ingin menolongku. Aku gak mungkin tinggal diam di sini sedangkan sahabatku sedang berjuang melawan kematian. Aku mohon kek... Biarkan aku pergi. Aku akan berhati-hati dan selalu waspada.”
“Jangan keras kepala. Pengikut Dewi kegelapan berusaha keras mengumpulkan sebanyak-banyaknya jiwa kaum pelangi. Semakin banyak jiwa yang mereka renggut maka semakin besar pula kekuatan Dewi Kegelapan. Saat ini mereka sedang menunggu waktu kebangkitan Dewi Kegelapan. Jika kekuatan Dewi Kegelapan telah kembali, Pelangi Api dan para Pelindung Pelangi tidak akan mampu melawannya. Waktunya sudah sangat dekat.” Kakek nampak khawatir. “Kamu harus tetap di sini, jangan berikan peluang pada mereka. Jika kamu tertangkap, bukan hanya nyawamu yang terancam, semua makhluk di dunia ini dalam bahaya besar.”
Agung bertambah bingung. Dia sulit mencerna maksud perkataan kakek. Ucapan kakek seperti khayalan yang ada dalam cerita animasi yang dulu sangat disukai Agung. “Ada apa denganku?”
Kakek tersenyum. “Sebaiknya kamu jangan terlalu banyak berpikir. Cobalah untuk berpikir positif. Kamu tak perlu takut pada kami karna kami bukan orang jahat. Kami hanya ingin menolongmu dan berusaha menyelamatkan dunia.” Kakek segera berbalik untuk meninggalkan Agung.
“Kek...” Suara Agung kembali menghentikan langkah kakek. “Aku percaya pada kalian.” Menurut Agung, tak mungkin mereka menyelamatkan dirinya jika mereka orang yang jahat. Awalnya Agung memang sempat curiga, mungkin saja mereka memperalat dirinya atau dijadikan sandera. Tetapi setelah dipikirkan lagi, kecurigaan itu berkurang, hanya menyisakan sedikit keraguan. “Aku boleh minta sesuatu?”
“Apa itu?”
“Tolong carikan info tentang sahabatku. Pelangi Api yang berjanji padaku untuk melakukannya kalo aku bersedia tetap di sini.”
Kakek tak langsung menjawab. Dia nampak menimbang-nimbang sejenak. “Baiklah kalau itu bisa membuat kamu tenang.”
“Makasih kek.” Agung memperhatikan kakek yang menjauh hingga berbelok. Agung tak dapat melihat kakek yang menaiki tangga.
Agung belum bisa tenang. Dia masih berusaha menganalisa kejadian aneh yang telah dialaminya. Dia juga masih mengkhawatirkan kondisi Dika saat ini. Lalu Agung mulai berdo’a pada Allah agar Dika senantiasa dalam lindungannya.
Kemudian Agung teringat dengan obrolannya bersama sahabat-sahabatnya. Bella pernah mengingatkan Dika agar tidak keluar di malam hari karena pembunuh-pembunuh itu mengincar kaum gay. Julian dan pacarnya juga sudah menjadi korban. Agung semakin percaya dengan semua kata-kata kakek, keraguan di hatinya perlahan-lahan hilang.
“Gimana kek? Apa dia masih bersikeras mau pulang?” Tanya Pelangi Api saat melihat kakek baru muncul dari balik pintu menuju gua.
“Cukup tenang.” Jawab kakek lalu menatap Randy. “Penuhi janjimu padanya!”
Kening Randy berkerut dan berpikir. “Tentu.” Randy mengingat janjinya. “Aku akan menepatinya.”
“Kakek ingin kamu juga berjanji pada kakek.”
“Janji?”
“Kamu harus menjaga jarak dengan Agung. Kakek bisa melihat kamu mempunyai perhatian lebih padanya. Jangan biarkan perasaan itu semakin berkembang! Ingat takdirmu! Pelangi Api dilarang mencintai siapa pun. Cinta hanya akan membuatmu lemah. Semakin besar cintamu padanya maka kekuatanmu dan permata suci akan memudar. Bunuh rasa cinta itu!”
Randy memandang ke arah lain, tak mau menatap kakek. Dia merasa muak dengan semua aturan itu. Sudah terlalu sering dia berandai-andai dirinya bukan Pelangi Api. Rasanya sangat menyakitkan jika seumur hidupnya harus menghindari cinta. Batinnya sangat tersiksa.
“Fokus! Itu yang harus kamu lakukan. Kamu harus berjuang demi banyak orang. Kebangkitan Dewi Kegelapan sudah di depan mata. Jangan biarkan kekuatannya bertambah besar!”
“Sampe kapan? Apa selamanya aku dilarang mencintai? Aku juga ingin seperti orang biasa.” Randy nyaris tanpa emosi.
“Anak bodoh! Seorang pahlawan sejati tidak akan pernah berpikir seperti itu. Kamu manusia terpilih dari milyaran orang di dunia ini.”
“Kakek gak tau gimana perasaanku.” Pelangi Api masih terlihat dingin.
“Kamu salah. Kakek juga pernah muda.” Kakek menghela nafas panjang. “Kakek tau apa yang kamu rasakan.” Terlihat kesedihan dalam ekspresi kakek. “Kakek harus membawakan jamu untuk Agung. Pergilah... Lanjutkan tugasmu!” Kata kakek lalu meninggalkan Pelangi Api.
Pelangi Api memperhatikan langkah kakek. Dia merasa tak enak karena telah membuat kakek bersedih. Entah apa yang telah terjadi di masa muda kakek, sejak dulu kakek tak pernah mau menceritakan tentang masa mudanya. Sepengetahuan Randy, Kakek tak memiliki kerabat selain dirinya. Randy mulai tinggal bersama kakek sejak kematian orang tuanya 9 tahun silam. Namun kini Randy hanya sesekali menginap di rumah kakek karena Randy tinggal di tempat lain untuk menyamarkan identitasnya.
***
Terjadi kehebohan saat Pelindung Hijau membawa Dika ke rumah sakit. Orang-orang memandang aneh penampilan Pelindung Hijau yang terburu-buru. Sedangkan Pelindung Merah dan Biru hanya melihatnya dari kejauhan.
“Dika!” Bella berteriak histeris saat melihat Dika di atas ranjang yang sedang didorong. “Tolong selamatkan teman saya pak...” Bella meneteskan air mata yang sejak tadi ditahannya. Bella sengaja datang terlebih dahulu ke rumah sakit. Mereka mengatur hal itu agar Bella terkesan secara kebetulan melihat Dika. Mereka harus memastikan Dika ditangani dengan baik, tugas Bella untuk melakukannya.
Pelindung Hijau segera meninggalkan rumah sakit setelah permisi pada Bella melalui tatapannya. Pelindung Hijau berlari layaknya manusia biasa diiringi tatapan-tatapan dari orang yang ada di sekitarnya. Toni ingin sekali menemani Dika, tetapi dia tidak boleh berada di sana sebagai Pelindung Hijau. Dia harus membuat kesan bahwa dirinya telah meninggalkan tempat itu.
“Jangan khawatir! Dika pasti sembuh.” Kata Pelindung Merah saat Pelindung Hijau datang.
“Mudah-mudahan.” Jawabnya lemah.
“Amin... Kita harus optimis. Dia sudah ditangani rumah sakit terbaik di kota ini. Dika bukan cowok lemah, dia pasti bisa bertahan.” Pelindung Biru menyemangati.
“Dika pasti sembuh.” Pelindung Hijau berkata lantang.
“Dika pasti sembuh.” Pelindung Merah dan Biru kompak mengatakannya. Kemudian mereka sama-sama tersenyum.
Mereka terlibat pembicaraan untuk menyepakati rencana dan membagi tugas. Kemudian mereka pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing. Pelindung Hijau alias Toni kembali ke rumah sakit untuk menemani Bella. Mereka berdua bertugas untuk menemani dan menjaga Dika sebelum orang tuanya datang. Selain itu, mereka juga mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi, misalnya kedatangan Astaroth dan rekan-rekannya.
Pelindung Biru menuju rumah pendeta untuk menanyakan perihal kekuatan terpendam yang Agung miliki. Mereka harus segera mengetahui siapa sebenarnya Agung, seberapa besar kekuatannya dan banyak pertanyaan lain.
Pelindung Merah kembali ke rumahnya. Andra ingin menunggu kepulangan Agung. Dia ingin memastikan kondisi Agung baik-baik saja dan melindungi Agung dari pengikut Dewi Kegelapan yang kemungkinan besar akan mencarinya.
Andra yang masih berwujud Pelangi Api melihat taman dari kejauhan. Taman itu masih sangat ramai. Garis polisi dipasang untuk menghalangi masyarakat yang penasaran ingin melihat lebih dekat.
Andra menghembuskan nafas saat melihat dua mobil polisi berada di depan rumah Agung. Hal itu yang mereka khawatirkan sejak tadi. Masalah akan semakin besar jika melibatkan pihak kepolisian. Dika dan Agung pasti akan direpotkan dengan proses penyelidikan polisi dan menghadapi para pemburu berita. Kasus yang mereka hadapi bukan kasus yang mudah diterima akal sehat. Selama ini pihak kepolisian belum memperoleh titik terang dari sejumlah pembunuhan dan kerusakan parah yang terjadi. Tak pernah ada saksi yang tau persis apa yang terjadi sebenarnya. Hanya ada saksi yang melihat pertarungan dari kejauhan.
Andra turun dari kamarnya seolah-olah dirinya baru terbangun dari tidurnya. “Kenapa sih bik kayaknya rame banget?” Andra menghampiri bibik yang berada di dekat teras.
“Ya Alloh, den... Ngagetin bibik aja.” Bibik mengusap dadanya, sedangkan Andra hanya nyengir. “Aden sih cepet tidur, jadi ketinggalan berita penting. Tadi bibik disuruh nyonya bangunan aden tapi aden gak bangun-bangun, pintunya dikunci. Komplek kita hebohhh banget. Taman yang di sono hancur, rumah-rumah deket situ banyak yang hancur. Ngeri banget den... Komplek kita diserang teroris. Banyak bom yang meledak. Bibik takut den. Trus mas Agung...” Wajah bibik nampak sedih.
“Agung kenapa?” Andra pura-pura terkejut.
“Mas Agung sama mas Dika ngilang den...”
“Ngilang gimana?”
“Bibik gak ngerti. Katanya mas Agung sama mas Dika tadi di taman, tapi sekarang gak tau di mana. Mereka gak bisa dihubungin. Polisi cuma nemuin hp sama sepeda.”
“Mami papi mana?”
“Tuan sama nyonya di depan, nemenin keluarga mas Agung. Dari tadi mama mas Agung nangis terus, malah sempet pingsan.”
“Andra ke sana, bik...” Andra berlari ke rumah Agung. Dia akan berusaha menenangkan keluarga Agung, walaupun dirinya sendiri masih mengkhawatirkan Agung. Andra berharap Agung segera pulang agar mereka semua bisa tenang. Dia yakin Pelangi Api tidak akan berbuat jahat pada Agung.
***
Agung sibuk mondar-mandir tak menentu. Dia ingin segera pulang namun kakek masih melarangnya. Agung tak nyaman berada di dalam gua, dia merasa seperti tahanan yang direnggut kebebasannya. Dia terus memikirkan keluarganya, Dika dan sahabat-sahabat yang lain serta takut ketinggalan pelajaran sekolah.
Agung sangat ingin segera menjenguk Dika di rumah sakit. Pagi tadi saat Agung sarapan, kakek mengatakan bahwa Dika sedang dirawat di rumah sakit. Kakek memperoleh informasi itu dari Pelangi Api. Kakek juga mengatakan saat ini pihak kepolisian terus menyelidiki kasus itu. Polisi berupaya keras untuk menemukan jejak Agung dan berjaga di rumah sakit tempat Dika dirawat, karena Agung dan Dika adalah saksi kunci yang bisa mengungkapkan pembunuhan-pembunuhan yang marak terjadi.
Kakek tidak mungkin membiarkan Agung pulang ke rumahnya. Jika Agung pulang, sudah dipastikan Agung akan diperiksa polisi dan hal itu tak mungkin luput dari pengamatan para wartawan yang haus akan berita. Jika semua itu terjadi, sangat berbahaya untuk Agung, Astaroth dan teman-temannya pasti segera mengintai Agung.
“Aghhh.” Agung mengacak rambutnya sendiri. “Aku harus pulang sekarang juga. Mama pasti khawatir banget. Kalo kakek gak ada maksud jahat, kenapa aku gak boleh ngasi kabar ke rumah? Bodoh! Kenapa sih aku bodoh banget. Ngapain aku percaya gitu aja. Seharusnya dari kemaren aku keluar dari sini.” Agung bicara sendiri.
Agung perlahan-lahan melangkah menaiki satu per satu anak tangga. Setelah tiba di depan pintu, Agung perlahan-lahan memutar knop pintu. Sial. Ternyata pintu itu dikunci. “Brengsek.” Rutuk Agung.
Agung berpikir sejenak. “Gua...” Gumamnya. Lalu Agung tersenyum dan segera menuruni tangga. Agung memperhatikan dinding-dinding gua yang bentuknya memanjang. Agung berpikir mengapa tempat itu disebut gua? Kenapa bukan ruangan bawah tanah? Agung berusaha mencari ruangan lain yang mungkin tersembunyi dan berharap dirinya dapat keluar dari tempat itu.
Agung menekan-nekan dinding gua untuk mencari tombol yang mungkin tersembunyi. Minimnya cahaya membuat Agung tidak bisa melihat dengan jelas. Cukup lama Agung mencari namun tak kunjung menemukan apa yang ia cari.
Agung lelah mencari dan keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Dia putus asa karena tak kunjung menemukan pintu rahasia. Dia duduk di atas batu yang berada di sudut ruangan. Perlahan-lahan mengatur nafasnya. “Dika... Maafin aku. Aku bukan sahabat yang baik.” Agung kembali sedih mengingat Dika.
Sebuah patung kucing menarik perhatian Agung. Patung itu berada beberapa meter di depan Agung, pada sisi yang berlawanan. Agung bangkit. Dia berjalan pelan mendekati patung kucing yang membuatnya penasaran. Dia terus memperhatikan patung kucing yang sedang duduk, tingginya sekitar 30 cm.
Agung menyentuh patung itu lalu menekannya, tetapi tak ada reaksi apa-apa bahkan patung itu tak bergerak sedikitpun. “Hah...” Agung menghela nafas. “Aku terlalu berharap ada pintu rahasia.” Ujarnya lesu. “Lebih baik aku atur strategi lari dari sini.”
Mata Agung berbinar. Dia melihat batu yang menonjol keluar di dinding tepat di atas patung kucing. “Itu...” Agung langsung menekan batu itu lalu dinding di samping kirinya tiba-tiba bergerak. Ada sebuah pintu yang berputar hingga melintang dan membuat dua lubang di kanan dan kirinya. Lebar masing-masing lubang kurang dari satu meter.
Agung melangkah pelan. “Wowww...” Mulutnya menganga lebar, takjub dengan apa yang dia lihat. Di balik tembok itu ada sebuah ruangan yang sangat besar dan sangat terang. Langit-langit gua berwarna biru bagaikan langit cerah di siang hari.
Agung melihat ke bawah, ada ratusan anak tangga berwarna perak yang menghubungkan tempatnya berada dengan dasar ruangan itu. Agung semakin terpukau, ruangan itu benar-benar indah. Ada begitu banyak kupu-kupu yang hinggap dari satu bunga ke bunga lain. Patung-patung memancurkan air yang sangat jernih ke dalam kolam, ada pula sungai kecil yang mengalir tenang. Dan yang paling menakjubkan, ada pelangi yang sangat indah.
Agung menuruni anak tangga. Matanya masih belum puas menikmati pemandangan di sekitarnya. Berkali-kali Agung bergumam memuji keindahan yang belum pernah terbayang olehnya. Dia merasa dirinya seperti berada di surga.
“Apa yang kau lakukan?!” Suara keras mengejutkan Agung. Agung yang hampir sampai di bawah segera menoleh ke atas. Agung kembali terkejut saat melihat kakek melompat ke bawah. Tubuhnya terlihat sangat ringan melompati puluhan anak tangga sekaligus. Dan dalam sekejap kakek sudah berada di depan Agung. “Lancang!” Kakek menatap tajam.
Agung diam. Dia gugup sekaligus terpana dengan kehebatan kakek.
“Tidak ada yang boleh masuk ke tempat ini tanpa izin.”
“Ma...af kek...”
“Apa maksudmu mencari tempat ini? Apa kau merahasiakan sesuatu? Kau pasti punya suatu misi.”
“Aku... Aku cuma mau pulang. Aku nyari jalan keluar, malah nemuin tempat ini. Seharusnya bukan kakek yang curiga, tapi aku. Kenapa aku dikurung? Kenapa aku gak boleh ngasi kabar ke keluargaku? Kenapa kakek memperlakukanku seperti tahanan, hah?! Kakek gak punya hak ngurung aku!” Agung segera berlari, kembali menaiki tangga.
Kakek tidak tinggal diam. Dia melompati beberapa anak tangga dan meraih tangan kanan Agung hingga Agung hampir terjatuh. “Lepasin kek!” Agung menyentakkan tangannya, akan tetapi, genggaman tangan kakek terlalu keras. Agung kesal. Dia mengepalkan tangan namun ragu saat hendak melayangkan pukulan kepada kakek. “Biarin aku pergi atau...”
“Atau apa? Pukul! Ayo pukul!”
Agung emosi. Dia segera melayangkan pukulannya. Kakek berhasil menghindar dan segera mengunci kedua tangan Agung ke belakang. “Lepaskan! Lepasin gue!” Agung meronta.
“Diam!” Bentak kakek.
“Nggak!” Kata Agung tak kalah keras. “Gue gak akan diem sebelum dilepasin.”
“Dasar keras kepala.” Kata kakek lalu memukul tengkuk Agung hingga jatuh pingsan. “Maafkan kakek.” Kakek merasa bersalah. Dia melakukannya karena terpaksa, enggan meladeni Agung.
***
Sore itu, Andra dan teman-temannya sesama Pelindung Pelangi berada di kediaman sang Pendeta. Sejak tadi mereka terus membahas Agung dan kekuatan yang tiba-tiba muncul pada dirinya. Pendeta belum bisa memastikan siapa Agung sebenarnya. Pendeta juga tidak yakin bahwa Agung adalah sang Pangeran.
“Jadi apa yang harus kita lakukan? Sampe sekarang Agung belum pulang. Aku khawatir banget terjadi apa-apa sama dia.” Andra nampak kacau. “Gimana kalo Pelangi Api nyelakain Agung?”
“Hush... Jangan ngaco! Gak mungkin Pelangi Api sejahat itu.” Jawab Bella.
“Bisa aja kan?” Toni ragu dengan ucapannya.
“Kalo Pelangi Api mau nyelakain Agung, kenapa dia melindungi Agung?” Sahut Jaka.
“Mungkin dia mau memperalat Agung.” Jawab Donna si gadis tomboy.
“Gak mungkin!” Bella tidak setuju.
“Kenapa lo bisa yakin?” Tanya Donna.
“Sudah. Jangan berdebat!” Pendeta berusaha menengahi. “Sebaiknya kita tidak berprasangka buruk. Saya yakin Pelangi Api tidak memperbolehkan Agung pulang karena khawatir dengan keselamatan Agung. Saya juga yakin saat ini pengikut Dewi Kegelapan sedang berusaha menyelidiki Agung. Kekuatan terpendam yang dimiliki Agung bukanlah kekuatan biasa. Hanya ada beberapa kemungkinan.”
“Kemungkinan apa?” Tanya Andra.
Pendeta menatap bergantian kelima Pelindung Pelangi. “Baiklah... Saya akan menceritakan sesuatu yang belum pernah saya ceritakan.” Pendeta menarik nafas. Sedangkan Para Pelindung Pelangi saling menatap.
Ribuan tahun lalu, ada beberapa Kerajaan di langit dan bumi. Kerajaan-kerajaan itu hidup tenang, damai dan saling menghormati kedaulatan masing-masing. Dari semua kerajaan, ada dua kerajaan yang paling disegani yakni Kerajaan Pelangi dan Kerajaan Hitam. Kerajaan Pelangi yang terletak di antara Bumi dan Venus yang dianggap pemimpin kerajaan-kerajaan di Galaxy Bima Sakti dan sekitarnya. Sedangkan Kerajaan Hitam memimpin kerajaan-kerajaan di Galaxy Mata Hitam, yang letaknya sangat jauh dari Bumi.
Suatu waktu, Dewi Kegelapan yang merupakan penerus tahta Kerajaan Hitam berkunjung ke kerajaan-kerajaan di Galaxy Bima Sakti. Dirinya sangat terpukau dengan kerajaan di bumi yang penuh dengan warna-warni dan cahaya, terutama saat dia melihat pelangi yang sangat sering terlihat di bumi. Jauh berbeda dengan kerajaannya yang minim dengan cahaya.
Kemudian Dewi Kegelapan berkunjung ke Kerajaan Pelangi. Dirinya semakin terpukau dan iri saat melihat pelangi menghiasi seluruh penjuru kerajaan. Bukan hanya pelangi yang membias dari air sehabis hujan, pepohonan pun terkadang membiaskan pelangi kecil pada daun-daunnya.
Dewi Kegelapan sangat ingin kerajaannya yang didominasi warna hitam bisa memiliki pelangi, setidaknya seperti pelangi yang ada di bumi. Dewi Kegelapan akhirnya meminta pada Pangeran Pelangi untuk memberitahu cara menciptakan atau menghadiahkan pelangi untuk kerajaannya. Namun Dewi kegelapan terpaksa kecewa karena Pangeran Pelangi tidak bisa memenuhi permintaannya karena berbagai hal.
Dewi Kegelapan sangat marah dan kembali ke kerajaannya. Kemudian Dewi Kegelapan menghimpun kekuatan bersama kerajaan-kerajaan lain yang merasa tak adil dengan kegelapan di kerajaan mereka, untuk menyerang Kerajaan Pelangi.
Kerajaan Pelangi tidak ingin peperangan terjadi karena akan membuat banyak orang menderita. Akan tetapi, Dewi Kegelapan memaksa untuk tetap menyerang kecuali jika Pangeran Pelangi memenuhi permintaannya.
Pangeran Pelangi benar-benar tidak bisa mengabulkan permintaan itu. Kekuatan Kristal Pelangi tidak bisa menjangkau Kerajaan Hitam yang letaknya sangat jauh. Kerajaan Hitam hanya bisa memiliki pelangi jika Kristal Pelangi dibawa ke sana atau jaraknya tidak terlalu jauh. Tetapi, hal itu tidak mungkin dilakukan karena Kristal Pelangi adalah sumber kekuatan di Kerajaan Pelangi.
Berita peperangan yang akan terjadi akhirnya sampai ke telinga Pendeta Suci. Pendeta Suci adalah pertapa yang mendirikan kuil di Venus. Pendeta Suci tak ingin peperangan itu terjadi, dia sadar betul jika peperangan itu hanya akan membawa kesengsaraan untuk seluruh kerajaan dan tentunya dia tak ingin pujaan hatinya terluka.
Pendeta Suci sejak dulu mencintai Pangeran Pelangi. Sebelum menjadi Pendeta Suci, ia adalah seorang pangeran dari kerajaan di bumi. Pendeta Suci dan Pangeran Pelangi sebenarnya saling mencintai tetapi keduanya menahan perasaan itu karena ditentang ayahanda sang pendeta. Agar ketenangan dan kedamaian tak terganggu, akhirnya sang pangeran memutuskan untuk menjadi pendeta dan bertapa hingga ratusan tahun, lalu memperoleh Permata Suci dan jadilah dia sang Pendeta Suci.
Pendeta Suci berusaha menggagalkan peperangan itu dengan berbicara pada Dewi Kegelapan. Tanpa diduga, Dewi Kegelapan jatuh hati padanya dan meminta Pendeta Suci menjadi suaminya. Tentu saja Pendeta Suci tidak dapat memenuhi permintaan itu, dia seorang pendeta yang tidak boleh menikahi siapapun dan dalam hati kecilnya masih tersisa cinta untuk Pangeran Pelangi.
Dewi Kegelapan semakin kalap karena penolakan itu, apalagi setelah mendengar kisah cinta Pangeran Pelangi dan Pendeta Suci. Dewi Kegelapan bersumpah akan menghancurkan Pangeran Pelangi dan Kerajaannya serta semua rakyatnya.
Perang tak terelakan, Dewi Kegelapan beserta antek-anteknya menyerbu Kerajaan Pelangi. Pangeran Pelangi terpaksa meladeni serangan mereka dan memerintahkan rakyatnya turun ke bumi. Pangeran Pelangi memaksa kerajaan-kerajaan lain di Galaxy Bima Sakti agar tidak ikut campur dalam perang itu. Pangeran Pelangi tak ingin rakyat di kerajaan sekitarnya ikut menderita, lagi pula kerajaan-kerajaan itu tidak memiliki kekuatan dahsyat. Pangeran Pelangi juga meminta Pendeta Suci untuk berkonsentrasi mengamankan kerajaan-kerajaan di bumi dan sekitarnya dari efek buruk yang bisa terjadi.
Perang dahsyat itu berlangsung sengit hingga Dewi Kegelapan menggunakan Kristal hitam miliknya. Kristal Hitam bukan hanya mengakibatkan kegelapan di Kerajaan Pelangi, kerajaan-kerajaan lain di Galaxy Bima Sakti juga mengalaminya.
Pendeta Suci berusaha melindungi rakyat pada kerajaan-kerajaan di sekitar Kerajaan Pelangi. Namun kekuatan Permata Suci sang Pendeta hanya mampu meringankan efek buruk dari Kristal Hitam.
Pangeran Pelangi tak tinggal diam. Dengan berat hati Pangeran Pelangi mengerahkan kekuatan Kristal Pelangi. Akhirnya Dewi Kegelapan berhasil dikalahkan lalu kekuatannya dimusnahkan dan dikurung ke dalam lubang hitam. Sebelum diasingkan, Dewi Kegelapan bersumpah suatu saat akan memperbudak seluruh kaum pelangi.
Pangeran Pelangi merasa bersalah karena kerajaannya telah hancur. Dia juga merasa sedih karena banyak rakyat yang menderita. Lalu Pangeran Pelangi memutuskan mengorbankan dirinya untuk menetralkan pengaruh Kristal Hitam yang ada di Galaxy Bima Sakti.
Pendeta Suci tak mampu berbuat banyak. Dia hanya bisa menyimpan kesedihannya. Dia segera membawa jenazah sang kekasih dan membuat makam yang indah di dekat kuilnya.
Sejak saat itu, seluruh rakyat Kerajaan Pelangi terpaksa tinggal di bumi. Mereka tidak punya pilihan lain karena kerajaannya telah hancur.
“Saat ini pengikut Dewi Kegelapan berjuang merenggut sebanyak mungkin jiwa-jiwa kaum pelangi untuk mengembalikan energi Kristal Hitam. Jika itu terjadi, otomatis Dewi Kegelapan kembali mendapatkan kekuatannya. Waktunya sudah sangat dekat, kesejajaran planet akan terjadi kurang dari sebulan.”
“Mengapa jiwa-jiwa kaum pelangi bisa mengembalikan kekuatan Kristal Hitam?” Tanya Jaka. Keempat temannya mengangguk-angguk dan memperhatikan Pendeta untuk menunggu jawaban.
“Karna kaum pelangi adalah sumber kebencian sang Dewi. Dia bertekad untuk mengabadikan kegelapan di seluruh penjuru dunia. Dewi Kegelapan ingin menguasai seluruh kehidupan yang ada.”
“Bagaimana dengan Kristal Pelangi?” Tanya Andra. “Bagaimana cara mendapatkannya?”
Pendeta tersenyum miris. “Sayangnya belum ada petunjuk yang jelas. Atau... kita baru menemukan petunjuk penting.”
***
Bersambung
Tokoh yang telah muncul : Agung, Randy = Pelangi Api, Pangeran Pelangi.
Pelindung Pelangi : Andra = Merah, Toni = Hijau (Cowok berkacamata), Jaka = Biru (Cowok bertubuh tinggi besar), Bella = Kuning, Donna = Jingga (Cewek tomboy)
Sahabat Agung yang lain : Dika, Julian (sudah mati), Galang dan Nadia.
Tokoh Antagonis : Dewi Kegelapan, Astarte dan Astaroth, Octo.
@safir
Lupakan saja. Gak penting jg, sm kyk @aglan jelek
eniwei keep writing :-)
jgn'' pendetanya itu kakeknya randy dan pangeran pelangi itu kakeknya agung, makanya nurun ke cucunya .. *reader sok tau
randy juga suka ma agung, tpi masih penasaran knp randy ga blh mencintai seseorg ..
nunggu chap depan ..
Coba di bkin ilmu gelap sebagai sekutu deh. Pasti seru.
.
ingin tau kelanjutanx? Kitata tnggu lanjutanx besok,gak pake lama,colek @danielsastrawidjaya
@DM_0607 sabar menunggu ya bro. Randy gak boleh mencintai krn kakeknya ngiri tu sm anak muda. hihi
Wkwkwkkkkk @jokerz
Ternyata di sini bnyk penggemar sailor moon.
Hi @Adityashidqi met datang, smoga betah di kerajaan pelangi.
Untuk mas @danar23 ganteng apa sih yg nggak? Tenang aja pasti dilanjut bulan besok.
Rendi ga boleh mencintai tapi masih boleh maenkan?